Anda di halaman 1dari 30

Laporan Praktikum

KIMIA ORGANIK II
“ESTERIFIKASI”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Praktikum Kimia Organik

OLEH

KELOMPOK : V (LIMA)
KELAS : C-S1 FARMASI 2022
ASISTEN : SUNARYO GAFUR, S.FARM

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
Lembar Pengesahan
KIMIA ORGANIK II
“ESTERIFIKASI”

OLEH :
KELAS : C – S1 FARMASI 2022
KELOMPOK : V (LIMA)

1. VERAWATY FAJRIN H. ABAY (821422054)


2. SITI AULIA POU (821422055)
3. AFIFAH ALIYA CANON (821422071)

Gorontalo, November 2023 NILAI


Mengetahui,
Asisten

SUNARYO GAFUR, S. FARM


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
mengenai “Esterifikasi”. Laporan ini dibuat berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan dalam laboratorium. Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini
unruk memenuhi laporan praktikum Farmakognosi.
Kami menyadari dalam laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi isi maupun dari segi metodologi dan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Wasalamualaikum Warahamatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, November 2023

Kelompok V

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Praktikum......................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
2.1 Dasar Teori................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan ............................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIKUM......................................................................13
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................13
3.2 Alat dan Bahan........................................................................................13
3.3 Prosedur Kerja.........................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................14
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................14
4.2 Pembahasan.............................................................................................14
BAB V PENUTUP..............................................................................................19
5.1 Kesimpulan..............................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengkombinasi, menganalisis serta
menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta Pendistribusian
dan penggunaannya secara aman. Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia
kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk
kesehatan. Farmasi pada dasarnya merupakan sistem pengetahaun (ilmu, teknologi
dan social budaya) yang mengupayakan dan menyelenggarakan jasa kesehatan
dengan melibatkan dirinya dalam mendalami, memperluas, menghasilkan dan
mengembangkan pengetahuan tentang obat dalam arti dan dampak obat yang
seluas-luasnya serta efek dan pengaruh obat pada manusia dan hewan.
Perkembangan farmasi sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan orientasi di
bidang kesehatan. Dalam dunia farmasi kita mempelajari berbagai macam cabang
ilmu materi salah satunya adalah Kimia Organik.
Kimia organik adalah pencabangan ilmu kimia yang mempelajari mengenai
struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa organik
dibangun terutaman oleh karbon dan hidrogen, dan dapat mengandung unsur unsur
lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Di antara
beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon
yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawa yang
mengandung paling tidak satu cincin benzene; senyawa heterosiklik yang
mencakup atom-atom non karbon dalam struktur cincinnya; dan polimer,
molekul rantai panjang gugus berulang. Pembeda antara kimia organik dan
anorganik adalah ada atau tidaknya ikatan karbon hydrogen. Sehingga asam
karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama
organik. Salah satu senyawa organik adalah ester.
Ester merupakan turunan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus

1
OH dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester adalah suatu senyawa
organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada
gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R').
Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang
hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+. Proses pembentukan ester dikenal dengan
reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi biasanya menggunakan katalis asam sulfat (H2SO4).
Namun, asam sulfat bersifat korosif serta dapat menyebabkan reaksi samping.
Selain itu, akumulasi konsumsi asam sulfat mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Oleh sebab itu, dilakukan berbagai penelitian sebagai bentuk alternatif
penggunaan katalis asam sulfat untuk mencari katalis yang menyisakan limbah
yang lebih aman, memungkinkan tidak terjadi reaksi samping dan tetap memiliki
efisiensi katalitik pada rasio sedekat mungkin dengan asam sulfat
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum Kimia Organik 2
percobaan Reaksi Esterifikasi untuk mengamati reaksi esterifikasi pada pembuatan
etil asetat.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan percobaan kali ini yaitu :
1. Agar mahasiswa dapat mengamati reaksi esterifikasi pada pembuatan etil
asetat.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui reaksi esterifikasi pada pembuatan etil
asetat.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan reaksi esterifikasi pada pembuatan etil
asetat.
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat percobaan kali ini yaitu ;
1. Mahasiswa dapat mengamati reaksi esterifikasi pada pembuatan etil asetat.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui reaksi esterifikasi pada pembuatan etil
asetat.
3. Agar mahasiswa dapat menjelaskan reaksi esterifikasi pada pembuatan etil
asetat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar teori
2.1 Ester
Dalam ilmu kimia, ester adalah campuran organik dengan simbol R’ yang
menggantikan suatu atom hidrogen atau lebih. Ester juga dibentuk dengan
asamyang tidak tersusun teratur; sebagai contoh, dimetil sulfat yang juga disebut
asam belerang, dimetil ester (Putri, 2016)
Alkil lkanoat/ Ester adalah sebuah asam karboksilat mengandung gugus -
COOH, dan pada sebuah ester hidrogen pada gugus ini digantikan dengan
sebuahgugus hidrokarbon dari berbagai jenis. Gugus ini bisa berupa gugus alkil
sepertimetil atau etil, atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen seperti
fenil.Ester dapat terhidrolisis dengan pengaruh asam membentuk alkohol danasam
karboksilat. Reaksi hidrolisis tersebut merupakan kebalikan dari pengesteran.
Disini senyawa karbon mengikat gugus fungsi –COOR adalah alkil alkanoat. Ester
diturunkan dari alkohol dan asam karboksilat. Untuk ester turunan dari asam
karboksilat paling sederhana, nama-nama tradisional digunakan, sepertiformate,
asetat,dan propionate (Hidayati, et al, 2011).
Ester yang paling lazim adalah etil asetat, CH3CO2CH2CH3, suatu pelarutcat
dan cat kuku maupun pelarut untuk perekat. Etil asetat dan ester lain dengansepuluh
karbon atau kurang merupakan suatu cairan yang mudah menguap dengan bau enak
yang mirip dengan buah-buahan dan sering dijumpai dalam buah-buahandan
bunga-bungaan. Banyak ester, baik yang dari alam maupun dibuat olehmanusia,
yang digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent). Bau dancitarasa dari
buah-buahan tertentu dapat disebabkan oleh beberapa ester. Misalnya etil asetat, n-
butil asetat, dan n-pentil asetat semuanya merupakan citavrasa dari pisang-pisang
(Arifin, 2018).
Ester yang terdapat dari alam yang terbuat dari asam karbiksilat berantai-
panjang dan alkohol berantai-panjang disebut. Kebanyakan bahan yang disebut lilin
biasanya adalah campuran dua ester atau lebih dan zat-zat lain. Campuran semacam
itu merupakan zat padat yang mudah meleleh, dan jangka leleh yang lebar (40-

3
90C). bila dicampur dengan pelarut organik tertentu,dapatlah mudah duoleskan
sebagai larutan pelindung. Misalnya, carnauba wax digunakan secara meluas
sebagai pemoles mobil dan lantai (Sumardjo, 2016).
Ester dari asam karboksilat rendah berat molekul yang tidak berwarna,cairan
mudah menguap dengan bau yang menyenangkan, sedikit larut dalam air.Banyak
yang bertanggung jawab atas aroma dan rasa bunga dan buah-buahan misalnya,
asetat isopentyl hadir dalam pisang, metil salisilat dalam winter green, dan etil
butirat dalam nanas. Ini dan lainnya ester volatile dengan bau khas digunakan dalam
rasa sintetis, parfum, dan kosmetik. Ester volatile tertentu digunakan sebagai
pelarut untuk lacquers, cat, dan pernis; untuk tujuan ini, jumlah besar dan butil
asetat etil asetat diproduksi secara komersial. Wax disekresi oleh hewan dan
tumbuhan ester terbentuk dari rantai panjang asam karboksilat dan alkohol rantai
panjang. Minyak lemak dan ester darirantai panjang asam karboksilat dan
gliserol.Ester cair volatilitas rendah pelunakan berfungsi sebagai agen untuk
resindan plastik. Ester juga mencakup banyak industri polimer penting.
Polimetilmetakrilat adalah pengganti kaca dijual di bawah nama Lucitedan kaca,
poli eti lentereftalat digunakan sebagai film (Mylar) dan sebagai serat tekstil dijual
sebagai Terylene, Fortrel, dan Dacron (Cairns, 2014).
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol dan
suatuasam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan
kemudian alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara
metanol danasam butir menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti
halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH3, metil metanoat karena ester
dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan -oat pada akhiran. Secara
umum, ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil benzoat Reaksi
esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol (Fessenden, 2012).
2.2 Reaksi Esterfikasi
Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dengan cara
mereflukssebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam.
Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat. Pembentukan

4
ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap alkohol, seperti pada
esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan anhidrida asam (atom
yang rendah) atau asil klorida (sensitif terhadap kelembapan). Kelemahan utama
asilasi langsung adalah konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus
diatasidengan menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang
menjadihasil reaksi. Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean-Strak atau
penggunaan saringan molekul (Cahyono, 2012).
Dalam reaksi esterifikasi disebut, ester diproduksi ketika asam karboksilat
dan alkohol bereaksi dengan adanya katalis asam (biasanya H2SO4) dan panas.
Dalam esterifikasi, gugus -OH dari asam karboksilat dan -H dari alkohol akan
dihapus dan bergabung untuk membentuk air. Kelebihan alkohol yang digunakan
untuk menggeser kesetimbangan ke arah pembentukan produk ester (Mamahit et
al, 2011).
Esterifikasi merupakan reaksi untuk membentuk senyawa ester. Ester-ester
organik banyak digunakan di industri, yaitu sebagai solven, bahan parfum, bahan
aroma buatan, dan prekursor bahan-bahan farmasi. Salah satu senyawa ester yang
banyak dipakai dalam industri adalah amil asetat. Amil asetat merupakan salah satu
ester yang memiliki rumus kimia CH3COOC5H11. Ester ini banyak digunakan
sebagai solven dalam industri pembuatan selulosa nitrat. Amil asetat dapat
diproduksi dengan reaksi esterifikasi asam asetat dengan amil alkohol (Rositawati,
2013).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang berjalan lambat sehingga
membutuhkan katalis untuk menunjang kecepatan reaksi. Maka dari itu banyak
penelitian dilakukan untuk mempelajari kinetika reaksi, baik dengan katalis
homogen maupun heterogen. Katalis homogen yang biasa digunakan dalam
industri adalah asam sulfat. Ion H+ dari asam sulfat sebagai asam kuat mendorong
asam karboksilat untuk terprotonasi sehingga reaksi dapat terjadi. Oleh karena itu
asam sulfat memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan katalis
heterogen seperti resin atau zeolit (Donald, 2015).
Reaksi esterifikasi adalah reaksi bolak-balik sehingga konversi dibatasi oleh
konversi kesetimbangan. Peneliti-peneliti sebelumnya seperti Leyes dan Othmer

5
(1945) umumnya mengambil perbandingan komposisi pereaksi dengan jumlah
alkohol berlebihan dengan maksud memperbesar konversi kesetimbangan. Untuk
menggeser kesetimbangan ke arah produk, dilakukan berbagai cara, yaitu dengan
menggunakan reaktan yang berlebih (excess), menghilangkan air dari campuran
dengan menambahkan benzene sebagai cosolvent dan mendistilasi campuran
azeotrop air dan benzene serta mengatur suhu reaksi esterifikasi hingga
kesetimbangan bergeser ke arah produk (Sulistyaningsih, 2011).
2.3 Sifat Fisika dan Kimia Ester
Ester pada umumnya bersifat polar. Sifat kimia ini menyebabkan esteryang
jumlah atom karbonnya sedikit mudah larut dalam air. Kelarutan ester berkurang
dengan bertambahnya atom karbon. Ester merupakan senyawa polaryang
mempunyai dipol-dipol yang saling berinteraksi di mana interaksi ini menimbulkan
gaya antar molekul. Adanya gaya antar molekul menyebabkan estermemilki titik
didih yang lebih tinggi dari senyawa hidrokarbon lain yang memiliki bentuk
molekul dan massa atom relatifnya mirip. Namun dibandingkan dengansenyawa
alkohol dan asam karboksilat yang bentuk molekul dan molekul relatifnya mirip
titik didih ester lebih rendah. Hal ini disebabkan ester tidak memiliki gugus OH-
sehingga interaksi antarmolekul ester tidak membentukikatan hidrogen (Rahman,
2017).
Menurut Keenan (2014), Senyawa-senyawa ester antara lain mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
1. Pada umumnya mempunyai bau yang harum, menyerupai bau buah-buahan
2. Senyawa ester pada umumnya sedikit larut dalam air dan bersifat polar
3. Ester merupakan senyawa karbon yang netral
4. Ester lebih mudah menguap dibandingkan dengan asam atau alkohol
pembentuknya
5. Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk
garam(sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi
penyabunan.
6. Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis

6
Contoh :

R – COOR1 + H2O R – COOH + R1-OH


(Ester) (Air) (As.Alkanoat) (Alkohol)

7. Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilka


ndua buah senyawa alkohol
Contoh :
R –COOR1 + 2H2 → R– CH2 – OH + R1– OH

(Ester) (Alkohol) (Alkohol)

2.3 Sifat-Sifat Fisik Ester Sederhana


2.3.1 Titik didih
Ester-ester yang kecil memiliki titik didih yang mirip dengan titik
didihaldehid dan keton yang sama jumlah atom karbonnya. Seperti halnya aldehid
danketon, ester adalah molekul polar sehingga memiliki interaksi dipol-dipol
sertagaya dispersi van der Waals. Akan tetapi, ester tidak membentuk ikatan
hidrogen,sehingga titik didihnya tidak menyerupai titik didih asam yang memiliki
atomkarbon sama (Keenan, 2014).
a. Ester dengan titik didih rendah (low boiling ester)
Ester ini didistilasi dalam labu distilasi, maka akan keluar sebagai distilatyang
cukup tinggi kemurniannya. Alkohol dan sisa asam tetap tinggal dalam labu
destilasi. Contoh : metal asetat, etil asetat, metal format (Indradewa, 2019).
b. Ester dengan titik didih sedang (medium boiling ester)
Ester di distilasi dalam sebuah labu destilasi maka ester akan
keluar bersama alkohol, air serta sisa asam, dimana campuran tersebut komposisi
yang mempunyai titik didih yang hampir sama dan fraksi mol campuran dalam fase
uap dan cair yang sama. Contoh : tert butil asetat, etil propionat (Indradewa, 2019).
c. Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester)
Ester ini dipisahkan dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga
sisa asam, alkohol, dan air menguap, sedang ester tetap tinggal dalam distilator.
Contoh : etil pelargonat, n-Oktil asetat (Indradewa, 2019).

7
Tabel 2.1 Sifat-sifat fisik Ester
(Keenan, 2014)
2.3.2 Kelarutan dalam air
Ester-ester yang kecil cukup larut dalam air tapi kelarutannya menurun seiring
dengan bertambah panjangnya rantai. Kelarutan menurun disebabkan oleh fakta
bahwa walaupun ester tidak bisa berikatan hidrogen satu sama lain, tetapi bisa
berikatan hidrogen dengan molekul air. Salah satu atom hidrogen yang sedikit
bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa cukup tertarik ke salah satu dari
pasagan elektron bebas pada sebuah atom oksigen dalam sebuah ester sehingga
sebuah ikatan hidrogen bisaterbentuk.Tentu akan ada juga gaya dispersi dan gaya
tarik dipol-dipol antara ester dan molekul air (Sudaryatno, 2019).
Pembentukan gaya tarik ini melepaskan energi. Ini membantu menyuplai
energi yang diperlukan untuk memisahkan molekul air dari molekul air lainnya dan
molekul ester dari molekul ester lainya sebelum bisa bercampur. Apabila panjang
rantai bertambah, bagian-bagian hidrogen dari molekul ester mulai terhindari dari
energi tersebut. Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, bagian bagian
hidrogen ini memutus ikatan hidrogen yang relatif lemah antara molekul-molekul
air tanpa menggantinya dengan ikatan yang serupa. Ini menjadikan proses ini
kurang menguntungkan dari segi energi, sehingga kelarutan berkurang
(Sudaryatno, 2019).

8
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Ethyl alcohol
Nama Kimia : Alkohol monohidrat
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 46,07 g/mol


Pemerian : Cairan tidak bewarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dan memberikan nyala biru yang tidak
berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter
Kegunaan : Untuk membersihkan alat dan bahan (desinfektan)
Khasiat : Sebagai cairan antiseptik, sebagai cairan
pembersih pada permukaan elektronik, dan lain-
lain
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILATA
Nama Lain : Aquades, Air suling
Nama Kimia : Dihidrogen Oksida
Rumus Molekul : H2O
Rumus Struktur :

9
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Pemerian : Cairan tidak bewarna, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan : Untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari
zat pengotor
Khasiat : Sebagai pelarut polar
2.2.3 Asam asetat glasial (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM GLACIALE
Nama Lain : Asam asetat glasial
Rumus Molekul : CH3COOH
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 60,05 g/mol


Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, berbau khas, tajam,
jika diencerkan dengan air, rasa asam
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%)
P dan dengan gliserol P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
Khasiat : Sebagai baku pembuatan tinta dan zat warna
2.2.4 Asam sulfat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Rumus struktur :

10
Berat molekul : 98.07
Pemerian : Cairan jernih, seperti minyak, tidak berwarna, bau
sangat tajam dan porosity
Kelarutan : Bercampuran dengan air dan dengan etanol,
dengan menimbulkan panas.
Kegunaan : Sebagai zat pereaksi
Khasiat : Digunakan ntuk refining minyak mentah.
2.2.5 Natrium bikarbonat (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi : NATRII CARBONAS
Nama Lain : Asam asetat glasial
Rumus Molekul : NaHCO3
Rumus Struktur :

Berat Molekul : 60,05 g/mol


Pemerian : Serbuk putih atau hablur monoklin kecil, buram
tidak berbau, rasa asin
Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut
dengan etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
Khasiat : Digunakan sebagai antasida dalam mengatasi rasa
mulas
2.2.6 Etil Asetat (Depkes, 2014)
Nama Resmi : AETHYLIS ACETICUM
Nama Lain : Etil asetat
Rumus Molekul : C4H8O2
Berat Molekul : 88,11 g/mol
Rumus Struktur :

11
Pemerian : Cairan tidak bewarna, jernih, mudah menguap,
dan mudah bergerak, bau khas
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dapat bercampur dengan
etanol 95% P, dan dengan eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya, ditempat sejuk
Khasiat : Sebagai bahan pelarut cat dan bahan pembuatan
plastik, bahan baku industri tinta cetak, dan industri
resin sintesis
Kegunaan : Sebagai pereaksi

12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmakognosi dengan percobaan “Esterifikasi” dilaksanakan
pada hari Minggu, 22 Oktober 2023 pukul 07.00 WITA sampai dengan selesai.
Bertempat di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, batu didih, corong
pisah, penangas, penjepit, tabung reaksi
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu, alkohol 70%, aquadest, aluminium
foil, asam sulfat, etil asetat, natrium bikarbonat, tisu
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditambahkan asam sulfat 20 tetes
4. Dimasukkan 2 buah batu didih
5. Ditutup dengan aluminium foil
6. Dipanaskan campuran di penangas selama 20 menit lalu dinginkan
7. Dimasukkan etil asetat yang telah didinginkan ke dalam corong pisah
8. Ditambahkan natrium bikarbonat ke dalam corong pisah
9. Dikocok corong pisah
10. Didiamkan selama beberapa menit
11. Dilihat dan diamati kelarutan, bau, warna, dan bentuk

13
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
Hasil Gambar
Sampel Aspek
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Etil Bau asam Bau khusus


Aroma
Asetat asetat ester

Etil
Bentuk Cair Cair
asetat

Etil
Kelarutan Larut Larut
asetat

Etil
Warna Bening Bening
asetat

4.2 Pembahasan
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi Esterifikasi merupakan reaksi untuk membentuk senyawa ester. Ester-
ester organik banyak digunakan di industri, yaitu sebagai solven, bahan parfum,
bahan aroma buatan, dan prekursor bahan-bahan farmasi. Salah satu senyawa ester
yang banyak dipakai dalam industri adalah amil asetat. Amil asetat merupakan
salah satu ester yang memiliki rumus kimia CH3COOC5H11. Ester ini banyak
digunakan sebagai solven dalam industri pembuatan selulosa nitrat. Amil asetat
dapat diproduksi dengan reaksi esterifikasi asam asetat dengan amil alkohol
(Rositawati, 2013).

14
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini agar mahasiswa mampu mengetahui
reaksi esterifikasi pada pembuatan etil asetat, mampu mengamati reaksi esterifikasi
pada pembuatan etil asetat, mampu mengamati reaksi esterifikasi pada pembuatan
etil asetat, serta mampu menjelaskan reaksi esterifikasi pada pembuatan etil asetat.
Digunakan etil asetat pada percobaan kali ini yaitu karena Menurut Andasari
(2020), etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi polar sehingga dapat
menarik senyawa yang bersifat polar maupun non polar, memiliki toksisitas rendah
dan mudah diuapkan sehingga dapat digunakan untuk esterifikasi.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu batu
didih, gelas kaca, gelas ukur, kaca arloji, rak tabung reaksi, tabung reaksi, penangas
air, dan pipet tetes. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu
alkohol 70%, aquadest, asam asetat, asam sulfat, alumunium foil, dan tisu.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian membersihkan alat menggunakan alkohol 70%, hal ini
bertujuan untuk membersihkan alat dari mikroorganisme pengganggu maupun
mensterilkan alat. Menurut Noviansari dkk (2013), alkohol memiliki aktifitas
sebagai antifungi dan dapat mendenaturasi protein serta memiliki sifat bakterisida.
Langkah selanjutnya, dimasukkan alkohol 70% sebanyak 10 mL kedalam
gelas kaca, menurut Yunita, W. (2018), digunakan gelas kaca pada perobaan
esterifikasi karena gelas kaca biasanya tahan terhadap reaksi kimia dan tidak
bereaksi dengan zat kimia yang umumnya digunakan dalam esterifikasi. Sehingga
dapat memastikan bahwa gelas kaca tidak akan memberikan kontribusi pada reaksi
kimia atau menghasilkan produk samping yang tidak diinginkan. Kemudian
dimasukkan asam asetat sebanyak 10 mL kedalam gelas kaca. Menurut Arif (2021),
Asam asetat (CH3COOH) sering digunakan dalam reaksi esterifikasi karena
perannya sebagai asam karboksilat yang dapat bereaksi dengan alkohol untuk
membentuk ester. Reaksi esterifikasi ini melibatkan asam karboksilat dan alkohol
untuk menghasilkan ester dan air sebagai produk samping. Sehingga asam asetat,
reaksi umumnya terjadi dengan alkohol dalam keberadaan katalis asam atau panas.
Hal yang dilakukan selanjutnya menutupi gelas kaca menggunakan
alumunium foil. Hal tersebut dilakukan karena untuk menghindari larutan

15
menguap. Karena sifat kimia dari asam asetat yaitu mudah menguap di udara
terbuka dan juga alkohol bersifat mudah menguap di udara terbuka (Adiprabowo,
dkk., 2021). Selanjutnya dipanaskan pada penangas air selama 20 menit. Menurut
Hikmah (2010), pemanasan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi reaksi
esterifikasi. Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi
yang dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan archehlus, bila suhu naik maka
harga semakin besar sehingga reaksi berjalan semakin cepat dan hasil konversi
semakin besar. Pemanasan membantu aktivasi molekul reagen, yaitu asam
karboksilat dan alkohol. Dengan memberikan energi termal, molekul-molekul ini
menjadi lebih responsif terhadap reaksi kimia, memungkinkan ikatan-ikatan untuk
pecah dan membentuk produk yang diinginkan.
Kemudian didinginkan gelas kaca yang sudah dipanaskan beberapa saat,
tujuan pendinginan menurut Susanti (2020), agar pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengemban dan turun lagi kedalam wadah reaksi sehingga pelarut
akan tetap ada selama reaksi berlangsung. Selanjutnya dimasukkan filtrat sebanyak
20 tetes kedalam tabung reaksi dan ditambahkan aquadest sebanyak 20 tetes.
Menurut Dwipa (2014), penambahan aquadest ini bertujuan untuk memisahkan air
yang dihasilkan dari proses esterifikasi dan mencuci ester yang dilakukan dengan
mengocoknya dan akan terbentuk dua lapisan atau dua fase.
Asam asetat direkasikan dengan etanol dalam keberadaan asam, yaitu asam
sulfat (H₂SO₄), membentuk ion hydronium dan gugus hidroksi (OH) pada etanol
menyerang asetat dan membentuk senyawa antara yang tidak stabil. Senyawa
antara tersebut kehilangan molekul air, membentuk senyawa ester etil asetat dan
ion hydronium. Reaksi ini bersifat reversible sehingga untuk meningkatkan bield
pembentukan harus diminimalkan (Arif, 2018).
Selanjutnya diamati bentuk, warna dan bau pada reaksi esterifikasi ini dan
hasil yang didapatkan pada reaksi esterifikasi ini yaitu hasil pembuatan etil asetat
yaitu tidak terbentuknya 2 fase, dalam hal ini hasil dikatakan negatif karena
menurut Fitria dkk., (2010), bahwa hasil esterifikasi memiliki proses berlanjut
kedalam tahapan destilasi untuk menghasilkan produk ester.

16
Pada saat pencampuran larutan, campuran larutan tersebut kemudian diambil
sebanyak 1 mL (20 tetes) dan dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu ditambahkan
aquadest sebanyak 2 mL kedalam tabung reaksi yang sama. Penambahan aquadest
ini dapat membentuk dalam pemisahan fase, dimana etil asetat dan air memiliki
kerapatan yang berbeda, ini memudahkan pengambilan etil asetat murni dari
campuran. Penambahan air juga dapat mengontrol suhu reaksi dan mencegah
overreaksi (Kire dkk, 2012).
Hasil yang didapatkan yaitu terjadinya 2 fase yang terbentuk pada tabung
reaksi tersebut yaitu udara dan ester yang menandakan hasil positif (+). Menurut
Intan (2013), dalam reaksi esterifikasi kelompok asam karboksilat dan alkohol
bereaksi untuk menghasilkan ester dan udara. Hasil reaksi esterifikasi dalam
pembuatan etil asetat adalah pembentukan etil asetat Bersama dengan produk
sampingan, seperti air jika tidak dihilangkan selama proses asam asetat jika
berlebihan dan mungkin juga jika etil asetat dibuat dari etanol.
Menurut Utomo B., dkk (2017), ester yang dihasilkan dalam reaksi ini adalah
etil asetat yang memiliki bau dan rasa khas dan digunakan dalam berbagai aplikasi
industry termasuk dalam pembuatan parfum, pelarut. Proses esterifikasi ini sering
melibatkan kondisi tertentuseperti pemanasan dan penambahan katalis, untuk
memfasilitasi reaksi pembentukan ester dan mencegah pembentukan produk
samping yang tidak diinginkan.
Untuk uji organoleptic diambil beberapa tetes larutan dan ditetesi diatas kaca
arloji, hasil yang didapatkan yaitu warna bening dan berbau has ester (seperto
balsem yang menyengat) berbentuk air (larutan), dan kelaritannya yaitu tidak larut
(terbentuk dua fase). Menurut Dirjen POM (2019), hasil yang didapatkan ini sudah
sesuai atau menandakan hasil (+).
Adapun kemungkinan kesalahan pada praktikum kali ini yaitu masih
kurangnya pemahaman praktikan kakan prosedur kerja dan teori mengenai reaksi
esterifikais yang menyebabkan reaksi esterifikasi yang terjadi kurang optimal.
Kemudian kurangnya ketelitian pada saat penetesan bahan-bahan yang akan
digunakan dan pada suhu penangan yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan

17
reaksi terganggu atau bahkan kegagalan reaksi penambahan volume air yang tidak
disesuaikan serta penggunaan pipet tetes yang tidak sesuai aturan penggunaan.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan
alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini
juga sering disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang
mengandung gugus -COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril.
Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).
2. Reaksi esterifikasi pada pembuatan etil asetat :

3. Pembuatan etil asetat dapat dilakukan dengan esterifikasi fischer yaitu


reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat.
Dalam reaksi ini, katalis asam digunakan untuk meningkatkan kecepatan
reaksi. Katalis asam dapat berupa asam sulfat (H2SO4), asam p-
toluenasulfonat, atau katalis lainnya yang memfasilitasi pembentukan
ester.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk laboratorium
Untuk laboratorium, agar dapat melengkapi fasilitas seperti alat-alat dan
bahan yang akan digunakan oleh praktikan, agar kegiatan praktikum yang
dilaksanakan dapat berjalan lancar dan bisa lebih efektif.
5.2.2 Saran untuk jurusan
Diharapkan agar fasilitas yang digunakan pada praktikum lebih
diperhatikan, dengan melengkapi, alat-alat yang masih kurang untuk digunakan.
5.2.3 Saran untuk asisten
Kepada asisten agar tetap sabar dalam mengajarkan ilmu kepada para

19
praktikan agar semakin menambah ilmu baik kepada praktikan maupun asisten
sendiri.
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Untuk praktikan diharapkan lebih banyak menguasai materi mengenai
kelarutan dan praktikan diharapkan dapat tepat waktu dalam proses pelaksanaan
praktikum.

20
DAFTAR PUSTAKA
Adiprabowo. 2021. Buku Pintar Kimia SMA Untuk Kelas X, XI, XII.
Jakarta: Wahyu Media
]Andasari, K., Khairunnisa. 2020. Pengaruh Kondisi Reaksi Transesterifikasi CPO
terhadap produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak Sirkulasi. Jurnal
Nasional Fundamental Teknik Kimia : Surabaya
Arifin, B., dan Ibrahim, S. 2018. Kimia Organik Edisi II. Universitas Udayana :
Bali
Cahyono. 2012. Biomass Machinery. Usa: Patience-Hall
Cairns, D. 2014. Intisari Kimia Farmasi Edisi II. Jakarta: EGC
D. C Krause. 2014. Silicon Content of Individual Cells of Synechococcus From The
North Atlantic Ocean. London : Marine Chemistry.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Kementrian Republik
Indonesia
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Kementrian Republik
Indonesia
Donald, Dwi A. P, dan Fikri Nazarullail. 2021. Mengembangkan Kemampuan
Mengenal Warna Melalui Indikator Alami Asam Basa Pada Anak Paud.
Madura: Universitas Trunojoyo Madura
Effendy. S. 2012. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung:
Alfabeta
Fessenden, R.J dan Fessenden J.S. 2014. Kimia Organik Edisi III. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Harnanto A, dan Ruminten. 2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI.
Medan: CV Padang Mas
Hidayati, Y. A., Kurnani, A., Marlina, E. T., Harlia. E. 2011.Optimasi Eesterifikasi
Asam Salisilat dengan n-Oktanol. Jurnal Ilmu Ternak 11(2): 104 – 107
Hikmah, L. 2010. Proses Esterifikasi. Jakarta : Universitas Indonesia – UI Press
Indradewa, Hedayati dkk,. 2019. Organic chemistry, 7th Edition. USA : Content
Technologies Inc and Cram101 Textbool Reviewers
Keenan. F, Joseph. 2014. Organik Chemistry 4. McGraw Hill Company Inc, New
York
Mahmit, House, J. E dan Kthleen A. House. 2014. Descriptive Inorganic Chemistry
Second Edition. Oxford : Elsevie Inc
Noviansari, R., Sudarmin, Siadi, K. 2013. Transformasi Metil EugenolMenjadi 3-
(3,4 DimetoksiFenil)-1-Propanol Dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri.
Jurnal Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Negeri Semarang.
Putri, M. 2016. Analisis Instrumen. Singraja : UNDIKSHA
Rositawati, G. 2013. Pengaruh Suhu Pada Esterifikasi Amil Alkohol Dengan Asam
Asetat Menggunakan Asam Sulfat Sebagai Katalisator. Jurnal rekayasa
Proses Teknik Kimia : UGM
Sudaryatno. 2019. CMS (Cepat menguasai soal) Kimia SMA/MA KELAS X, XI, XII.
Jakarta: Bumi Aksara
Sulistyaningsih, M. 2011. Pengenalan Permainan Warna Melalui Konsep Senyawa
Polar dan Non Polar. Madura: Universitas Trunojoyo Madura
Sumardjo, K,. 2016. Esterifikasi Amil Alkohol Dengan Asam Asetat. Laporan
Penelitian. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Susanti, M,. 2020. Esterifikasi dan Transesterifikasi Stearin Sawit untuk Pembuatan
Biodesel
Yunita, W. 2018. Pengaruh Konsentrasi Katalis KOH dan Suhu pada Proses
Esterifikasi. Universitas Sebelas Maret Srakarta
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi

Digunakan sebagai

1 Batu Didih tempat menampung


filtrat

Digunakan untuk
2 Gelas Ukur
mengukur larutan

Digunakan untuk
3 Gelas Kaca
menyaring sampel

Digunakan untuk
4 Penangas
menimbang sampel

B. Bahan
No Nama Bahan Gambar Fungsi

Digunakan untuk
1 Alkohol 70%
membersihkan alat
Digunakan sebagai
2 Aquadest
pelarut

Digunakan untuk
3 Aluminium foil
membungkus toples

Digunakan sebagai
Asam Asetat
4
Glasial sampel

Digunakan sebagai
5 Asam Sulfat
pereaksi

Digunakan untuk
5 Tisu
membersihkan alat
Lampiran 2: Diagram alir

Asam Sulfat
- Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Dibersihkan alat dengan alkohol 70%
- Dimasukkan 2 buah batu didih
- Ditutup dengan aluminium foil
- Dipanaskan campuran di penangas selama 20 menit lalu dinginkan
- Dimasukkan etil asetat yang telah didinginkan ke dalam corong pisah
- Ditambahkan natrium bikarbonat ke dalam corong pisah
- Dikocok corong pisah
- Didiamkan selama beberapa menit
- Dilihat dan diamati kelarutan, bau, warna, dan bentuk

Hasil
Lampiran 3: Skema Kerja

Disiapkan alat dan Dibersihkan alat Ditambah asam sulfat


bahan yang akan menggunakan alkohol 20 tetes
digunakan 70%

Ditutup dengan Dimasukkan 2 buah


Dipanaskan didalam batu didih
aluminium foil
penangas

Dilihat dan diamati


kelarutan, bau, warna,
dan bentuk

Anda mungkin juga menyukai