Satu satunya aturan yang dijadikan dasar setiap orang tua yang bercerai untuk
mendapatkan hak asuh anak adalah “Kompilasi Hukum Islam (KHI)” yang di
dalam Pasal 105 berbunyi :
Dalam hal terjadinya perceraian :
1. Pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12
tahun adalah hak ibunya;
2. Pemeliharaan anak yang sudah mumayyiz diserahkan kepada anak untuk
memilih diantara ayah atau ibunya sebagai pemegang hak
pemeliharaanya;
3. Biaya pemeliharaan ditanggung oleh ayahnya.
Dari uraian Pasal 105 tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang
belum mencapai 12 (dua belas) tahun, maka akan menjadi hak asuh ibu-nya.
Sedangkan apabila telah mencapai diatas 12 (dua belas) tahun, maka akan
tersebut akan diberikan kesempatan memilih apakah ikut dengan ibu atau
ayahnya.
Walaupun anak yang dibawah 12 (dua belas) tahun tersebut hak asuh-nya
berada ditangan ibu-nya. Akan tetapi dalam pertimbangan hukum majelis
hakim biasanya seorang ayah tetap diberikan kesempatan untuk tetap
bertemu dengan anaknya tersebut. Selain itu, ayah juga diberikan kewajiban
untuk memberikan nafkah kepada anaknya setiap bulannya berdasarkan
putusan hakim.
Apakah ayah masih bisa mendapatkan hak asuh anak terhadap anak dibawah
12 (dua belas) tahun ?
Adapun alasan lain seperti ibu dari anak tersebut terbukti melakukan
perselingkuhan adalah kecil kemungkinan dapat dijadikan alasan bahwa hak
asuh anak tersebut akan beralih kepada ayahnya.