Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

“Perempuan usia 41 tahun dengan keluhan benjolan di perut kiri”


Disusun untuk Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah
Rumah Sakit Roemani Semarang

Diajukan kepada:
dr. Ivo Devi Kristyani, Sp. B, MSi. Med, FINACS

Disusun oleh:
Naili Syafaatur Rohmah
H3A022063

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Presentasi Laporan Kasus dengan Judul:


“Perempuan usia 41 tahun dengan keluhan benjolan di perut kiri”

Disusun untuk Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah


Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Disusun Oleh:
Naili Syafaatur Rohmah
H3A022063

Telah disetujui oleh pembimbing:


Semarang, Mei 2023

dr. Ivo Devi Kristyani, Sp. B, MSi. Med, FINACS


BAB I
STATUS PEMERIKSAAN PASIEN

1.1. IDENTITAS
1. Nama : Ny. S
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Usia : 41 tahun
4. Status : Menikah
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Agama : Islam
7. Alamat : Jl. Kaba Raya RT 01 RW XI Kelurahan
Tandang
8. Nomor RM : 57-XX-XX
9. Tanggal Masuk RS : 28 Maret 2023
10. Jaminan Kesehatan : BPJS
1.2. ANAMNESIS
Dilakukan anamnesis secara autoanamnesis pada tanggal 28 Maret
2023 pukul 08.00 di Instalasi Gawat Darurat RS Roemani Muhammadiyah
Semarang
1. Keluhan Utama
Terdapat benjolan diperut kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang perempuan datang dengan keluhan terdapat benjolan
perut kiri, keluhan dirasakan sudah sejak kecil. Saat hamil benjolan
dirasakan bertambah besar dan banyak, sekitar 5 hari yang lalu
benjolan terasa nyeri. Nyeri dirasakan hilang timbul dengan skala
nyeri 5.
Gejala lain demam (-), batuk (-), pilek (-), pusing (-), mual
(-), muntah (-), sesak (-), BAB dan BAK normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan seperti ini : (-)
b. Riwayat Hipertensi : (+) dan minum obat
teratur
c. Riwayat Diabetes melitus : Disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : Disangkal
e. Riwayat asma : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat penyakit yang sama : Disangkal
b. Riwayat hipertensi : Disangkal
c. Riwayat diabetes mellitus : Disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : Disangkal
e. Riwayat penyakit asma : Disangkal
5. Riwayat Pribadi, Sosial, dan Ekonomi
Pasien seorang ibu rumah tangga. Riwayat vaksin covid 3 kali. Bia
ya pengobatan dengan biaya BPJS. Kesan ekonomi cukup.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum: Tampak baik
2. Kesadaran: Composmentis, E4M6V5
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah: 163/97 mmHg
b. RR: 22 kali/menit
c. HR: 100 kali/menit
d. Suhu: 36,7oC
e. SpO2: 98 %
4. Status Generalisata
a. Kepala
Mesocephal (+)
b. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil terletak c
entral, bulat, regular, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks di
rect (+/+), refleks indirect (+/+)
c. Telinga
Deformitas (-/-), normotia (+/+), darah (-/-), sekret (-/-)
d. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas
(-/-)
e. Mulut
Sianosis (-), sekret (-), bleeding (-), jejas (-), pursed lip brea
thing (-)
f. Leher
Massa (-), pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-), jejas
(-), nyeri tekan (-), otot bantu pernafasan (-)
g. Thorax jantung
1) Thorax
a) Inspeksi : kedua hemithorax simetris pada
keadaan statis dan dinamis, penggunaan otot
bantu pernafasan (-), retraksi ics (-)
b) Palpasi : Gerakan dada simetris, ICS tidak
melebar/menyempit, stem fremitus (-), nyeri t
ekan (-)
c) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
d) Auskultasi: suara nafas vesikuler pada kedua
hemithorax, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
2) Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm
medial linea medioclavicularis sinistra kuat
angkat, sternal lift (-), pulsus epigastrium (-),
pulsus parasternal (-), thrill (-)
c) Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas nor
mal
d) Auskultasi : S1 dan S2 reguler, murmur (-),
gallop (-)
h. Abdomen
1) Inspeksi: Perut datar, massa (+), bekas operasi (+),
keloid (+)
2) Auskultasi: Bising usus (+) normal, 10x/menit
3) Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
4) Palpasi: Massa (+), nyeri tekan (-), hepar tidak
teraba, lien tidak teraba
i. Ekstremitas
superior inferior
Akral dingin -/- -/-
Edema -/- -/-
Capillary Refill Time < 2 detik/< 2 detik < 2 detik/< 2 detik
Sianosis -/- -/-
5. Status Lokalis
Regio abdomen tampak benjolan berjumlah multiple, pus (-),
hiperemis (-), hiperpigmentasi (+), edem (-), nyeri tekan (+), darah
(-), permukaan halus.

a. Inspeksi
1) Massa (+)
2) Jumlah multiple
3) Warna hiperpigmentasi
4) Permukaan halus
5) Ukuran terbesar 3x3x2 cm
6) Luas lesi 10x8 cm
7) Darah (-)
8) Pus (-)
b. Palpasi
1) Massa (+)
2) Nyeri tekan (+)
3) Compresible
4) Batas tegas (+)
5) Perabaaan halus
6) Perabaan hangat

1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Dilakukan pada tanggal 15 Maret 2023
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Darah Lengkap:
Hemoglobin 15.4 g/dl 11.7-15.5
Leukosit 10410 /mm3 3600-11000
Hematokrit 45,4 % 35-47
Trombosit 238000 /mm3 150000-
400000
Koagulasi
Waktu perdarahan 1’.30’’ Menit 1-3
(BT)
Waktu pembekuan 3’.30’’ Menit 2-6
(CT)
Imunologi/ serologi
HBsAg kualitatif negatif Negatif
Rapid Tes Antigen negatif Negatif
SARS CoV-2
Kimia klinik
GDS 122 mg/dL <200
1.5. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Hemangioma tipe multiple
Diagnosis banding
Malformasi vaskular
Pyogenic granuloma

1.6. INITIAL PLAN


1. Ip Dx:
2. Ip Tx:
a. Terapi simptomatik
b. Konsul dokter spesialis bedah
3. Ip Mx
a. Keluhan nyeri
b. Tanda vital
4. Ip Ex
a. Menjelaskan kepada pasien kemungkinan penyakit yang di
alami adalah hemangioma, yaitu tumor jinak yang terjadi di
pembuluh darah.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa
pasien akan dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk
dilakukan tindakan pembedahan berupa wide eksisi atau
eksisi luas untuk mengambil benjolan kemudian akan
dilakukan penjahitan.
c. Menjelaskan kepada pasien bahwa sebelum operasi akan
dilakukan pembiusan.
d. Menjelaskan kepada pasien sesudah operasi untuk menjaga
kebersihan balutan dan luka.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Hemangioma berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata heima
yang berarti darah dan memiliki akhiran -oma yaitu membengkak atau
tumor yang berarti tumor jinak. Hemangioma merupakan neoplasma
vaskular yang ditandai dengan adanya proliferasi abnormal pada sel
endotel pembuluh darah.
Hemangioma adalah tumor jinak yang terjadi akibat perkembangan
dan pembentukan pembuluh darah yang dapat terjadi di organ seperti hati,
limpa, otak, tulang, dan kulit. Hemangioma merupakan tipe malformasi
vaskular yang sering ditemukan biasanya terlihat pada bayi dan kanak-
kanak, terdiri dari pembuluh-pembuluh darah yang baru dibentuk, akibat
malformasi jaringan angioblas pada janin.
2.2. Epidemiologi
Sekitar 4 – 10 % hemangioma terjadi pada ras Kaukasia dengan
prevalensi 3 – 5 kali lebih tinggi pada bayi perempuan dan jarang terjadi
pada bayi dengan warna kulit yang gelap. Prevalensi juga meningkat pada
bayi yang lahir prematur, bayi dengan berat lahir dibawah 1200 gram, dan
pada kehamilan usia lanjut; hal ini dikarenakan kemungkinan hipoksia
sebagai penyebab. 60% kasus hemangioma terjadi pada daerah
craniofacial, 25% pada batang tubuh, dan 15% terjadi pada ekstremitas.
Umumnya terjadi hanya pada satu lesi, namun hemangioma multiple
biasanya disertai dengan hemangioma di organ tubuh terutama hepar.
2.3. Etiologi
Etiologi dan patogenesis hemangioma infantil sampai saat ini
masih belum jelas walaupun terdapat beberapa teori yang dikemukakan
untuk menjelaskan proses terbentuknya hemangioma infantil. Salah
satunya menyebutkan bahwa hemangioma terbentuk berawal dari mutasi
somatik sel endotel yang kemudian mengalami ekspansi klonal dan
menjadi hemangioma.
Dari hasil imunohistokimia menunjukkan adanya reaksi biokimia
selama daur hidup hemangioma. Adanya GLUT1 (Glucose Transporter
isoform 1) dan berbagai antigen yang berhubungan dengan plasenta
menunjukkan bahwa hemangioma berasal dari sel-sel plasenta yang
terembolisasi, melibatkan perubahan imunofenotip terhadap sel-sel
primitive yang membentuk tumor. Hemangioma bermula dari mutasi
somatic sel endotel tunggal, yang menuju pada pengembangan secara
klonal. Pada pewarnaan antigen spesifik mengungkapkan adanya sel-sel 6
progenitor pada fase awal proliferasi hemangioma. Selain itu mengandung
banyak sel mast, dan dikelilingi membrane basalis yang tipis. Fase
involusi memberikan gambaran apoptosis sel.
2.4. Klasifikasi
a. Berdasarkan saat munculnya, hemangioma dibagi menjadi
hemangioma kongenital dan hemangioma infantil.
 Hemangioma kongenital sudah terbentuk lengkap pada saat
penderita lahir dan jumlahnya mencapai 30% dari seluruh
lesi.
 Lesi infantil biasanya berawal sebagai bercak merah yang
timbul lebih tinggi dari kulit normal di sekitarnya atau
sebagai bidang kecil datar yang kebiruan. Golongan kedua
menempati 70% dari semua lesi dan baru muncul pada 4
minggu pertama setelah kelahiran.
b. Berdasarkan penampilan fisik lesi, hemangioma terbagi atas tipe
superfisial, tipe profundus, tipe campuran superfisial dan
profundus, serta tipe segmental.
 Tipe superfisial (kapiler) merupakan tipe yang yang biasa
dikenal sebagai hemangioma stroberi yang tampak
berwarna merah segar. Lesi ini disebut sebagai stroberi
karena penampilannya seperti kulit buah stroberi. Involusi
spontan ditandai oleh memucatnya warna didaerah sentral,
lesi menjadi kurang tegang dan lebih mendatar.
 Tipe profundus (dulu disebut tipe kavernosum) merupakan
hemangioma yang berlokasi di bawah kulit dan tampak
berwarna kebiruan, bila ditekan mengempis dan akan cepat
menggembung lagi apabila dilepas. Bentuk kavernosum
jarang terjadi involusi spontan
 Tipe campuran atau mixed type hemangioma merupakan
tipe campuran antara yang superfisial dan profundus.
 Hemangioma bertipe segmental bila lesi luas, baik yang
tampak mendatar maupun muncul tinggi di permukaan
kulit, serta tumbuh sangat cepat dan sulit diterapi.
2.5. Fisiologi
Proses angiogenesis
Angiogenesis ialah proses pembentukan pembuluh darah baru dari
pembuluh yang telah ada, terutama vena. Merupakan proses yang sangat
penting pada pemulihan luka di tempat jejas, untuk pembentukan kolateral
di daerah iskemia, dan menyebabkan tumor dapat bertambah besar
walaupun suplai darah terbatas.
Angiogenesis, yaitu timbulnya pembuluh darah baru terjadi melalui
pertumbuhan percabangan pembuluh darah yang ada dan terdiri dari
langkah berikut:
• VEGF menstimulasi migrasi dan proliferasi sel endotel, sehingga
menginisiasi proses pertumbuhan kapiler pada angiogenesis. Akan
terjadi vasodilatasi yang akan mestimulasi produksi NO, dan
berperan pada pembentukan lumen vaskular.
• Lepasnya perisit dari permukaan.
• Migrasi sel endotel menuju tempat jejas
• Proliferasi sel endotel dibelakang sel yang bermigrasi didepannya.
• Proses penyesuaian bentuk menjadi pipa kapiler.
• Pengumpulan sel periendotel (perisit untuk kapiler kecil dan sel otot
polos untuk pembuluh darah yang lebih besar) untuk membentuk
pembuluh matur.
• Supresi proliferasi endotel dan migrasi serta deposisi membran
basalis.

2.6. Patofisiologi
Pada hemangioma, terjadi peningkatan factor angiogenesis berupa
hyperplasia sel-sel endotel dan berkurangnya factor supresi sel. Terdapat
peptide-peptida angiogenik seperti Fibroblast Growth Factor (FGF) dan
Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang berhubungan dengan
hemangiogenesis.
Terdapat 3 tahap utama dalam siklus hemangioma
a. Fase Proliferasi. (0-1 tahun), berlangsung selama 3-9 bulan.
Ditandai dengan peningkatan angiogenesis dengan molekul-
molekul VEGF dan FGF. Pada fase ini, dapat ditemukan Marker
angiogenesis seperti Fibroblast growth factor dan Matrix
Metalloproteinase (MMPs) bila diperiksa melalui urin. Kadarnya
akan meningkat selama fase proliferasi, dan akan menurun pada
saat hemangioma mulai mengalami regresi. Tanda awal regresi
tampak dengan dijumpai warna lesi dari warna merah terang
berubah menjadi merah kusam dan mulai muncul warna keabuan
dari sentral dan menyebar ke perifer.
b. Fase Involusi (1-5) tahun. Pada fase ini proliferasi endotel mulai
menurun disertai dengan meningkatnya proses apoptosis. Pada
tahap ini lesi akan tampak mengecil dan jaringan akan tampak
lebih halus. 70% dari kasus hemangioma, akan tuntas di usia 7
tahun. Penurunan aktifitas proliferasi sel-sel endotel dipengaruhi
oleh sel Mast, makrofag, dan 9 Tissue Inhibitor of
Metalloproteinase (TIMP-1) yang mensupresi pembentukan
pembuluh darah. Sel mast menghasilkan mediator-mediator yang
berfungsi dalam menurunkan aktivitas endotel vaskuler, sedangkan
TIMP-1 mensupresi pembentukan pembuluh darah yang baru.
c. Fase Akhir Involusi. (>5 tahun). Ditandai dengan regresi yang
sempurna dan memberikan gambaran yang tersisa berupa
pembuluh darah yang tampak samar walaupun masih berukuran
besar. Pada fase ini jumlah sel mast akan turun sampai kembali
normal dan menyisakan jaringan ikat longgar dan berbentuk seperti
pembuluh darah halus.
2.7. Penegakan diagnosis
Diagnosis hemangioma dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
Ultrasonography (USG), Magnetic Resonance Imaging (MRI). Anamnesis
dilakukan terkait waktu munculnya lesi, apakah lesi cepat mengalami
pembesaran selama satu tahun pertama, apakah lesi mengalami fase
involusi. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari kelainan yang
menyertai hasil anamnesis seperti hemangioma intrahepatik dengan
pembesaran hepar (hepatomegaly), gagal jantung kongestif, anemia.
Pencitraan seperti USG ataupun MRI digunakan untuk mengkonfirmasi
diagnosis klinis hemangioma, memperkirakan luas lesi, dan menentukan
kelayakan reseksi lesi dengan bedah. Namun untuk hemangioma yang
terletak lebih dalam dapat digunakan CT-scan atau MRI. Sedangkan USG
dapat digunakan untuk melihat apakah lesi berifat aliran tinggi atau
rendah.
2.8. Diagnosis banding
Salah satu diagnosis diferensial hemangioma infantil yaitu
a. malformasi vaskular yang dapat dibedakan dengan melihat
karakteristik hemangioma infantil pertumbuhan cepat dalam
beberapa bulan yang diikuti involusi atau bahkan regresi yang
tidak terjadi pada malformasi vaskular. Hemangioma sangat jarang
menyebabkan distorsi atau hipertropi tulang, hal sebaliknya
ditemukan pada malformasi vaskular. Hemangioma dalam
(subkutan), khususnya di leher atau di badan, dapat disalah
tafsirkan sebagai malformasi limpatik. Konfirmasi diagnosis
dilakukan dengan bantuan Ultrasonografi dan MRI. Hemangioma
infantil juga dapat mirip dengan malformasi kapiler (port-wine
stain), khususnya pada ekstremitas, dengan sifat neoplastiknya
digantikan oleh telangiektasis yang jelas, pembengkakan minimal,
dan vena drainase yang jelas.
b. Keganasan merupakan diagnosis diferensial hemangioma yang
dapat disingkirkan berdasarkan perangai hemangioma pada tingkat
selular, yang terdiri dari sel endotel berdiferensiasi baik dan
dewasa tanpa adanya dysplasia sel.
c. Pyogenic granuloma juga dapat menunjukkan penampakan klinis
yang mirip dengan hemangioma. Tumor ini biasanya muncul di
sentral wajah, kecil (diameter rata-rata 6,5 mm), dan jarang terjadi
sebelum usia 6 bulan (rata-rata 6,7 tahun). Biasanya tidak ada
riwayat terdapatnya kelainan dermatologis (walaupun lesi ini dapat
terjadi di area malformasi kapiler). Pyogenic granuloma tumbuh
dengan cepat, mengerupsi kulit dan membentuk cerobong atau
pedikel. Biasanya juga terdapat penghancuran epidermis dan kerak,
pendarahan berulang biasanya menginisiasi datang ke dokter atau
IRD.
2.9. Tatalaksana
Sejumlah besar hemangioma tidak memerlukan intervensi medis
karena mengalami regresi spontan dan kemungkinan hanya menimbulkan
bekas yang bersifat minor atau bahkan tidak berbekas. Pengobatan utama
hemangioma adalah kortikosteroid yang dapat diberikan per oral. Agen
lain yang diberikan, namun sangat jarang, adalah vinkristin, bleomisin,
dan interferon.
Pengobatan dengan cara lain dapat diberikan dengan memberikan
suntikan kortikosteroid lokal ke dalam lesi. Obat baru yang sudah
dilaporkan bermanfaat dalam pengobatan hemangioma adalah propanolol
yang diperkenalkan pada tahun 2008. Laser (pulse dye laser) dapat
bermanfaat untuk menghilangkan hemangioma yang masih kecil dan
berupa lesi datar. Apabila lesi masih berukuran kecil, eksisi bedah sangat
dianjurkan. Pembedahan juga sangat berguna untuk mengurangi lesi-lesi
yang mengganggu fungsi struktur penting, seperti eksisi lesi pada palpebra
superior untuk mencegah terjadinya ambliopia yang berat.
Pengobatan medikamentosa
1.1. Terapi pilihan utama
Kortikosteroid Umumnya para klinisi memilih steroid sebagai terapi
medikamentosa pilihan utama untuk mengobati hemangioma. Mekanisme
yang jelas tentang peran steroid belum diketahui secara pasti, walaupun
ada dugaan bahwa steroid berpengaruh terhadap hemangioma dengan cara:
a. Menghambat kapasitas proliferasi pericytes immature.
b. Intensifikasi efek vasokonstriksi epinefrin maupun norefinefrin
pada pembuluh darah otot polos.
c. Memblok reseptor estradiol pada hemangioma.
d. Menghambat angiogenesis.
Beberapa penulis mengelompokkan steroid berdasarkan cara pemberian
menjadi:
a. Kortikosteroid sistemik
Pengobatan dengan kortikosteroid sistemik telah dianggap sebagai
terapi medikamentosa yang paling efisien untuk cutaneous infantile
hemangiomas tanpa komplikasi. Pemberian steroid sebaiknya
dilakukan pada masa proliferatif, karena bila diberikan pada masa
involusi kurang bermanfaat. Dosis yang dianjurkan inisial
prednison atau prednisolon 2 – 3 mg/kg/hari, satu kali sehari pada
pagi hari. Beberapa peneliti menganjurkan dosis yang lebih besar
(prednison 5 mg/kg/hari) untuk menghasilkan terapi efektif, cepat,
dan cukup aman, dilanjutkan hingga 6 – 8 minggu dan pada kasus
yang lebih berat dapat diberikan hingga 12 minggu.
b. Kortikosteroid intralesi
Kortikosteroid intralesi sangat baik diberikan pada hemangioma
dengan ukuran kecil (diameter < 10 cm) dan lesi lokal bermasalah
(hemangioma disertai ulserasi atau dengan komplikasi misalnya
terjadi infeksi berulang pada daerah lesi). Dosis yang diberikan 2 –
3 mg/kg setiap kali suntikan diulang setiap minggu selama 1 -2
bulan. Adanya respon terapi yang baik terhadap steroid ditandai
oleh pengecilan ukuran hemangioma. Pemberian kortikosteroid
intralesi dengan interval waktu 4 – 8 minggu merupakan terapi
yang efektif sebagai upaya untuk menghindari efek samping terapi
kortikosteropid sistemik. Penyuntikan dapat pula dilakukan dengan
interval bulanan, sehingga dapat mengurang efek samping yang
tidak diinginkan, tetapi dari laporan diketahui laju respon
pengobatan dengan cara ini hanya sekitar 85%. Efek samping
potensial kortikosteroid intralesi antara lain, berupa, atropi kulit,
anafilaksis, perdarahan, nekrosis kulit dan supresi adrenal, tetapi
umumnya suntikan dapat ditoleransi dengan baik. Perhatian khusus
harus diberikan pada periokuler. Pada hemangioma jenis ini dosis
kortikosteroid intralesi tidak boleh melebihi 3-5 mg/kg
triamcinolone setiap sesi suntikan. Beberapa ahli mengemukakan
bahwa pemberian kortikosteroid intralesi pada daerah periocular
dikontra-indikasikan, sejak diketahui menyebabkan banyak
komplikasi seperti atropi kulit, nekrosis, dan oklusi arteri retina
sentral, dengan konsekuensi kebutaan.
c. Kortikosteroid topikal Kortikosteroid topikal (langsung pada
daerah lesi hemangioma) biasanya efektif pada hemangioma tipe
cutaneous.
1.2. Terapi pilihan kedua
a. Interferon Alfa-2a dan 2b
Interferon alfa dianjurkan diberikan pada bayi dengan hemangioma
yang mengancam jiwa bila terjadi kegagalan dengan pemberian
kortikosteroid dosis tinggi. Sewaktu pemberian interferon alpha,
status neurologis harus dimonitor secara ketat. Kedua jenis
interferon alfa yaitu 2a dan 2b pernah digunakan, biasanya
diberikan melalui suntikan subkutan dengan dosis 3 juta unit per
m2 permukaan tubuh per hari diulang setiap minggu selama 6
bulan. Penggunaan interferon pada hemangioma masih sangat
terbatas karena selain harganya mahal juga belum banyak
penelitian yang mendukung.
b. Vinkristin
Vinkristin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada kasus yang
gagal dengan terapi steroid sebanyak dua siklus pengobatan, yang
mengalami kekambuhan dan yang tidak dapat mentoleransi
pengobatan medikamentosa lain. Vinkristin mempengaruhi mitotic
spindle microtubules dan merangsang proses apoptosis pada sel
tumor in vitro. Ada laporan yang menyatakan bahwa vinkristin
efektif digunakan pada kasus hemangioma yang mengancam jiwa
yang resisten terhadap pengobatan steroid. Dosis yang dianjurkan
1.5 mg/m2 per kali suntikan, jika diperlukan dapat diulang satu kali
lagi dengan interval 2-3 bulan setelah suntikan pertama.
c. Bleomisin
Pemberian bleomisin intralesi pada kasus hemangioma yang
mengalami komplikasi, yaitu hemangioma yang mengalami infeksi
sekunder, permukaannya bergaung dan hemangioma yang tumbuh
sangat cepat. Mereka mengambil suatu kesimpulan bahwa
pemberian bleomisin mudah, aman dan merupakan terapi yang
efektif untuk mengobati hemangioma dengan komplikasi. Ada
peneliti lain yang memberikan suntikan local bleomisin pada 210
anak dengan hemangioma kavernosus dengan tingkat keberhasilan
91.2%. Terapi dengan bleomisin tidak efektif pada hemangioma
pampiniform yaitu hemangioma yang terjadi akibat malformasi
vena di pleksus pampiniform pada skrotum. Dosis bleomisin
intralesi 2 mg (diberikan dalam larutan 0.4mg/ml). Suntikan dapat
diulang sebanyak 6-10 kali dengan interval 4-6 minggu.
1.3 Vascular-specific Pulse Dye Laser
peranan pulsed dye laser pada hemangioma ulseratif. Mereka
menemukan bahwa rasa sakit akibat hemangioma jenis ini akan
menghilang setelah pengobatan awal pada 6 dari 10 kasus
hemangioma. Dua kasus dinyatakan sembuh setelah tiga kali
pengobatan. Pada satu studi retrospektif dengan 245 pasien
menunjukkkan hasil yang bermakna pada kelompok pengobatan
dibanding kontrol. Mereka melaporkan bahwa terapi laser
menunjukkan keunggulan jika dihubungkan dengan panjangnya masa
pengobatan apalagi jika dihubungkan dengan hasil akhir volume dan
bentuk hemangioma.
1.4. Bedah eksisi Indikasi bedah eksisi ialah sebagai berikut:7
a. Hemangioma yang tumbuh secara progresif.
b. Hemangioma yang mengalami infeksi berulang.
c. Hemangioma yang permukaannya bergaung, sehingga ditakutkan
disertai keganasan.
d. Mengganggu secara kosmetika.
e. Hemangioma yang gagal dengan pengobatan medikamentosa.
f. Hemangioma yang bertangkai.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC. 2012.
2. Sjamsuhidajat & de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah (sistem organ dan tindak
bedahnya). Edisi 4, Vol. 2. Jakarta: EGC. 2016.
3. Kumar, Vinay. Abbas, A K. Aster, J C. Robbin`s Basic Pathology. Edisi 9.
Elsevier. 2013.
4. Nafianti, Selvi. Hemangioma pada anak. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. Haji
Adam Malik Medan. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3. 2010.
5. Suparna, Ketut. Veda, Luh Putu Kavita Elra. Laporan Kasus:
Hemangioma Infantil Pada Satu Sisi Payudara Case Report: Infantile
Hemangioma of The Unilateral Breast. Ganesha Medicina Journal, Vol 2
No 2. 2022.
6. Suryaguna, Made Sakta. Diagnosis dan Tatalaksana Hemangioma Infant.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
7. Tjandra, Eldwin. Karakteristik pada Penderita Tumor Pembuluh Darah di
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Wahidin Sudirohusodo Periode 2016-2018.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2020.

Anda mungkin juga menyukai