BAB II
PEMBAHASAN
1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus –
menerus, dan bertahap.
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara lehal melalui
perundang – undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan
terhadap pelaksanaan pareturan – peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga
profesi (Winsley, 1964).
D. Kriteria Profesi
1. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.
2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara
terus – menerus.
3. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.
4. Lulus dari pendidikan tinggi.
5. Mandiri dalam penampilan, aktivitas, dan fungsi.
6. Mwmiliki kode etik sebagai penuntun praktik.
7. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.
E. Wilayah Kerja Profesi
1. Pembinaaan organisasi profesi.
2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.
3. Pembinaan pelayanan profesi.
4. Pembinaan iptek.
F. Keperawatan Sebagai Suatu Profesi
Menurut Prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri – ciri
sebagai berikut:
1. Memberi pelayanan/asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu
dan keterampilan serta kode etik keperawatan.
2. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga
diharapkan mempu untuk:
a) Bersikap profesional,
b) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional,
c) Memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan
4
4. Proses keperawatan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus
C. Paradigma Keperawatan
Paradigma keperawatan : Merupakan suatu pandangan global yang dianut oleh
perawat yang mengatur hubungan di antara teori guna mengembangkan model
konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka kerja keperawatan.Unsur
paradigma keperawatan:
1. Keperawatan
a) Memberikan layanan kesehatan
b) Memberikan bantuan yang paripurna dan efektif kepada klien
c) Membantu klien (dari level individu hingga masyarakat)
d) Melaksanakan intervensi keperawatan :
(1) Promotif
(2) Preventif
(3) Kuratif
(4) Rehabilitatif
2. Manusia
a) Manusia sebagai makhluk unik, mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda
b) Manusia sebagai sistem adaptif/terbuka
memerlukan berbagai masukan dari subsistem dan suprasistem
c) Manusia sebagai makluh holistik
(1) Manusia sebagai makhluk bio
(2) Manusia sebagai makhluk psiko
(3) Manusia sebagai makhluk social
(4) Makhluk sebagai makhluk spiritual
d) Kebutuhan Manusia
6
B. Perwujudan kompetensi yang berasal dari dasar teori penegakan diagnosa dan
penanganan respon manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual atau potential
(ANA, 1980).
C. Spesialisasi ketrampilan dan kompetensi yang membatasi keahlian (Miller, 1985).
D. Secara umum tenaga profesional sering diidentifikasi sebagai:
1. seorang yang serius terhadap perkerjaannya
2. berpenampilan sangat baik, dan mendemonstrasikan etik dan tanggung jawab
terhadap pekerjaannya (Ellis dan Hartley, 1980).
Para perawat percaya bahwa tenaga profesional dalam bekerja tidak terlepas dari empat
esensi profesionalisme yaitu kompetensi, standar etik yang tinggi, pengetahuan yang
memadai dan, Welas asih (kasih sayang). Keprofesionalan dari kemampuan perawat :
A. Berinspirasi
B. Menjalin rasa percaya dan konfidensi dengan pasien,
C. Mempunyai pengetahuan yang memadai,
D. Kapabilitas terhadap pekerjaan.
Ciri profesional antara lain terbuka dengan ide baru, memiliki rasa humor, dapat
berinteraksi dengan orang lain secara harmonis, berpenampilan baik, periang dan dalam
bekerja tidak semata-mata berorientasi pada uang. Praktik keperawatan berarti membantu
individu atau kelompok dalam mempertahankan atau meningkatkan kesehatan yang
optimal sepanjang proses kehidupan dengan mengkaji status kesehatannya, menentukan
diagnosa, merencanakan dan mengimplementasikan strategi perawatan untuk mencapai
tujuan, serta mengevaluasi respons terhadap perawatan dan pengobatan.Registered nurse
berarti seseorang yang melakukan praktik keperawatan profesional dengan:
A. Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
G. Mempertahankan perawatan yang aman dan efektif baik langsung maupun tidak
langsung
16
Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan kesehatan (Kozier, Erb,
1990)
1. Peningkatan kesehatan (Health promotion). Dalam kegiatan ini, perawat membantu
masyarakat mengembangkan sumber-sumber atau meningkatkan
kesejahteraan/kesehatannya. Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah
mencapai derajat kesehatan yang optimal (lihat SKN). Contoh kegiatan di sini adalah
menjelaskan manfaat program latihan bagi pasien.
2. Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance). Perawat melakukan aktivitas untuk
membantu masyarakat mempertahankan status kesehatannya. Contoh kegiatan di sini
adalah mengajarkan atau menganjurkan seorang usia lanjut melakukan latihan untuk
mempertahankan kekuatan dan mobilitas otot.
3. Pemulihan kesehatan (Health restoration). Perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatan setelah pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit. Sebagai contoh
adalah mengajarkan pasien merawat luka pembedahan atau membantu orang cacat
mempertahankan kekuatan fisik seoptimal yang dapat dilakukan.
4. Perawatan orang yang menjelang ajal. Perawat memberikan rasa nyaman dan merawat
orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah
dan fasilitas kesehatan yang lain.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek
profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara
dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan
bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek
dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang
berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama
anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim.Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.Kolaborasi menyatakan bahwa
anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen
penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung
jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.
Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia mengartikan
18
sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang
ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi.
Pertemuan profesional dokter-perawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi
dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat menjadi fasilitator
demi terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau
kebijakan yang mengatur interaksi diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu
data kesehatan pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan perawat
dapat juga dijadikan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara dokter-
perawat dan mahasiswa perawat maupun mahasiswa kedokteran, dengan tujuan
mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Dokter dan
perawat saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan pasien secara efektif.
Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya untuk menanamkan sejak dini pentingnya
kolaborasi bagi kemajuan proses penyembuhan pasien. Kegiatan ronde bersama dapat
ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala untuk membahas kasus-kasus tertentu sehingga
terjadi trasnfer pengetahuan diantara anggota tim.
1. Menurut Ahli
a) Ennis 2000, Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan
difokuskan pada yang dikerjakan. Rasional berarti keyakinan pandangan
yang didukung oleh bukti (standar, actual, cukup dan relevan).
b) Fowler 1996, Berpikir kritis dilakukan secara hati-hati tidak tergesa-gesa
yang menuntut penggunaan strateg untuk menghasilkan suatu keputusan
sebagai dasar pengambilan tindakan.
c) Ennis&Morris, Terdapat dua komponen kemampuan penguasaan
pengetahuan dan disposisi, keterampilan berpikir kritis.
2. Secara Umum
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan
pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator
umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin
dan mandiri.Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi
juga kebiasaan seseorang untuk bertanya mempunyai hubungan yang baik, jujur
dan selalu mau untuk berpikir jernih tentang suatu masalah.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggung jawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis
keperawatan menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri,
kreativitas, fleksibilitas, pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas,
intelektual, intuisi, pola pikir terbuka, pemeliharaan dan refleksi. Pemeriksaan
kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa,
menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki
seorang perawat agar menjadi perawat yang profesional, sehingga mampu
menyelesaikan masalah. Perawat menggunakan pikirannya jika sedag membuat
pengkajian, mengumpulkan data dan membuat kesimpulan. Setelah membuat
kesimpulan, perawat akan menerapkan problem solving dengan melakukan
sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klien. Penerapan
berpikir kritis dalam proses keperawatan diintegrasikan dalam tahap-tahap
proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian, rumusan diagnosis
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
D. Sensitive (insight & Common Sense)
26
serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan perawat maka perawat
harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.
d) Non-maleficence (tidak merugikan), prinsi ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang
menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah
dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin
memburuk dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
e) Veracity (Kejujuran), nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klie memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh
Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan
mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny.
S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada
klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan
oleh konflik kejujuran.
f) Fidelity (Menepati janji), tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.
g) Confidentiality (Kerahasiaan), kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien
hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan
klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
h) Accountability (Akuntabilitasi), akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa
tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau
tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,
28
klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah
memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang
menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang
menuntut kemampuan professional.
B. Observasi dan Latihan
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual
(inspeksi) dengan menggunakan panca indra. Kemampuan melakukan observasi
merupakan ketrampilan tingkat tinggi yang memerlukan banyak latihan. Unsur
terpenting dalam observasi adalah mempertahankan objektivitas penilaian.
Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasa, didengar,
dicium, dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat interpretasi
seseorang tentang hal tersebut. Contoh data hasil obeservasi, antara lain rambut
kotor, kulit sianosis, dan konjungtiva anemis.
C. Kehati-hatian dan Keberanian
Adapun yang dimaksud dengan kehati-hatian dan keberanian profesional
adalah setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan prinsip
kehati-hatian, kompeten, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang
diperlukan. Hal ini guna memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legalisasi, dan teknik yang paling mutakhir.