Anda di halaman 1dari 3

LANGKAH POLRI DALAM PENANGANAN KONFLIK LAHAN DI LAHAT

DALAM PERSPEKTIF ETIK DAN EMIK

Dalam suatu permasalahan terjadi konflik di daerah Lahat, Sumatera Selatan antara pihak
perusahaan kelapa sawit dengan masyarakat sekitar. Konflik berupa bentrok antara warga dan
pihak perusahaan dipicu oleh adanya permasalahan mengenai kepemilikan lahan kelapa sawit.
Terjadi perdebatan antara warga sekitar yang menyatakan bahwa lahan sawit yang digunakan
oleh pihak perusahaan adalah lahan warga dan pihak perusahaan belum memberikan kompensasi
kepada pihak warga, sehingga warga merasa dirugikan dan permasalahan mengenai lahan
tersebut belum selesai. Sementara itu, pihak perusahaan mengklaim bahwa pihaknya telah
menyelesaikan permasalahan tersebut dengan telah terbitnya surat dari pihak pemerintah lahat
setelah memberikan kompensasi kepada masyarakat sekitar. Namun, masyarakat yang
berkeyakinan kuat atas kepemilikan lahan tersebut, memilih jalur bentrok sebagai tanggapan
terhadap konflik tersebut. bentrok pun terjadi antara pihak perusahaan dengan warga sekitar.
Kemudian, bentrokkan susulan terjadi hingga mengakibatkan satu orang tewas dan tiga orang
luka-luka.

Berdasarkan tayangan yang menjelaskan secara singkat konflik tersebut, dapat dilakukan
analisis berdasarkan perspektif etik maupun emik. Ketika mengambil warga sebagai objek
analisis, maka dapat dilihat secara etik bahwa warga tersebut adalah warga yang hanya
mengandalkan emosional tanpa mengerti prosedural yang ada, mereka merupakan sekelompok
warga desa yang mungkin kurang mengerti mengenai masalah tersebut secara hukum dan tanpa
berpikir panjang mengandalkan jalur kekerasan untuk mengatasi konflik. Sementara itu secara
emik, dapat kita pandang bahwa masyarakat disini memiliki budaya yang hidup dalam
lingkungannya yang diyakini dan dipegang teguh. Mereka bisa jadi merupakan korban dari
aktivitas pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan kekayaan untuk kemudian menguasai
kekayaan alam yang ada dan memanfaatkannya untuk kepentingan individu pihak-pihak yang
berkuasa, sementara masyarakat yang berada di bawah merasa dipermainkan sehingga
menimbulkan ras kepemilikan atas hak serta rasa tanggung jawab untuk menjaga alam mereka
dan merasa dirugikan dari perilaku para penguasa dan pihak yang berkepentingan untuk
kekayaan mereka semata dengan memanfaatkan masyarakat yang dianggap dapat dipermainkan.
Namun, analisis ini akan berbeda ketika objek yang kita nilai adalah pihak perusahaan.
Ketika pihak perusahaan sebagai objeknya, maka secara etik tindakan yang dilakukan pihak
perusahaan adalah salah satu bentuk keserakahan untuk mengekploitasi kekayaan alam hanya
untuk kepentingan dan kekayaan mereka. Pihak perusahaan merupakan pihak yang memilki
kuasa untuk bekerjasama dengan kekuasaan elit untuk memanfaatkan lahan tanpa memikirkan
masyarakat sekitar. Sedangkan, secara emik terhadap perusahaan dapat dinilai bahwa pihak
perusahaan merasa bahwa secara hukum mereka telah memiliki ha katas pengolahan lahan
tersebut melalui surat dari pemerintah kabupaten Lahat dengan telah memberikan kompensasi
terlebih dahulu kepada masyarakat, sehingga mereka memandang bahwa sebenarnya perkara
tersebut telah selesai dan mereka berhak untuk mengolah lahan tersebut.

Berdasarkan kajian secara etik dan emik baik dari sudut pandang pihak perusahaan
sebagai objek maupun warga atau masyarakat sebagai objek, ketika saya menjadi seorang
pimpinan di daerah tersebut, tentu perlu mengambil Langkah yang tepat dan teliti dalam
mengatasi masalah tersebut. Hal pertama yang perlu dijelaskan ialah, dari perspektif sebagai
seorang pimpinan kepolisian, terkait dengan substansi permasalahan adalah belum dapat
dikategorikan sebagai suatu ranah kepolisian karena hal tersebut merupakan masalah perdata
mengenai kepemilikan lahan. Namun, hal tersebut akan menjadi bagian dari ranah kepolisian,
ketika sudah menimbulkan gangguan kamtibmas seperti yang terjadi dalam tayangan berita
tersebut. Meskipun, pada dasarnya antara substansi dan akibat yang telah terjadi dari substansi
masalah tersebut dalam hal ini bentrok, tidak dapat dipisahkan dalam proses penyelesaiannya.

Kemudian, perlu diketahui walaupun secara legal telah diatur mengenai prosedur
berbagai bidang kehidupan dalam hukum formil negara kita, di Indonesia Hukum adat tetaplah
menjadi bagian hukum Indonesia yang diakui keberadaannya, serta diakui kekuatan putusannya.
Hal ini menunjukkan bahwa lembaga yudikatif negara kita, memberikan kesempatan bagi
permasalahan di masyarakat untuk dapat diselesaikan secara hukum adat terlebih dahulu sebelum
mengambil Langkah berupa hukum nasional.

Dengan demikian, sebagai seorang pemimpin, perlu cermat dan bijak dalam menyikapi
hal tersebut. Harus ada keseimbangan dalam Langkah untuk tidak menunjukkan keberpihakan
dalam salah satu pihak. Penting bagi kita untuk mengetahui secara hukum mengenai status lahan
tersebut, namun, negara kita juga telah mengamanatkan dalam konstitusi tentang pengakuan dan
penghargaan terhadap budaya yang ada di Indonesia serta jaminan kesejahteraan rakyat, dalam
hal ini masyarakat yang hidup di daerah tersebut dengan budaya yang dimilikinya yang menjadi
identitas dan ciri yang harus diperhatikan oleh aparat penegak hukum dalam mengambil
tindakan. Tindakan yang diambil diharapkan tidak hanya sekedar penegakkan hukum tapi juga
bagaimana tujuan lainnya tercapai yaitu harkamtibmas dan perlindungan, pengayoman, serta
pelayanan masyarakat.

Oleh karena itu, sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat dengan adat
budayanya, hukum di negara kita pun telah memberikan peluang melalui restorika justice.
Pengambilan Langkah restorica justice inilah yang dirasa tepat sebagai Langkah awal
penyelesaian secara damai. Melalui restrorika justice permasalahan tersebut ditempuh dengan
mempertemukan kedua belah pihak secara damai atau melalui jalur mediasi untuk mendapatkan
kesepakatan. Dari sinilah kemudian dapat lahir produk hukum seperti arbitrase yang berisi
mengenai kesepakatan pihak yang bersangkutan mengenai kepemilikan lahan yang sifatnya sah
secara hukum. Dengan demikian, dapat memberikan pemahaman yang jelas baik kepada
masyarakat maupun kepada pihak perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan ini secara
damai dan tetap berprosedur sesuai hukum serta menghormati budaya masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai