Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Bahasa Indonesia tentang
“Kalimat Efektif dalam Tajuk Rencana” dengan Dosen Pengampu JUNI
MAHSUSI,S.S,M.HUM. Dalam menyelesaikan makalah ini Penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan sumbangan pikiran dan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, bahkan
banyak ditemui kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran yang konstruktif dari Dosen
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Tembilahan, 06 Juni 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Teori..................................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.1 Tujuk Rencana..................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................iii
LAMPIRAN...................................................................................................................................iv

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang tentang tajuk rencana "harga diri warga miskin" berhubungan
dengan isu sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh kelompok masyarakat yang hidup
dalam kemiskinan. Kemiskinan secara umum dapat merusak harga diri individu dan
komunitas, serta mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan.
Warga miskin sering menghadapi berbagai tantangan yang dapat
mempengaruhi harga diri mereka. Beberapa faktor yang berperan dalam hal ini
meliputi:
1. Keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar: Warga miskin mungkin
menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, air
bersih, perumahan layak, dan layanan kesehatan. Ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan ini dapat mengurangi harga diri mereka, karena mereka
merasa tidak mampu untuk memberikan diri mereka dan keluarga mereka dengan
hal-hal yang penting.
2. Diskriminasi sosial: Warga miskin sering menghadapi diskriminasi dan stigma
sosial. Mereka mungkin dikucilkan dari masyarakat atau dianggap rendah oleh
orang lain, yang dapat merusak harga diri mereka dan membuat mereka merasa
tidak dihargai.
3. Keterbatasan peluang: Kemiskinan dapat membatasi peluang pendidikan,
pekerjaan, dan mobilitas sosial. Tanpa akses yang memadai ke pendidikan dan
pelatihan, warga miskin seringkali kesulitan untuk meningkatkan status sosial dan
ekonomi mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada harga diri mereka, karena
mereka merasa terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit untuk diubah.
4. Ketidakadilan sistemik: Ketimpangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat dapat
mempengaruhi harga diri warga miskin. Ketika mereka melihat kesenjangan yang
besar antara mereka dan kelompok yang lebih kaya, mereka mungkin merasa tidak
dihargai dan tidak memiliki nilai dalam masyarakat.
Untuk meningkatkan harga diri warga miskin, diperlukan tindakan yang holistik
dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
1. Peningkatan akses terhadap kebutuhan dasar: Memastikan akses yang memadai
terhadap makanan, air bersih, perumahan layak, dan layanan kesehatan merupakan
langkah penting untuk meningkatkan harga diri warga miskin.
1
2. Pendidikan dan pelatihan: Investasi dalam pendidikan yang berkualitas dan
pelatihan keterampilan dapat memberikan warga miskin dengan peluang yang
lebih baik untuk memperbaiki kondisi hidup mereka. Ini dapat meningkatkan
harga diri mereka dan membuka pintu menuju peluang ekonomi yang lebih baik.
3. Mempromosikan inklusi sosial: Melalui program-program yang mempromosikan
inklusi sosial, diskriminasi terhadap warga miskin dapat dikurangi. Ini melibatkan
menghormati hak asasi manusia, menghapus stigma dan prasangka, dan
memastikan bahwa warga miskin memiliki akses yang sama terhadap pelayanan
dan kesempatan.
4. Pengentasan kemiskinan: Upaya yang berkelanjutan untuk mengurangi
kemiskinan dan mengatasi ketimpangan sosial dan ekonomi dapat secara
signifikan meningkatkan harga diri warga miskin. Hal ini melibatkan
implementasi kebijakan publik yang tepat, termasuk perlindungan sosial, program
pengentasan kemiskinan, dan pembangunan ekonomi yang inklusif.
Melalui pendekatan yang komprehensif, perhatian terhadap harga diri warga
miskin dapat ditingkatkan, memberikan mereka kesempatan untuk hidup dengan
martabat dan memiliki peran yang setara dalam masyarakat. Tajuk rencana ‘Harga
Diri Warga Miskin’ bertujuan untuk menggambarkan usaha pemerintah dalam
menaggulangi kemiskinan setelah pandemic COVID-19. Artinya, tajuk rencana ini
mungkin akan menyoroti tentang anggaran yang meningkat untuk dana pemberdayaan
social.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penggunakan kalimat efektif dalam tajuk rencana ‘Harga Diri Warga
Miskin’ dalam Kompas.com edisi Juni 2023?

1.3 Teori
1.3.1 Pengertian
Kalimat efektif adalah susunan kata yang mengikuti kaidah bahasa yang baik
dan benar.
1.3.2 Ciri-ciri kalimat efektif
Kalimat efektif memiliki ciri yang membedakannya dengan yang bukan efektif
yaitu:

2
a. Kesepadanan
Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadan
kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik.
Kepadanan kalimat memiliki ciri-ciri;
 Kalimat itu memiliki fungsi yang jelas (subjek predikat ). Hindari
penggunaan kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di
depan.
Cth: Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus
dipatuhi bersama. Kalimat di atas tidak memiliki kesepadanan
karena fungsi subjek tidak jelas.
 Tidak terdapat subjek ganda
Cth: Peringatan hari sumpah pemuda beberapa warga masyarakat
ket s s
menampilkan berbagai kesenian daerah
P O
 Kata penghubung digunakan secara tepat
Cth: Dia datang terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti kuliah
pertama.
Konjungsi sehingga tidak bisa diletakkan di awal kalimat karena
sebagai konjungsi intra kalimat.
 Predikat kalimat tidak didahului kata yang
Cth: Semua regulasi yang menghambat iklim.
S P O

b. Keparalean
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya kalau
bentuk pertama menggunkan kata benda (nominal), bentuk kedua dan seterusnya
harus menggunakan kata benda (nomina). Kalau bentuk pertama menggunakan kata
kerja (verba) bentuk seterusnya harus menggunakan kata kerja (verba).
Cth: Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun ini dijadikan titik tolak,
maka menonjollah beberapa masalah pokok yang minta perhatian dan pemecahan
Reorganisasi administrasi departemen-departemen. Ini yang pertama. Masalah pokok
yang lain yang menonjol ialah penghentian pemborosan dan penyelewengan. Ketiga
3
karena masalah pembangunan ekonomi yang kita jadikan titik tolak , maka kita ingin
mengemukakan faktor lain. Yaitu bagaimana memmobilisir potensi nasional secara
maksimal dalam pembangunan ini.
(kompas).
Bila kita perhatikan kutipan di atas tampak bahwa reorganisasi, pemborosan
dan penyelewengan serta mobilisasi nasional merupakan masalah pokok yang
mempunyai hubungan satu sama lain. Dengan menngunakan konstruksi yang paralel
ketiganya dapat dihubungkan secara dekat, serta akan memberikan tekanan yang lebih
jelas pada ketiganya.

c. Ketegasan
Makna dapat dilakukan dengan meletakkan bagian yang dipentingkan di
bagian awal kalimat. Hal ini dilakukan untuk memberikan penekanan pada hal yang
dimaksud.
Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini!
(1) Pergi kamu!
(2) Kamu pergi!
Jika dilihat, kedua kalimat tersebut tidak ada bedanya. Namun berdasarkan
makna dan tujuan, kedua kalimat tersebut memiliki perbedaan yang nyata. Pada
kalimat (1) penekanannya terletak pada kata pergi. Hal ini memiliki maksud,
bahwasannya harus segera pergi dengan cepat. Sedangkan kalimat (2) penekanannya
terletak pada kata kamu. Hal ini memiliki maksud, bahwasannya yang harus pergi
adalah kamu bukan yang lain.

d. Kehematan
Kehematan adalah hemat menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan:
 Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Cth:
lukisan itu indah.
Lukisan itu akan saya beli.
Jika digabungkan menjadi
4
Lukisan indah itu akan saya beli.
Lukisan itu akan saya beli karena indah.
Saya beli lukisan itu indah.
S p o

e. Kecermatan
Kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata , penyusunan kata, dan
penggunaan logika dalam kalimat.
Kecermatan mengikuti beberapa aspek di antaranya;
1. Ketepatan dalam sturktur kalimat
Cth: mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima beasiswa.
Penggunaan kata di atas menyebakan kalimat bermakna ganda. Yang
terkenal itu mahasiswa atau perguruan tinggi?
2. Pemilihan kata
Cth: Sebagian toko tertutup sehingga para korban gempa mengonsumsi
makanan sesuai dengan ketersediaan yang ada.
3. Penggunaan ejaan
Cth: Menurut cerita Ibu Sari adalah orang pandai di desa itu.
Kekurangan penggunaan tanda koma di atas menyebabkan makna
menjadi kabur. Apakah orang pandai di desa itu Ibu, Ibu Sari, atau seseorang.

f. Kepaduan/koheren
Kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga kalimat yang disampaikan
tidak terpecah-pecah. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan
cara berpikir yang tidak sistematis.
Kepaduan menunjukkan adanya hubungan timbal balik yang dan jelas antar
unsur-unsur (kata atau kelompok kata ) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana
hubungan subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objeknya , serta
keterangan –keterangan lain yang menjelaskan tiap unsur-unsur pokok tadi.
1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele, hindari kalimat yang panjang.
2. Kalimat yang padu menggunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat persona.

5
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata antara predikat
kata kerja dan objek.

g. Kelogisan
Ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah yang
berlaku. Kelogisan berhubungan dengan penalaran, yaitu proses berpikir untuk
menghubung-hubungkan fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuk Rencana


Harga Diri Warga Miskin

KOMPAS/
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Rumah-rumah lanting berjejer di sepanjang Sungai Kahayan, Kota Palangkaraya,
Kalimantan Tengah, Selasa (27/3/2018). Sebagian besar warga miskin di Kalimantan
Tengah tinggal di pinggir sungai dengan rumah lanting atau rumah yang mengapung
di atas air.

Persoalan kemiskinan menjadi persoalan setiap pemerintahan. Pemerintah


sekarang berusaha menuntaskan masalah ini. Dana besar dikucurkan dalam program
perlindungan sosial. Pemerintah menaikkan usulan anggaran perlindungan sosial
atau perlinsos tahun depan hingga melebihi alokasi selama pandemi Covid-19 untuk
mengejar target pengentasan rakyat dari kemiskinan ekstrem. Dalam paparan
Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM- PPKF) Tahun
Anggaran 2024, Kementerian Keuangan mengusulkan alokasi anggaran perlindungan
sosial Rp 503,7 triliun sampai Rp 546,9 triliun. Setelah pendidikan, usulan anggaran
itu menjadi alokasi kedua terbesar dalam kerangka Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara 2024 (Kompas, 5/6/2023).

7
Pemerintah beralasan anggaran yang meningkat itu terutama dibutuhkan untuk
menghapus kemiskinan ekstrem pada 20224. Meskipun demikian, keinginan ini
memunculkan kritik. Instrumen bantuan sosial bukan satu-satunya solusi. Untuk
menurunkan jumlah orang miskin secara signifikan, dibutuhkan pendekatan
komprehensif dan produktif lewat penciptaan lapangan kerja.
Kita perlu mempertanyakan dari mulai alasan hingga prosedur dan
penggunaan anggaran perlindungan sosial ini. Alasan peningkatan itu sendiri sejauh
ini belum meyakinkan. Semua pasti sepakat bahwa masalah kemiskinan harus
dituntaskan namun tentu tidak bisa dengan begitu saja meningkatkan dana
perlindungan sosial. Kita belum memiliki contoh-contoh yang kuat sehingga dengan
pengucuran dana maka masalah kemiskinan akan tuntas.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA


Anteran warga yang menunggu untuk mengambil bantuan langsung tunai di
Kantor Pos, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/7/2020). Mereka
mendapatkan Rp 600 ribu per bulan untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup
selama pandemi Covid-19.
Riwayat sukses sebuah program bisa digunakan untuk mereplikasi penuntasan
masalah kemiskinan namun sepertinya tidak kita tidak mempunyai contoh yang cukup
bahwa masalah tersebut tuntas dengan memperbesar anggaran perlindungan sosial.
Dana perlindungan sosial memang dibutuhkan untuk warga yang terjerat dalam
kemiskinan ekstrem namun tentu masalah ini perlu ditindaklanjuti dengan program
pemberdayaan.

8
Dari sisi prosedur, pengaliran dana, terutama yang tunasi, selalu memunculkan
polemik sejauh belum ada instrumen pengawasan yang memadai. Pengaliran dan
penggunaan dana masih membutuhkan pengawasan yang ketat sehingga dana tiba di
penerima dalam jumlah dan waktu yang tepat. Korupsi tetap menjadi masalah yang
mudah muncul ketika dana tunai mengalir ke warga.
Di ujung adalah soal penggunaan. Kita berharap dana perlindungan sosial tiba
dan digunakan oleh penerima secara tepat. Akan tetapi tentu pemerintah tidak bisa
memantau terlalu dalam. Kita berharap penggunaan dana bisa benar-benar untuk
menangani kemiskinan. Memastikan peran perempuan (ibu) di dalam pengelolaan
dana tunai di masyarakat sedikit banyak bisa menekan penyalahgunaan dana yang
diterima.
Di samping itu harga diri masyarakat perlu dibangun melampaui pengaliran
dana untuk menuntaskan masalah kemiskinan. Pembukaan lapangan pekerjaan
melalui wadah kewirausahaan lebih memberdayakan mereka dan juga produktif.
Pemerintah perlu berusaha mencari cara yang tepat untuk mengangkat harga
diri warga miskin.
Editor: ANDREAS MARYOTO

Pada bab ini menjelaskan contoh kalimat yang sudah dibenarkan menjadi
kalimat efektif dalam wacana tajuk rencana kelompok kami yang berjudul ”Bumi
Memanas, Ruang Hidup Menyempit’
 Perbaikan Paragraf pertama kalimat (1,2,3,4,5,6)
1. Kemiskinan menjadi persoalan setiap pemerintahan.
2. Pemerintah sekarang berusaha menuntaskan masalah ini.
3. Dana besar dikucurkan dalam program perlindungan sosial.
4. Pemerintah menaikkan usulan anggaran perlindungan sosial
atau perlinsos tahun depan hingga melebihi alokasi selama pandemi Covid-
19 untuk mengejar target pengentasan rakyat dari kemiskinan ekstrem.
5. Paparan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
(KEM- PPKF) Tahun Anggaran 2024, Kementerian Keuangan mengusulkan
alokasi anggaran perlindungan sosial Rp 503,7 triliun sampai Rp 546,9
triliun.

9
6. Setelah pendidikan, usulan anggaran itu menjadi alokasi kedua terbesar
dalam kerangka Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2024
(Kompas, 5/6/2023).

 Perbaikan Paragraf kedua kalimat (7,8,9,10)


7. Pemerintah beralasan anggaran yang meningkat itu dibutuhkan untuk
menghapus kemiskinan ekstrem pada 2024.
8. Meskipun demikian, keinginan ini memunculkan kritik.
9. Instrumen bantuan sosial bukan satu-satunya solusi.
10. Menurunkan jumlah orang miskin secara signifikan, dibutuhkan pendekatan
komprehensif dan produktif lewat penciptaan lapangan kerja.
 Perbaikan Paragraf ketiga kalimat (11,12,13,14)
11. Kita perlu mempertanyakan dari alasan hingga prosedur dan penggunaan
anggaran perlindungan sosial ini.
12. Alasan peningkatan itu sendiri, sejauh ini belum meyakinkan.
13. Semua pasti sepakat bahwa masalah kemiskinan harus dituntaskan namun,
tentu tidak bisa begitu saja meningkatkan dana perlindungan sosial.
14. Kita belum memiliki contoh-contoh yang kuat sehingga, dengan pengucuran
dana maka masalah kemiskinan akan tuntas.
 Perbaikan Paragraf keempat kalimat (15,16)
15. Antrean warga yang menunggu untuk mengambil bantuan langsung tunai di
Kantor Pos, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (6/7/2020).
16. Mereka mendapatkan Rp 600 ribu per bulan untuk membantu memenuhi
kebutuhan hidup selama pandemi Covid-19.
 Perbaikan Paragraf kelima kalimat (17,18)
17. Riwayat sukses sebuah program bisa digunakan untuk mereplikasi
penuntasan masalah kemiskinan namun, kita tidak mempunyai contoh yang
cukup bahwa, masalah tersebut tuntas dengan memperbesar anggaran
perlindungan sosial.
18. Dana perlindungan sosial memang dibutuhkan untuk warga yang terjerat
dalam kemiskinan ekstrem namun, tentu masalah ini perlu ditindaklanjuti
dengan program pemberdayaan.
 Perbaikan Paragraf keenam kalimat (19,20,21)

10
19. Dari sisi prosedur pengaliran dana, terutama yang tunai, selalu memunculkan
polemik sebelum ada instrumen pengawasan yang memadai.
20. Pengaliran dan penggunaan dana masih membutuhkan pengawasan yang
ketat sehingga di penerima, dana tiba dalam jumlah dan waktu yang tepat.
21. Korupsi tetap menjadi masalah yang mudah muncul ketika, dana tunai
mengalir ke warga.
 Perbaikan Paragraf ketujuh kalimat (22,23,24,25,26)
22. Terakhir adalah soal penggunaan.
23. Kita berharap dana perlindungan sosial tiba dan digunakan oleh penerima
secara tepat.
24. Akan tetapi, tentu pemerintah tidak bisa memantau terlalu dalam.
25. Kita berharap penggunaan dana bisa untuk menangani kemiskinan.
26. Memastikan peran perempuan (ibu) dalam pengelolaan dana tunai di
masyarakat, sedikit banyak bisa menekan penyalahgunaan dana yang
diterima.
 Perbaikan Paragraf kedelapan kalimat (27,28,29)
27. Selain itu, harga diri masyarakat perlu dibangun melampaui pengaliran dana
untuk menuntaskan masalah kemiskinan.
28. Pembukaan lapangan pekerjaan melalui wadah kewirausahaan lebih
memberdayakan mereka dan juga produktif.
29. Pemerintah perlu berusaha mencari cara yang tepat untuk mengangkat harga
diri warga miskin!

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kalimat Efektif merupakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas
maknanya, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Suatu kalimat dapat
dikatakan kalimat efektif apabila memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu,
Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya, Tidak menimbulkan kesalahan
dalam menafsirkan maksud sang penulis, Menyampaikan pemikiran penulis kepada
pembaca atau pendengarnya dengan cepat, dan Sistematis tidak bertele-tele.
Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri yaitu, kesepadanan struktur,
kepararelan bentuk, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan serta
kelogisan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Mahsusi, Juni.2023. Kalimat Efektif.Tembilahan.Indragiri Hilir.
Kompas.com.(2023,05 Juni). Harga Diri Warga Miskin. Diakses pada 07 Juni 2023, dari
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/06/05/harga-diri-warga-miskin

iii
LAMPIRAN

iv
v
vi

Anda mungkin juga menyukai