Anda di halaman 1dari 28

1

BAB II
PEMBAHASAN

I. Perawat sebagai profesi


A. Pengertian Keperawatan
Menurut Lokakarya Nasional Keperawatan 1983, Keperawatan merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek biologi,psikologi,sosial dan
spiritual yang bersifat komprehensif ditujukan kepada individu,keluarga dan
masyarakat yang sehat maupun sakit mencangkup siklus hidup manusia untuk
mencapai derajat kesehatan optimal.
B. Pengertian Profesi
1. Wilensky (1964) , Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan
yang membutuhkan dukungan dengan badan ilmu (body of knowledge) sebagi
dasar untuk pengembangan teori yang sistematis guna menghadapiu banyak
tantangan baru, memerlukan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta
memiliki kode etik denganj focus utama pada pelayanan (altruism).
2. Schein E. H (1962), Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang
membangun suatu set norma tertentu dan berasal dari perannya yang khusus di
masyarakat.
3. Hughes, Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu
dengan lebih baik disbanding orang lain (klien).
4. Hamid A. Y (1996), Profesi merupakan pekerjaan yang ditujukan untuk
kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok
tertentu
5. DeYoung (1985), Profesi merupakan keterkaikatan adanya 7 elemen yang
memiliki dasar ilmu yang kuat,berorientasi pada pelayanan,mempunyai
otoritas,memiliki kode etik,mempunyai organisasi profesi,melakukan penelitian
secara terus menerus serta memiliki otonomi.
C. Ciri – Ciri Profesi
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi
(occupation) meskipun keduanya sama – sama melakukan pekerjaan tertentu.Profesi
mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :
3

1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus –
menerus, dan bertahap.
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara lehal melalui
perundang – undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan pareturan – peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga
profesi (Winsley, 1964).
D. Kriteria Profesi
1. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.
2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara
terus – menerus.
3. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
4. Lulus dari pendidikan tinggi.
5. Mandiri dalam penampilan, aktivitas, dan fungsi.
6. Mwmiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
7. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.
E. Wilayah Kerja Profesi
1. Pembinaaan organisasi profesi.
2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.
3. Pembinaan pelayanan profesi.
4. Pembinaan iptek.
F. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi
Menurut Prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri – ciri
sebagai berikut:
1. Memberi pelayanan/asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu
dan keterampilan serta kode etik keperawatan.
2. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga
diharapkan mempu untuk:
a) Bersikap profesional,
b) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional,
c) Memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan
4

d) Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.


3. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikur sesuai dengan kaidah suatu profesi
dalam bidang kesehatan, yaitu:
a) Sistem pelayanan/asuhan keperawatan,
b) Pendidikan/pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut,
c) Perumusan standar keperawatan (asuhan keperawatan, pendidikan
keperawatan registrasi/legislasi), dan
d) Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan
terarah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dean teknologi.
Dengan melihat sebagai definisi, ciri, dan kriteria profesi yang telah disebutkan di atas
maka dapat dianalisis bahwa keperawatan di Indonesia saat ini telah:
1. Memiliki badan ilmu dan telah diakui secara undang – undang oleh pemerinyah
Indonesia melalui UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesahatan.
2. Memiliki institusi pendidikan jenjang perguruan tinggi, yakni AKPER/DIII
Keperawatan, DIV Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan (S1), dan Program
Pasca Sarjana Keperawatan (S2).
3. Memiliki kode etik keperawatan, standar profesi, standar praktik keperawatan,
standar pendidikan keperawatan, dan standar asuhan keperawatan.
4. Memiliki legislasi keperawatan (sedang diproses menjadi undang – undang).
5. Memiliki organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indinesia (PPNI).
6. Memberikan asuhan keperawatan secara mandiri menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
7. Melaksanakan riset keperawatan.

II. Paradigma perawat Indonesia


A. Falsafah Keperawatan
1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan.
2. Falsafah Keperawatan: kenyakinan perawat terhadap nilai-nilai keperawatan yang
menjadi pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
B. Keyakinan yang Harus dimiliki Perawat
1. Manusia adalah individu yang unik holistic
2. Meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pasien/keluarga.
5

4. Proses keperawatan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus
C. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh
perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.Unsur
paradigma keperawatan:

1. Keperawatan
a) Memberikan layanan kesehatan
b) Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c) Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d) Melaksanakan intervensi keperawatan :
(1) Promotif
(2) Preventif
(3) Kuratif
(4) Rehabilitatif
2. Manusia
a) Manusia sebagai makhluk unik, mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda
b) Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka
memerlukan berbagai masukan dari subsistem dan suprasistem
c) Manusia sebagai makluh holistik
(1) Manusia sebagai makhluk bio
(2) Manusia sebagai makhluk psiko
(3) Manusia sebagai makhluk social
(4) Makhluk sebagai makhluk spiritual
d) Kebutuhan Manusia
6

(1) Kebutuhan aktualisasi diri


(2) Kebutuhan harga diri
(3) Kebutuhan cinta dan dicintai
(4) Kebutuhan keselamatan dan keamanan
(5) Kebutuhan fisiologis
3. Sehat-Sakit
a) Sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik, mental, dan
sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO)
b) Sehat adalah kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan
tugasnya secara efektif (parson)
c) Sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial, yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang –
Undang Kesehatan RI No.23 Tahun 1992)
Perilaku Sakit
a) Tidak memegang tanggung jawab selama sakit
b) Bebas dari tugas dan peran social
c) Berupaya mencapai kondisi sehat secepat mungkin
d) Bersama keluarga mencari bantuan dengan segera
Efek Sakit Terhadap Peran Individu
a) Perubahan Peran
b) Masalah keungan
c) Kesepian
d) Perubahan kebiasan sosial
4. Sakit
a) Sakit adalah ketidak seimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk
jumlah sistem biologis dan kondisi kondisi penyesuaian ( parson).
b) Sakit adalah adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang dirasakan, dan
kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun (Bauman).
c) Sakit adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas jasmani maupun sosial
(perkins).
kesimpulanya sakit adalah keadaan tidak normal atau sehat. (Rentang Sehat -
Sakit
7

5. Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan


a) Pendidikan
b) Adat istiadat
c) Kepercayaan
d) Kebiasaan
e) Sosial ekonomi
D. Perkembangan Ilmu Keperawatan
1. Ilmu
Merupakan kumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui
penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah).
Karakteristik ilmu :
a) Mempercepat rasional sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan yang benar
b) Mempunyai alur pikir yang logis dan konsisten dengan pengetahuan yang
telah ada
c) Melalui pengujian empiris sebagai kriteria kebenaran objektif
d) Memiliki mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
2. Keperawatn Sebagai Ilmu
a) Ilmu keperawatan ditinjau dari sudut filsafat ilmu (philosophy of science)
b) Cara pengetahuan diperoleh dan disusun (epistemologi)
c) Serta nilai yang terkait dengan pengetahuan (aksiologi), Ilmu Keperawatan
ditinjau dari sudut ontology:
(1) Mempunyai pengertian , falsafah , sejarah, tujuan, penerima layanan
keperawatan, fokus keperawatan, objek formal, objek materi.
(2) Objek materia ilmu keperawatan adalah manusia yang tidak dapat
berfungsi secara sempurna dalam kaitannya dengan kondisi kesehatan dan
proses penyembuhan.
8

(3) Titik fokus dalam keperawatan adalah respon manusia terhadap


ketidakseimbangan yang dapat ditangani dengan ASKEP.
(4) Objek formal : bantuan bagi individu dalam proses penyembuhan secara
holistik.
3. Ilmu Keperawatan Dari Sudut Epistemologi, sifat / karakteristik ilmu
keperawatan
a) Pengetahuan umum(public knowledge)
b) Objektif
c) Abstraksi
d) Konseptual
e) Generalisasi
Untuk mengembangkan ilmu keperawatan dibutuhkan ilmu lain sebagi
pembentuk body of knowledge ilmu keperawatan antara lain:
a) Kelompok ilmu humaniora, metodologi, hukum dan etika
b) Kelompok ilmu alam dasar : biofisika, kimia, biologi
c) Kelompok ilmu perilaku yang mencakup psikologi
d) Kelompok ilmu sosial : sosiologi, antropologi,demografi dan politik
e) Kelompok ilmu biomedik : anatomi, fisiologi, biokimia, patofisiologi,
farmako dll
f) Kelompok ilmu kesehatan masyarakat
g) Kelompok ilmu kedokteran klinik : penyakit syaraf, kulit dll
4. Ilmu Keperawatan Dari Sudut Aksiologi
a) Aplikasi asas moral dari ilmu keperawatan adalah tanggung jawab
profesional terhadap klien , masyarakat dan Tuhan YME.
b) Asas moral yang terkandung dalam ilmu keperawatan dimanifestasikan
kedalam kode etik keperwatan
c) Kode etik keperawatan : asas/moral tertulis yang harus dijadikan
pedoman/prinsip bagi setiap perawat dalam berinteraksi dengan klien agar
perilaku perawat tetap dalam koridor kebenaran.
E. Kode etik keperawatan Indonesia(PPNI)
1. Perawat dan klien
a) perawat dalam memberikan layanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia
9

b) Perawat dalam memberikan layanan keperawatan senantiasa memelihara


seasana lingkungan yg menghargai nilai-nilai budaya
c) Tanggung jawab utama perawat adalah mereka yang membutuhkan ASKEP
d) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yg diketahui dgn tugas yg
dipercayakan kepadanya
2. Perawat dan praktik
a) Perawat dan masyarakat
b) Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang keperawatan
c) Perawat senantiasa memelihara mutu layanan keperawatan yang tinggi dan
professional
d) Perawat menbuat keputusan berdasarkan informasi yang adekuat
e) Perawat senantiasa menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan
3. Perawat dan masyarakat
Perawat mengembang tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan kebutuhan kesehatan
masyarakat
4. Perawat dan rekan sejawat
a) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dgn sesama perwat
maupun tenaga kesehatan lain
b) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberi
layanan yang tidak kompeten, tidak etis, dan illegal
5. Perawat dan profesi
a) Perawat mempunyai peran penting dlm menentukan standar pendidikan
dan layanan keperawatan
b) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
c) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yg kondusif demi terwujudnya ASKEP yg
bermutu tinggi.

III. Bentuk dan Karakteristik Praktik Professional Perawat


A. Pengertian Praktik Keperawatan Profesional
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
10

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif serta ditujukan


kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh siklus kehidupan manusia (Lokakarya keperawatan Nasional 1983.
Hakikat Praktik Keperawatan senatiasa mengabdi kepada kemanusiaan atau
berbentuk pelayanan humanistik mendahulukan kepentingan kesehatan klien askep
merupakan inti praktek keperawatan hubungan profesional perawat-klien mengacu
pada sistem interaksi secara positif atau hubungan terapiutik, karakteristik hubungan
profesional :
1. Berorientasi pada kebutuhan klien
2. Diarahkan pada pencapaian tujuan
3. Bertanggung jawab dlm menyelesaikan masalah klien
4. Memahami kondisi klien dengan berbagai keterbatasan
5. Memberi penilaian berdasarkan norma yang disepakati
6. Berkewajiban membantu klien agar mampu mandiri
7. Berkewajiban membina hubungan saling percaya
8. Bekerja sesuai kaida etik, menjaga kerahasiaan
9. Berkomunikasi secara efektif
Pelayanan professional adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh seorang tenaga
yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan
oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan.
Praktik Keperawatan Profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Otonomi dalam Pekerjaan
Perawat mempunyai kemandirian. Perawat mempunyai hak melakukann
tugasnya tanpa campur tangan dari luar.
2. Bertanggung Jawab dan Bertanggung Gugat
Perawat harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dia kerjakan. Misal
dalam hal member suntikan harus sesuai waktu dan dosisnya. Perawat juga
harus berhati-hati dan jujur serta teliti dalam melakukan kegiatan keperawatan.
3. Pengambilan Keputusan yang Mandiri
Kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa
kendali dari luar. Seorang perawat dapat melaksanakan tugasnya sebagai
seorang perawat, karena telah memperoleh pendidikan perawat, dan sudah
menjadi sebagai perawat profesional.
11

4. Kolaborasi dengan disiplin lain


Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi
dengan disiplin ilmu lain. Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang, perawat
membutuhkan tenaga radiologi untuk melakukan rongent.
5. Pemberian pembelaan (advocacy)
Pembelaan disebut juga dukungan (advocacy). Yaitu bertindak demi hak klien
untuk mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan interaksi untuk
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya serta berhadapan
dengan pihak – pihak lain yang lebih luas (system at large).
6. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien.
Tujuan Praktik Keperawatan Professional diantaranya adalah untuk membantu
individu agar mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi
dalam bidang kesehatan, kemudian membantu individu mengembangkan potensi
untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain
dalam memelihara kesehatan, serta membantu individu memperoleh derajat
kesehatan secara optimal.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan professional pada kondisi
sehat dan sakit, serta sepanjang daur kehidupan (mulai dari konsepsi sampai
meninggal dunia), mencangkup hal- hal berikut :
1. Asuhan keperawatan anak, yaitu asuhan keperawatan yg diberikan pada anak
berusia mulai dari 28hari sampai 18th.
2. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada
masa subur dan neonates (bayi baru lahir sampai 28hr sampai keadaan sehat).
3. Asuhan medical bedah, yaitu asuhan pada klien usia diatas 18 th sampai 60 th
dengan gangguan fungsi tubuh baik karena trauma atau kelainan fungsi tubuh.
4. Asuhan keperawatan jiwa yaitu asuhan keperawatan pada semua usia yang
mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
5. Asuhan keperawatan keluarga yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga
sebagai unit terkecil dalaam masyarakat sebagai akibat pola penuyesuaian
keluarga yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitas yaitu asuhan keperawatan kepada klien
masyarakat pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
12

7. Asuhan keperawatan gerontik yaitu asuhan keperawatan pada klien usia 60


tahun ke atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.
B. Nilai-nilai yang Terkandung Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap
suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang.
Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting
dan sering diartikan sebagai perilaku personal.Nilai-nilai profesional yang terkait
dalam praktik keperawatan dapat dibagi menjadi :
1. Nilai intelektual, terdiri dari 3 komponen yang terkait, yaitu :
a) Body of knowladge yang melandasi praktik professional.
b) Pendidikan spesialisasi untuk meneruskan kelompok ilmu pengetahuan.
c) Penggunaan pengetahuan dalam berpikir kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen mora, prilaku perawat harus dilandasi oleh aspek moral sebagai
berikut :
a) Benificience yang berarti sebagai seseorang profesional perawat harus
selalu mengupayakan tiap keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan
untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien (johnstone,1994).
b) Adil berarti tidak mendiskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial
budaya, ekonomi, tetapi memperlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c) Fidelity yang berarti bahwa perilaku caring, selalu berusaha menempati
janji, memberikan harapan yang memadai, memiliki komitmen moral serta
memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali, dan tanggung gugat
a) Otonomi berarti kebebasan dari kewenangan melakukan tindakan secara
mandiri.
b) Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu
atau orang.
c) Tanggung gugat berarti bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan
suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam
praktek keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan tujuh (7)
nilai-nilai esensial dalam kehidupan profesional, yaitu:
13

1. Aesthetics (keindahan), Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian,


seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas, imajinasi,
sensitifitas dan kepedulian.
2. Altruism (mengutamakan orang lain), Kesediaan memperhatikan
kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen,
arahan, kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan), Memiliki hak atau status yang sama termasuk
penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi.
4. Freedom (Kebebasan), Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk
percaya diri, harapan, disiplin serta kebebasan dalam pengarahan diri sendiri.
5. Human Dignity (Martabat manusia), Berhubungan dengan penghargaan yang
lekat terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya
kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap
kepercayaan.
6. Justice (Keadilan), Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal
termasuk objektifitas, moralitas, integritas, dorongan dan keadilan serta
kewajaran.
7. Truth (Kebenaran), Menerima kenyataan dan realita, termasuk akontabilitas,
kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional.
Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti
sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses
yang memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui
perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah
pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari
suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-nilai
mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan.
Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh
perawat:
1. Pilihan
a) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap
individu
b) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan,
asuhan yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi
14

hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan sebagaimana


kita ingin diperlakukan.
c) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan
merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
2. Penghargaan
Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa
senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau
klien serta sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan
hubungan interpersonal yang dilakukan. Dapat mempertahankan nilai-nilai
tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia memperhatikan martabat
manusia sebagaimana mestinya.
3. Tindakan
Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari,
upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam
kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan
yang dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral
yang dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan
dengan sejawat atau pasien dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa
terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu :
penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat
mungkin kita tidak lagi merasa nyaman.Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai
merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa
keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati
martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

IV. Peran Perawat Profesional


Keperawatan di Indonesia merupakan pelayanan yang diberikan secara profesional.
Definisi ini juga mempertegas bahwa keperawatan merupakan profesi bukan sekedar
pekerjaan atau vokasi, hal ini antara lain dinyatakan dengan kalimat didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan.Ciri-ciri atau tanda-tanda profesionalisme keperawatan:
A. Peningkatan dasar pengetahuan yang diberikan pada tingkat universitas dan orientasi
pengetahuan pada tingkat pascasarjana dan doktor (graduate level) keperawatan.
15

B. Perwujudan kompetensi yang berasal dari dasar teori penegakan diagnosa dan
penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual atau potential
(ANA, 1980).
C. Spesialisasi ketrampilan dan kompetensi yang membatasi keahlian (Miller, 1985).
D. Secara umum tenaga profesional sering diidentifikasi sebagai:
1. seorang yang serius terhadap perkerjaannya
2. berpenampilan sangat baik, dan mendemonstrasikan etik dan tanggung jawab
terhadap pekerjaannya (Ellis dan Hartley, 1980).
Para perawat percaya bahwa tenaga profesional dalam bekerja tidak terlepas dari empat
esensi profesionalisme yaitu kompetensi, standar etik yang tinggi, pengetahuan yang
memadai dan, Welas asih (kasih sayang). Keprofesionalan dari kemampuan perawat :
A. Berinspirasi
B. Menjalin rasa percaya dan konfidensi dengan pasien,
C. Mempunyai pengetahuan yang memadai,
D. Kapabilitas terhadap pekerjaan.
Ciri profesional antara lain terbuka dengan ide baru, memiliki rasa humor, dapat
berinteraksi dengan orang lain secara harmonis, berpenampilan baik, periang dan dalam
bekerja tidak semata-mata berorientasi pada uang. Praktik keperawatan berarti membantu
individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang
optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan
diagnosa, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai
tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.Registered nurse
berarti seseorang yang melakukan praktik keperawatan profesional dengan:
A. Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok

B.Menegakkan diagnosa keperawatan

C.Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan

D. Membuat rencana strategi perawatan

E.Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi perawatan

F. Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan orang lain,


dan tidak bertentangan dengan undang-undang

G. Mempertahankan perawatan yang aman dan efektif baik langsung maupun tidak
langsung
16

H. Melakukan evaluasi respon terhadap intervensi

I. Mengajarkan teori dan praktik keperawatan

J. Mengelola praktik keperawatan dan

K. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengelola perawatan kesehatan.

Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan kesehatan (Kozier, Erb,
1990)
1. Peningkatan kesehatan (Health promotion). Dalam kegiatan ini, perawat membantu
masyarakat mengembangkan sumber-sumber atau meningkatkan
kesejahteraan/kesehatannya. Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah
mencapai derajat kesehatan yang optimal (lihat SKN). Contoh kegiatan di sini adalah
menjelaskan manfaat program latihan bagi pasien.
2. Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance). Perawat melakukan aktivitas untuk
membantu masyarakat mempertahankan status kesehatannya. Contoh kegiatan di sini
adalah mengajarkan atau menganjurkan seorang usia lanjut melakukan latihan untuk
mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot.
3. Pemulihan kesehatan (Health restoration). Perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatan setelah pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Sebagai contoh
adalah mengajarkan pasien merawat luka pembedahan atau membantu orang cacat
mempertahankan kekuatan fisik seoptimal yang dapat dilakukan.
4. Perawatan orang yang menjelang ajal. Perawat memberikan rasa nyaman dan merawat
orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah
dan fasilitas kesehatan yang lain.

V. Kolaborasi dan pengambilan keputusan dalam praktik professional perawat


Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi dengan pasien.
Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam praktek rumah
sakit dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja diunit perawatan
pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan prosedur dan
menginternalisasi peran.
Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional
kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005).
17

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek
profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara
dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan
bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek
dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang
berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama
anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim.Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.Kolaborasi menyatakan bahwa
anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen
penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung
jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia mengartikan
18

sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang
ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi.
Pertemuan profesional dokter-perawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi
dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat menjadi fasilitator
demi terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau
kebijakan yang mengatur interaksi diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu
data kesehatan pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan perawat
dapat juga dijadikan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter-
perawat dan mahasiswa perawat maupun mahasiswa kedokteran, dengan tujuan
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dokter dan
perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan pasien secara efektif.
Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya untuk menanamkan sejak dini pentingnya
kolaborasi bagi kemajuan proses penyembuhan pasien. Kegiatan ronde bersama dapat
ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala untuk membahas kasus-kasus tertentu sehingga
terjadi trasnfer pengetahuan diantara anggota tim.

VI. Hubungan Interpersonal Perawat


Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi dan pada semua bidang
kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan. Dalam arti sempit adalah komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam
situasi kerja (work stuation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) (Kelly
dalam Widayatun, 1999).
1. Aspek-aspek dalam Hubungan Interpersonal
Dalam suatu organisasi antara pimpinan dengan pimpinan, antara satu
karyawan dengan karyawan yang lain, antara buruh dengan majikannya saling
memiliki kepentingan bersama. Maka diantara mereka terjadi saling ketergantungan.
Adanya ketergantungan tersebut maka mereka akan saling memperhatikan
kepentingan masing-masing dari sudut pandang kebersamaan dan mereka akan
19

saling bekerjasama dengan baik sehingga kepentingan masing-masing pihak akan


dapat terpenuhi (Davis dalam Kusjarwati, 2001).
Hal ini sama dengan pendapat yang disampaikan Ismani (2001), untuk
melaksanakan tugasnya memberikan pelayanan yang baik kepada individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat seorang perawat profesional harus dapat
bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan tugasnya. Jelaslah
bahwa hubungan interpersonal adalah hal yang sangat penting dalam situasi kerja
(work stuation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization).
Menurut Davis dan Yoder (dalam Kusjarwati, 2001) mengatakan bahwa aspek-
aspek dalam hubungan interpersonal ada dua yaitu komunikasi dan partisipasi.
a) Komunikasi
Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia
berinteraksi dengan manusia lain yang berlangsung dalam kontak tatap muka
dimana pesan-pesan mengalir melalui saluran-saluran yang bersifat antar
manusia (Purwanto, 1988).
Hubungan interpersonal yang baik merupakan hal yang paling penting
dalam komunikasi interpersonal karena setiap kali melakukan komunikasi yang
efektif bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan (content) tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonal (relationship). Dengan semakin
baiknya hubungan interpersonal semakin terbuka orang untuk mengungkapkan
dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung (Rahmat,
1993).
Dalam berkomunikasi ditempat kerja ada beberapa aspek yang berperan
(Rahmat, 1993) yaitu:
(1) Percaya (Trust)
Faktor percaya adalah merupakan faktor yang paling penting karena
rasa percaya akan menyebabkan komunikasi yang terbuka, mengungkapkan
pikiran dan perasaan sehingga terjalin hubungan yang akrab yang
berlangsung secara mendalam. Ada tiga hal yang menumbuhkan sikap
percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran. Menerima adalah
kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa
mengendalikan dan melihat manusia sebagai individu yang patut dihargai.
Empati adalah pengungkapan diri kepada orang lain dan menghindari
20

kepura-puraan. Kejujuran mempunyai makna tidak menutup-nutupi dan


memperlihatkan apa adanya.
(2) Dukungan (Suportif)
Biasanya yang tampak dari sikap ini adalah: (a) Deskribsi yaitu
penyampaian perasaan tanpa menilai dan menerima mereka sebagai
individu yang patut dihargai. (b) Orientasi masalah adalah
mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan
masalah. (c) Spontanitas adalah sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti
motif yang terpendam. (d) Persamaan adalah sikap memperlakukan orang
lain secara horisontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan kita tidak
mempertegas perbedaan.
(3) Empati
Komunikasi memerlukan adanya empati yang dimiliki oleh para
pelakunya. Empati yang terjadi selama komunikasi berlangsung menjadikan
para pelakunya mempunyai pemahaman yang sama mengenai perasaan
masing-masing. Karena masing-masing pihak berusaha untuk merasakan
apa yang dirasakan oleh orang lain dengan mengunakan cara yang sama.
(4) Sikap Terbuka
Karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut : Menilai
pesan secara obyektif, berdasarkan kenyataan yang logis, berorientasi pada
isi pembicaraan bukan siapa yang bicara, Mencari informasi dari berbagai
sumber, Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercaayaan
yang tidak sesuai, Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan
rangkaian kepercayaannya, dan maksudnya orang yang terbuka bersedia
menghadapi perbedaan gagasan, dan mau dialog bersama sehingga tercapai
suatu pengertian.
(5) Partisipasi
Dalam Hubungan interpersonal pimpinan harus melibatkan karyawan
untuk berpartisipasi terhadap pekerjaan sebab bawahan tidak akan memiliki
motivasi yang tinggi bila mereka tidak diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai (Kusjarwati,
2001). Demikian juga dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap
pasien tidak akan mencapai tujuan yang optimal apabila dokter dan perawat
tidak saling partisipasi dan bekerja sama.
21

Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkunegoro (2000), partisipasi merupakan


keterlibatan mental dan emosional sesorang dalam situasi kelompok yang
mendorong dirinya untuk memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan
kelompok serta bertanggung jawab didalamnya.
Indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian partisipasi adalah merasa
dihargai, merasa ikut memiliki, dan merasa diikutsertakan. Dengan partisipasi
karyawan (perawat) diharapkan bekerja dengan penuh semangat meskipun saat itu
tidak ada pengawasan (Nitisemito, 1996).

2. Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik Keperawatan


Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional perawat harus dapat bekerja
sama dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan tugasnya untuk memberikan
pelayanan yang baik pada individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat.Ismani (2001), menyampaikan hubungan kerja perawat dalam
menjalankan praktiknya adalah:
a) Hubungan Kerja Perawat dengan Pasien
Perawat mempunyai hak dan kuwajiban untuk melaksanakan asuhan
keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan bio, psiko, sosial dan
spiritual sesuai kebutuhan pasien. Hubungan yang baik anatara perawat dan
pasien akan terjadi bila: terdapat saling percaya, perawat benar-benar
memahami hak-hak pasien, perawat harus sensitif terhadap perubahan-
perubahan kondisi pasien akibat penyakit, perawat harus memahami
keberadaan pasien sehingga sabar dan tetap mempertimbangkan etik dan
moral, bertanggung jawab dan bertanggung gugat, dan Perawat harus dapat
menghindari konflik dengan pasien dengan cara membina hubungan yang
baik.
b) Hubungan Kerja Perawat dengan Teman Sejawat
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerjasama
dengan teman sejawat demi meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Perawat harus bisa membina hubungan baik dengan semua perawat
dilingkungan kerjanya, Harus saling menghargai dan tenggang rasa yang
tinggi. Perawat harus dapat memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh,
silih asah dan silih asih.
22

c) Hubungan Kerja Perawat dengan Profesi Lain Yang Terkait


Dalam menjalankan tugasnya perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain, misalnya dokter, ahli gizi tenaga
laboratorium, tenaga radiologi dan sebagainya. Masalah-masalah yang muncul
dalam keperawatan dengan melihat masalah keperawatan dan medis, perawat
tidak akan exist bila bekerja sendiri tanpa profesi kesehatan lain, karena
perawat bekerja lebih pada bidang perawatan dan keperawatannya namun pada
kenyataannya lebih dari hal itu. Misalnya melaksanakan monitoring respon
pasien atau monitoring komplikasi yang terjadi dari suatu treatment. Kegiatan
yang dilakukan perawat tersebut adalah tindakan-tindakan kolaboratif dengan
medis (dokter). Masalah-masalah yang dikaji secara bersama-sama disebut
dengan masalah kolaborasi (Black & Jacobs, 1993).
Menurut Carpenito mendifinisikan masalah kolaborasi sebagai
komplikasi-komplikasi fisiologis yang terjadi akibat kondisi patofisiologis atau
yang berhubungan dengan treatmen dan dari situasi-situasi yang lain. Jelas
bahwa perawat tidak dapat menangani sesuatu yang diluar bidangnya atau
secara mandiri, tetapi perawat harus bekerjasama dengan dokter dalam
mencapai masalah masalah yang sifatnya kolaboratif (Black & Jacobs 1993).
Praktik kolaborasi tumbuh dengan baik apabila perawat dan dokter
belajar menggambarkan apa yang mereka pikirkan dan lakukan dalam bahasa
yang mencerminkan penghargaan, artikulasinya jelas, dan memungkinkan
perbedaan persepsi, dan menejemen sekian banyak aspek kompleks perawatan
kesehatan (Siegler & whitney, 2000). Sedangkan menurut Baggs & Schmit
mengatakan bahwa kolaborasi berpengaruh besar pada kordinasi perawatan,
baik sebagai bentuk kerjasama atau cooperating treaonably. Sifat interaksi
antara perawat dan dokter menentukan kualitas kolaborasi (Siegler & Whitney,
2000)
ANA (dalam Siegler & Whitney, 2000), menjabarkan kolaborasi sebagai
hubungan rekanan yang sejati dimana masing-masing pihak menghargai
kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan
tanggung jawab masing-masing yang terpisah maupun bersama, saling
melindungi kepentingan masing-masing dan adanya tujuan bersama yang
diketahui kedua pihak.
23

Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk


mempertahankan kode etik profesi masing-masing. Bila setiap profesi telah
dapat saling menghargai maka hubungan kerjasama akan dapat terjalin dengan
baik, walaupun dalam pelaksanaannya sering juga terjadi konflik-konflik etis
(Ismani, 2001).
d) Hubungan kerja Perawat dengan Institusi
Pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan akan dapat
meningkatkan motivasi kerja tetapi bila pekerjaan yang didapatkan tidak
sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki akan menurunkan
motivasi kerja yang menjurus terjadinya konflik antara nilai-nilai sebagai
perawat dengan kebijakan institusi tempat bekerja. Bila terjadai penumpukan
konflik nilai dalam pelaksanaan pekerjaan setiap hari akan menyebabkan:
buruknya komunikasi antara perawat dengan institusi, tumbuhnya sifat masa
bodoh terhadap tugas dan tanggung jawabnya dan menurunnya kinerja.

VII. Kemampuan Intelektual Seorang Perawat


A. Pengetahuan yang Kokoh
Sebagai institusi pendidikan tinggi, keperawatan harus mampu membina dan
menumbuhkan sikap dan tingkah laku professional sesuai dengan tuntutan profesi,
memberi landasan pengetahuan yang kokoh baik kelompok ilmu keperawatan atau
ilmu dasar atau penunjang asuhan keperawatan, membina keterampilan professional
yang mencakup keterampilan intelektual, tekhnikal dan interpersonal serta membina
landasan etik keperawatan sebagai dasar dalam kehidupan keprofesian.
Berdasarkan pandangan entang keperawatan dan orientasi pendidikan
keperawatan ada pendidikan yang profesional disusun dengan kerangka yang kok oh
yang mencirikan sebagai akademi profesional. Isis yang dikembangkan ditujukan
memberi landasan keilmuan yang kokoh serta sikap dan kemampuan profesional
yang dituntut oleh profesi keperawatan.
1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, Ilmu pengetahuan
penguasaan teknologi keperawatan sangat dibutuhan dalam memberi pelayanan
dan asuhan keperawatan sesuai standarnya. Dan mengembangkan metode dan
teknik ilmu keperawatan yang diperlukan untuk asuhan keperawatan.
24

2. Menyelesaikan masalah secara ilmiah, Ditumbuhkan dan dibina dalam


memecahkan masalah secara ilmiah, termasuk penalaran ilmiah. Dikaitkan
dengan tercapainya proses keperawatan.
3. Sikap dan tingkah laku professional, Dituntut dari seorang perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dan dalam kehidupan keprofesiannya, harus
dibina sejak awal proses pendidikan
4. Belajar aktif dan mandiri, Mengarahkan belajar sendiri harus
ditumbuhkembangkan sejak awal proses pendidikan
5. Pendidikan berada di masyarakat, Menumbuhkan sikap keterampilan yang
profesional. Kemampuan pengambilan keputusan klinik yang merupakan
penerapan secara terintegrasi.
B. Kecerdasan
Merupakan turunan dari intelegensi, kesanggupan mental untuk memahami,
menganalisis, secara kritis, cermat dan teliti, menghasilkan ide-ide baru secara
efektif dan efisien. Cerdas dalam keperawatan yaitu perawat yang cekatan, cepat
tanggap tentang kebutuhan pasien, empati dan ikhlas.
Untuk menjadi seorang perawat professional, kamu harus melewati
serangkaian tes akademik maupun tes umum yang sulit. Tidak semua orang bisa
lulus ketika menjalani tes-tes tersebut. Tidak hanya perkara tes, namun mampu
bekerjasama dalam tim dengan profesi kesehatan lainnya juga tidak mudah. Oleh
karena itu, beruntunglah kamu yang memiliki pasangan seorang perawat. Dengan
wawasan yang luas, dia akan menjadi orang yang sangat menyenangkan untuk
diajak berdiskusi dan bertukar pikiran. Sehingga hubungan percintaanmu tidak akan
pernah membosankan karena akan selalu ada hal baru di dalamnya.
Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan
fungsinya dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan,
pemberi keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator,
pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier.
Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan
bagi klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya
mampu mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa
nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses
penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.
C. Berfikir Kritis
25

1. Menurut Ahli
a) Ennis 2000, Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan
difokuskan pada yang dikerjakan. Rasional berarti keyakinan pandangan
yang didukung oleh bukti (standar, actual, cukup dan relevan).
b) Fowler 1996, Berpikir kritis dilakukan secara hati-hati tidak tergesa-gesa
yang menuntut penggunaan strateg untuk menghasilkan suatu keputusan
sebagai dasar pengambilan tindakan.
c) Ennis&Morris, Terdapat dua komponen kemampuan penguasaan
pengetahuan dan disposisi, keterampilan berpikir kritis.
2. Secara Umum
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan
pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator
umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin
dan mandiri.Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi
juga kebiasaan seseorang untuk bertanya mempunyai hubungan yang baik, jujur
dan selalu mau untuk berpikir jernih tentang suatu masalah.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggung jawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis
keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri,
kreativitas, fleksibilitas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas,
intelektual, intuisi, pola pikir terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemeriksaan
kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa,
menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki
seorang perawat agar menjadi perawat yang profesional, sehingga mampu
menyelesaikan masalah. Perawat menggunakan pikirannya jika sedag membuat
pengkajian, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membuat
kesimpulan, perawat akan menerapkan problem solving dengan melakukan
sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klien. Penerapan
berpikir kritis dalam proses keperawatan diintegrasikan dalam tahap-tahap
proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian, rumusan diagnosis
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
D. Sensitive (insight & Common Sense)
26

Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi


kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah
berbagi perasaan yang dimilikinya. Peka terhadap apa yang sedang dirasakan pasien
misalkan pasien sedang sedih dan tidak mau diganggu, ataupun pasien sedang
merasa senang yang ingin berbagi cerita di orang sekitarnya. Klien merasa semakin
puas saat perawat melakukan tindakan. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari
perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku Caring.Kepuasan
klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan
terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.

VIII. Kemampuan Teknikal Seorang Perawat


A. Etika Keperawatan
Sebagai seorang perawat tentunya harus mengetahui etika dan hukum dalam
profesi sebagai landasan dalam bekerja memberikan layanan keperawatan kepada
masyarakat. Etika memerlukan sikap yang kritis, modis, dan sistematis dalam
melakukan refleksi, sebagai ilmu objek etika adalah tingkah laku manusia. Ada 8
prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
a) Otonomi (Autonomi), prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah
Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal terdapat gangguanatau
penyimpangan
b) Beneficence (Berbuat Baik), prinsip ini menentut perawat untuk melakukan
hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh
perawat menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki
kesehatan secara umum, tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan
karena alasan resiko serangan jantung.
c) Justice (Keadilan), nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh ketika perawat dinas sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk
27

serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat
harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.
d) Non-maleficence (tidak merugikan), prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah
dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
e) Veracity (Kejujuran), nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh
Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan
mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny.
S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada
klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan
oleh konflik kejujuran.
f) Fidelity (Menepati janji), tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
g) Confidentiality (Kerahasiaan), kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
h) Accountability (Akuntabilitasi), akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
28

klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.
B. Observasi dan Latihan
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual
(inspeksi) dengan menggunakan panca indra. Kemampuan melakukan observasi
merupakan ketrampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur
terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian.
Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar,
dicium, dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat interpretasi
seseorang tentang hal tersebut. Contoh data hasil obeservasi, antara lain rambut
kotor, kulit sianosis, dan konjungtiva anemis.
C. Kehati-hatian dan Keberanian
Adapun yang dimaksud dengan kehati-hatian dan keberanian profesional
adalah setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan prinsip
kehati-hatian, kompeten, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang
diperlukan. Hal ini guna memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legalisasi, dan teknik yang paling mutakhir.

Anda mungkin juga menyukai