KAJIAN TEORITIS
14
15
2.2 Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
Pengertian motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu
kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada
hubungan yang kuat antara kebutuhan, motivasi, perbuatan atau
tingkah laku, tujuan dan kepuasan, karena setiap perubahan senantiasa
berkat adanya dorongan motivasi. Setiap tindakan atau perbuatan
seseorang cenderung dimulai dari apa yang memotivasi seseorang
untuk melakukan sesuatu. Buhler, memberikan pendapat tentang
22
nilai yang mempengaruhi individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu
yang invisibel yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu
bertingkah laku dalam mencapai tujuan.
Manusia dan pelaksanaan, merupakan dua bidang yang memerlukan
perhatian dalam setiap bisnis. Manajemen harus menciptakan lingkungan
harmonis sehingga kedua faktor tersebut dapat saling melengkapi tetapi
seringkali timbul masalah yaitu terjadi pertentangan karena perbedaan
mendasar antara keduanya. Manajemen harus memaksimalkan efektifitas
individu sedangkan setiap saat perhatian individu itu dapat tersita oleh
kepentingan pribadi. Keberhasilan motivasi pegawai sangat bergantung pada
pengaturan keseimbangan antara kepentingan organisasi dan pribadi pegawai.
Seperti halnya pegawai mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang
diharapkan dipenuhi oleh organisasi, organisasi juga mengharapkan
pegawainya untuk melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan. Tanggung
jawab manajerial untuk memperoleh perilaku ini disebut dengan pengaruh
motivasi. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi
(motivation), antara lain kebutuhan (need), keinginan (want) dan dorongan
(drive) atau rangsangan (impulse).
Menurur Veithzal Rivai, (2010,4570). motivasi dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Sebagai suatu kondisi yang menggerakan manusia kearah suatu
tujuan tertentu.
b. Suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai dan perusahaan agar
mau bekerja secara berhasil sehingga keinginan pegawai dan
tujuan perusahaan sekaligus tercapai.
c. Sebagai inisiasi dan pengarahan tingkah laku, pelajaran motivasi
sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.
d. Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.
e. Sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan,
dan memelihara periaku yang berhubungan dengan ingkungan
kerja.
26
menurunkan tekanan yang timbul dari rasa tidak senang menjadi senang.
Maka orang memilih suatu tindakan dan terjadilah perilaku yang diarahkan
untuk mencapai tujuan. Usaha adalah tenaga yang dikeluarkan orang pada
waktu melakukan pekerjaan. Kemampuan menunjukan kecakapan . Jumlah
usaha yang dikerahkan berhubungan dengan tingkat kemampuan.
Keorganisasian juga mempengaruhi proses motivasi. Pola pekerjaan
kebutuhan kekuasaan, affiliasi dan kebutuhan keberhasilan yang
mempengaruhi motivasi., perilaku dan penampilan individu juga sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut di atas.
2.3 Kompensasi
2.3.1 Pengertian Kompensasi
Salah satu tujuan manajemen sumber daya manusia, yaitu
memastikan organisasi memiliki tenaga kerja yang bermotivasi dan
berkinerja tinggi, serta dilengkapi dengan sarana untuk menghadapi
perubahan yang dapat memenuhi kebutuhan pekerjanya. Dalam usaha
mendukung pencapaian tenaga kerja yang memiliki motivasi dan berkinerja
tinggi, yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Menurut hasil survey Work Asia tahun 2007-2008 yang dilakukan
oleh konsultan SDM, Watson Wyatt. terungkap bahwa Kompensasi dan
39
mengunakan uang, dan langsung terkait dengan dengan prestasi kerja yang
dapat berbentuk gaji, upah, insentif, komisi dan bonus
Kompensasi langsung diantaranya yaitu:
1) Upah/Gaji pokok
2) Tunjangan tunai sebagai suplemen upah/ gaji yang diterima setiap
bulan atau minggu.
3) Tunjangan Hari Raya Keagamaan dan gaji ke-14,15 dst.
4) Bonus yang dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan prestasi kerja atau
kinerja organisasi.
5) Insentif sebagai penghargaan untuk prestasi termasuk komisi bagi
tenaga penjualan.
6) Segala jenis pembagian catu/ (in natura/in kind) yang diterima rutin.
Kompensasi finansial artinya kompensasi yang diwujudkan dengan
sejumlah uang kartal kepada pegawai yang bersangkutan. Kompensasi
finansial implementasinya dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Kompensasi finansial langsung (Direct Financial compensation).
Kompensasi finansial langsung adalah pembayaran berbentuk uang
yang pegawai terima secara langsung dalam bentuk gaji/upah,
tunjangan ekonomi, bonus dan komisi. Gaji adalah balas jasa yang
dibayar secara periodik kepada pegawai tetap serta mempunyai
jaminan yang pasti, sedangkan upah adalah balas jasa yang
dibayarkan kepada pekerja dengan berpedoman pada perjanjian yang
disepakati pembayarannya.
2) Kompensasi finansial tak langsung (Indirect Financial
compensation). Kompensasi finansial tidak langsung adalah termasuk
semua penghargaan keuangan yang tidak termasuk kompensasi
langsung. Wujud dari kompensasi tak langsung
meliputi program asuransi tenaga kerja (jamsostek), pertolongan
sosial, pembayaran biaya sakit (berobat), cuti dan lain-lain.
45
selalu perpikir, kerja keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas
tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk keberhasilan pekerjaannya
Peningkatan sikap, perjuangan, pengabdian, disiplin kerja, dan
kemampuan profesional dapat dilakukan melalui serangkaian pembinaan
dan tindakan nyata agar upaya peningkatan prestasi kerja dan loyalilas
pegawai dapat menjadi kenyataan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi loyalitas pegawai adalah kepuasan kerja pegawai.
Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional pegawai yang
terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja
pegawai dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa
yang memang diinginkan oleh pegawai yang bersangkutan.
Pengertian diatas, menggambarkan bahwa penyempurnaan dibidang
personalia hanya selalu mendapat perhatian untuk menuju pegawai yang
profesional dengan berbagai pendekatan dan kebijaksanaan. Untuk itu,
diperlukan adanya pembinaan, penyadaran, dan kemauan kerja yang tinggi
untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Apabila pegawai penuh
kesadaran bekerja optimal maka tujuan organisasi akan lebih mudah
tercapai.
Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap
individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda, banyak ahli
manajemen sumber daya manusia telah memberikan definisi tentang
kepuasan kerja dengan perspektifnya masing-masing, antara lain menurut
Kreitner & Kinicki (2007), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau
respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini
mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep
tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari
pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.
Davis dalam Mangkunegara, (2017: 46) mengemukakan bahwa “job
satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employees view
their work”, (kepuasan kerja adalah perasaan menyokong atau tidak
menyokong yang dialami pegawai dalam bekerja). Sedangkan Wexley dan
51
mereka saat bekerja. Perasaan positif atau suasana hati yang positif
mengindikasikan kepuasan kerja. Sedangkan kepuasan kerja kognitif
adalah kepuasan yang didapatkan dari penilaian logis dan rasional
terhadap kondisi, peluang dan atau ”out come”.
sebagainya. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dari pekerjaan itu
sendiri. Comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi yang
sama, seorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri
dalam pekerjaan sebelumnya.
Menurut teori ini puas atau tidaknya seorang pegawai merupakan
hasil membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan
tersebut dirasakan seimbang (Equity), maka pegawai tersebut akan merasakan
puas. Tetapi apabila terjadi ketidakseimbangan (In equity) dapat
menyebabkan dua kemungkinan yaitu ketidak seimbangan yang
menguntungkan dirinya dan sebaliknya ketidak seimbangan yang
menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding.
c. Teori pandangan kelompok (Social Refence Group Theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung pada
pandangan dan pendapat kelompok yang oleh para pegawai dijadikan tolak
ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya, sehingga pegawai akan
merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan
yang diharapkan oleh kelompok.
d. Teori Motivasi dua faktor (Two Factor Theory of Motivation)
Teori ini menyatakan bahwa karakteristik pekerjaan dapat
dikelompokan menjadi dua katagori. Pertama penyebab ketidak puasan
(Dissatisfaction) yang disebut ekstrinsik faktor/ faktor hygiene atau faktor
pemeliharaan . Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat
menyebabkan ketidakpuasan kerja, tetapi bila terpenuhi belum tentu
menjamin kepuasan kerja. Adapun yang termasuk faktor-faktor hygiene
adalah Gaji , kebijakan pengawasan, hubungan antara atasan dan bawahan,
kondisi kerja, keamanan kerja dan status pekerjaan. Kategori yang kedua
adalah penyebab kepuasan (Satisfaction) yang disebut intrinsic factor/
motivator factor. Adapun yang termasuk faktor-faktor ini adalah prestasi,
pengakuan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri dan pengendalian diri.
Lutans (2008; 264) mengatakan bahwa motivator faktor ini berhubungan
dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan
54
b. Gaji
Menurut penelitian Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi
dari jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajad sejauh
mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan
bagaimana gaji diberikan. gaji diakui merupakan faktor yang
signifikan terhadap kepuasan kerja.
c. Kesempatan atau promosi
Pegawai memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri
dan memperluas pengalaman kerja, dengan terbukanya
kesempatan untuk kenaikan jabatan.
d. Supervisor
Kemampuan supervisor untuk menyediakan bantuan teknis dan
perilaku dukungan. Menurut Locke, hubungan fungsional
dan hubungan keseluruhan yang positif memberikan tingkat
kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan.
e. Rekan kerja
Kebutuhan dasar manusia untuk melakukan hubungan sosial
akan terpenuhi dengan adanya rekan kerja yang mendukung
pegawai. Jika terjadi konflik dengan rekan kerja, maka akan
berpengaruh pada tingkat kepuasan pegawai terhadap pekerjaan..
kerja dalam tahun yang telah dijalani.. dari definisi-definisi tersebut diatas
penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud kinerja karyawan adalah hasil
kerja karyawan dilihat pada aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerja
samauntuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi.
Murdijanto P. menyatakan bahwa kinerja adalah : “
“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika.”
Dari uraian tujuan penilaian kinerja baik secara umum ataupun secara
khusus yang dilakukan oleh manajemen organisasi atau organisasi tiada lain
adalah untuk mengetahui kemampuan atau kinerja Pegawainya.
66
kebutuhan perbaikan kinerja kerja, dan untuk berperan serta dalam membuat
rencana perbaikan kinerja”.
Berkaitan dengan pendapat di atas, maka penilaian adalah waktu ideal
untuk memuasatkan perhatian kepada sasaran-sasaran individu, bukan sasaran
unit. Ini adalah peluang untuk menyentuh bagian dasar dan membandingkan
hasil-hasil kerja dengan tolok ukur yang telah disepakati sebelumnya.
Pengawas memberikan penghargaan atas prestasi dan pekerjaan yang
dilakukan dengan memuaskan. Pegawai diberi peluang untuk mengatakan
kepada pengawas alasan mereka tidak berprestasi seperti yang telah
disepakati. Kemudian, akan ada penelitian timbal balik mengapa sasaran
dapat dipenuhi atau tidak dapat dipenuhi.
Berkaitan dengan kegunaan penilaian kinerja pegawai Rivai (2010:58-
60) mengemukakan pendapatnya, yaitu sebagai berikut :
a. Performance Improvement, yakni penilaian untuk memperbaiki
kinerja pegawai, manajer, dan supervisor dimasa yang akan datang;
b. Compensation Adjustment, yaitu untuk membantu dalam pengambilan
keputusan penentuan siapa yang seharusnya menerima kenaikan
pembayaran dalam bentuk upah, bonus, ataupun bentuk lainnya yang
didasarkan pada sistem merit;
c. Placement Decisions, yaitu untuk promosi, transfer ataupun
penurunan jabatan atau pangkat biasanya didasarkan pada kinerja
masa lalu dan bersifat antisipatif;
d. Training and Development Need, yaitu untuk melakukan pelatihan,
sehingga setiap pegawai selalu memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri;
e. Career Planning and Development, yakni penilaian untuk proses
pengambilan keputusan utamanya karier yang spesifik dari pegawai,
sebagai tahapan untuk mengembangkan diri pegawai;
f. Staffing Process Deficiencies, yakni penilaian guna mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam prosedur penempatan staf di
departemen sumber daya manusia (SDM);
68
Tabel : 2.1
Hasil Penelitian lain yang relevan
MOTIVASI KERJA
MOTIVASI KERJA
(X1)
(X1)
Kebutuhan prestasi
Kebutuhan prestasi
Kebutuhan kekuasaan
Kebutuhanafiliasi
Kebutuhan kekuasaan
Kebutuhan afiliasi
(Mc. Clelland, dalam
(Mc. Clelland,2016:67)
Sedarmayanti dalam
Sedarmayanti 2016:67) KINERJA
KINERJAPEGAWAI
PEGAWAI
(Z)
(Z)
Jumlah
Jumlah
pekerjaan
pekerjaan
(Quantity
(Quantityofof
work
work) )
KEPUASAN
KEPUASANKERJA KERJA Kualitas
Kualitas
(Y)(Y) pekerjaan
pekerjaan
Intrinsik (Quality
(Qualityofof
Intrinsik
Ekstrinsik work)
work)
Ekstrinsik Pemahaman
Pemahaman
prosedur
prosedurkerja
kerja
Luthans
Luthansdalam
dalamSopiah,
Sopiah, (Job
(2008:170) (Job
(2008:170) knowledge
knowledge) )
Menyesuaikan
Menyesuaikan
diri
diri
(Creativeness)
(Creativeness)
Kerja
Kerjasama
sama
KOMPENSASI (Cooperation)
(Cooperation)
KOMPENSASI Mandiri
(X2) Mandiri
(X2) (Dependability
(Dependability
Langsung ))
Langsung
Tidak Langsung Inisiatif
Tidak Langsung Inisiatif
(Initiative
(Initiative) )
Veitzal Riva’i (2010:357) Kualitas
KualitasDiriDiri
Veitzal Riva’i (2010:357) (Personal
(Personal
qualities)
qualities)
Cardoso
CardosoGomes
Gomes
(2010:142)
(2010:142)