Anda di halaman 1dari 3

Raihan Mufid Rufiano (477191)

Menganalisis Secara Kritis Kasus yang Terjadi pada Era Reformasi


Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila

April 2011 mungkin menjadi waktu yang kelam bagi masyarakat desa
Sungai Sodong, Mesuji, Sumatera Selatan. Konflik lahan yang tak berkunjung usai
tersebut mengharuskan banyak jiwa terenggut dan situasi yang tidak aman secara
terus-menerus. Dalam kasus ini, ada beberapa sudut pandang ceritanya yakni yang
dikemukakan oleh polisi, warga, dan Komnas HAM. Saya akan menganalisisnya
melalui sudut pandang Komnas HAM karena akan lebih netral.

Mengutip Republika.co.id, Komisioner Komnas HAM yaitu Ridha Saleh


mengungkapkan bahwa sebenarnya konflik yang terjadi sudah berlangsung dari
tahun 1997. Pada saat itu, terjadi perjanjian kerja sama antara PT SWA dengan
warga terkait dengan 564 bidang tanah seluas 1070 hektar milik warga untuk
diplasmakan. Dalam perjanjian tersebut berlaku untuk masa waktu 10 tahun dan
selama kurun waktu itu warga akan mendapatkan kompensasi. Namun, hingga
April 2011 perusahaan tidak memenuhi perjanjian hingga masyarakat Sungai
Sodong “menduduki” tanah tersebut untuk kembali dimiliki.

Kemudian dua warga Sungai Sodong yang ingin membeli peralatan


kebutuhan untuk pertanian secara misterius ditemukan sekarat. Keduanya
ditemukan luka-luka seperti sayatan dan tembakan di dekat perkebunan sawit.
Lantas keluarga korban langsung menuju ke TKP dan menanyai salah satu korban
tentang siapa pelakunya. Pelaku tersebut adalah satpam, Pasukan Pengamanan
Masyarakat (PAM) Swakarsa, dan aparat. Kejadian ini membuat warga marah dan
akhirnya mendatangi base camp perusahaan dan berunjuk rasa di situ. Namun,
warga mengaku dalam aksinya tersebut mereka tidak melakukan tindakan yang
anarkis. Di lain sisi ditemukan lima orang satpam perusahaan yang meninggal.

Dalam sejarahnya kasus ini menyita perhatian publik karena waktu


konfliknya yang cukup lama dan keganasan yang terjadi di dalamnya. Sebenarnya
tidak hanya berhenti pada April 2011, melainkan hingga saat ini masih terjadi
gesekan antara warga lokal dengan pihak perusahaan.
Tentunya kasus tersebut sangat mencederai nilai-nilai dalam kelima sila
Pancasila. Analisis untuk sila pertama, bahwa perbuatan yang dilakukan oleh
pihak PAM Swakarsa, aparat, dan perusahaan telah melanggar nilai ketuhanan.
Untuk perusahaan telah melanggar janji yang di dalam agama mana pun perbuatan
tersebut dilarang. Selain itu, PAM Swakarsa, aparat, dan satpam perusahaan PT
SWA telah melukai satu sama lain yang tidak menunjukkan perilaku berdasarkan
ketuhanan.

Analisis untuk sila kedua, terdapat pelanggaran terhadap nilai


kemanusiaan dan nilai keadaban. Pihak yang telah melukai korban sangat tidak
sesuai dengan nilai keadaban. Sedangkan pelanggaran janji yang dilakukan oleh PT
SWA kepada warga telah melanggar nilai kemanusiaan. Adab menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kehalusan dan kebaikan budi pekerti;
kesopanan; akhlak. Untuk mencapai perbuatan yang beradab tentunya harus
memenuhi salah satu definisi tersebut. Perbuatan anarkis yang dilakukan oleh
oknum pelaku harusnya dapat dihindari dengan dilakukan musyawarah sehingga
menemukan titik terang.

Analisis untuk sila ketiga, bahwa nilai persatuan dan toleransi tidak
tergambarkan dalam perbuatan tersebut. Masalah sengketa lahan seharusnya dapat
dibicarakan secara bersama-sama tanpa menimbulkan pertumpahan darah.

Analisis untuk sila keempat, situasi yang terjadi tidak mencerminkan


adanya nilai kerakyatan yang salah satu pengalamannya adalah menyelesaikan
suatu masalah dengan musyawarah untuk mencapai kesepakatan. Pihak perusahaan
seakan-akan memaksa warga untuk berpasrah diri bahwa lahan yang mereka miliki
sudah mutlak menjadi hak perusahaan.

Analisis untuk sila kelima, nilai keadilan tidak tecermin dalam kondisi
tersebut karena pihak aparatur ternyata turut membela perusahaan yang seharusnya
aparatur polisi membela warga yang lahannya direbut oleh perusahaan. Bahkan
dalam pembelaannya tersebut aparatur juga ikut melukai warga.

Daftar Pustaka

Fakhrudin, M. (2011, 21 Desember). Ini Kronologi Kasus Mesuji Versi Komnas HAM. Diakses dari
https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/11/12/21/lwje30-ini-kronologis-kasus-mesuji-versi-komnasham pada 14 September 2021

Anda mungkin juga menyukai