Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI


FAKULTAS SYARIAH
Jalan Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kota Kediri Jawa Timur Kode Pos 64127
Telepon.(0354) 689282, Faximile. (0354) 686564
Email: fakultas.syariah@iainkediri.ac.id, Website: www.syariah.iainkediri.ac.id

FORMAT PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Indra Dwi Yusa Putra

NIM : 931104219

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

A. Judul
Kedudukan Hukum Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPer)
B. Latar Belakang
Di Negara Republik Indonesia ini memilki tiga sistem hukum yang berlaku dan menjadi
suatu bagian dari tatanan kehidupan masyarakat. Ketiga sistem hukum tersebut antara lain Hukum
Adat, Hukum Islam, dan Hukum Perdata (BW) yang telah dikodifikasikan sebagai Hukum
Nasional. Dalam penerapannya, ketiga sistem hukum tersebut mempunyai dasar aturan yang
berbeda.1
Dalam sistem hukum adat, bentuk materiil dari hukum tersebut sebagian besar tidak tertulis
karena telah menjadi aturan dan pedoman dalam kehidupan yang sudah mengakar dan
berkembang. Sehingga meskipun memiliki latar belakang corak budaya dan sosial yang berbeda –
beda di setiap daerahnya, Hukum Adat ini masih dapat berlaku dan legal selama hukum tersebut
tidak bertentangan dengan ketentuan negara maupun ketetapan syara’. Hukum Islam muncul
karena Agama Islam sendiri telah menjadi kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh mayoritas
masyarakat Negara Republik Indonesia, sehingga memberinya ruang untuk menjadi bagian dari
konsep hukum berlandaskan syari’at Islam yang berkekuatan tetap. Sedangkan untuk Hukum
Perdata (BW) sendiri merupakan adaptasi dari hukum barat yang kemudian dijadikan sebagai
Hukum Konstitusi Negara Republik Indonesia guna mencakup seluruh dimensi dan ruang lingkup
segala aturan yang berlaku dan berkembang di Indonesia.
Kenyataan yang terjadi pada saat ini, pelaksanaan sistem – sistem hukum tersebut mengalami
suatu problematika dalam rangka mewujudkan suatu pembaharuan hukum. Di Indonesia di mana
undang- undang merupakan cara pengaturan hukum yang utama. Pembaharuan masyarakat
dengan jalan hukum berarti pembaharuan hukum terutama melalui perundang-undangan2.
Salah satu sistem hukum yang masih menjadi dilema di Indonesia adalah hukum waris. Praktik
didalamnya memiliki banyak perbedaan penerapan dikarenakan tata kehidupan masyarakat

1
Munarif, Asbar Tantu (2022), “Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata di Indonesia (Studi Perbandingan)”,
ALMASHADIR, Vol. 4 (2), Hal. 139
2
Ibid, Hal. 139.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
FAKULTAS SYARIAH
Jalan Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kota Kediri Jawa Timur Kode Pos 64127
Telepon.(0354) 689282, Faximile. (0354) 686564
Email: fakultas.syariah@iainkediri.ac.id, Website: www.syariah.iainkediri.ac.id

Indonesia yang majemuk serta belum adanya suatu kodifikasi hukum waris yang berlaku bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Dengan meninggalnya seseorang terjadilah suatu proses pemindahan
dan pengoperan harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia yang dikenal dengan
pewarisan.3 Sehingga yang dapat menimbulkan persoalan atau konflik dalam hal ini adalah
peralihan harta yang telah ditinggalkan, kepada siapa yang berhak menanggung segala urusan yang
berkaitan dengan harta milik orang yang meinggal tersebut (pewaris) dimulai dari hutang-
hutangnya hingga wasiatnya..
Hukum kewarisan di Indonesia memegang peranan penting dalam struktur masyarakat yang
terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama yang tentunya memiliki corak tersendiri. Bentuk dan
sistem hukum waris sangat erat kaitannya dengan bentuk masyarakat dan sifat kekeluargaan.
Sedangkan sistem kekeluargaan pada masyarakat Indonesia, berpangkal pada sistem menarik
garis keturunan yang pada dasarnya dikenal ada tiga macam keturunan yang meliputi sistem
matrilineal, partrilineal dan parental. 4
Dalam Hukum Islam, munculnya ketetapan tentang waris ini bersamaan dengan turunnya
wahyu (Al-Qur’an) sebagai fondasi adanya sistem pembagian waris yang biasa disebut dengan Al-
Faraid. Penyebutan istilah “faraid“ menunjuk pada pengertian adanya ketentuan yang pasti
terhadap setiap orang yang menjadi ahli waris. Pengertian ditentukan dimaksud adalah sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan wahyu sebagai dokumen suci atau norma. Secara esoterik
filosofis pemahaman tersebut dipahami oleh yuris klasik sebagai suatu keharusan untuk
dilaksanakan oleh setiap orang yang beragama Islam. Melaksanakannya dianggap melaksanakan
perintah ketaatan agama. Ia dianggap sebagai compulsory law (dwingend recht) – hukum yang
berlaku secara mutlak. 5 Namun dalam pelaksanaannya, penerapan Hukum Waris Islam di
Indonesia tidak berjalan dengan mulus karena harus bersinggungan dengan hukum waris adat dan
juga masalah yang dihadapi adalah banyaknya kitab-kitab yang membahas tentang hukum waris
Islam yang selalu mengandung perbedaan pendapat 6.
Sedangkan hukum waris dalam perdata, berdasarkan ketentuan Pasal 131 IS Jo. Staatsblad
1917 Nomor 12 Jo. Staatsblad 1924 Nomor 557 tentang Penundukan Diri Terhadap Hukum
Eropa, diberlakukan bagi: 7
a) Orang – orang Eropa atau yang dipersamakan dengan orang Eropa
b) Orang Timur Asing Tionghoa (Staatsblad 1917 No. 129)
c) Orang Asing lainnya dan Orang Indonesia yang menundukkan diri kepada Hukum Eropa
3
Oemar Moechtar. Perkembangan Hukum Waris : Praktik Penyelesaian Sengketa Waris di Indonesia. (Jakarta:
Prenadamedia Grup). 2019, Hal. 5
4
Supriyadi (2015), Pilihan Hukum Kewarisan dalam Masyarakat Pluralistik (Studi Komparasi Hukum Islam dan Hukum
Perdata), AL-‘ADALAH, Vol. XII (3), Hal. 554
5
Sukris Sarmadi. Hukum Waris Islam di Indonesia (Perbandingan Kompilasi Hukum Islam dan Fiqh Sunni). Yogyakarta:
Aswaja Pressindo. 2013, Hal. 2
6
Aulia Muthiah, Novy Sri Pratiwi Hardani. Hukum Waris Islam. (Yogyakarta: Medpress Digital), 2015. Hal. 4
7
Maman Suparman. Hukum Waris Perdata. (Jakarta: Sinar Grafika), 2015. Hal. 4
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
FAKULTAS SYARIAH
Jalan Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kota Kediri Jawa Timur Kode Pos 64127
Telepon.(0354) 689282, Faximile. (0354) 686564
Email: fakultas.syariah@iainkediri.ac.id, Website: www.syariah.iainkediri.ac.id

Dari penjelasan diatas dapat di pahami bahwa Hukum Perdata Indonesia yang mengatur tentang
waris juga beraneka sistemnya, menjadikan Hukum Perdata di Indonesia merupakan suatu bentuk
konsep hukum yang fleksibel sehingga tidak hanya diperuntukkan untuk beberapa golongan atau
ras.
Mengenai pemaparan diatas, menunjukkan suatu bukti bahwa penerapan Hukum waris di
Indonesia ini terbilang mengalami inkonsisten, dikarenakan banyaknya sumber hukum yang
dijadikan sebagai acuan dan diakui legalitasnya. Menurut Busthanul Arifin, ada perbedaan asasi
yang terdapat dalam masing – masing sistem hukum yang berpolemik dalam sistem hukum di
Indonesia, perbedaan tersebut yaitu: 8
a) Tujuan Hukum
b) Metode Penemuan (Pengambilan) Hukum
c) Konsep Keadilan
Berangkat dari sinilah peneliti ingin membahas tentang kewarisan yang berfokus pada ruang
lingkup Hukum Perdata dan Hukum Islam menggunakan metode studi komparasi (perbandingan)
dengan mengangkat suatu permasalahan tentang persamaan dan perbedaan waris dalam Hukum
Islam dan Hukum Perdata serta kedudukan ahli waris pengganti menurut Hukum Islam dan
Hukum Perdata dengan Judul “Kedudukan Hukum Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi
Hukum Islam (KHI) dan Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPer)”
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan serta persamaan pembagian waris menurut KHI dan KUHPer?
2. Bagaimana kedudukan hukum seorang Ahli Waris Pengganti dalam KHI dan KUHPer?
D. Telaah Pustaka/ Penelitian terdahulu
1. Skripsi penelitian yang ditulis oleh Wenny Welia Sari yang berjudul “Ahli Waris Pengganti
Ditinjau Dari Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 185 dan Menurut Hazairin”, Mahasiswa
Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam Institut
Agama Islam Negeri Curup, Tahun 2019. Dalam penelitian ini membahas tentang batasan –
batasan bagian yang didapatkan oleh Ahli Waris Pengganti dalam Waris, berdasarkan KHI
Pasal 185 serta pendapat dari seorang Pakar Hukum Islam di Indonesia yakni Hazairin.
Persamaan dalam penelitian milik Saudari Wenny Welia Sari dengan peneliti adalah
menjelaskan kedudukan seorang Ahli Waris Pengganti menurut KHI. Sedangkan untuk
perbedaannya adalah dari segi ruang lingkup komparasi (perbandingan) hukumnya, dimana
peneliti akan membandingkan persamaan dan perbedaan antara KHI dengan KUHPer yang
membahas tentang kedudukan seorang Ahli Waris Pengganti dimata hukum.

8
Siska Lis Sulistiani. Hukum Perdata Islam (Penerapan Hukum Keluarga dan Hukum Bisnis Islam di Indonesia).
(Jakarta:Sinar Grafika), 2018. Hal. 14
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
FAKULTAS SYARIAH
Jalan Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kota Kediri Jawa Timur Kode Pos 64127
Telepon.(0354) 689282, Faximile. (0354) 686564
Email: fakultas.syariah@iainkediri.ac.id, Website: www.syariah.iainkediri.ac.id

2. Skripsi penelitian yang ditulis oleh Hasanudin yang berjudul “Perbandingan Pembagian
Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) dan Pembagian Waris
Menurut Islam”, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang, Tahun 2015. Dalam penelitian ini berfokus pada
pertanggungjawaban seorang Ahli Waris terhadap Hutang yang dimilik Pewaris kepada
pihak lain. Persamaan dalam penelitian milik Saudara Hasanudin dengan peneliti adalah
melakukan studi komparasi (perbandingan) Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW) dalam ruang lingkup Waris. Sedangkan untuk
perbedaanya adalah pada fokus permasalahan yang dibahas, dimana peneliti berfokus pada
Kedudukan Hukum Seorang Ahli Waris Pengganti.
3. Skripsi penelitian yang ditulis oleh Dian Hadiningsih yang berjudul “Kedudukan Ahli
Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam dan KUHPerdata (Studi Komparatif)”,
Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Tahun 2019. Dalam Penelitian ini, Saudara Dian
Hadiningsih langsung berfokus pada perbandingan KHI dan KUHPerdata tentang
Kedudukan Ahli Waris Pengganti. Sedangkan peneliti akan menjabarkan secara ringkas
tentang persamaan dan perbedaan ruang lingkup waris menurut KHI dan KUHPerdata.
E. Landasan Teori
1. Kompilasi Hukum Islam
a) Sejarah Perumusan Kompilasi Hukum Islam
b) Kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam
c) Sistem pembagian waris dalam Kompilasi Hukum Islam
2. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
a) Sejarah Hukum Perdata Indonesia
b) Kewarisan dalam Hukum Perdata
c) Sistem pembagian waris dalam hukum Perdata di Indonesia
F. Daftar Pustaka (minimal 5 buku)
Buku
Oemar Moechtar. Perkembangan Hukum Waris : Praktik Penyelesaian Sengketa Waris di
Indonesia. (Jakarta: Prenadamedia Grup). 2019
Sukris Sarmadi. Hukum Waris Islam di Indonesia (Perbandingan Kompilasi Hukum Islam dan
Fiqh Sunni). Yogyakarta: Aswaja Pressindo. 2013
Maman Suparman. Hukum Waris Perdata. (Jakarta: Sinar Grafika), 2015.
Aulia Muthiah, Novy Sri Pratiwi Hardani. Hukum Waris Islam. (Yogyakarta: Medpress Digital),
2015.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
FAKULTAS SYARIAH
Jalan Sunan Ampel No. 7 Ngronggo Kota Kediri Jawa Timur Kode Pos 64127
Telepon.(0354) 689282, Faximile. (0354) 686564
Email: fakultas.syariah@iainkediri.ac.id, Website: www.syariah.iainkediri.ac.id

Siska Lis Sulistiani. Hukum Perdata Islam (Penerapan Hukum Keluarga dan Hukum Bisnis Islam
di Indonesia). (Jakarta:Sinar Grafika), 2018.
Peraturan Perundang-Undangan
Kompilasi Hukum Islam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Jurnal/Penelitian
Munarif, Asbar Tantu. “Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata di Indonesia (Studi
Perbandingan)”, ALMASHADIR, Vol. 4 (2). 2022
Supriyadi, Pilihan Hukum Kewarisan dalam Masyarakat Pluralistik (Studi Komparasi Hukum
Islam dan Hukum Perdata), AL-‘ADALAH, Vol. XII (3). 2015

Kediri, 29 Januari 2023


Mengetahui,
Dosen Wali, Yang Bersangkutan,

Dr. Abdullah Taufiq, S.H, M.H Indra Dwi Yusa Putra


NIP. 19670622 200504 1 009 931104219

Anda mungkin juga menyukai