PENDAHULUAN
A. KONTEKS PENELITIAN
Islam merupakan agama yang sudah mengatur segala aspek kehidupan
manusia. Al-Qur’an dijadikan sebagai tuntunan dan pedoman hidup. Manusia
sebagai ciptaan Allah, harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dari
segala urusan dalam kehidupan. Dalam Islam juga menjelaskan mengenai
pertanian yaitu pertanian merupakan pekerjaan yang penting, sampai kiamat
menjelang, sektor pertanian tetap diperhatikan, dijelaskan dalam hadits
berikut:
“Andainya kiamat tiba dan ditangan seseorang dari kamu ada sebatang
kurma, maka hendaklah ia tanpa berlengah-lengah lagi untuk
menanamnya”
ُهَو اَّلِذ ْي َجَعَل َلُك ُم اَاْلْر َض َذ ُلْو اًل َفاْم ُش ْو ا ِفْي َم َناِكِبَها َو ُك ُلْو ا ِم ْن ِّر ْز ِقٖۗه َوِاَلْيِه الُّنُش ْو ُر
1
Al-Qur’an, Al-A’raf :10.
2
Ibid., Al-Mulk: 15.
Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa manusia diwajibkan
untuk mengelola dan mengembangkan bumi. Hal itu berarti kewajiban
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengelola segala
yang telah disediakan untuk kehidupan. Salah satunya adalah mengelola
usaha pertanian.
3
Badan Pusat Statistik, Sensus Pertanian 2023, Subsektor Pertanian.
4
Rukmana R, Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen (Yogyakarta: Kanisius,
1994) 15.
5
Jabal Tarik Ibrahim, Identifikasi Potensi PengembanganKlaster Produk Unggulan Daerah
Bawang MerahDi Desa Mojorembun Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk. (Kediri: Kantor
Bank Indonesia Kediri, 2014) 11.
Provinsi Jawa Timur menduduki posisi kedua tertinggi sebagai
sentra penghasil bawang merah. Sebesar 83,07% kontribusi yang diberikan
oleh 5 Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kelima Kabupaten tersebut
adalah Nganjuk, Probolinggo, Malang, Sampang dan Bojonegoro.
Kontribusi tertinggi sebesar 39,83% oleh Kabupaten Nganjuk. Hal ini
dijelaskan dalam gambar berikut6
Tabel 1.1
6
Outlook Bawang Merah, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, 2020.
Produksi Bawang Merah Kab. Nganjuk Menurut Kecamatan
Tabel 1.2
Luas Panen Bawang Merah Menurut Kecamatan
Luas Panen Bawang Merah Menurut Kecamatan
Kecamatan (Hektar)
2019 2020 2021
Rejoso 4730 5318 5881
Bagor 3217 3049 4492
Gondang 2693 2975 3528
Sukomoro 1703 1410 724
Wilangan 780 805 916
Sumber: BPS Kabupaten Nganjuk, Statistik Pertanian Hortikultura SPH-SBS
B. FOKUS PENELITIAN
10
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar, Maqasid Syariah (Jakarta: Amzah, 2013), 8.
Berdasarkan konteks penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka fokus
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peran usaha tani bawang merah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pada petani bawang merah di Desa Mojorembun
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk?
2. Bagaimana peran usaha tani bawang merah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di tinjau Maqasid Syariah pada petani bawang
merah di Desa Mojorembun Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran usaha tani bawang merah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pada petani bawang merah di Desa Mojorembun
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.
2. Untuk mengetahui peran usaha tani bawang merah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di tinjau Maqasid Syariah pada petani bawang
merah di Desa Mojorembun Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara Teoritis
Penelitian ini secara teoritis memiliki beberapa kegunaan, yaitu
berkontribusi sebagai wacana keilmuan dan khazanah Ilmu Ekonomi
Syariah serta untuk dapat memperluas wawasan keilmuan tentang
kesejahteraan masyarakat khususnya petani bawang merah di tinjau dari
Maqasid Syariah bagi para pemerhati Ekonomi Syariah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para
masyarakat khususnya petani, bahwa dengan bertani yang sesuai dengan
aturan dan bersungguh-sungguh akan menjadikan mereka masyarakat
yang sejahtera dari sisi keislaman dan perlindungan terhadap segala aspek
yang ditinjau dari Maqasid Syariah.
E. PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti sadar telah banyak yang meneliti penelitian ini, membahas dan
menyajikannya dalam sebuah karya tulis ilmiah berkaitan dengan tema yang
dibahas disini yakin peran usaha tani bawang merah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Berikut dipaparkan beberapa penelitian terdahulu
guna menunjukkan persamaan dan perbedaan penelitian yang sedang
dikerjakan ini dengan penelitian terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian
terkait:
Pertama, penelitian oleh Ismail, Kesejahteraan Petani Jagung dalam
Tinjauan Maqasid Syari’ah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
komoditas jagung belum mampu berkontribusi maksimal pada kesejahteraan
petani jagung berdasarkan maqasid syariah. Terbukti masih adanya kendala
masyarakat dalam mewujudkan hifdz ad-din dan hifdz ad-nafs. 11
Perbandingan penelitiannya sama-sama meneliti sektor pertanian dan
kesejahteraan masyarakat, serta tinjauan maqasid syariah. Sedangkan dalam
penelitian ini, indikator kesejahteran tidak hanya sebatas maqasid syariah juga
ada indikator dari pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal,
fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan
layanan kesehatan, kemudahan mendapatkan pendidikan, dan kemudahan
mendapatkan fasilitas transportasi
Kedua, penelitian oleh Riska Octavia Habie, Peran UMKM dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditinjau dari Maqasid Syariah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa UMKM memegang peran dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena melalui UMKM beberapa
kebutuhan yang sebelumnya tidak dapat dipenuhi menjadi terpenuhi. Namun
ditemukan permasalahan seperti SDM yang kurang memadai, kurang inovasi,
UMKM hanya fokus pada usaha perdagangan, penyerapan tenaga kerja yang
masih kurang. Sedangkan dari tinjauan maqasid syariah semua sudah
terpenuhi.12
Perbandingan penelitiannya adalah sama-sama meneliti masalah
kesejahteraan masyarakat serta ditinjau dari maqasid syariah. Tetapi dalam
11
Ismail, Kesejahteraan Petani Jagung dalam Tinjauan Maqasid Syari’ah (Malang: UIN Malang,
2018), 136.
12
Riska Octavia Habie, Peran UMKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditinjau
dari Maqasid Syariah (Yogyakarta: UII, 2021), 100.
penelitian terdahulu objek yang diteliti adalah UMKM. Hal ini sangat lah
berbeda, karena UMKM merupakan lembaga sedang dalam penelitian ini
objek yang diteliti adalah petani bawang merah atau individu.
Ketiga, penelitian oleh Muhammad Syauqillah, Peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui budidaya kerang hijau dalam
prespektif maqasid syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keuntungan
yang dihasilkan melalui budidaya kerang hijau telah meningkatkan ekonomi
masyarakat yang sekaligus memberikan efek berantai terhadap kesejahteraan
dari segu Pendidikan, kesehatan, agama dan pola asuh. Selain itu membuka
lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat yang kurang mampu. Budidaya
kerang hijau sebenarnya terakomodasi dalam lingkup syariah secara tidak
tertulis. 13
Perbandingan penelitiannya adalah sama-sama di tinjau dari prespektif
maqasid Syariah dan berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat. Tetapi
dalam penelitian ini berbeda objeknya antara kerang hijau dan bawang merah.
Secara otomatis berbeda pula perlakuan dan dampak nya untuk masyarakat.
Keempat, penelitian oleh Moh. Ainul Rizqi, Pengelolaan tempat
pelelangan ikan (TPI) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
nelayan di kec. Paiton kab. Probolinggo di tinjau maqasid syariah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan TPI sudah melaksanakan tugas
dan fungsi nya dengan baik. Kendala TPI adalah harga ikan cenderung lebih
murah, kurangnya akses permodalan, terdapat biaya pajak penjualan ikan.
Dalam tinjaun maqasid syariah sudah sangat sesuai dengan syariah.14
Perbandingan penelitiannya adalah sama-sama meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan di tinjau maqasid syariah. Dalam penelitian ini
masyarakat yang diteliti berbeda, antara nelayan dan petani bawang merah,
serta dalam penelitian ini penulis ini mengkaji dari dua sisi, yaitu sisi
konvensional dan syariah.
13
Muhammad Syauqillah, Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui budidaya
kerang hijau dalam prespektif maqasid syariah (Malang: UIN Malang, 2019), 106.
14
Moh. Ainul Rizqi, Pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat nelayan di kec. Paiton, Kab. Probolinggo dalam kajian maqasid
syariah (Malang: UIN Malang, 2021), 134.
Kelima, penelitian oleh Ilvi Nur Diana, Peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat pesisir melalui budidaya ikan bandeng dalam perspektif
maqasid syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
ekonomi masyarakat sebesar 50% dari aktifitas budidaya ikan bandeng ini.
Budidaya ikan bandeng juga membuka kesempatan lapangan kerja, serta
banyak manfaat yang dirasakan masyarakat. Dalam prespektif maqasid syariah
juga mempunyai dampak yang besar untuk kesejahteraan masyarakat.15
Perbandingan penelitiannya adalah sama-sama membahas tentang
kesejahteraan masyarakat dalam prespektif maqasid syariah. Perbedaannya
terletak pada obyek penelitian yaitu masyarakat pesisir dengan budidaya ikan
bandeng, sedangkan dalam penelitian ini obyek yang di teliti adalah
masyarakat petani bawang merah.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Penelitian ini tergolong dalan jenis penelitian lapangan atau empiris,
sehingga sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I: merupakan Pendahuluan. Dalam bab ini terdiri atas konteks
penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian
terdahulu serta sistematika pembahasan.
BAB II: merupakan Kajian Teori. Dalam bab ini terdiri atas sub bab
landasan teori yang merupakan bagian untuk memaparkan teori yang berkaitan
dengan permasalahan yang diangkat yaitu tentang kesejahteraan masyarakat
dalam tinjauan maqasid syariah.
BAB III: merupakan Metode Penelitian, yaitu metode sistematis yang
digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Meliputi jenis penelitian,
pendekatan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, teknik analisis data dan uji keabsahan data.
BAB IV: merupakan Hasil Penelitian, yaitu pemaparan hasil dari
penelitian lapangan mengenai peran usaha tani bawang merah dalam
15
Ilvi Nur Diana, Peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir melalui budidaya ikan
bandeng dalam perspektif maqasid syariah, AL-IQTISHOD: Jurnal Pemikiran dan Penelitian
Ekonomi Islam E-ISSN: 2407-6600 P-ISSN: 2745-8512 Volume 10 Issue 2 Juli 2022.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat ditinjau maqasid syariah studi kasus
petani bawang merah di desa Mojorembun, Kec. Rejoso, Kab. Nganjuk.
BAB V: merupakan Pembahasan. Dalam bab ini akan di paparkan
hasil analisis berdasarkan teori yang ada dengan hasil penelitian lapangan.
Analisis yang digunakan adalah teori kesejahteraan menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) yang di tinjau dari maqasid syariah.
BAB VI: merupakan Penutup. Dalam bab ini terdiri atas kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah didapat, serta saran sebagai bahan evaluasi
agar hasil penelitian yang di dapat bisa bermanfaat bagi masyarakat khusus
nya para petani.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1. PENGERTIAN KESEJAHTERAAN
Sejahtera berasal dari bahasa sanskerta “Catera” yang berarti
payung. Dapat diartikan kesejahteraan adalah orang yang sejahtera dalam
hidupnya bebas dari kemiskinan, ketakutan atau kekhawatiran, dan
kebodohan sehingga hidupnya aman, tentram, baik lahir dan batin. 16
Kesejahteraan menjadi tolak ukur bagi masyarakat pada kondisi sejahtera.
Masyarakat merasa hidupnya sejahtera bila mereka merasa senang, tidak
kurang satu apapun dalam batasan yang mungkin mereka capai, terlepas
dari kemiskinan serta bahaya yang mengancam mereka.17
Kesejahteraan secara luas adalah sebagai kemakmuran,
kebahagiaan, dan kualitas hidup manusia sebagai seorang individu ataupun
kelompok keluarga dan masyarakat. Konsep kesejahteraan dirumuskan
sebagai konsep martabat manusia yang dilihat dalam empat indikator yaitu
rasa aman (security), kesejahteraan (walfare), kebebasan (freedom), dan
jati diri (identity). Indikator tersebut untuk melihat tingkat kesejateraan.
Kesejahteraan dapat diukur melalui empat aspek kehidupan yaitu:
a. Kualitas hidup dari segi materi, misalnya kualitas rumah, bahan
pangan dan lain sebagainya.
b. Kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan, lingkungan alam,
dan lain sebagainya.
c. Kualitas hidup dari segi mental seperti, fasilitas Pendidikan,
lingkungan budaya, dan lain sebagainya.
d. Kualitas hidup dari segi spiritual seperti, moral, etika, dan lain
sebagainya. 18
Konsep kesejahteraan menyebutkan bahwa keluarga sejahtera
adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material, bertakwa kepada
16
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2012), 8.
17
Mita Noveria, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, (Jakarta: LIPI Press, 2011), 22.
18
Rosnia, Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Desa Dahari Selebar
Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara, Jurnal Geografi, Vol. 9, No. 1, 2017, hlm. 57-58.
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan. 19
Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya
kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu
mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. 20
Upaya peningkatan kesejahteraan sangat dibutuhkan untuk
mengurangi angka kemiskinan, dengan demikian pemahaman mengenai
penyebab kemiskinan penting untuk merumuskan strategi pengentasan
kemiskinan. Penelitian tentang kesejahteraan keluarga umumnya
dilakukan secara parsial dengan menggunakan berbagai indikator hingga
saat ini telah banyak indikator yang diguanakan untuk mengukur tingkat
kesejahteraan keluarga seperti indikator Bank Duniam Sajogya, BPS,
BKKBN dan indikator kesejahteraan lainnya. 21
2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Terdapat kriteria kesejahteraan yang digunakan oleh Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam mengukur
kemiskinan. Keluarga sejahtera menurut BKKBN dikelompokkan menjadi
5 tahapan, yaitu:
a. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga tidak bisa memenuhi satu atau lebih lima kebutuhan
dasar manusia seperti agama, sandang, pangan, papan, serta
kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
Kriteria dalam keluarga sejahtera tahap I, yaitu:
1. Seluruh anggota keluarga melakukan ibadah.
19
BKKBN, Panduan Pembentukan Keluarga Sejahtera Dalam Rangka Penanggulangan
Kemiskinan Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, (Jakarta: 1996).
20
Undang-Undang Tentang Kesejahteraan Sosial, UU No.11 Tahun 2009: 12.
21
Elmanora, dkk, Kesejahteraan Keluarga Petani Kayu Manis, Departemen Ilmu Keluarga dan
Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Jur. Ilm Kel. & Kons, Januari
2012, Vol. 5, No.1
2. Dalam sehari seluruh keluarga makan dua kali atau lebih.
3. Mempunyai pakaian yang berbeda seperti saat dirumah,
bekerja, ataupun sekolah.
4. Tempat tinggal memiliki atap dan bukan berlantaikan tanah.
5. Anggota keluarga yang sakit dibawa kesarana kesehatan.
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
Kriteria dalam keluarga sejahtera tahap II, yaitu:
1. Seluruh anggota keluarga melakukan ibadah secara rutin.
2. Dalam seminggu minimal satu kali makan lauk daging, ikan
atau telur.
3. Dalam satu tahun terakhir anggota keluarga menerima
sepasang pakaian baru.
4. Luas lantai paling kurang 8 m² untuk setiap penghuni.
5. Seluruh anggota keluarga berada dalam keadaan sehat dan bisa
melakukan pekerjaannya dalam tiga bulan terakhir.
6. Memiliki salah satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun
ke atas yang memiliki pendapatan tetap.
7. Anggota keluarga yang berumur 10 sampai dengan 60 tahun
tidak mengalami buta huruf.
8. Anak yang berusia 7 tahun sampai dengan 15 tahun
bersekolah.
9. Pasangan Usia Subur (PUS) yang dua orang anak atau lebih
yang hidup dan saat ini memakai alat kontrasepsi.
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Kriteria dalam keluarga sejahtera tahap III, yaitu:
1. Seluruh anggota keluarga berusaha menambah wawasan
tentang ilmu keagamaan.
2. Pendapatan keluarga sebagiannya ditabung.
3. Melakukan makan bersama minimal sekali dalam sehari untuk
saling berkomunikasi.
4. Anggota keluarga sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial
yang diselenggarakan oleh masyarakat setempat.
5. Sekali dalam kurun waktu enam bulan seluruh anggota
keluarga melakukan wisata bersama.
6. Anggota keluarga memperoleh informasi melalui televisi,
radio, surat kabar dan majalah.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Kriteria dalam keluarga sejahtera tahap III plus, yaitu:
1. Anggota keluarga secara rutin memberikan donasi.
2. Memiliki salah satu anggota keluarga yang berpartisipasi
sebagai pengurus Yayasan ataupun institusi masyarakat.22
3. KESEJAHTERAAN MENURUT ISLAM
Kesejahteraan dalam islam disebut dengan istilah falah. Falah
bermakna kesuksesan, kemuliaan, dan ketenangan hidup secara
estimologi. Sedangkan secara terminology adalah kesejahteraan holistic
dan seimbang antara material dan spiritual, individu dan sosial, dan
kesejahteraan hidup baik dunia maupun akhirat. Falah dapat diwujudkan
melalui terpenuhinya kebutuhan hidup sehingga tercapai maslahah.
Maslahah berbentuk material maupun nonmaterial yang dapat merubah
kedudukan manusia.
Kesejahteraan dalam islam terdiri dari dua pengertian, yaitu:23
a. Kesejahteraan holistik dan seimbang
Manusia terdiri dari unsur fisik dan jiwa, sehingga kebahagiaan
haruslah mencakup kedua hal tersebut. Manusia merupakan
individu yang menjadi bagian lingkungan sosial, sehingga
manusia akan bahagia jika menjaga keduanya baik kehidupan
sendiri maupun lingkungan sosial. Kecukupan materi didukung
oleh terpenuhinya kebutuhan spiritual individu dan sosial.
22
Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2012, BKKBN Direktorat Pelaporan dan Statistik,
Jakarta 2013, 4-5.
23
Muhammad Hidayatulloh, Peran Pembiayaan Produktif BMT Mandiri Mulia terhadap
peningkatan kesejahteraan anggota perspektif maqasid Syariah, JESTT, Vol. 2, No. 10, Oktober
2015, 802.
Manusia memiliki kehidupan di dunia dan akhirat yang akan di
jalaninya setelah kematian. Manusia memiliki keinginan
bahagia dalam hidup mereka, bukan hanya di dunia bahkan
sampai akhirat.
َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّد اَر اٰاْل ِخَر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْيَك َو اَل َتْبِغ اْلَفَس اَد
ِفى اَاْلْر ِضۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِسِد ْيَن
ِاِل ْيٰل ِف ُقَر ْيٍۙش ٖا ٰل ِفِهْم ِر ْح َلَة الِّش َتۤا ِء َو الَّصْيِۚف َفْلَيْعُبُد ْو ا َر َّب ٰه َذ ا اْلَبْيِۙت اَّلِذ ْٓي َاْطَع َم ُهْم ِّم ْن ُجْو ٍع ۙە َّو ٰا َم َنُهْم
ࣖ ِّم ْن َخ ْو ٍف
24
Al-Qur’an, Al-Qasas :77.
25
Amirul Sodiq, Konsep Kesejahteraan dalam Islam, Equilibrium, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
3, No. 2, Desember 2015, 388.
makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa
takut.”26
26
Al-Qur’an, Al-Quraisy :1-4.
27
Ibid, Thaha :124.
negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang
miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu
tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya
bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah sangat keras hukuman-Nya.”28
c. Keamanan dan ketertiban sosial
Masyarakat disebut sejahtera bila konflik antar kelompok dan
golongan masyarakat bisa dicegah dan diminimalisir. Tidak mungkin
kesejahteraan akan dapat diraih melalui rasa takut dan tidak aman.
Terdapat dua aspek yang menjadi syarat kesejahteraan sebagai tujuan
utama pembangunan nasional, yaitu:29
1. Aspek kedaulatan ekonomi
Kedaulatan ekonomi sangat menentukan kedaulatan suatu bangsa,
apakah bangsa tersebut akan dengan mudah diatur oleh
kepentingan asing atau tidak. Jalan untuk menegakkan kedaulatan
ekonomi, tidak lain adalah melalui kebijakan ekonomi yang
berbasis pada konsep maslahah. Maslahah adalah suatu konsep
yang mendasarkan pada dua aspek utana, yaitu manfaat dan
berkah. Kemaslahatan akan tercapai ketika yang muncul dari
sebuah proses adalah manfaat dan berkah. Tidak semua yang
bermanfaat yang bermanfaat dapat membawa keberkahan, namun
semua yang berkah sudah pasti membawa manfaat. Ada dua syarat
agar bermanfaat dan berkah yaitu, kebijakan harus sesuait dengan
maqasid syariahd dengan tujuan melindungi agama, jiwa, harta,
keturunan dan akal. Selain itu, dasar kebijakan tersebut adalah
melindungi kepentingan kaum.
2. Aspek tata kelola perekonomian
28
Al-Qur’an, Al-Hasyr :7.
29
Amirul Sodiq, Konsep Kesejahteraan dalam Islam, Equilibrium, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.
3, No. 2, Desember 2015, 30-33
Tata kelola ini merupakan variable yang sangat penting karena
terkait dengan bagaimana mengelola perekonomian suatu negara.
Adapun tata kelola ini tidak bisa dipisahkan dari 3 hal yaitu:
a) Transparansi
Hal ini sangat erat kaitannya dengan keterbukaan dan
kemudahan dalam memberikan akses informasi kepada publik.
Masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan harus dapat
mengakses informasi serta memberikan masukan dan saran
bagi perbaikan kinerja perekonomian.
b) Profesionalitas
Merupakan hal yang paling dasar yang menjamin berjalannya
perekonomian, serta menentukan kualitas output yang
dihasilkan. Dalam islam kaum muslimin senantiasa bersikap
professional, sehingga segala potensi dan sumber daya yang
dimiliki dapat dioptimalkan. Profesionalitas juga meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan perekonomian dalam
mencapai tujuan.
c) Akuntabilitas (Amanah dan Masuliyyah)
Islam sangat menekankan pada aspek pertanggungjawaban.
Setiap orang akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang
dilakukan di dunia. Dalam tata kelola perekonomian,
akuntabilitas atau pertanggungjawaban sangat erat kaitannya
dengan aspek administrative dan etika. Pertanggungjawaban
administratif merupakan indikator yang menjamin setiap rupiah
yang dikeluarkan akan selaras dengan tujuan pembangunan
ekonomi tanpa tercampur oleh korupsi dan penyalahgunaan
wewenang. Sedangkan pertanggungjawaban etika yaitu
indikator yang menjamin kepatuhan dan kewajiban suatu
aktivitas ekonomi.
2. MAQASID SYARIAH
Maqasid Syariah terbentuk dari dua kata, yaitu maqasid dan
Syariah. Maqasid memiliki makna kesenjangan atau tujuan. Sedangkan
Syariah bermakna jalan menuju kea rah sumber kehidupan. Dapat
diartikan Maqasid Syariah adalah maksud dan tujuan yang disyariatkan
untuk memberikan maslahah kepada umat manusia, yaitu dengan
terpenuhinya kebutuhan dharuriyah, hajiyah, dan tahsiniyah sehingga
manusia bisa hidup dalam kebaikan dan dapat menjadi hamba Allah SWT
yang baik.30
Al-Syathibi menjelaskan bahwasannya beban-beban Syariah
kembali kepada penjagaan dari tujuan-tujuannya kepada makhluk. Tujuan
yang dimaksud tidak bisa lepas dari tiga macam yaitu dharuriyah, hajiyah,
dan tahsiniyah. Sehingga inti dari tujuan maqasid Syariah yaitu
kemaslahatan umat, baik didunia maupun diakhirat secara bersamaan. 31
Allah menurunkan syariat (aturan hukum) semata-mata untuk
mengambil kemaslahatan dan menghindari kemudharatan. Sehingga
kemudian Al-Syathibi membagi maqasid Syariah menjadi tiga tingkatan
yaitu dharuriyah (primer), hajiyah (sekunder), dan tahsiniyah (tersier).
Dharuriyah yaitu memelihara kebutuhan yang bersifat essensial bagi
kehidupan manusia, lima kebutuhan dasar manusia ada lima yaitu, agama
(al-din), jiwa (al-nafs), keturunan (an-nasl), harta (al-maal) dan akal (al-
aql). Hajiyah yaitu kebutuhan yang tidak bersifat essensial, melainkan
kebutuhan yang dapat menghindarkan manusia dari kesulitan hidup. Tidak
terpenuhinya kebutuhan ini tidak dapat mengancam lima kebutuhan dasar,
tetapi menimbulkan kesulitan pada mukallaf. Tahsiniyah adalah kebutuhan
yang menunjang peningkatan martabat manusia dalam masyarakat dan
dihadapan Allah sesuai dengan kepatuhannya.32 Berikut penjelasan
dharuriyah, yaitu:
1. Perlindungan terhadap agama (Hifdz Ad-Din)
Perlindungan agama merupakan yang paling mendasar dari
diturunkannya Syariah. Karena dalam islam kebutuhan dasar dan
utama seorang manusia merupakan akidah, akhlak dan Syariah.
30
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Maqasid Syariah,
(Jakarta: Kencana, 2014) 41-43
31
Al-Syathibi, Al-Muawafaqat Fi UshulAl-Syariah, (Beirut: Dar al-kutub al-Ilmiyah, juz II,
2003),8.
32
Ibid…, 7-8
Melaksanakan agama secara sempurna merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh semua orang yang mengaku telah melakukan
33
syahadat, bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT. Dalam Al-
Qur’an surat Az-Zariyat, ayat 56 yaitu:
َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِاْل ْنَس ِااَّل ِلَيْعُبُد ْو ِن
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”34
2. Perlindungan terhadap jiwa (Hifdz Ad-Nafs)
Perlindungan jiwa yakni dengan cara pemenuhan hak hidup
dari masing-masing anggota masyarakat sesuai dengan aturan yang
berlaku, oleh sebab itu sangat diperlukan hukum pidana pada setiap
orang yang melanggar aturan tersebut. Memelihara jiwa yang
dimaksud adalah melindungi jiwa dari gangguan yang disebabkan oleh
orang lain termasuk didalamnya melindungi kesehatan fisik misalnya
terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan.35
3. Perlindungan terhadap akal (Hifdz Al-Aql)
Rusaknya akal dapat berdampak pada manusia secara
keseluruhan, karena akal merupakan sarana untuk membedakan yang
baik dan buruk, selain itu akal juga hanya ada pada manusia.
Pemeliharaan akal dalam islam dijamin kebebasannya dimana manusia
dibebaskan dalam berkarya, berfikir dan berpendapat. Segala sesuatu
yang dapat merusak akal dalam islam dengan tegas dilarang, seperti
diharamkannya minuman keras karena bersifat memabukkan dan
memberikan hukuman yang keras pada mereka yang terlibat
didalamnya. 36
4. Perlindungan terhadap keturunan (Hifdz A-Nasl)
Keturunan dalam islam juga diberikan perhatian yang khusus.
Rusaknya generasi manusia akan berdampak pada manusia seutuhnya.
33
Abdul Ghofur Anshori dan Yulkarnain Harahab, Hukum Islam Dinamika dan
Perkembangannya di Indonesia, (Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2008), 33.
34
Al-Qur’an, Az-Zariyat :56.
35
Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan
Daerah, (Jakarta: Salemba Empat. 2013), 38.
36
Abdul Ghofur Anshori dan Yulkarnain Harahab, Hukum Islam Dinamika dan Perkembangannya
di Indonesia, (Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2008), 33.
Islam mensyariatkan pernikahan sebagai satu-satunya sarana yang sah
untuk memelihara keturunan dan kehormatan manusia selain itu islam
juga mengharamkan berzina. Memelihara keturunan juga termasuk
menjamin kesehatan dan Pendidikan anak. 37
5. Perlindungan terhadap harta benda (Hifdz Al-Mal)
Hukum islam mengatur dan menilai harta mulai dari cara
memperolehnya sampai cara membelanjakannya. Sebagaimana yang
terdapat dalam QS. Al-Isra ayat 26-27 yang berbunyi:
َو ٰا ِت َذ ا اْلُقْر ٰب ى َح َّقٗه َو اْلِم ْس ِكْيَن َو اْبَن الَّسِبْيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذ ْيًرا ِاَّن اْلُمَبِّذ ِرْيَن َك اُنْٓو ا ِاْخ َو اَن الَّشٰي ِط ْيِن
َۗو َك اَن الَّش ْيٰط ُن ِلَر ِّبٖه َك ُفْو ًرا
“Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang
miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para
pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya”38
Ayat tersebut menjelaskan bagaimana seharusnya kita
membelanjakan harta itu. Islam sangat melindungi harta yang dimiliki
oleh seseorang, bahkan mewajibkan setiap orang untuk besungguh-
sungguh dalam mencari rezeki dengan berbagai cara seperti muamalah,
kerjasama dalam usaha dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
menjamin harta, islam mengharamkan pencurian, penipuan, riba. Yang
pada intinya dilarang mendapat harta dengan jalan yang bathil.
BAB III
METODE PENELITIAN
40
Lexy J. Moleong, MetodePenelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya,2012)168.
Kab. Nganjuk. Salah satu desa di kecamatan Rejoso yang menjadi
sentra penghasil bawang merah adalah desa Mojorembun.
3. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani
bawang merah. Desa mojorembun menempati posisi pertama
penghasil bawang merah di kabupaten Nganjuk
D. SUMBER DATA
Data penelitian kualitatif merujuk pada material kasar yang
dikumpulkan peneliti dari bidang yang sedang diteliti, dan merupakan bagian
khusus yang membentuk dasar-sadar dalam analisis.41 Sedangkan sumber data
merupakan subyek dari mana data akan diperoleh. Sumber data dalam
penelitian ini adalah petani bawang merah, berupa kata-kata, tindakan, dan
pengalaman, selebihnya adalah data tambahan misalnya dokumen dan lain-
lain.
Mengamati kata-kata dan tindakan orang yang diwawancarai
merupakan sumber data utama, yang dicatat melalui catatan tertulis atau
perekam audio video, dan pengambilan foto. Data ini biasa dinamakan data
primer. Sedangkan data sekunder merupakan data yang biasanya diperoleh
dari publikasi atau jurnal, yang sebelumnya telah dikelola dan disajikan oleh
orang lain.42 Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah data BPS, Data
tentang Kabupaten Nganjuk, dan Data tentang desa Mojorembun.
E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Dalam pengumpulan data, informan dipilih berdasarkan Teknik
snowball sampling dengan obyek kepala rumah tangga petani bawang merah
yang ada di desa Mojorembun. Teknik ini berawal pada informan yang
jumlahnya sedikit, dapat menjadi banyak apabila informan yang sedikit tidak
memberikan jawaban yang memuaskan. Cara ini dianggap tepat karena jumlah
petani yang banyak serta terbatasnya pengetahuan peneliti tentang
kemampuan informan sebagai sumber data. Jumlah informan belum dapat
ditentukan disebabkan lokasi yang terkategori luas.
Berdasarkan keseluruhan fokus penelitian, penelitian ini menggunakan
teknik wawancara. Wawancara adalah percakapan yang memiliki maksud
41
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pres, 2012),64.
42
Nawawi, Hadari dan Mimi Martiwi, Penelitian Terapan (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 121.
tertentu, dilakukan oleh dua pihak dengan maksud mengkonstruksi mengenai
orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-
lain. 43
Dengan menggunakan wawancara mendalam (depth interview)
diharapkan peneliti dapat mengungkapkan pengalaman, pengetahuan, dan
keadaan yang sebenarnya dari informan tentang bagaimana kesejahteraan
dalam kehidupan mereka selama ini. Pelaksanaan wawancara disesuaikan
dengan budaya dan nilai sosial masyarakat, menjelaskan identitas dan maksud,
menentukan jadwal, bersikap netral, dan mengamati jawaban dengan baik
serta merekam dengan alat perekam.
Adapun teknik yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Gambar 3.1
Komponen Analisis Data: Model Interaktif Menurut Miles dan Hubrerman
44
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pres, 2012),79-81
b. Meningkatkan ketekunan
Penelitian dilakukan lebih cermat dan berkesinambungan.
Kepastian data tentang urutan peristiwa akan mampu dilihat
secara pasti dan juga sistematis.
c. Triangulasi
1) Triangulasi Sumber
Kredibilitas data diperoleh dengan mengecek data melalui
beberapa sumber yaitu beberapa petani yang dijadikan
informan.
2) Triangulasi Metode
Kredibilitas data diperoleh dengan mengecek kembali
melalui metode yang lain, misalnya data wawancara
dikuatkan lagi dengan observasi atau dokumentasi. Untuk
konteks ini bergantung pada kondisi di lapangan.
3) Triangulasi Waktu
Waktu melakukan wawancara sangat mempengaruhi
kredibilitas data yang di dapat dari informan. Waktu pagi,
siang, dan sore sangat berbeda, bisa saja mempengaruhi
kredibilitas oleh karena faktor kebugaran tubuh informan.
2. Transferabilitas (Transferability)
Kemampuan hasil penelitian kualitatif digeneralisasikan atau
ditransfer kepada konteks atau seting lain. Sebagai langkah tanggung
jawab dalam transferabilitas, peneliti akan memberikan data berupa
uraian rinci, jelas, sistematis, serta dapat dipercaya.
3. Dependabilitas (Dependability)
Dilakukan dengan mengaudit seluruh proses yang dilakukan
peneliti. Jika hasil penelitiannya ada tetapi prosesnya tidak dilakukan
maka perlu diragukan dependabilitasnya. Untuk memperkuat hal itu,
peneliti akan menjelaskan keseluruhan proses yang dilakukan sebagai
jejak aktivitas lapangan peneliti.
4. Konfirmabilitas (Confirmability)
Proses konfirmabilitas dilakukan bersamaan dengan
dependabilitas. Dependabilitas untuk menilai prosesnya, sedangkan
konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil dari penelitian terutama
tentang deskripsi temuan dan diskusi hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005.
Fauzia, Ika Yunia. Prinsip Ekonomi Islam Perspektif Maqasid Syariah. Jakarta:
Kencana, 2014.
Outlook Bawang Merah, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian
Pertanian, 2020.
Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2012, BKKBN Direktorat Pelaporan dan
Statistik, Jakarta 2013.
Rizqi, Moh. Ainul. Pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan di kec. Paiton, Kab.
Probolinggo dalam kajian maqasid Syariah. Malang: UIN Malang,
2021.
4. Sumber Data
Data yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang
dijadikan informan dan dengan cara bagaimana data dijaring.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan, cara-cara untuk
memastikan keabsahan data