Anda di halaman 1dari 10

3) Upaya untuk mewujudkan Strategi 3.

Mewujudkan peningkatan
perlindungan sosial masyarakat melalui pemberdayaan UMKM secara lokal, e-
Commerce, perbantuan kepada pemerintah dalam menjaga kestabilan harga
pangan, sembako dan pembangunan infrastruktur di wilayah.

STRATEGI PERLINDUNGAN SOSIAL

a) Upaya-upaya jangka pendek (0-5 Tahuan). Upaya-upaya


yang dilaksanakan pada jangka pendek 5 (lima) tahun pertama,
meliputi :
(1) Perlindungan Sosial dari Pemerintah dalam
bentuk bantuan sosial menjadi kunci penting dalam
Pemulihan Ekonomi Nasional dikarenakan masyarakat
yang paling terdampak adalah masyarakat ekonomi
rendah sehingga Perlindungan Sosial dalam bentuk
bantuan langsung tunai menjadi salah satu program
andalan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional.
Pelaksanaan Perlindungan Sosial dapat dilakukan
melalui langkah :
(a) TNI-Polri berkoordinasi dengan
Kementerian Sosial dalam pengawasan supervisi
penyaluran perlindungan sosial
(b) TNI-Polri melaksanakan pengawasan
secara langsung di lapangan dalam penyaluran
bantuan langsung tunai.
(2) Target Oriented pada Program Pemulihan
Ekonomi Nasional dengan prioritas Ekonomi Kerakyatan
agar menyentuh lapisan masyarakat menengah ke
bawah. Hal ini dilaksanakan dengan menetapkan tolak
ukur sasaran untuk mencapai keberhasilan Pemulihan
Ekonomi Nasional dengan menggunakan pendekatan
Return Of Investment (ROI) yaitu dengan melakukan
pengukuran untuk mengevaluasi seberapa baik
implementasi dari kebijakaan investasi yang
dikembangkan.
(3) Satkowil bersama Polri beserta Komponen Bangsa
lainnya menggelar “Binter Ekonomi Kreatif” dengan
melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap
Koperasi dan UMKM dgn tujuan agar pelaku koperasi
dan UMKM memahami kualitas produk, strategi
pemasaran digital, akses modal ke perbankan, desain
branding, dan packaging sehigga mampu bersaing ke
dalam platform digital marketing guna mendukung
peningkatan produktivitas untuk transformasi ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan dalam rangka percepatan
pemulihan ekonomi nasional.
(4) TNI-Polri bersama Komponen Bangsa lainnya
menggelar “Binter Desa Kreatif”, dengan memberikan
pelatihan / pendampingan / pembinaan kepada perangkat
desa & pengelola BUMDES untuk menerapkan e-
commerce, mengaplikasikan program “One Village One
Product / OVOP”, dan menguatkan produk unggulan
untuk masuk ke marketplace agar produk mampu tembus
di pasar global guna mendukung peningkatan
produktivitas untuk transformasi ekonomi yang inklusif
dan berkelanjutan dalam rangka percepatan pemulihan
ekonomi nasional.
(5) TNI-Polri bersama Komponen Bangsa lainnya
melakukan “Binter StartUp” dengan cara membina,
melatih, mendampingi dan memfasilitasi start-up /
perusahaan rintisan yang berbasis pada TIK dengan
akses pasar, akses permodalan, dan bantuan teknis
managerial agar mampu mengembangkan usaha,
menyerap tenaga kerja, dan menstimulan pertumbuhan
ekonomi guna mendukung peningkatan produktivitas
untuk transformasi ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan dalam rangka percepatan pemulihan
ekonomi nasional.
(6) Aplikasikan e-commerce skala nasional dengan
pemanfaatan TIK dengan bekerjasama dengan
Kemenkominfo dalam pembuatan aplikasi dan
Kemenparekraf sebagai supervisi untuk mewadahi
pelaku usaha dan UMKM dalam menawarkan produk
unggulan dan komoditas serta memberikan akses dalam
membantu permodalan (KUR) yang juga dapat untuk
memperkenalkan wisata daerah dalam satu aplikasi e-
commerce yang berskala nasional. Pemanfaatan aplikasi
e-commerce skala nasional melalui rangkaian kegiatan
sebagai berikut :
(a) Babinsa dan Bhabinkamtimbmas dengan
pelaksanaan Binter Ekonomi Kreatif, Binter Desa
Kreatif dan Binter Start-Up berkolaborasi dengan
koperasi TNI-Polri atau Koperadi Daerah di
seluruh wilayah Indonesia yang tercatat dan
terdata secara real-time melalui aplikasi
ecommerce yang disiapkan oleh Kemenkominfo
dengan supervisi Kemenparekraf.
(b) Peran Koperasi dalam kegiatan ini adalah
sebagai koordinator, dalam proses produksi,
penyimpanan, distribusi dan penjualan dimana
dengan jaringan koperasi TNI-Polri yang berada di
seluruh wilayah Indonesia akan tergelar data
kebutuhan Supply and Demand yang berbeda
dimana sebagai contoh di wilayah A terdapat
surplus kedelai dan kekurangan tepung tapioka,
sedangkan di wilayah B terdapat surplus tepung
tapioka dan membutuhkan kedelai. Maka akan
terjadi proses transaksi dalam aplikasi tersebut
dengan tujuan memudahkan dalam mencari dan
menjual komoditas di wilayahnya masing-masing.
(c) Dengan berlangsungnya transaksi yang
dilakukan dengan memanfaatkan e-commerce ini,
maka usaha kerakyatan, Mikro, Kecil dan
Menengah dapat tumbuh dan memberikan
peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Hal ini akan mendorong peningkatan ekonomi
industri di seluruh Indonesia dengan memasarkan
produknya berbasis e-commerce dalam skala
nasional guna mendukung peningkatan
produktivitas untuk transformasi ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan dalam rangka
percepatan pemulihan ekonomi nasional.
(7) TNI-Polri bersama Komponen Bangsa lainnya
melakukan “Binter Desa Wisata” dengan cara membina,
mengarahkan, dan memfasilitasi semua pelaku
pariwisata yang ada di desa untuk menggali potensi
desa, sarana dan prasarana, desa, atraksi desa, dan
pranata sosial desa untuk dijadikan sebagai daya tarik
bagi wisatawan sehingga akan menumbuhkan ekonomi
desa, kesejahteraan masyarakat desa, dan kemajuan
desa guna mendukung peningkatan produktivitas untuk
transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan
dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Adapun masalah terkait jaminan sosial, antara lain


ketidakpatuhan peserta mendaftar dan membayar iuran,
besaran premi yang tidak sesuai dengan harga keekonomian,
pengajuan klaim yang dirasa masih sulit, skema manfaat pasti
dan penarikan dini jaminan hari tua berisiko tidak berkelanjutan
untuk jangka panjang, jaminan sosial yang belum optimal
menjangkau sektor informal, penciptaan program baru yang
berpotensi tumpang tindih, distribusi fasilitas kesehatan dan
tenaga kerja yang tidak merata, serta masih adanya resistensi
dari PT. Taspen dan PT. ASABRI terkait adanya integrasi
program jaminan sosial.

b) Upaya-upaya Jangka menengah (5-10 tahun). Upaya-


upaya yang dilaksanakan pada jangka menengah 10 (sepuluh)
tahun, pandemi Covid-19, perlu dijadikan momentum bagi
pemerintah untuk melakukan reformasi sistem perlindungan
sosial, melalui :
(1) Transformasi data menuju registrasi sosial melalui
disiplin perbaikan data dan pengembangan sistem
pendataan terintegrasi yang dapat mencakup 100%
penduduk melalui single database yang mutakhir, serta
pembaruan/update data secara menyeluruh dan terus-
menerus melalui sinergitas pihak-pihak terkait seperti
Kemensos, Kemendagri, BPS, dan Pemda dalam rangka
meningkatkan peran dan kapasitasnya dalam melakukan
pemutakhiran data dan pendataan kemiskinan,
meminimalisir inclusion error (penghapusan data
penduduk yang sudah meninggal, sudah beralih menjadi
golongan mampu/tidak berhak mendapat bantuan), dan
meminimalisir exclusion error (penambahan data
masyarakat non-DTKS yang seharusnya berhak
memperoleh bantuan, dan penambahan data penerima
berdasarkan pengaduan masyarakat). Selain itu,
diperlukan adanya diagnosa terlebih dahulu terkait
akurasi data, apakah desain yang dipilih dapat
mengurangi kemiskinan, sustainbility-nya bagaimana
serta perlu disandingkan dengan berbagai amanat
undang-undang existing, dan apabila diperlukan dapat
dilakukan reformasi kerangka regulasi sistem
perlindungan sosial atau dapat melalui mekanisme
omnybus law. Transformasi data ini harus lebih berfokus
pada tiga hal, yaitu immediate, confident/kredibilitas, dan
data yang valid.
(2) Perlu digitalisasi penyaluran bansos melalui
pengunaan platform digital melalui data yang terintegrasi,
pembukaan satu rekening bansos, dan dalam penyaluran
pembayarannya dapat melalui Fintech atau ojek online.
Alternatif penyaluran bansos dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan Fintech yang full berbasis uang
elektronik dan identifikasi berbasis biometric, melalui
mekanisme :
(a) Masyarakat mendaftarkan atau didaftarkan
sebagai calon penerima bansos,
(b) Verifikasi data penerima ke Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil),
(c) Pembuatan rekening online yang terkoneksi
dengan Fintech,
(d) SPP/SPM/SP2D terbit ke rekening penyalur
Bank Himbara,
(e) Himbara melakukan top up saldo Fintech,
(f) Penerima bansos belanja ke e-Warung
dengan hanya cukup menyebutkan Nomor Induk
Kependudukan (NIK),
(g) e-Warung membuka aplikasi Fintech untuk
verifikasi data,
(h) Bansos diberikan kepada penerima bansos.
Pendaftaran penerima bansos bersifat mandiri (on
demand) ke sistem Kemensos dan bantuan teknis
dari Fintech, misalnya linkAja.

Pembayaran tersebut tetap dilakukan dari kas


negara ke rekening penyalur, tetapi dilampiri data detail
penerima sebagai dasar bank penyalur untuk melakukan
top up saldo. Pada saat registrasi, KPM akan meng-hit
sistem Dukcapil untuk verifikasi data yang sudah
direkam. Verifikasi NIK tersebut hanya dilakukan saat
registrasi. Pada saat transaksi, linkAja akan meng-hit
sistem Kemensos untuk melakukan konfirmasi data KPM.
Untuk ketersediaan infrastruktur sendiri, berdasarkan
keterangan dari Ditjen Perbendaharaan, sudah ready,
namun demikian tantangan utama lebih kepada peran
Kemensos untuk membuat sistem dan membangun
infrastruktur pendukung untuk merealisasikan konsep
tersebut.
(3) Diperlukan peningkatan sinergi, koordinasi, dan
diskusi berkala dengan pihak-pihak terkait, dalam
menganalisis tingkat efektivitas program perlindungan
sosial dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui
rapat virtual. Dalam mendiskusikan hal tersebut perlu
menggunakan data yang sama. Misalnya, pada
penyaluran bansos, apakah skema pemberian subsidi
listrik, LPG, uang tunai, sembako, dan beragam jenis
bansos lain salah satunya merupakan cara terbaik, saling
melengkapi atau tidak, ataukah ada jenis bansos tertentu
yang dianggap paling ideal dan dapat dijadikan proxy
bagi jenis bansos lain.
(4) Dalam penganggaran perbaikan data, sesuai
prinsip penganggaran nasional perlu menganut prinsip
money follow program, sehingga harus jelas programnya
terlebih dahulu, program apa yang akan dilakukan untuk
memperbaiki data bansos, dan siapa yang menjadi lead
atau yang bertanggung jawab atas program tersebut.
(5) Perlu dikembangkan skema perlindungan sosial
yang lebih adaptif dalam beradaptasi dengan berbagai
macam skema sosial, baik karena bencana alam, sosial-
ekonomi, maupun kesehatan seperti pandemi Covid-19.
(6) Terkait kendala keamanan dalam penyaluran
Bantuan Sosial Tunai (BST) yang berbentuk uang tunai di
daerah rawan, dapat melibatkan dan bekerjasama
dengan aparat terkait (TNI/Polri), dan untuk ke depannya
dapat melibatkan Fintech seperti linkAja, Gojek, Grab,
OVO, dll.

c) Upaya-upaya Jangka Panjang (5-15 tahun). Upaya-


upaya yang dilaksanakan pada jangka menengah 10 (sepuluh)
sampai 15 (lima belas) tahun, meliputi :
(1) Melakukan reformasi skema pembiayaan melalui
pengembangan skema pembiayaan bansos inovatif,
ekspansif, dan berkesinambungan, misalnya dengan
mengandeng kerja sama dengan lembaga penyalur zakat
nasional atau lembaga sosial nasional, seperti Baznas,
Dompet Dhuafa, Dompet Peduli, Peduli Kasih, Tali Kasih,
dll.
(2) Perlu membentuk call center dan/atau layanan
pengaduan bansos yang siap sedia melayani 1x24 jam
dengan didukung unit reaksi cepat yang responsif serta
diberikan fasilitas anggaran yang memadai dalam
menangani permasalahan/pengaduan masyarakat, serta
melakukan langkah-langkah perbaikan dan mitigasi yang
cukup agar permasalahan bansos tersebut tidak
berulang.
(3) Untuk penyaluran bansos di akhir tahun anggaran,
perlu disusun SOP khusus/menyusun ketentuan langkah-
langkah kebijakan khusus penyaluran bansos di akhir
tahun.
(4) Untuk penyaluran paket sembako seyogyanya
ditiadakan dan diganti dengan mekanisme transfer
langsung bank penyalur ke rekening penerima bantuan
atau melibatkan Fintech.
(5) Atas permasalahan terkait kualitas pelatihan dan
lembaga pelatihan program pra kerja yang dipertanyakan
keefektifannya, pemerintah perlu benar-benar memantau,
meningkatkan kualitas program pelatihan, menyeleksi
secara ketat lembaga pelatihan dan/atau mengandeng
lembaga pelatihan yang benar-benar bonafide dan sudah
teruji kualitasnya.
(6) Perlu meningkatkan edukasi dan sosialisasi yang
lebih intens kepada masyarakat dan pembentukan
Humas bansos yang terpusat sebagaimana halnya
Satgas Covid-19, yang secara rutin terus-menerus
menginformasikan berbagai kebijakan baru/perubahan
program perlindungan sosial yang ada.
(7) Peningkatan cakupan bansos kepada masyarakat
lanjut usia dan difabel, serta penyederhanaan
implementasi program.
(8) Penyederhanaan program perlindungan sosial
yang memiliki tujuan dan sasaran yang identik agar tidak
terjadi saling tumpang tindih.
(9) Refocusing program yang tidak memiliki tujuan
utama mendukung perlindungan sosial, misalnya subsidi
pupuk idealnya masuk program ketahanan pangan dan
program terkait perumahan yang seharusnya masuk
dalam program Tapera.
(10) Pemenuhan kebutuhan masyarakat atas jaminan
sosial harus diupayakan dalam porsi yang pas, sehingga
seluruh masyarakat dapat diberikan kebutuhan
kesehatan mendasar, namun manfaatnya tidak terlalu
berlebihan dan dengan jumlah besaran iuran yang pas
pula sehingga tidak membebani masyarakat.

Diharapkan melalui berbagai strategi tersebut dapat


digunakan sebagai alternatif solusi dan menjadi langkah inovatif
dalam mengatasi permasalahan dan mengoptimalkan
implementasi program perlindungan sosial di masa yang akan
datang. Berdasarkan strategi yang tepat, kita semua harus
optimis bahwa melalui skema perlindungan sosial yang tepat,
akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia untuk bangkit
kembali, lebih mandiri, serta siap dalam menghadapi potensi
ancaman krisis di masa yang akan datang, sehingga target
jangka panjang Indonesia untuk menjadi negara maju tahun
2045 akan tetap dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai