Anda di halaman 1dari 3

“BEACH”

Disinilah aku sekarang, memandang jauh didepan sana. Langit yang biru, hembusan
angin yang tenang, dan suara deburan yang menghantam karang. Ada sebuah air laut yang
begitu biru didepanku, dengan ombaknya yang cukup keras menghantam karang disana.
Sesekali beberapa perahu nelayan berlayar. Aku tak sendiri, aku bersama dengan teman-
temanku.

“hey, kau mau ku foto tidak”

Aku tersenyum menanggapi tawarannya, segera aku berpose sebisaku. Temanku memang
sedikit jahil, ia memfoto wajahku saat sedang jelek-jeleknya.

“jelek sekali ya tuhan” rutukku.

“tidak apa-apa” mereka tertawa, sedangkan aku mengurucutkan bibirku kesal.

Kami berdelapan, perempuan 3 dan laki-laki 5. Memang menyenangkan sekali berlibur


bersama mereka, kami benar-benar tertawa lepas saat disana.

Hanya saja memang ada yang hilang. Aku memiliki kenangan di beberapa pantai yang tidak
bisa aku lupakan. Aku memang sangat menyukai pantai, sehingga seringkali aku
mengunjunginya bersama dengan seseorang yang kusayang.

Tapi sayangnya, saat ini aku tak akan pernah bisa merasakannya lagi bersama dengan orang
yang pernah mati-matian mendapatkanku.

Sejujurnya aku kesepian. Meskipun aku sering tertawa atau bahkan terlihat tegar dan baik-
baik saja, tapi sejujurnya aku bersedih atas semua hal yang terjadi. Bahkan meskipun sedang
berlibur bersama temanku saat ini rasanya aku masih belum mampu melupakan kenangan
yang membahagiakan itu.

Sejenak aku pergi sedikit jauh dari mereka, sekedar menikmati keindahan birunya laut dan
udara yang memang aku sukai. Aku menengadahkan wajahku, kututup mataku perlahan dan
tersenyum. Ingin sekali beban hidupku terangkat sudah, aku menghembuskan nafas perlahan.

Pantai memang selalu mampu membuat seseorang menjadi tenang. Aku menyukainya.

Rasanya ingin sekali menikmati hari-hariku bersamanya, tapi aku tau aku tak akan bisa lagi.
Aku menerimanya, bahwa dia telah menyakiti hatiku. Aku menerima semua kekalahan yang
ada, bahwa aku merasa kehilangan dirinya, bahwa aku begitu bersungguh-sungguh mencintai
dirinya.

Sudah hampir 6 bulan lamanya aku mencoba untuk berdiri sendiri, memafkan segala
kesalahan dan menerima semua situasi yang ada.
Aku tau aku harus bangkit melawan semua rasa sakit yang ada, mengubur semua kenangan
pahit itu dan menjadikannya sebuah pelajaran yang berharga.

Satu-satunya jalan yang sedang kupilih saat ini adalah mengikhlaskannya, aku tau sesuatu
yang dipaksakan tidak akan pernah menjadi baik. Jadi aku memilih untuk kembali menata
hatiku agar tak terluka.

“sudahlah” salah satu sahabatku mendekatiku dan menepuk pundakku ringan.

“aku tau apa yang sedang kau pikirkan”

Aku hanya terkekeh dan mengangguk-angguk.

“kau pasti akan mendapatkan seorang yang lebih baik darinya”

Aku tersenyum, mataku berkaca-kaca saat ini. Tapi ku tahan agar tak sampai menangis.

“aku sudah menerima semuanya, bohong jika aku tidak bersedih. Aku sedang berusaha
melepaskannya memang, aku tau ini sulit bahkan sangat sulit tapi aku yakin aku akan baik-
baik saja tanpanya”

Sedikit kutahan beberapa kata emosi yang ingin kukeluarkan.

“kau perempuan yag cantik, kau baik hati, pasti sangat mudah untukmu mendapatkan
penggantinya, jangan selalu berfokus pada satu orang saja. Kau tidak tau masa depanmu akan
bersama dengan siapa, yang aku percaya adalah kau akan jauh lebih bahagia dari dirinya
yang pernah meninggalkanmu”

Sempurna, setetes air mata jatuh juga. Dan aku segera mengusapnya. Aku tertawa kecil
mendengarkan kalimatnya, dia lebih muda dariku tapi memang benar jika pengalaman
cintanya jauh lebih banyak dariku.

“jika boleh aku meminta pada semesta, aku ingin dijodohkan dengan dirinya” aku tersenyum
kecil sambil menatap langit biru didepan sana.

“sudah kubilang jangan terlalu berharap padanya”

“aku tau, aku hanya berdoa saja, jika suatu saat kami dipertemukan lagi aku berharap jika
kami bisa menjadi jodoh dunia akhirat” ujarku yakin.

“terserah kau sajalah, aku hanya tidak suka melihatmu menjadi sekurus ini”

“hahahha, bukankah aku makin terlihat cantik dengan aku kurus begini”

“apa-apaan, cantik dari hongkong”

Kami berdua tertawa, aku tau masih banyak orang-orang yang jauh lebih menyayangiku. Aku
bersyukur dengan mereka yang ada disekitarku. Meskipun aku tau aku harus berjuang
membenahi hatiku yang terpenting adalah mereka tidak meninggalkanku.
Memang semua terasa berat. Ketika kau yakin orang yang kau sayang tidak akan pernah
sedikitpun menyakitimu ternyata merekalah yang mampu membuatmu terluka begitu dalam.
Aku sadar selama ini aku terlalu menuntut berlebih pada mereka yang menyayangiku, aku
selalu memberikan syarat yang menurutku baik pada mereka yang ingin memilikiku. Tapi
nyatanya semua orang tidak berpikiran sama denganmu.

Kau harus menerima, kau harus kuat dengan segala keadaan yang saat ini sedang kau alami.
Aku selalu menikmatinya, dimana aku merasa senang, sedih , saat aku merasa aku begitu
lemah dan menangis sejadi-jadinya. Aku akui itu semua, aku tidak sekuat yang orang lain
bayangkan. Menjadi seorang yang kuat itu memang tidak mudah, kau harus mengorbankan
perasaanmu untuk orang yang jelas-jelas kau sayang. Dan mungkin saat ini cukup bagiku
untuk tidak mempedulikannya lagi agar hatiku jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Yang aku harapkan saat ini adalah, aku bisa dan mampu membuat kedua orangtuaku bahagia
dan bangga dengan atas apa yang aku raih. Satu-satunya tujuanku adalah kau harus lulus
dengan nilai yang cukup bagus diperkuliahan, lulus tepat waktu, kemudian mendapatkan
pekerjaan yang berpendapatan cukup, dan satu-satunya hal yang harus aku lakukan adalah
menyekolahkan adikku hingga tamat perkuliahan. Setelah itu aku akan menikah dengan pria
pilihanku yang mencintaiku dan menerimaku.

Satu-satunya tempat yang ingin aku kunjungi lagi adalah pantai.

Karena disana, aku akan mengukir kenangan yang jauh lebih indah bersama dengan jodohku
yang akan menjadi suamiku dan bersama dengan anak-anakku dan sahabatku serta
keluargaku.

Anda mungkin juga menyukai