Anda di halaman 1dari 4

KEARIFAN UNTUK MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN DAN PERDAMAIAN_JILID 1, Bagian 3

PELAKSANAAN UNTUK MENGUBAH SUASANA JIWA KITA

3.14 Memoles Jiwa Kita melalui Pelantunan “Nam Myoho Renge Kyo”
 Nichiren menulis :
Hal ini serupa dengan sebuah cermin kotor yang akan bersinar seperti batu permata bila dipoles. Pikiran
yang sekarang ditutupi awan ilusi kegelapan bawaan jiwa adalah seperti cermin kotor, tetapi bila
dipoles, cermin tersebut pasti akan menjadi seperti cermin terang, merefleksikan sifat inti dari segala
fenomena dan aspek sesungguhnya dari realitas. Bangkitkanlah kepercayaan yang mendalam, dan
poleslah cermin anda dengan rajin siang dan malam. Bagaimanakah anda memolesnya? Hanya dengan
melantunkan “Nam Myoho Renge Kyo”. (WND-1, 4)

 Sekarang ini banyak orang-orang yang dipengaruhi oleh hal-hal yang negatif. Karena lebih gampang
aa. Jiwa manusia itu gampang tercemar dan keruh. Itulah sebabnya kita butuh cara yang sangat
dasar untuk memoles dan menyucikan jiwa kita agar tidak tercemar. Cara dasar itu adalah dengan
melantunkan “Nam Myoho Renge Kyo”.

 Dengan daimoku yang kita sebut, kita mampu poles bersih jiwa kita hingga bersinar dan penuh
kearifan yang mampu menunjukkan/ mengarahkan jalan menuju kemenangan dalam hidup.

 Ada sebuah penggalan sutra dalam bab ke-19 tentang pembahasan “Karunia
Kebajikan Guru Dharma” dari Sutra Bunga Teratai, yaitu “Kearifan orang-orang yang menegakkan
Hukum Gaib diibaratkan sebagai ‘Cermin dan Rupa’ (LSOC19, 303). Jadi sama seperti cermin yang terang
dan bersih yang dapat merefleksikan setiap objek apa adanya, jiwa yang telah dipoles dengan baik, bisa
membedakan realitas sesungguhnya dari segala sesuatu di dunia ini.”

 Mengenai penggalan sutra ini, Nichiren Daishonin mengomentari dalam Gosho Catatan Ajaran Lisan.,
Ia menyatakan bahwa : “Orang yang enam indranya murni akan menjadi seperti batu lazuardi (batu
permata) atau seperti cermin terang yang mampu memperlihatkan sistem dunia besar (atau ribuan
jutaan dunia). Sekarang, saat Nichiren dan pengikutnya melantunkan ‘Nam Myoho Renge Kyo’, mereka
melihat dan memahami sepuluh ribu fenomena [Yakni segala fenomena], seolah-olah melihat bayangan
pada cermin terang.” (OTT, 149)

 Batu lazuardi merupakan salah satu dari tujuh jenis pusaka (lihat halaman 150, poin 45, untuk
mengetahui 7 jenis pusaka buddhis). Pemurnian enam indra adalah salah satu karunia kebajikan yang
diperoleh pelaksana Hukum Gaib.

 Dari penggalan sutra yang barusan tadi dibacakan, Dengan kata lain, melalui pelaksaan Buddhis, kita
mampu memurnikan dan meningkatkan kemampuan mental dan persepsi dari ke-enam indra yang
kita miliki yaitu : mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran kita, yaitu jiwa kita secara
menyeluruh.

 ‘Cermin terang’ yaitu jiwa yang telah ditempa dan dipoles dengan baik akan merefleksikan alam
semesta, masyarakat dan jiwa manusia secara menyeluruh. Pada dasarnya ‘cermin terang’ ini adalah
“GOHONZON”. Dengan kata lain adalah jiwa Nichiren Daishonin.
 Dalam makna lebih luas lagi, cermin terang ini menunjukkan ‘Cermin terang dari satu pikiran [atau
cermin terang kepercayaan]’ (bdk. OTT, 149) dari semua orang yang percaya pada Gohonzon sebagai
murid Nichiren Daishonin.

 Itulah makna mendalam dari kepercayaan terhadap Hukum Gaib. Melalui kepercayaan yang kuat,
kita mampu meningkatkan dan mengubah kehidupan dari segi spiritual maupun tubuh atau badan
kita hingga menjadi yang paling suci dan paling kuat.

 Pemurnian jiwa melalui kepercayaan adalah sebagai tenaga pendorong untuk kemenangan kita
sebagai manusia. Itulah mengapa begitu penting untuk sungguh-sungguh menjalankan hati
kepercayaan kita hingga kita tutup usia.

3.15 Perubahan Dimulai dari Doa [Daimoku]


 Nichiren menulis : “Doa yang dipanjatkan seorang pelaksana Sutra Bunga Teratai pasti akan terjawab,
sama seperti gema mengikuti suara, seperti bayangan mengikuti bentuk, seperti bayangan bulan pada
permukaan air jernih, seperti cermin mengumpulkan embun, seperti magnet menarik besi, seperti batu
ambar menarik partikel debu, atau seperti cermin terang merefleksikan warna dari suatu benda. (WND-
1, 340)

 Dari penggalan Gosho ini, Dashonin menyatakan bahwa doa dari pelaksana Sutra Bunga Teratai
selalu terjawab. Dimanapun kita berada, dengan melantunkan Nam Myoho Renge Kyo, doa kita pasti
akan membuahkan hasil yang positif.

 Daishonin mengajarkan bahwa kehidupan kita berubah. Baik secara sepiritual ataupun jasmani.
Dengan doa, yang pada gilirannya akan memberikan pengaruh positif pada lingkungan kita.

 Doa bukanlah sesuatu yang tidak berwujud. Sekarang ini, banyak orang mengganggap bahwa alam
jiwa yang tak berwujud dan tak tampak adalah sebagai suatu bentuk imajinasi. Namun jika kita hanya
melihat segalanya dari sudut pandang material, maka kebanyakan hubungan kita dengan orang-
orang dan benda-benda hanya akan dianggap sebatas kebetulan.

 Namun pengetahuan dalam Buddhisme bisa melihat Hukum kehidupan di dalam kekacauan dan
paham bahwa doa adalah kekuatan yang mendukung kita untuk mengkatifkan segala fenomena dari
dalam.

 Daishonin menulis : “Kehidupan tidak melampaui sekejap, sehingga Sang Buddha membabarkan
karunia kebajikan yang datang dari bergembira [meski] hanya sekejap [saat mendengar Sutra Bunga
Teratai]” (WND-1, 62).

 Dalam penggalan Gosho dikatakan bahwa, ‘Kehidupan tidak melampaui sekejap’, artinya fokus kita
harus ada pada kekuatan yang muncul setiap saat dari dalam diri sendiri untuk memberikan
dorongan semangat bagi kehidupan kita. Doa yaitu kita melantunkan Nam Myoho Renge Kyo, yang
merupakan satu-satunya cara bagi kita untuk menghadapi kesesatan pokok yang ada pada jiwa kita.

 Jadi doa atau daimoku adalah tenaga pendorong untuk mempertahankan pelaksanaan yang benar
dan upaya yang gigih.
 Kita bisa mengandalkan Doa. Bagi mereka yang mengabaikan Doa atau daimoku, segalanya mungkin
akan terlihat berjalan cukup lancar untuk sementara waktu. Bahkan mungkin mereka akan terlihat
sangat bersemangat. Namun begitu kesulitan muncul, mereka cenderung jatuh kedalam
keputusasaan, jiwa mereka rapuh seperti pohon yang layu. Tanpa bisa mengendalikan diri, mereka
akan terombang ambing dan tidak akan bertahan dengan komenan netizen.

 Kehidupan itu ibaratnya seperti kita berjalan mendaki bukit. Tidak pernah lurus. Ada keberhasilan
dan kesalahan. Kadang menang, kadang kalah. Seiring berjalannya waktu, langkah yang kita ambil,
tikungan dan sudut-sudut yang kita lalui dapat membantu kita untuk tumbuh sedikit demi sedikit,
hari demi hari.

 Dalam proses ini, doa atau daimoku berfungsi sebagai kekuatan dahsyat yang mencegah kita
menjadi sombong saat kita menang ataupun putus asa disaat kita kalah.

 Itulah sebabnya tidak ada yang lebih kuat dari pada orang yang mendasarkan dirinya pada doa. Doa
kita yang kuat dan terfokus akan terwujud sebagai kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan
yang akan mengaktifkan kekuatan Buddha dalam diri kita sendiri. Jangan lupa bahwa pemeran
utama dalam drama pada kehidupan ini selalu manusia, dan itu adalah diri kita sendiri.

 Doa atau daimoku dapat menghasilkan perubahan dalam hati kita di dasar jiwa. Perubahan ini tidak
berhenti di diri kita saja, bahkan bisa menginspirasi orang lain dan juga komunitas kita dalam
meghasilkan perubahan yang serupa dengan kita. Sensei tegaskan bahwa, langkah pertama menuju
perubahan tersebut dimulai dari perubahan di dalam hati satu orang.

 Kembali ke Gosho yang awal dibacakan tadi. Terdapat kata ‘Suara”, “bentuk”, dan “air jernih”. Ini
berhubungan dengan sikap kita dalam berdoa, sedangkan “gema”, “bayangan” dan “bayangan
bulan” berhubungan dengan cara terjawabnya doa secara alami. Hal ini merupakan fenomena yang
muncul sesuai dengan hukum alam, doa dari pelaksana Sutra Bunga Teratai juga pasti akan terjawab.

 Doa atau daimoku di dalam Buddhisme Nichiren, sama sekali tidak mengandung hati yang sombong
dan angkuh. Sikap kita didepan Gohonzon, saat melantunkan daimoku itu sangat sangat penting.
Daimokulah dengan semangat seperti raungan singa. Bersikaplah sopan di depan Gohonzon. Jangan
aneh-aneh. Kita harus mengatur suasana jiwa yang paling sehat dan paling memuaskan saat kita
berdoa dan berdaimoku di hadapan Gohonzon. Barulah kita bisa merasakan kekuatan yang luar biasa
berbeda dari sebelumnya.

 Dalam buddhisme Nichiren Daishonin, doa saja tidak cukup. Sama seperti anak panah yang melaju
menuju sasarannya. Itu mengandung seluruh kekuatan dan tenaga dari pemanah. Begitu juga
dengan Doa dan daimoku kita. Upaya dan tindakan kita juga penting. Tanpa keduanya, semuanya
hanya seperti khayalan dan akan sia-sia seperti jalan di tempat, tidak akan ada perubahan.

 Oleh karena itu, doa yang mulia muncul dari rasa tanggung jawab yang mulia. Doa yang sungguh-
sungguh tidak akan muncul dari sikap yang tidak bertanggung jawab atau sembrono baik itu di
pekerjaan, sekolah, susunan, kehidupan sehari-hari dan dari jiwa yang tidak bertangung jawab itu
sendiri.

 Orang-orang yang mengambil tanggung jawab atas setiap bagian dari kehidupan mereka dan
melaksanakan tugasnya dengan segala upaya dan kerja keras pasti tidak akan melupakan
daimokunya dan akan berdoa dengan sungguh-sungguh.
 Jadi mulai hari ini juga, mari kita sama-sama ciptakan perubahan positif untuk diri kita sendiri dan
juga lingkungan kita dimulai dari daimoku kita. 

Anda mungkin juga menyukai