Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :
INDRA FARID
NIM. 1490123037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
2024
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (DIAGNOSA UTAMA)


Isolasi Sosial
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
a. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara
menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Keliat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang individu yang
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat &
Akemat, 2015). Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu
yang negatif atau keadaan yang mengancam (Nurhaeni H.dkk, 2011).
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2006:467). Suatu
keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif ataupun mengancam juga disebut sebagai isolasi sosial (Townsend,
1998). Pada pasien skizofrenia isolasi sosial adalah bentuk gejala negatif yang
digunakan untuk menghindar dari orang lain agar pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang lagi
(Surtiningrum, 2011). Stuart & Laraia (2005) menyatakan perilaku isolasi sosial
sebagai perilaku yang sering muncul pada scizofrenia.
b. Faktor Predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial (Yosep,I., & Sutini, T. 2014) :
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan
struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku dan sitem nilai yang berbeda dari yang
dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungn
merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
c. Faktor Presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik
diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya stabilitas unit
keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya hal ini
dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang
mengalami gangguan hubungan (menarik diri).
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan
orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik
diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
d. Tanda dan Gejala
Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri sering
ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang spontan, apatis, ekspresi
wajah tidak berseri, tidak memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal
kurang, menyendiri, tidak peduli lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi
uriendan feses, aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan
dengan orang lain. (Yusuf, dkk. 2015).
1) Data Subyektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data subyektif
adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-kata “tidak”, “iya”,
“tidak tahu”.
2) Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien tampak dari orang lain,
misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/ perawat
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Klien kurang mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Pada saat tidur posisi Nampak seperti janin (meringkuk).
III. POHON MASALAH DAN MASALAH KEPERAWATAN
a. Pohon Masalah

b.
Masalah

Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


 Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
 Data yang perlu dikaji:

No Diagnosa Deskripsi Data Mayor Data Minor


1. Isolasi Ketidakmampuan Subjektif : Subjektif :
Sosial untuk membina  Merasa malas  Curiga dengan
hubungan yang berinteraksi orang lain
intim, hangat,  Mengatakan orang lain  Mendengar suara-
terbuka dan tidak mau menerima suara/ melihat
independen dirinya bayangan
dengan orang lain. Objektif :  Merasa malu untuk
 Menyendiri dalam berbicara dengan
ruangan orang lain
 Tidak bisa mulai  Mengatakan sedih
pembicaraan takut berbicara
 Tidak mau dengan orang lain
berkomunikasi dengan Objektif :
orang lain  Mematung
(autis/mutisme)  Mondar-mandir
 Tidak melakukan kontak tanpa arah
mata  Tidak berinisiatif
berhubungan
dengan orang lain
 Banyak menunduk
saat diajak biacara
 Afek dapat tmpul
atau datar
 Tampak meringkuk
di tempat tidur
dengan punggung
menghadap ke
pintu

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi Sosial
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
Isolasi sosial Pasien mampu: Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.1 (Tgl ......................................................)

 Menyadari penyebab  Membina hubungan saling percaya  Identifikasi penyebab


isolasi sosial  Menyadari penyebab isolasi sosial  Siapa yang satu rumah dengan pasien?
 Berinteraksi dengan orang  Keuntungan dan kerugian berinteraksi  Siapa yang dekat dengan pasien? Apa
lain. dengan orang lain sebabnya?
 Melakukan interaksi dengan orang lain  Siapa yang tidak dekat dengan pasien?
secara bertahap. Apa sebabnya?

 Tanyakan keuntungan dan kerugian


berinteraksi dengan orang lain
 Tanyakan pendapat pasien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
 Tanyakan apa yang menyebabkan
pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
 Diskusikan keuntungan bila pasien
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
memiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
 Diskusikan kerugian bila pasien
hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain
 Jelaskan pengaruh isolasi sosial
terhadap kesehatan fisik pasien

 Latih berkenalan
 Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang lain
 Berikan contoh cara berinteraksi
dengan orang lain
 Beri kesempatan pasien
mempraktekkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di
hadapan perawat
 Mulailah bantu pasien berinteraksi
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
dengan satu teman/ anggota keluarga
 Bila pasien sudah menunjukkan
kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan
seterusnya
 Beri pujian untuk setiap kemajuan
Interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien
 Siap mendengarkan ekspresi
perasaan pasien setelah berinteraksi
dengan orang lain, mungkin pasien
akan mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya, beri dorongan
terus menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya

 Masukkan jadwal kegiatan pasien


SP.2 (Tgl ......................................................)
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
 Evaluasi SP.1
 Latih berhubungan sosial secara bertahap
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
SP.3 (Tgl .....................................................)

 Evaluasi SP.1 & 2


 Latih cara berkenalan dengan 2 orang
atau lebih
 Masukan jadwal kegiatan pasien
Keluarga mampu: Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.1 (Tgl ......................................................)

Merawat pasien isolasi  Masalah isolasi sosial dan dampaknya  Identifikasi masalah yang dihadapi
sosial di rumah pada pasien keluarga dalam merawat pasien
 Penyebab Isolasi sosial.  Penjelasan Isolasi sosial
 Sikap keluarga untuk membantu  Cara merawat pasien isolasi sosial
pasien mengatasi Isolasi sosialnya  Latih (simulasi)
 Pengobatan yang ber1eanjutan dan  RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
mencegah putus obat merawat pasien
 Tempat rujukan dan fasilitas kesehatan
PERENCANAAN
Tgl DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Interview
1 2 3 4 5
yang tersedia bagi pasien
Setelah ......... pertemuan, pasien mampu: SP.2 (Tgl ......................................................)

 Mengidentifikasi.  Evaluasi SP.1


 Latih (langsung ke pasien)
 RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP.3 (Tgl ......................................................)

 Evaluasi SP.1 & 2


 Latih (langsung ke pasien)
 RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP.3 (Tgl .....................................................)

 Evaluasi kemampuan keluarga


 Evaluasi kemampuan pasien
 RTL keluarga:
 Follow Up
 Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.


Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Keliat, B. A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
NANDA. 2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA (North Amercan Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC
Jilid2. Jogjakarta : Medication.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC

O’Brien, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama

Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai