Anda di halaman 1dari 111

1

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.B DENGAN


DISPEPSIA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BERINGIN
RAYA

PROPOSAL

DISUSUN OLEH KELOMPOK :

1.SELA NOVELA (20250041)


2.RIKA (20250016)
3.MANDALA (20250012)
4.NEZA YULIARTI (20250031)
5.RESINTA ETRIANI (20250017)
6.M.FAHRI (20250019)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan

proposal ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan keluarga pada Tn.B dengan dispepsia

diwilayah kerja puskesmas beringin raya ”.

Dalam hal ini penulis sangat menyadari bahwa bimbingan, motivasi, arahan dan bantuan

dari semua pihaklah yang dapat membantu menyelesaikan proposal ini.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Ns. Ravi Ramlis,S.Kep, M.Kes

2. Leni Haliza Kusuma Amd.Kep

Demikianlah Proposal ini dibuat semoga dapat memberikan manfaat dan akhirnya

dengan segala kerendahan hati, penulis menyadi bahwa dalam penulisan Proposal ini masih

terdapat kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca

demi kesempurnaan Proposal sehingga akan lebih bermanfaat nantinya.

Bengkulu, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………iii
DAFTAR ISI……………………………………………………….......vi
DAFTAR TABEL…………………………………………….....……..ix
DAFTAR BAGAN……………………………………………………...x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………….………..…5
C. Tujuan Studi Kasus……………………………………………….5
1. Tujuan Umum…………………………………………………5
2. Tujuan Khusus…………………………………………...……5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Dispepsia…….6
1. Konsep Dasar Teori Dispepsia………………………………..6
a. Pengertian………………………………………………….6
b. Etiologi…………………………………………………….7
c. Anatomi Fisiologi Sistem Terkait…………………………8
d. Patofisiologi………………………………………………13
e. Pathway…………………………………………………...17
f. Manifestasi Klinis………………………………………...18
g. Klasifikasi………………………………………………...18
h. Penanganan……………………………………………….21
i. Pencegahan……………………………………………….22
2. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………..23
a. Pengertian………………………………………………...23
b. Tujuan dan Manfaat Asuhan Keperawatan………………23
c. Tahapan Asuhan Keperawatan…………………………...23
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Dispepsia
1. Pengkajian……………………………………………………25
2. Analisa Data………………………………………………….29
3. Prioritas Masalah…………………………………………….31
4. Intervensi keperawatan………………………………………32
5. Implementasi Keperawatan…………………………………..35
6. Evaluasi Keperawatan………………………………………..36
BAB III STUDI KASUS
A. Desain Studi Kasus……………………………………………...37
B. Kerangka Kerja………………………………………………….38
BAB IV METODE STUDI KASUS
A. Desain Penelitian………………………………………………..39
B. Kriteria Sampel………………………………………………….39
C. Waktu Penilitian…………………………………………………39
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………40
E. Etika Penelitian………………………………………………….40
1. Informed Concent…………………………………………………40
2. Anonimity…………………………………………………………..42
3. Kerahasiaan (Confidentiality)……………………………………42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dispepsia merupakan penyakit sindrom gejala yang sering ditemukan di

kalangan masyarakat yang ditandai dengan adanya rasa nyeri atau tidak nyaman pada

bagian atas atau ulu hati (Satria, 2018). Menurut (Sorongan et al., 2013) pada

penelitiannya di tahun 2013 timbulnya dari penyakit dispepsia ini dapat disebabkan

oleh faktor diet maupun lingkungan, seperti pengeluaran cairan pada asam lambung,

fungsi motorik lambung, persepsi visceral lambung, psikologi, dan infeksi

Helicobacter pylori.

Dispepsia merupakan sindrom saluran pencernaan atas yang banyak dijumpai

di seluruh dunia. Banyak faktor yang diduga berkaitan seperti riwayat penyakit,

riwayat keluarga, pola hidup, makanan maupun faktor psikologis. Dispepsia

diklasifikasikan menjadi organik dan fungsional. Gejala dapat berlangsung kronis

dan kambuhan sehingga berdampak bagi kualitas hidup penderita (Purnamasari,

2017). Dispepsia juga bisa disebabkan karena kumpulan gejala berupa mual, muntah,

kembung, begah, dan nyeri pada epigastrium. Kejadian dispepsia dapat dipengaruhi

oleh keteraturan makan dan makanan iritatif (Jian, 2020).

Wong (2001) dalam Sugiyarto (2014), menyebut dispepsia merupakan

keluhan yang berhubungan dengan makan, atau keluhuan yang oleh pasiennya

maupun dokternya dikaitkan dengan gangguan saluran cerna bagian atas.

Dyspepsia berdasarkan hasil survei di puksesmas beringin raya kota

bengkulu didapatkan data bahwa kesebagian besar mengalami dyspepsia karena

memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas dengan asam faktor pencetus

mengakibatkan pasien mengalami dyspepsia harus dihindari oleh karena itu pasien
dengan riwayat pernah mengalami dyspepsia diusahakan untuk menghindari faktor

pencetus dengan cara banyak minum air dan mengkonsumsi makanan yang tidak

pedas dan tidak asam serta mengkonsumsi buah-buahan

Keluarga memiliki peran penting dalam fungsi keperawatan kesehatan,

selain menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi merawat

keluarga yang sakit. Keluarga juga menentukan kapan keluarga memerlukan bantuan

atau pertolongan tenaga profesional, kemampuan ini mempengaruhi status kesehatan

individu dan keluarga (Padila, 2012)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah .

“Bagaimana peranan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan dyspepsia

diwilayah kerja puskesmas beringin raya kota bengkulu 2023”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan dyspepsia di

wilayah kerja puskesmas sukamerindu tahun 2023.

2. Tujuan khusus

3. Mampu melaksanakan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien

dengan Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu

Tahun 2023.

4. .Mampu menentukan diagnosa Keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga

Pada Pasien dengan Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin raya Kota

Bengkulu Tahun 2023.

5. Mampu menyusun Intervensi keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada

Pasien dengan Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin raya Kota

Bengkulu Tahun 2023.


6. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan Asuhan Keperawatan

Keluarga Pada Pasien dengan Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin

raya Kota Bengkulu Tahun 2023.

7. Mampu melaksanakan Evaluasi Keperawatan Asuhan Keperawatan Keluarga

Pada Pasien dengan Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beingin raya Kota

Bengkulu Tahun 2023.

8. Mampu membandingkan dan menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus

pada pasien dengan Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin raya Kota

Bengkulu Tahun 2023.

9. Mampu melaksanakan Dokumentasi Keperawatan Keluarga pada Pasien dengan

Dyspepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Beringin raya Kota Bengkulu Tahun

2023.

D. Konsep Keluarga dasar teori keluarga


a. Definisi keluarga

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Memiliki peran dan tugas masing-

masing serta saling berinteraksi, inteleransi, dan interdependensi untuk mencapai

tujuan tertentu (Harmoko, 2012:11). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau suami istri, atau ayah dan anaknya, atau

ibu dan anaknya (Padila,2012).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Padila, 2012). Keluarga adalah

terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki ikatan atau persekutuan berupa

perkawinan atau persekutuan yang dibentuk. Terdapat hubungan yang dibentuk


melalui adanya hubungan darah (garis keturunan langsung), adopsi dan kesepakatan

yang dibuat (Dion dan Betan, 2013).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

sekumpulan dua orang atau lebih yang terikat karena hubungan darah, proses

perkawinan atau karena adopsi. Memiliki peran dan fungsi masing-masing di dalam

keluarga baik sebagai ayah, ibu, atau anak. Saling berinteraksi dan berpartisipasi

dalam mencapai tujuan tertentu dari sebuah keluarga.

b. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi

keluarga di masyarakat. Ada beberapa struktur keluarga yang ada di Indonesia yang

terdiri dari bermacam-macam (Padila, 2012 : 25), diantaranya :

1. Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.

3. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yamg tinggal bersama keluarga sedarah

ibu.

4. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yamg tinggal bersama keluarga sedarah

ayah.

5. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena

adanya hubungan dengan suami atau istri.

Ciri struktur keluarga :


1. Terorganisasi : yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

2. Ada keterbatasan dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

Menurut Harmoko (2012), struktur keluarga terdiri atas :

1. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,

terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hirarki kekuatan. Sedangkan

komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isi

atau berita negatif, tidak berfokus pada suatu hal, dan selalu mengulang isu dan

pendapat sendiri.

2. Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial

yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bias bersifat formal dan informal.

Posisi/status individu dalam masyrakat missal status sebagai suami atau istri.

3. Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol,memengaruhi, atau menguba perilaku orang lain.

4. Norma dan Struktur Nilai

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga

dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima

pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan

masyarakat sekitar keluarga.


c. Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam

pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga

berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam

meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetahui

berbagai tipe keluarga. Adapaun tipe keluarga menurut (Harmoko, 2012 : 23),

antara lain :

1. Nuclear Family

Adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam

satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,

satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2. Extended Family

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,

keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3. Reconstituted Nuclear

Adalah pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-anaknya, baik

itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau

keduanya dapat bekerja di luar rumah.

4. Middle Age/Aging Couple

Adalah suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah

/perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,

keduanya/salah satu bekerja di rumah.


Single Parent

Adalah satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangan dan anak-anaknya

dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

6. Dual Carier

Adalah suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

7. Commuter Married

Adalah suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8. Single Adult

Adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keiinginan untuk menikah.

9. There Generation

Adalah tiga generasi atau lebih tinngal dalam satu rumah.

10. Institutional

Adalah anak-anak atau orang-orang dewasa dalam suatu panti-panti.

11. Communal

Adalah satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

12. Group Marriage

Adalah suatu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

13. Unmarried Parent and Child

Adalah ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

14. Cohibing Couple


Adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di Negara Indonesia

dikenal dua tipe keluarga, yaitu tipe keluarga tradisional dan non tradisional

(Harmoko, 2012 : 24).

a) Tipe Keluarga Tradisional

1. Keluarga inti : suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak

(kandung/angkat).

2. Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah missal kakek, nenek, paman, bibi.

3. Single parent : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak

(kandung/angkat). Kondidi ini dapat disebabkan oleh kematian/perceraian.

4. Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

5. Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri lanjut usia.

b) Tipe Keluarga Non Tradisional

1. Commune Family : lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.

2. orang tua (ayah ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama

dalam satu rumah tangga.

3. Homosexsual : dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah

tangga.

d. Fungsi Keluarga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan.

Menurut Friedman (1988) dalam Harmoko (2012 : 33) mengidentifikasi fungsi

keluarga sebagai berikut :

1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psokososial.

Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan

melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. dengan demikian keluarga yang

berhasil melakasanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan

konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

memenuhu fungsi afektif adalah:

a. Memelihara saling asuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling

mendukumg antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapat kasih

sayang dan dukungan dari anggota keluarga yang lain maka kemampuannya

untuk memberikan kasih saya ng akan meningkat yang pada akhirnya tercipta

hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim di dalam

keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang

lain di luar keluarga atau dalam masyarakat.

b. Keseimbangan saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap amggota keluarga serta selalu

mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimualai sejak pasangan sepakat memulai

hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang

positif tersebut

d. Keterpisahan dan keterpaduan salah satu masalah pokok psikologis yang

sentral dan menonjol yang meliputi kehidupan keluaraga adalah cara

keluarga memenuhi kebutuhan psikologis, memengaruhi identitas diri, dan


harga diri individu. Untuk merasakan dan memenuhi keterpaduan yang

memuasakan, anggota keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain. Setiap

anggota keluarga menghadapi isu-isu keterpisahan dan keterpaduan dengan

cara yang unik, beberapa keluarga telah memberiakan penekanan pada satu

sisi dari pada sisi lain.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan

keluarga. Keretakkan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul

karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosial

Sosialisasi adalah proses perkembanagan dan perubahan yang dilalui

individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat

individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu

dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga

yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar

norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan

keluarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain

sebagainya.

5. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu

mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga

yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

c) memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d) Mempetahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

e) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh

keluarga, perawat perlu mengkaji sejauh mana keluarga mampu melaksanakan

tugas tersebut dengan baik dan memberikan bantuan atau pembinaan terhadap

keluarga untuk memenuhi tugas kesehatan keluarga.

e. Tugas Keluarga

Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang didalamnya

terdapat delapan tugas pokok ( Harmoko, 2012 : 41), antara lain :

1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Mengatur tugas masing-masing anggota keluarga sesuai kedudukannya

4. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban dan

kehangatan para anggota keluarga

5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diiinginkan


6. Memelihara ketertiban anggota keluarga

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

f. Tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem

keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan

antara anggotanya disepanjang waktu. Siklus perkembangan keluarga merupakan

komponen kunci dalam setiap kerangka kerja yang memandang keluarga sebagai

suatu sistem. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu

tertentu. Pada setiap tahapannya keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus

dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses ( Harmoko, 2012 : 51).

Berikut tahap-tahap perkembangan keluarga :

1. Tahap I : Keluarga pemula (Beginning family)

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru,

keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau

status dari ke hubungan baru yang lebih intim.

Tugas perkembangan keluarga :

a. Membangun perkawinan yang saling memuaskan

b. Menghubungkan jaringan persaudraan secara harmonis.

c. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)

d. Menetapkan tujuan bersama

e. Persipan menjadi orang tua

f. Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan, dan menjadi

orang tua)

2. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak ( Child bearing)


Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30

bulan. Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama

mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang

setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut mulai saling mengenal. Ibu

dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran menyenangkan yang

telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut mulanya sulit karena perasaan

ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah :

a. Membentuk keluarga muda sebagai subuah unit yang mantap (integrasi bayi

dalam keluarga)

b. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan

kebutuhan anggota keluarga

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

d. Memperluas persahabatan keluarga besar dengan menambah peran orang tua,

kakek dan nenek

e. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

f. Konseling KB post partum 6 minggu

g. Menata ruangan untuk anak

h. Menyiapkan dana untuk Child bearing

i. Memfasilitasi role learning anggota keluarga

j. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Tahap III : Keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5

tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin

terdiri dari lima orang, dengan posisi suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki-

saudara, anak perempuan-saudari. Keluarga lebih majemuk dan berbeda.


Tugas perkembangan keluarga :

a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,

privasi dan keamanan

b. Mensosialisasikan anak

c. Mengintegrasikan anak yang baru dan memenuhi kebuthan anak yang lain

d. Mempertahankan hubungan yang sehat (hubungan perkawinan dan hubungan

orang tua dengan anak) serta hubungan di luar keluarga (keluarga besar dan

komunitas)

e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

f. Pembagian tanggung jawab

g. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.

4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mualai masuk

sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga

biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir

tahap ini.

Tugas perkembangan keluarga :

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

d. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

e. Menyediakan aktivitas anak.

5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja


Ketika anak pertama melewati usia 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan

keluarga dimulai. Tahap ini berlngsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap

ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih

lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

Tugas perkembangan keluarga :

a. Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan tanggung jawab ketika

remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri

b. Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

c. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak

d. Mempersiapkan perubahan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan kembang

anggota keluarga.

6. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak

terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat lebih singkat atau agak panjang ,

tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah dan tinggal di rumah.

Tugas perkembangan keluarga :

a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukka anggota keluarga baru dari

perkawinan anak-anaknya

b. Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

c. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri

d. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat

e. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya

f. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya.

7. Tahap VII : Orang tua pertengahan


Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan bagi orang

tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika

orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan

pension, biasanya 16-18 tahun kemudian.

Tugas perkembangan keluarga :

a. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

b. Memepertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti denan cara

orang tua (lansia) dan anak-anak

c. Memperkokoh hubungan perkawinan

d. Persiapan masa tua /pensiun.

8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai deengan salah satu atau kedua

pasangan memasuki masa pension, terus berlangsung hingga salah satu pasangan

meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal

Tugas perkembangan keluarga :

a. Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah gaya hidup

b. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

c. Menyesuaikan terhadap pendapatan yanga menurun

d. Mempertahankan hubngan perkawinan

e. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

f. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

g. Melakukan life review masa lalu.

g. Stress dan Koping Keluarga

1. Sumber stressor keluarga (stimulus)


Stressor merupakan agen-agen pencetus atau penyebab stress. Dalam

keluarga, stressor berkaitan denagn kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup

seriusyang menimbulkan perubahan dalam sistem keluarga, dapat berupa

kejadian atau pengalaman antar pribadi (dalam atau luar keluarga), lingkungan,

ekonomi serta sosial budaya dan persepsi keluarga terhadap kejadian (Padilla,

2012 : 40).

Sedangkan stress adalah keadaan tegang akibat stressor atau oleh tuntutan

yang belum tertangani. Stress dalam keluarga sulit diukur. Adaptasi adalah

proses penyesuaian terhadap perubahan, adaptasi bisa positif bisa negatif yang

dapat meningkatkan atau menurunkan keadaan kesehatan keluarga (Padilla, 2012

: 40).

Tiga strategi untuk adaptasi individu yang juga dapat digunakan pada

keluarga, pertama yaitu mekanisme pertahanan, merupakan cara-cara yang

dipelajari, kebiasaan dan otomatis untuk berespons, taktik untuk menghindari

masalah dan biasanya merupakan perilaku menghindari sehingga cenderung

disfungsi. Kedua, strategi kopping, yaitu upaya-upaya pemecahan masalah,

biasanya merupakan strategi adaptasi positif. Ketiga, penguasaan yaitu

merupakan mode adaptasi yang paling positif sebagai hasil dari penggunaan

strategi koping yang efektif dan sangat berhubungan dengan kompetensi

keluarga (Padilla, 2012 : 40).

2. Koping keluarga

Koping keluarga menunjuk pada analisa kelompok keluarga (analisa

interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagai respon positif yang digunakan

keluarga untuk memecahkan masalah (mengendali stress). Berkembang dan

berubah sesuai tuntutan atau stressor yang dialami. Sumber koping keluarga
bisa internal yaitu dari anggota keluarga sendiri dan juga bisa eksternal yaitu dari

luar keluarga (Padilla, 2012 : 40).

Demikian halnya dengan koping keluarga dapat berupa koping internal yang

berupa kemampuan keluarga yang kohesif dan terintegrasi yang dicirikan

dimana anggota keluarga memiliki tanggung jawab kuat terhadap keluarga,

mampu memodifikasi peran keluarga bila dibutuhkan (fleksibel) dan pola

komunikasi dalam keluarga yang baik, mengandalkan kelompok keluarga,

penggunaan humor, pengungkapan bersama yang semakin meningkat,

mengontrol arti atau makna masalah dan pemecahan masalah secara bersama.

Sedangkan koping eksternal berhubungan dengan penggunaan social support

system oleh keluarga dapat berupa mencari dukungan sosial dan dukungan

spiritual (Padilla, 2012 : 40).

3. Konsep dasar teori despepsia

a. Pengertian

Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini

dianggap gangguan didalam tubuh yang di akibatkan reaksi tubuh terhadap

lingkungan sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidak seimbangan

metabolisme, dan sering kali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50

tahun (Arif dan Sari, 2011 dalam Mardalena, 2018).

Dispepsia meliputi kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak nyaman atau

sakit menetap atau mengalami kekambuhan pada perut bagian atas (Mansjoer dkk,

2001 dalam Mardalena, 2018). Keluhan akan gejala-gejala klinis tersebut kadang-

kadang disertai dengan rasa panas di dada dan perut, rasa lekas kenyang, anoreksia,

kembung, regurgitasi, dan banyak mengluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 1995

dalam Mardalena, 2019).


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dyspepsia merupakan rasa nyeri

atau tidak nyaman dibagian ulu hati, dyspepsia meliputi kumpulan gejala klinis yang

terdiri dari rasa tidak nyaman atau sakit menetap atau mengalami kekambuhan pada

perut bagian atas keluhan akan gejala-gejala klinis tersebut kadang-kadang disertai

dengan rasa panas di dada dan perut, rasa lekas kenyang, anoreksia, kembung,

regurgitasi, dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut.

b. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, dispepsia dibedakan menjeadi dua jenis, yaitu dispepsia

organik dan dispepsia fungsional (Hadi,1995).

1) Dispepsia Organik

Dispepsia organik artinya dyspepsia yang penyebabnya sudah pasti. Dispepsia

jenis ini jarang ditemukan pada pasien usia dari 40 tahun. Penyebabnya antara lain

sebagai berikut:

a. Dispepsia tukak (ulcus-like dyspepsia). Gejala yang ditemukan biasanya nyeri

ulu hati pada waktu tidak makan/perut kosong.

b. Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada

pasien gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-

tanda tukak.

c. Refluk gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi

terutama setelah makan.

d. Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas

atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.

e. Karsinoma

1) Kanker esofagus. Keluhan berupa disfagia, tidak bisa makan, perasaan

penuh di perut, penurunan berat badan, anoreksia, adenopati servikal, dan

cegukan setelah makan.


2) Kanker lambung. Jenis yang paling umum terjadi adalah adenokarsinoma

atau tumor epitel. Keluhan berupa rasa tidak nyaman pada epigastrik,

tidak bisa makan, dan perasaan kembung setelah makan.

3) Kanker pankreas. Gejala yang palling umum antara lain penurunan berat

badan, ikterik, dan nyeri daerah punggung atau epigastrik.

4) Kanker hepar. Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin

menyebar ke scapula kanan, dan anoreksia.

f. Obat-obatan. Golongan Non Steroid Inflammtory Drugs (NSID) dengan

keluhan berupa rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai mual dan

muntah.

g. Pankreatitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke punggung,

perut terasa makin tegang dan kencang.

h. Sindrom malabsorbsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering

flatus dan perut kembung.

i. Gangguan metabolism. Sebagai contoh diabetes dengan neuropati sering

timbul komplikasi pengosongan lambung yang lambat sehingga menimbulkan

nausea, vomitus, perasaan lekas kenyang. Hipertiroid menimbulkan rasa nyeri

di perut, vomitus, nausea, dan anoreksia. (Mardalena, 2018).

2) Dispepsia Fungsional

Dispepsia ini tidak memunculkan kelainan organic melainkan fungsi dari saluran

cerna. Penyebabnya antara lain:

a. Faktor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitif terhadap kenaikan

produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.

b. Kelainan psikis, stress, dan factor lingkungan. Stress dan factor lingkungan

diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan

gangguan sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi.


c. Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin

dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya

pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks

gastroduodenal.

d. Penyebab lain-lain, seperti adanya kuman Helicobacter-pylori, gangguan

motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makanan berlemak,

kopi, alcohol, rokok, perubahan pola makan dan pengaruh obat-obatan yang

di makan secara berlebihan dan dalam waktu lama (Arif dan Sari, 2011 dalam

Mardalena, 2018).

c. Anatomi Fisiologi Sistem Terkait

1) Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari system pencernaan lengkap dan jalan

masuk untuk system pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam mulut

dilapisi oleh selaput lender. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang

terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, 8 asam,

asin dan pahit. Makanan di potong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di

kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang

mudah dicerna. Ludah juga mengandung antibody dan enzim (misalnya

lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.

2) Tenggorokan (faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongongan. Didalam

lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini

terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian

depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama


koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan

lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior dan

bagian inferior. Bagian superior disebut nasofaring dan bagian inferior disebut

laringofaring.

3) Kerongkongan (esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan

berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus

dibagi menjadi tiga bagian superior (sebagian besar adalah rangka), bagian

tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama

terdiri dari otot halus).

4) Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian

yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,

yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-

enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lender,

aam klorida (HCL), dan prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam

klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin

guna memecahkan protein.

5) Usus halus

a) Duodenum

Usus dua belas jari terletak paling dekat dengan lambung dan

bermuara di dua saluran, yaitu pankreas dan kantung empedu. Usus dua
belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejenum). Bagian usus

dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari

bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari

merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh

selaput peritoneum. Keasaman (pH) usus dua belas jari yang normal

berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara

saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal

dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

b) Ileum

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.

Pada sistem pencernaan manusia, usus penyerapan ini memiliki panjang

sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan

oleh usus buntu. Usus penyerapan memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau

sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam

empedu.

c) Jejenum

Jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas

jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Di dalam usus kosong terjadi

proses pencernaan makanan secara kimiawi dengan enzim yang dihasilkan

oleh dinding usus. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara

2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.Permukaan

dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili),

yang memperluas permukaan dari usus.

6) Usus besar
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rectum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari

kolon asedens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon

sigmoid (berhubungan dengan rectum), banyaknya bakteri yang terdapat

didalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan 12 membantu

penyerapan zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi

normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotic bias menyebabkan

gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang

bisa menyebabkan dikeluarkannya lender dan air, dan terjadilah diare.

7) Rektum dan anus

Rektum adalah bagian bawah usus besar yang berukuran sekitar 15 cm dan

terhubung dengan kolon sigmoid. Bagian usus besar ini berfungsi untuk

menerima dan menyimpan limbah dari kolon hingga tiba saatnya dikeluarkan

oleh tubuh melalui anus. Ketika ada limbah seperti gas atau tinja masuk ke

dalam rektum, akan ada sensor yang mengirimkan rangsangan ke otak.

Selanjutnya, sistem saraf pada otak akan memberikan sinyal kapan gas atau tinja

tersebut dikeluarkan.

Anus adalah bagian akhir dari usus besar. Ketika rektum sudah terisi penuh dan

tinja siap dikeluarkan melalui anus, Anda akan merasakan mulas dan muncul

dorongan untuk buang air besar. Proses pengolahan dan pencernaan makanan

hingga menjadi tinja umumnya memerlukan waktu kurang lebih 30–70 jam.

d. Patofisologi

1) Sekresi asam lambung

Kasus dyspepsia fungsional umumnya mempunyai tingkat sekresi asam

lambung, baik sekresi basal maupun dengan stimulasi pentagastrin, yang rata-rata

normal. Diduga terdapat peningkatan sensitivitas mukosa lambung terhadap asam


yang menimbulkan rasa tidak enak diperut (Djojodiningrat D dkk, 2006 dalam

Abdullah dan Gunawan, 2012).

2) Heliobacter pylori

Peran infeksi heliobacter pylori pada dyspepsia fungsional belum sepenuhnya

dimengerti dan diterima. Kekerapan infeksi H. pylori pada dyspepsia fungsional

sekitar 50% dan tidak berbeda bermakna dengan angka kekerapan infeksi H.

pylori pada kelompok orang sehat. Mulai ada kecendrungan untuk melakukan

eradiksi H. pylori pada dyspepsia fungsional dengan H. pylori positif yang gagal

dengan pengobatan konservatif baku (Djojoningrat D dkk, 2006 dalam Abdullah

dan Gunawan, 2012).

3) Dismotilitas

Selama beberapa waktu, dismotilitas telah menjadi focus perhatian dan

beragam abnormalitas motoric telah dilaporkan, di antaranya keterlambatan

pengosongan lambung, akomodasi fundus terganggu, distensi antrum,

kontraktilitas fundus postprandial, dan dismotilitas duodenal. Proses motilitas

gastrointestinal merupakan proses yang sangat kompleks, sehingga gangguan

pengosongan lambung saja tidak dapat mutlak menjadi penyebab tunggal adanya

gangguan motilitas (Talley dkk, 1991 dalam Abdullah dan Gunawan, 2012).

4) Ambang rangsangan persepsi

Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk reseptor kimiawi,

reseptor mekanik, dan nociceptors. Berdasarkan studi, pasien dyspepsia dicurigai

mempunyai hipersensitivitas visceral terhadap distensi balon digaster atau

duodenum, meskipun mekanisme pastinya masih belum dipahami (Abdullah dan

Gunawan, 2012).

5) Difungsi autonomy
Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam hipersensitivitas

gastrointestinal pada kasus dyspepsia fungsional. Adanya neuropati vagal juga

diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proksimal lambung sewaktu

menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi lambung dan

rasa cepat kenyang (Djojodiningrat D dkk, 2006 dalam Abdullah dan Gunawan,

2012).

6) Aktivitas mloelektrik lambung

Adanya disritmia mioelektrik lambung pada pemeriksaan elektrogastrografi

terdeteksi pada beberapa kasus dyspepsia fungsional, tetapi peranannya masih

perlu dibuktikan lebih lanjut (Djojodiningrat D dkk, 2006 dalam Abdullah dan

Gunawan, 2012).

7) Peranan hormonal

Peranan hormone masih belum jelas diketahui dalam pathogenesis dyspepsia

fungsional. Dilaporkan adanya penurunan kadar hormon motilin yang

menyebabkan gangguan motilitas antroduodenal (Djojodiningrat D dkk, 2006

dalam Abdullah dan Gunawan, 2012).


e. Phatway

Bagan 2.1 Pathway Dispepsia

Stress Zat iritan

Simulasi simpatik Kerusakan mukosa


gaster

Sekresi HCL Hydrogen masuk ke jar


gaster

Asam lambung

Iritasi mukosa lambung Refluk ke esophagus

Nyeri Nyeri

Mual muntah
Rasa aman/pahit di mulut

Proses pencernaan
terganggu
Input & output tidak
Sisa makan dicerna di adekuat
kolon

Pengeluaran cairan
Terbentuk gas

Resti kekurangan
Kembung, mual, Nutrisi kurang volume cairan
Rasa penuh/begah
f. Manifestasi klinis

a) Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,

mual, tidak nafsu makan, dan perut terasa panas (Arif dan Sari, 2011 dalam

Mardalena, 2018).

b) Rasa penuh cepat kenyang, kembung setelah makan, mual, muntah, sering

bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dada atau regurgitasi asam

lambung ke mulut (Arif dan Sari, 2011 dalam Mardalena, 2018).

Gejala dyspepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan

meliputi (Mansjoer dkk, 2001 dalam Mardalena, 2018) :

1) Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati

2) Perih, mual, sering bersendawa, dan regurgitasi

3) Keluhan dirasakan terutama berhubungan dengan timbulnya stress

4) Berlangsung lama dan sering kambuh

5) Sering disertai ansietas dan depresi

g. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, dyspepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

dispepsia organik dan dispepsia fungsional (Hadi, 1995 dalam Mardalena, 2018).

a) Dispepsia organik

Dispepsia organik artinya dispepsia yng penyebabnya sudah pasti. Dispepsia

jenis ini jarang ditemukan pada pasie usia lebih dari 40 tahun. Penyebabnya

antara lain sebagai berikut :

1. Dyspepsia tukak. Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu

tidak makan/perut kosong

2. Dyspepsia tidak tukak. Gejalanya biasanya pada pasien gastritis, duodentis.

3. Refkluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi

terutama setelah makan.


4. Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas

ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.

5. Karsinoma

6. Obat-obatan. Keluhan rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai

mual dan muntah.

7. Pankreastitis. Keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalar ke punggung,

perut terasa makin tegang dan kencang

8. Sindrom malabsorbsi. Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering

flatus dan perut kembung.

9. Gangguan metabolism

b) Dispepsia fungsional

Dispepsia ini tidak menunjukkan kelainan organik melainkan kelainan fungsi

dari saluran cerna. Penyebabnya antara lain :

1) Factor asam lambung pasien. Pasien biasanya sensitive terhadap kenaikan

produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.

2) Kelainan psikis, stress, dan factor lingkungan. Menimbulkan gangguan

sirkulasi, motilitas, dan vaskularisasi.

3) Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dyspepsia mungkin

dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya

pengosongan lambung lambat, abnormal kontraktif, refluks gastroduodenal.

4) Penyebab lain-lain seperti adanya kuman heliobacterpylori, gangguan

motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makanan berlemak,

kopi, alcohol, rokok, perubahan pola makan dan pengaruh obat-obatan yang

dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama (Arif dan Sari, 2011 dalam

Mardalena, 2018)
h. Penanganan

Pengobatan yang diberikan pada penderita dyspepsia adalah menurut Manan

(2001) dalam Mardalena (2018) anatara lain :

1. Suportif. Pengobatan ditujukan terhadap perubahan pola kebiasaan terutama

mengenai jenis makanan yang berpengaruh.

2. Farmakologis. Beberapa terapi obat yang diberikan misalnya antibiotic jenis

(ceftriaxone, cefoperazon, ampicillin, cefazidibe), antagonis reseptor H2,

antasida (contoh omeprazole), dan prokinetik.

i. Pencegahan

1. Pola makan yang normal dan teratur. Pilih makanan yang seimbang dengan

kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, tidak mengonsumsi makanan yang

berkadar asam tinggi, makanan pedas, makanan/minuman mengandung alcohol,

dan berhenti merokok (Arif dan Sari, 2011 dalam Mardalena, 2018).

2. Hindari makan bakmi berlebihan, khusunya dalam keadaan perut kosong karena

air abu yang menguningkan bakmi sangat tajam bagi lambung (Manan, 1997

dalam Mardalena, 2018).

2.2. Konsep Asuhan keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian merupakan suatu tahapan dimana perawat.mengambil data

secara terus menerus terhadap keluarga yang dibinanya (Padila, 2012). Hal-

hal yang harus dikaji dalam keluarga adalah :

a. Pengumpulan data

Pengkajian terhdapa data umum meliputi :

1. Nama kepala keluarga (kk)

2. Alamat dan telepon


3. Pekerjaan kepala keluarga

4. Pendidikan kepala keluarga

5. Komposisi keluarga dan genogram

b. Komposisi keluarga

Tabel 2.1 Komposisi keluarga

No Nama Umur Sek Hubungan Pendidikan Pekerjaan


dengan
KK

B. Riwayat imunisasi

Tabel 2.2 Riwayat imunisasi

No Nama Imunisasi

Bcg DPT / Polio Campak Hepatitis

HB 3x B

C. Genogram

Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi

keluarga (pohon keluarga). Genogram merupakan alat pengkajian informatif yang

digunakan untuk mengetahui keluarga,riwayat dan sumber-sumber keluarga,

diagram ini menggambarkan hubungan vertical (lintas generasi) dan horizontal


(dalam generasi yang sama) untuk memahami kehidupan keluarga dihubungkan

dengan pola penyakit (Padila, 2012).

1. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga tersebut.

2. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa

keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan

kesehatan.

3. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang

dapat mempengaruhi kesehatan.

4. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh

pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarg atau anggota

keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh anggota keluarga serta barang-

barang yang dimiliki oleh keluarga.

5. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya

dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,

namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas

rekreasi, selain itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang

keluarga

D. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga berdasarkan

kehidupan keluarga.

1 Tahap perkembangan keluarga saat ini

Ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2 Tahap perkembangan keluarga belum terpenuhi


Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga seta kendalanya.

3 Riwayat keluarga inti

Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi : riwayat penyakit

keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber pelayanan

yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.

4 Riwayat keluarga sebelumnya

Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya),

hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

E. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah,

jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabot rumah

tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang

digunakan, serta denah rumah.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,

yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan setempat serta

budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah

tempat.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarg yang ada.


5. Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, failitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan

dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

F. Struktur Keluarga

1. Pola komunitas keluarga

Menjelaskan cara komunikasi antar anggota keluarga, termasuk pesan yang

disampaikan, bahasa yang digunakan, komunikasi secara langsung atau tidak,

pesan emosional (positif atau negatif), frekuensi, dan kualitas komunikasi yang

berlangsung. Adakah hal-hal yang tertutup dalam keluarga untuk didiskusikan.

2. Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain

untuk merubah sikap. Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga

dalam membuat keputusan.

3. Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal.

4. Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga dengan kelompok atau

komunitas. Apakah sesuai dengan nilai norma yang dianut, seberapa penting

nilai yang dianut, apakah nilai yang dianut secara sadar atau tidak, apakah

konflik nilai yang menonjol dalam keluarga, bagaimana kelas sosial keluarga,

bagaimana latar belakang budaya yang mempengaruhi nilai-nilai keluarga, serta

bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan keluarga.


G. Fungsi Keluarga

1. Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri dari anggota keluarga, persaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2. Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan, serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga dalam

melaksanakan pearwatan kesehtan dapat dilihat dari kemampuan keluarga

melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,

melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan

lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas

perawatan kesehatan keluarga adalah :

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang

perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui tentang fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dam gejala, factor

penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.


b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengebai

tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah :

1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya

masalah

2) Apakah masalah kesehatan diraskan oleh keluarga

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami

4) Apakah keluarga takut akan akibat dari tindakan penyakit

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negative terhadap masalah kesehatan

6) Apakah keluarga dapat mrnjangkau fasilitas yang ada

7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah.

c. Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui tentang penyakitnya (sifat,

penyebaran, komplikasi, prognosa, dan cara perawatannya)

1) Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan

2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan

untuk perawatan

3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam

keluarga (nggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber

keuangan/finansial, fasilitas fisik, psikososial)

4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit

d. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan

rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :

1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki;


2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan

lingkungan;

3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hyigiene sanitasi;

4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga.

e. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas/pelayanan kesehatan dimasyarakat, yang perlu dikaji adalah :

1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan;

2) Sejauh mana keluarga mengetahui keuntungan-keuntungan yang dapat

diperoleh dari fasilitas kesehatan;

3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan;

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap

petugas kesehatan;

5) Apakah fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.

4. Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : mengkaji

berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anak, merencanakan jumlah

anggota keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5. Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan. Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat

guna meningkatkan status kesehatan keluarga.

H. Stressor dan Koping Individu

1. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan ;


2. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

3. Kemampuan keluarga dalam berespons terhadap situasi/stressor, mengkaji

sejauh mana keluarga berespons dalam situasi/stressor;

4. Startegi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunkan keluarga bila

menghadapi permaslahan;

5. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

j. Kebiasaan Sehari-Hari Keluarga

1) Personal hygiene keluarga


Mengkaji kebersihan tubuh setiap anggota keluarga, kebersihan rumah dan

sekitarnya.

2) Nutrisi

Mengkaji mengenai kebiasaan makan keluarga meliputi frekuensi makan dalam

sehari,keseimbangan gizi, cara pengolahan dan penyajian makanannya, hal ini

menunjukan ada tidaknya perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang

menderita dyspepsia

3) Pola istirahat

Menjelasakan mengenai kebiasaan istirahat / tidur keluarga meliputi beberapa

jam keluarga tidur dan adakah kendala yang mempengaruhi pola istirahat

keluarga.

k. Pemeriksaan Fisik Pada Kasus


1) Identitas
Meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, status

material, dan alamat

2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien dengan dyspepsia biasanya didapati keluhan demam, nyeri ulu

hati,mual muntah.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji apakah ada diantara anggota keluarga ada yang mempunyai riwayat

dyspepsia sebelumnya.

3) Kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi: Kaji apakah terjadi perubahan pola makan biasanya pada

pasien yang mengalami dyspepsia terdapat masalah dalam pemenuan

nutrisi, memiliki kebiasaan jajan mengkonsumsi makanan pedas dan

asam.

b) Personal hygiene: Kaji apakah terjadi perubahan pola personal hygiene

biasanya yang mengalami dyspepsia.

c) Eliminasi: Kaji apakah terjadi perubahan pola eliminasi biasanya

pada pasien dengan dyspepsia tidak mempunyai masalah dalam

eliminasi bab dan bak

d) Istirahat tidur: Kaji apakah terjadi perubahan pola istirahat tidur biasanya

pada pasien dengan dyspepsia mengalami masalah dalam istirahat dan

tidurnya karena nyeri nyeri ulu hati.

4) Data psikososal
a) Psikologis
Keadaan emosi penderita dyspepsia biasanya bervariasi tergantung koping

tiap individunya, ada yang emosinya tampak labil karena tidak bisa

menerima, tetapi ada pula yang memiliki keadaan emosi yang stabil, dimana

dia akan menerima keadaan dengan ikhlas.


b) Hubungan antar keluarga

Hubungan antar keluarga penderita dyspepsia biasanya jarang terganggu.

5) pemeriksaan head to toe tiap anggota keluarga


a) Kepala
Pemeriksaan bentuk kepala simetris /tidak, adakah benjolan atau bekas luka,

kebersihan kepala. Pada pasien dyspepsia biasanya ditemukan tidak ada

masalah.

b) Mata

Periksa kelainan pada mata seperti bentuk, gerakan bola mata, seklera,

konjungtiva, fungsi, pada penderita dyspepsia biasanya tidak ada masalah.

c) Telinga

Kaji bentuk, ada pembengkakkan/tidak, ada sekret/tidak, ada nyeri

tekan /tidak, kaji juga pada fungsi pendengaran.

d) Hidung

Kaji bentuk, ada pembengkakkan / tidak, ada sekret / tidak, ada nyeri tekan /

tidak, kaji juga pada fungsi penciuman

b. Mulut

Kaji bentuk mulut simetris/tidak, ada pembengkakan dan memerah tonsil,dan

bentuk kelengkapan gigi, ada caries atau tidak, ada peradangan gusi/tidak.

c. Leher

Kaji bentuk leher, ada/tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, terdapat

pembesaran tonsil, fungsi menelan terdapat gangguan, ada/tidak

pembengkakan kelenjar limfe, ada/tidak lesi, ada/tidak benjolan


d. Dada

Kaji bentuk, postur, kesimetrisan, ekspansi serta keadaan kulit dada. Kaji

adakah nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan akspansi, dan taktil

fremitus. Kaji juga bunyi paru dan jantung.

e. Abdomen

Kaji kesimetrisan, terdapat lesi/benjolan, adakah bekas operasi, bunyi

abdomen serta bising usus, adakah nyeri tekan atau tidak,biasanya pasien

dengan dyspepsia ada nyeri tekan bagian ulu hati abdomen atas.

f. Ekstermitas

Kaji fungsi ekstremitas, adakah odema atau tidak, adakah trauma fraktur

atau tidak, kelengkapan jari tangan dan kaki.

l. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas

kesehatan yang ada.

2. Analisa Data

Analisa data merupakan kemapuan dalam mengaitkan data-data fokus

secara teori dan prinsip yang relevan untuk mengumpulkan data, menentukan masalah

keperawatan yang mungkin muncul pada klien dan keluarga.Dari hasil pengkajian

dilakukan analisa data untuk:

a. Menyeleksi data terperinci seperti katogori yang lebih luas seperti kategori

yang berhubungan denagn status kesehatan atau praktek anggota- anggota

keluarga atau tetangga rumah dan lingkungan.

b. Mengelompokkan syarat-syarat yang berhubungan untuk menentukan hubungan

antara data tersebut.


c. Membedakan atau memilah data yang relevan dengan data yang tidak relevan

dengan data yang tidak relevan dengan data untuk memutuskan informasi apa

yang behubungan untk mengerti dengan situasi yang ada dan informasi apa

yang penting.

d. Mengerti pola-pola seperti fungsi fisiologi, perkembangan diet / nutrisi, koping

atau pola komunikasi, prilaku dan gaya hidup.

e. Membandingkan dengan pola norma atau standar kesehatan fungsi kesehatan

keluarga dan pendapatan tentang petugas kesehatan

f. Menginterprestasikan hasil-hasil lalu dibandingkan untuk menentukan tanda-

tanda atau gejala atau syarat-syarat deficit kesehatan yang spesifik, memelihara

kesehatan atau kritis yang dapat diduga atau sterss poin dan membuat kesempulan

tentang alasan-alasan adanya masalah kesehatan yang dapat dilengkapi untuk tidak

menempilkan tugas kesehatan keluarga.

3. Data Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

Adalah data subjektif yang didapat melalui pengkajian terhadap fungsi perawatan

keluarga dalam menghadapi suatu masalah keperawatan ditinjau darai kempuan

keluarga dalam:

a. Mengenali masalah keperawatan

seperti menjelaskan pengertian, menyebutkan penyebab, menyebutkan tanda

dan gejala

b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah keperawatan

seperti memutuskan untuk merawat anggota keluarga contohnya beri

kesempatan keluarga untuk mengambil keputusan

c. .Merawat anggota keluarga


d. seperti cara perawatan keluarga contohnya kaji pengatahuan keluarga tentang

cara perawatan.

e. Memodifikasi lingkungan

f. seperti cara memodifikasi lingkungan yang baik contohnya kaji tentang

pengetahuan keluarga tentang lingkungan.

g. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

seperti menggunakan fasilitas kesehatan dan dapat memanfaatkan pelayanan

kesehatan contohnya menyebutkan jenis pelayanan kesehatan dan waktu

kunjungan,mampu menyebutkan manfaat pelayanan kesehatan,dan

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Kesimpulan yang didapat dari pengkajian ini, yaitu apakah keluarga

tidak mengetahui mengenai suatu masalah, tidak mau mengambil tindakan

mengenai suatu masalah atau tidak mampu melasanakan perawatan terhadap

anggota keluarga dengan masalah keperawatan tertentu.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Perumusan Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien

terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang

berlangsung actual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI,

2018). Diagnosa keperawatan keluarrga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap

masalah dalam tahap perkembanagan keluarga, lingkungan keluarga, struktur

keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik bersifat actual, resiko,

maupun sejahtera dimana perawat melakukan tindakan untuk melakukan


keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan dan sumber

daya keluarga (Harmoko, 2012 : 86).

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada

pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi problem atau masalah,

etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES

(Harmoko, 2012).

1. Problem atau masalah (P)

2. Etiologi atau penyebab (E)

3. Sign atau tanda (S)

Diagnosa yang mungkin muncul pada keluarga dengan dyspepsia Pada

pasien adalah :

b. Nyeri Akut. berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga

c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga

b. menentukan prioritas masalah

Untuk menentukan masalah keperawatan perawat dapat menggunakan skala

prioritas. Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan keluarga harus

didasarkan kepada beberapa kreteria yaitu:

a. Sifat masalah, dikelompokan menjadi potensial, resiko, dan actual

b. Kemungkinan masalah dapat diubah kemungkinan berhasilnya mengurangi

masalah atau mencegah masalah bila dilakukan tidakan keperawatan dan

kesehatan. Dikelompokan menjadi mudah, sebagian, dan tidak dapat diubah.

c. Potensi masalah dapat dicegah adalah bagaimana sifat dan beratnya masalah yang

akan timbul yang dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan

kesehatan. Dikelompokan menjadi tinngi, cukup, dan rendah.


d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah

dalam hal beratnya dan mendesaknya suatu masalah untuk diatasi melalui

intervensi keperawatan dan ksehatan. Skala Untuk Menyusun Masalah

Keperawatan Keluarga Sesuai Dengan Prioritas

Tabel 2.3 skala prioritas masalah

No Kreteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
Bobot : 1
Potensial 2 1
Resiko
Aktual 3

2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : 2
Mudah
Sebagian 1 2
Tiadak dapat 0

3 Potensi masalah untuk dicegah


Tinggi 3 1
Cukup
Rendah 2
1

4 Menonjolnya masalah
Masalah segera harus ditangani 2 1
Ada masalah tetapi tidak segera 1
ditangani
0
Masalah tidak dirasakan
Sumber : Bailon dan Maglaya (1978 dalam Harmoko 2012 :90)

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnose keperawatan dengan

cara berikut ini :

1 Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat;

2 Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan

bobot:
Skor x bobot
Angka tertinggi

3 Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan

seluruh bobot;

Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah :

1. Kriteria 1

Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat

yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan

dirasakan oleh keluarga.

2. Kriteria 2

Kemungkinan masalah dapat diubah, adanya kemungkinan berhasilnya

mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi). Faktor-

faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan

masalah dapat diubah adalah :

a. Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk

menangani masalah;

b. Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik,

keuangan, atau tenaga;

c. Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan, dan waktu;

d. Sumber daya masyarakat, misalnya dalam bentuk fasilitas kesehatan,

organisasi masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat.


3. Kriteria 3

Potensi masalah bisa dicegah, factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai

berikut ;

a. Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau

masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah;

b. Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya

masalah tersebut;

c. Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka atau rawan,

adanya kelompok tersebut ada keluarga akan menambah potensi

masalah bila dicegah.

4. Kriteria 4

Menonjolnya masalah, merupakan cara keluarga melihat dan menilai

masalah dan mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah

untuk segera diatasi.Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor

pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga

tersebut menilai masalah. Dalam hal ini, jika keluarga menyadari masalah

dan merasa perlu untuk menangani segera, maka harus diberi skor

tertinggi.

5. Perencanaan (Intervensi) Keperawatan


Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan individu, keluarga,

dan komunitas (SIKI). Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan

tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau

mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah diidentifikasi.


Rencana keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan

umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standard. Kriteria dan

standard merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap

tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang telah ditetapkan (Harmoko,

2012)

6. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap Implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yang mencakup penningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemuulihan

kesehatan, dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2015).

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan

mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap

keluarga mencakup hal-hal dibawah ini (Harmoko, 2012) :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan

kesehatan dengan cara :

1) Memberi informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhdap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan


c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan

cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi

sehat, dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara :

a) Mengenakan fasillitas kesehatan yang ada

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

7. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan

keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan

didasarkan pada perubahan perilaku pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu

terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2015).

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk

melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru yang

sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali

kunjungan ke keluarga. Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu

dan kesediaan keluarga (Harmoko, 2012). Evaluasi disusun dengan menggunakan

SOAP secara oprasional :

a. S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan

intervensi keperawatan.
b. O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan

intervensi keperawatan.

c. A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang

terkait dengan diagnosis.

d. P adalah perencanaan yang akan dating setelah melihat respon dari keluarga pada

tahap evaluasi.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif

adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi

sumatif adalah evaluasi akhir.


BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian

Nama pengkaji : Kelompok PKM Beringin Raya

Tanggal : 27 januari 2023

Waktu : 14.00 WIB

Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

1. Data umum
a. Kepala Keluarga
Nama KK : Tn. B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 58 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Mekanik Mobil

Suku : Serawai

Alamat : Jl. Beringin Raya RT 3

b. Tipe Keluarga
Keluarga Inti (Middle Age/Aging couple), adalah suami sebagai pencari uang,
istri di rumah ,anak anak suda meninggalkan rumag kerena sekolah/suda
menika
c. Komposisi keluarga

No Nama Umur Sex Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


dg kk kesehatan

1. Tn. B 58 Th L Suami Sma Petani Sehat

3. Ny. N 50 Tn P Anak SMA siswa Sehat


Imunisasi
BCG DPT/HB 3x Polio Campak Hepatitis B
No Nama
1 Tn.B - - - - -
2 Ny.N - - - - -
3 Tn. W √ √ √ √ √

e. Genogram

KETERANGAN :
: Perempuan
: Laki-laki

X : meninggal

:pasien

f. Suku Bangsa

Suku bangsa Indonesia, kepala keluarga dan istri merupakan suku serawai.
g. Agama

Kepercayaan / Agama yang dianut oleh keluarga Tn.B adalah Agama Islam
h. Status sosial ekonomi keluarga

Keluara Tn.B termasuk kelompok keluarga dengan status sosial ekonomi


keluarga menengah kebawah dengan pendapatan rata-rata sebanyak Rp +
1.500.000 / bulan. Penghasilan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.Dimana untuk kebutuhan hidup sehari-hari biasanya keluarga
menghabiskan Rp.700.000

Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga Tn.B mengatakan saat ada waktu libur (waktu tertentu) berwisata

kepantai dan tempat wisata disekitar daerah

i. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.


1) Tahap pertumbuhan keluarga saat ini

Keluarga Tn.B mempunyai 1 anak, anak Tunggal laki-laki 28 Tahun yg

suda menika.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Keluarga Tn.B mengatakan bahwa dia bekerja sebagai mekanik

untuk memenuhi kebutuhan mereka dan keluarganya. Tn.B juga

mengatakan bahwa penghasilan yang didapat olehnya cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Sehingga dalam tahap perkembangan yang belum

terpenuhi di keluarga adalah tahap perkembangan keluarga pertengahan.

c) Riwayat kesehatan keluarga.


Dari pihak orang tua Tn.B maupun Ny.B tidak ada yang mengalami

riwayat keturunan seperti DM, epilepsy, hipertensi maupun penyakit lainnya,

maupun penyakit Dsypepsia. Tn.B juga mengatakan bahwa dalam keluarga

Tn.B saat dilakukan pengkajian tidak ada yang menderita sakit dyspepsia .

d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga dari pihak istri tidak ada mengalami sakit

yang diderita anggota keluarga sebelumnya.Hanya Tn.B yang mengalami

dyspepsia

2. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
2
Rumah bentuk permanen dengan atap dari seng, Ukuran rumah 4 x7 m , lantai

masih semen, mempunyai 2 kamar tidur setiap kamar mempunyai jendela dan

ventilasi di setiap ruangan, 1 ruang Tamu, 1 ruang Keluarga, 1 dapur, dan 1 WC

di dekat kamar tidur dan dapur. Penerangan sudah menggunakan listrik, barang-

barang sudah tersusun dengan rapi, Jarak septic tank dengan sumur + 10m,

Sumber air minum menggunakan PDAM , Halaman dimanfaat dengan taman

hias, Pegolahan sampah langsung dimasukan dalam plastik, dan diambil oleh

petugas kebersihan, Tempat pembuangan limbah melalui selokan, keadaan

selokan pun mengalir dengan lancar. WC licin dan tidak ada pegangan dikamar

mandi.

a. Denah

teras
Bengkel

Kmr.1
R.tamu

R.
Kmr.2 keluarga

WC Dapur

Septic tank
b.Karakteristik Tetanga dan Komunitas

Tn.B mengatakan bahwa hubungan antara keluarganya dengan tetangga

sekitarnya sangat baik, saling membantu seperti jika ada gotong royong, orang

menikah DLL.Tn B mengatakan tetangga juga selalu memberi support kepada

Tn.B di saat di saat tetangga selalu menjeguk dan memberi masukan dan saran

c. Mobilitas Goegrafi Keluarga


Tn.B mengatakan bahwa setelah menikah kurang lebih 30 tahun ia menempati

rumahnya sendiri hingga saat ini.

d. struktur keluarga
1) Sistem Pendukung Keluarga
Tn.B mengatakan bahwa anggota keluarga yang sakit tidak ada kecuali

dirinya sendiri . Tn.B telah melakukan pengoabatan ke Puskesmas dan sudah

mendapat pengobatan. Untuk biaya pengobatan Tn.B mengunakan kartu

BPJS untuk keluarganya. Selama memeriksakan kesehatan keluarga

di pelayanan kesehatan

2) Pola komunikasi keluarga

Tn.B mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi antar keluarga

dengan baik, bahasa yang digunakan adalah bahasa nasional dan daerah.

3) Struktur Kesehatan Keluarga


Menurut Tn,B mengalami sakit tetapi masih bisa melakukan aktifitas yang

ringan, sedangkan anggota keluarga yang lain istri dan dirinya masih

melakukan aktifitas sesuai dengan pekerjaannya. Tn,B mengatakan bahwa

sudah melakukan pengobatan ke puskesmas Tn mengatakan bahwa dirinya

dibantu keluarga terutama istri dalam melakukan perawatan sakitnya.


4) Stuktur peran

a) Formal

Tn,B sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab mencari

nafkah untuk kebutuhan sehari-hari.

Ny.N sebagai ibu rumah tangga

b) Informal
Tn,B hanya mengandalakan penghasilannya dalam menjadi

mekanik tidak dibantu oleh keluarga yang lain.

5) Nilai dan Normal


Keluaraga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur

yaitu allah SWT. Demikian juga dengan sehat dan sakit dan Tn,B

percaya bahwa Allah memberikan ujian kepada keluarganya.

Tn.B mampu menghadapinya dan bila ada keluarga yang sakit

langsung berobat kepuskesmas dan tenaga kesehatan lainnya.

E. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Tn,B mengatakan bahwa keluarganya selalu hidup rukun, saling

mendukung, bila ada yang sakit langsung dibawa kepuskesmas/rumah

sakit atau petugas kesehatan terdekat.

2) Fungsi Sosialisasi
Tn,B mengatakan setiap hari keluarga selalu berkumpul dirumah,

hubungan dalam keluarga baik dan selalu menaati norma-norma yang

ada. Kegiatan dimasyarakat kadang- kadang datang.

3) Fungsi keperawatan kesehatan


Menurut Tn.B perawatan kesehatan dilakukan dimulai dari

pengolahan makanan ducuci terlebih dahulu,baru dimasak,makanan yang

dimasak disesuaikan dengan kondisi keluarga,tidak ada pantangan

makanan kebiasaan makanan dalam keluarga yaitu makan sendiri-

sendiri.keluarga Tn.B selalu mengkonsumsi banyak sayur,yang diambil

dari kebun sendiri dalam menjaga kesehatan keluarga dan bila ada

anggota keluarga yang menderita sakit biasanya keluarga mengupayakan

perawatan secara mandiri seperti dibelikan obat yang diwarung/apotik

bila tidak sembuh baru dubawah kke pasilitas kesehatan(puskesmas).

Sementara lingkungan dalam dan luar rumah selalu dibersihkan oleh

keluarga pagi dan sore hari,keluarga selalu menyapu dan mengepel rumah

setiap pagi dan sore hari,selain itu perkarangan deppan dan belakang

rumah selalu dibersihkan oleh keluarga

a.mengenal masalah kesehatan

keluarga hanya mengenal masalah kesehatan yang dialami Tn.B

tentang Dyspepsia namun keluarga belum mengetahui penyebab pasti.

b.mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

beberapa pengobatan telah dilakukan oleh Tn.B dan Ny.N mengatakan

pergi kepuskesmas untuk melakukan pemeriksaan.

c.kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dirumah

d.kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan yang

sehat.keluarga mengatakan tidak memodifikasi lingkungan untuk

pasien,hanya untuk menjaga kebersuhan rumah dan kamar pasien.


4)Fungsi reproduksi

Tn.B dan Ny.N memiliki jumlah anak 1 orang anak yang pertama

laki laki usia 28 Tahun ysng suda menika

5) Fungsi ekonomi
Tn.B Mengatakan bahwa keluarga dapat memenuhi kebutuhan

makanan 3x sehari dan biaya berobat karena menggunakan kartu BPJS.

6) Fungsi relegius
Tn,B mengatakan bahwa anggota keluarga bisa melakukan ibadah

sesuai dengan yang telah diajarkan agama yang dianutnya.

f. Stres dan Koping Keluarga


1) Stress jangka pendek
Tn.B mengatakan bahwa keluarga memikirkan masalah kesehatan

yang dialami oleh dirinya sendiri juga mengatakan cemas dengan keadaan

sakitnya saat ini, ia mengatakan takut terjadi hal-hal yang tidak di

inginkan

2) Stress jangka panjang


Tn.B khawatir tenatang penyakit yang dialami oleh dirinya

sendiri bertambah parah.

3) Strategi koping kontruktif


Tn.B keluarga atau selalu memeriksakan anggota keluarganya yang

sakit kepuskesmas atau petugas kesehatan lainnya. Keluarga selalu

bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.

4) Strategi adaptasi
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional

meskipun dalam kondisi yang parah.


5) Harapan keluarga
Tn.B dan keluarganya berharap semoga dapat selalu sehat kembali

dari penyakit yang dialaminya.

3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga sekarang
Tn.B mengatakan bahwa dia sering mengeluh sakit dibagian ulu hati skala

nyeri 4,

a. Riwayat kesehatan keluarga masa lalu

Tn.B mengatakan bahwa dia pernah mengalami sakit perut yang sama 1

tahun yang lalu dan baru kali ini kambuh lagi.

4. Kebiasaan Sehari-hari
a. Personal hygine keluarga
Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi
2x /hari, sikat gigi 3x/hari, cuci rambut1x/hari. Keluarga mandi dengan

menggunakan sabun, sikat gigi menggunakan pasta gigi, dan cuci rambut

menggunakan shampo. Selama sakit Tn.B masih tetap melakukan personal

hygine sesuai kebiasaan yang telah dilakukannya namun saat mandi

menggunakan air hangat.

b. Nutrisi
Keluarga Tn.B mempunyai kebiasaan makan seperti nasi lauk pauk

seperti lainnya. Minum jus kadang-kadang. Frekfekuensi makan 3x sehari,

pengolahannya dimasak sendiri kadang-kadang beli sayur siap saji.

c. Pola istirahat
Kebiasaan istirahat keluarga
Tn.B : siang 1-2 jam kadang tidak, malam 7-8 jam

Ny.N : siang 1-2 jam kadang tidak, malam 7-8 Jam .


d. Eliminasi
Tn.B : BAB 1x sehari BAK : 1-3 xsehari
Ny.N : BAB 3x sehari BAK : 1-3 x sehari
i. Aktifitas sehari-hari

Tn.B mengatakan ia keluarga beraktivitas sesuai dengan tugas masing-

masing, Tn.B bertugas bekerja, Ny.N di rumah sebagai ibu rumah tangga.

j. Rekreasi

Tekadang jalan-jalan ke tempat rekreasi di tempat pariwisata di daerah.

g. Data psikososial

1) Psikologis

Tn.B emosinya stabil dia mennerima keadaan dan kondisi anaknya dengan

iklas.

2) Hubungan antar keluarga


Tn.B mengatakan hubungan keluarga yang lain sangat baik tidak ada

terganggu.

3) Hubungan sosial
Tn.B mengatakan hubungan keluarganya dengan lingkungan tidak ada

terganggu kadang-kadang mengikuti kegiatan dimasyarakat misalnya ada

yang terkena musibah dan nikahan. Tetapi jika sakit tidak ikut dalam

kegiatan tersebut.
65

h. Data spiritual
yakin Tn.B kepada tuhan dan selalu berdoa supaya keluarganya selalu

diberikan kesehatan oleh tuhan.

i. Harapan keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi didalam

keluarganya dapat teratasi atau bantuan dari petugas kesehata


66

Pemeriksaan haed to toe

Pemeriksaan Fisik Ny.R


Head to Toe
Kesadaran Cm (sadar penuh)
TTV TD: 120/80
S: 36,60C N:
80x/m
RR: 19x/m
BB: 58 Kg
TB: 120 cm
Kepala Tidak ada ketombe
Bentuk Simetris
Rambut Hitam, berketombe
Mata Simetris , tidak memakai
kacamata
Bentuk Simetris
Konjungtiva Ananemis
Sklera Anikterik
Pupil Isokor
Hidung Tidak ada lesi
Bentuk Simetris
Perdarahan /secret Tidak mengalami
Perdarahan
Telinga Simetris
Bentuk Simetris
67

Keadaan telinga Tidak ada pembengkakan


Kelainan Simetris
Mulut Lembab
Bentuk Tidak ada perdarahan
gusi dan gigi
Keadaan Bibir Bersih
Keadaan Gusi Tidak ada pembengakakan
Keadaan Lidah Tidak ada
pembesaran kelenjar
tyroid
Keadaan tenggorokan Tidak ada
pembengkakan tonsil
Leher Tidak ada pembengakan
Integumen Baik
Kebersihan Baik
Turgor Baik
Kelembaban Baik
Pemeriksaan Thorax Simetris
Inspeksi Irama teratur dan
tidak ada suara
tambahan
Thorax Simetris
Pernafasan Getaran suara
terdengar dengan
teratur
Pemeriksaan Paru Bunyi resonan
Palpasi Suara nafas teratur
Perkusi Sonor
Auskultasi Tidak ada bunyi
68

tambahan pada
pernafasan
Bentuk Abdomen Simetris
Inspeksi Tidak ada benjolan
Bentuk Abdomen Normal
Palpasi
Tanda nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
Benjolan Tidak ada
Muskuloskeletal Normal
/Ekstremitas
Kesimetrisan Simetris
Kekuatan Otot Baik
69

5.Terapi Pengobatan

Ny.P mendapatkan terapi pengobatan :

a. Parastamol 250 mg 3x1

b. amoxcilin 2x1 500 mg

c. doneperidone 2x1 mg

6. Analisa Data

No Data fokus Problem Etiologi


1. Data Subyektif: Nyeri Ketidak mampuan
- Tn.B mengatakan keluarga mengenal
bahwa perut bagian masalah dyspepsia
atas nyeri ,nyeri ulu
hati dan mual muntah
- Keluarga tidak tahu
cara perawatan pada
keluarga yang sakit
- Keluarga tidak
mengingatkan pasien
saat minum obat
- Keluarga tidak
membantu pasien
saat memberikan
obat mata
Data Obyektif:
- Skala nyeri (4)
- Ada pembengkakan
tongsil
- T/D : 110/80
mmhg S : 37.80C
N : 80x/m
R : 20x/m
-Tidak ada tindakan lain
selain memberikan obat

2. Data Subyektif: Resiko perubahan Ketidak mampuan


-Tn.B mengatakan mual nutrisi kurang dari keluarga dalam
muntah kebutuhan tubuh merawat anggota
-Tn.B mengatakan kurang keluarga dengan
mengerti tentang perawatan masalah dyspepsia
dyspepsia

Data Obyektif:
-S : 36.80C
-Tn terlihat lemas
Tidak ada tindakan lain
selain memberikan

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
70

1. Nyeri berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal


masalah dyspepsia.
2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
masalah dyspepsia

8. PRIORITAS MASALAH (SKORING)

1. Nyeri berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal


masalah dispepsia
NO KRITERI PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN
A masalah
Sifat 3/3 x 1 1 Tn.B mengatakan
aktual nyeridibagian
1. tenggorokan skala nyeri 4
2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Pengetahuan sumber
dayadan fasilitas
masalah kesehatan tersedia dan
dapat dapat
diubah dijangkau/dimanfaatkan
3. (mudah)
Potensi 3/3 x 1 1 Nyeri dapat dapat
masalah dikontrolsecara
mandiri/dengan bantuan
dapat dicegah obat
(tinggi)
4. Menonjolnya 2/2x1 1 Ada masalah, keluarga
menganggap perlu segera
masalah ditangani
(tidak
dirasakan)

5. Total Skore 5

e. Hipertermi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam


merawat anggota keluarga yang sakit

NO KRITERIA PERHITUNGA SKOR PEMBENARAN


Sifat masalah N 3/3 x 1 0
Suhu tubuh 37,8 C,
1 kulit
1. Actual
2. Kemungkinan 2/2 x 2 Pengetahuan sumber
2 daya
masalah dapat
diubah dan fasilitas
kesehatan
71
3. Potensi masalah 3/3 x 1 Demam dikontrol
1 dengan
dapat dicegah
4. Menonjolnya 0/2 x 1 0 Pasien masih
mampu
masalah(tidak
dirasakan) melakukan aktivitas
5. Total Skore 4 secara mandiri

f. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah
tonsillitis

No KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN


Sifat masalah 2/3 x1 2 Masalah belum terjadi
1. Risiko

2. Kemungkinan 1/2x 2 1 Dapat dirubah dengan


masalah dapat penyuluhan dengan
diubah (sebagian) mengajarkan kepada
keluarga cara pencegahan
tonsilitis pada anggota
3. Potensi masalah 2/3 x 1 2 keluarga mudah
Resiko yang sakit
dicegah
dapat dicegah karena interaksi antara
anggota keluarga baik
(cukup)
dan rasa keingintahuan
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 kelarga sangatkeluarga
Ada masalah, tinggi

masalah Masalah menganggap perlu segera


dirasakan dengan ditangani
ada upaya/segera
ditangani

5. Total Skore 6

9.Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas


1. Nyeri berhubungan dengan Ketidak mampuan keluarga mengenal

masalah tonsillitis.

2. Hipertermi berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.


72

3.Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah tonsillits
73

Perencanaan Keperawatan
Tabel 2.1Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Umum Khusus Kreteria Standar

1 Hipertermi Setelah a. Keluaga Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan


berhubungan dengan dilakukan mampu Verbal menyebutkan keluarga tentang
ketidakmampuan intervensi menyebutkan pengertian hipertermi
keluarga dalam keperawatan defenisi hipertermi b. Jelaskan tentang
merawat anggota selama 3 x 45 hipertermi hipertermi adalah pengertian
keluarga dengan menit kenaikan suhu tubuh hipertermi
tonsillitis diharapkan diatas normal. c. Bimbing keluarga untuk
hipertermi mengulang pengertian
berkurang hipertermi
d. Beri respon positif atas
keberhasilan
keluarga
74

b. menyebutkan Respon 1. Faktor a. Kaji pengetahuan keluarga


factor penyebab Verbal Kosumsi Makanan tentang akibat dari hiprtermi
hipertermi yang terlalu dingin b Jelaskan tentang tanda
atau panas dan gejala akibat
2. Kebiasaan dari hiprtermi
Jajan c. Bimbing keluarga
3. Asap rokok untuk mengulang tanda
4. Cuaca dan gejala akibat dari
5. Kebersihan hipertermi
Mulut g. Beri respon positif atas
keberhasilan keluarga
75

Tupen 2: Respon Verbal Memutuskan untuk a. Beri kesempatan keluarga


Memutuskan untuk merawat anggota untuk Mengambil
merawat anggota keputusan
b. Bantu keluarga untuk
mengambil keputusan
c. Beri respon positif atas
kemampuan keluarga
membuat keputusan
yang tepat
76

Tupen 3: Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan


Menyebutkan cara Verbal menyebutkan 3 dan keluarga tentang
perawatan 5 cara perawatan cara perawatan pasien
anggota pasien hiprtermi dengan hiprtermi
keluarga dengan 1. Berikan makanan b. Beri respon positif atas
nyeri tonsillitis dalam kondisi jawaban keluarga
hangat dan minuman c. Jelaskan cara
hangat perawatan
2. Berikan Kompres d. Bimbing keluarga
hangat jika pasien untuk mengulangi apa
demam yang telah dijelaskan
3. Berikan pasien e. Berikan respon positif
banyak minum atas keberhasilan
keluarga mengulang
cara perawatan pasien
dengan hipertermi
77

Tupen 4: Respon Cara memodifikasi a. Kaji pengetahuan


Memodifikasi Verbal lingkungan yang baik keluarga tentang
lingkungan untuk pasien dengan lingkungan yang baik
pasien dengan hipertermi untuk pasien dengan
hipertermi hipertermi
1. Ciptakan suasana
yang bersih dan b. Berikan respon posif atas
nyaman jawaban keluarga
2. Minta orang tua dan c. Jelaskan lingkungan
anggota keluarga yang baik untuk
bersama
pasien dengan
perawat hipertermi
memodifikasi
lingkungan kamar d. Bimbing keluarga
yang nyaman dan untuk mengulang
bersih untuk kembali
pasien
e. Beri respon positif atas
3. Jauhkan makanan keberhasilan keluarga
yang mengundang mengulang kembali cara
pasien utuk makan memodifikasi lingkungan
seperti makanan yang baik untuk pasien
manis permen, dengan hipertermi
coklat
78

Tupen 5: Respon Jenis pelayan a. Kaji pengetahuan


Menggunakan Verbal kesehatan yang keluarga tentang
fasilitas kesehatan dapat dimanfaatkan: jenis pelayanan
dan dapat kesehatan
memanfaatkan 1. RS/Puskesmas b. Beri respon positif atas
pelayan 2. Praktek jawaban keluarga
kesehatan: Dokter/Klinik c. Jelaskan pada
a. Menyebutka n 3. Perawat keluarga tentang
jenis pelayan Keluarga yankes dan waktu
kesehatan dan Waktu kunjungan: kunjungan
waktu 1. RS: setiap hari d. Beri kesempatan
kunjungan 24 jam keluarga untuk
2. Puskesmas bertanya
senin-sabtu (jam e. Jawab pertanyaan
08.00-13.00 wib) keluarga
3. Praktik
Dokter/Klinik:
setiap hari kecuali
hari libur (jam
16.00-21.00 wib)
Manfaat Yankes
1. Tempat berobat
2. Tempat
79

b. Mampu konsultasi a. Kaji pengetahuan


menyebutkan tentang keluarga tentang
manfaat kesehatan manfaat yankes
pelayanan b. Beri respon positif atas
kesehatan jawaban keluarga
c. Jelaskan manfaat
yankes
Pada kunjungan yang a. Motifasi keluarga untuk
c. Memanfaatk an tidak direncanakan mengunjungi fasilitas
pelayanan keluraga mampu pelayanan kesehatan
kesehatan menunjukan kartu b. Dukung keluarga
kunjungan kesehtan untuk memikirkan
kepada perawat tindakan
c. Beri respon positif
80

2 Nyeri Setelah a. Keluaga Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan


berhubungan dengan dilakukan mampu Verbal menyebutkan pengertian keluarga tentang
ketidakmampuan intervensi menyebutkan nyeri tonsillitis nyeri nyeri dyspepsia
keluarga dalam keperawatan defenisi tonsillitis adalah nyeri b. Jelaskan tentang
merawat anggota selama 3 x 45 nyeri yang timbul akibat pengertian nyeri
keluarga dengan menit tonsillitis proses peradangan tonsil dyspepsia
tonsillitis diharapkan nyeri sehingga pasien c. Bimbing keluarga
tonsil berkurang mengalami nyeri untuk mengulang
tenggorokan dan nyeri pengertian nyeri
saat menelan. dyspepsia
d. Beri respon positif atas
keberhasilan keluarga
81

b. menyebutka Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan


n factor Verbal menyebutkan 3 atau keluarga tentang
penyebab 5 penyebab nyeri penyebab nyeri
nyeri tonsillitis dengan dyspepsia
dyspepsia mengunakan bahasa b. Jelsakan tentang
sendiri: kelebihan nyeri
dyspepsia
1. Faktor Kosumsi c. Bimbing keluarga
Makanan yang untuk mengulang
terlalu dingin atau penyebab nyeri
panas dyspepsia
2. Kebiasaan d. Beri respon positif e.
Jajan Atas keberhasilan nyeri
3. Asap rokok dyspepsia
4. Cuaca f. Bombing keluarga
5. Kebersihan untuk mengulangi
Mulut kembali
82

c. Menyebutka Respon Keluraga dapat a. Kaji pengetahuan


n tanda dan verbal menyebutkan 3 tanda keluarga tentang
gejala nyeri dan gejala dengan akibat dari nyeri
dyspepsia bantuan minimal dyspepsia
b. Jelaskan tentang
1. Nyeri tanda dan gejala
tenggorokan akibat dari nyeri
2. Nyeri menelan dyspepsia
3. Demam c. Bimbing keluarga
untuk mengulang
tanda dan gejala
akibat dari nyeri
dyspepsia
d. Beri respon positif atas
keberhasilan
keluarga
83

Tupen 2: Respon Memutuskan untuk a. Berikesempatan


Memutuskan verbal merawat anggota keluarga untuk
untuk merawat keluarga dengan nyeri mengambil
anggota tonsillitis keputusan
keluarga dengan b. Bantu keluarga untuk
nyeri tonsillitis mengambil keputusan
c. Beri respon positif atas
kemampuan keluarga
membuat keputusan
yang tepat
84

Tupen 3: Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan


Menyebutkan cara verbal menyebutkan 3 dan keluarga tentang
perawatan 5 cara perawatan cara perawatan pasien
anggota pasien nyeri dengan nyeri dyspepsia
keluarga dengan dyspepsia b. Beri respon positif atas
nyeri dyspepsia 1. Berikan air minum jawaban
yang banyak c. Jelaskan cara
2. konsumsi obat untuk perawatan
meredakan nyeri
tengorokan d. Bimbing keluarga
3. mengkonsumsi untuk mengulangi apa
makanan lunak yang telah dijelaskan
4. menjaga e. Berikan respon positif
tengorokan agar atas keberhasilan
tetap lembab keluarga mengulang
5. Demonstrasi dalam cara perawatan pasien
membuat perasan dengan nyeri
jeruk dyspepsia
85

Tupen 4: Respon Cara memodifikasi a. Kaji pengetahuan


Memodifikasi verbal lingkungan yang baik keluarga tentang
lingkungan pasien untuk pasien dengan lingkungan yang
dengan nyeri nyeri dyspepsia: baik untuk pasien
dyspepsia 1. Ciptakan suasana yang dengan nyeri
bersih dan nyaman dyspepsia
b. Berikan respon posif
2. Minta orang tua dan atas jawaban
anggota keluarga keluarga
bersama perawat c. Jelaskan lingkungan
memodifikasi yang baik untuk pasien
lingkungan kamar dengan nyeri dyspepsia
yang nyaman dan d. Bimbing keluarga
bersih untuk pasien untuk mengulang
kembali
e. Beri respon positif atas
keberhasilan keluarga
mengulang kembali cara
memodifikasi
lingkungan yang
baik untuk pasien
dengan nyeri
86

Tupen 5: Respon Jenis pelayan a. Kaji pengetahuan


Menggunakan verbal kesehatan yang keluarga tentang
fasilitas kesehatan dapat dimanfaatkan: jenis pelayanan
dan dapat 1. RS/Puskesmas kesehatan
memanfaatkan 2. Praktek b. Beri respon positif atas
pelayan kesehatan: Dokter/Klinik jawaban keluarga
3. Perawat c. Jelaskan pada keluarga
a. Menyebutk an Waktu kunjungan: tentang
jenis pelayan yankes dan waktu
kesehatan dan kunjungan
1.
RS: setiap hari
waktu d. Beri kesempatan
24 jam
kunjungan keluarga untuk
2. Puskesmas
senin-sabtu (jam bertanya
08.00-13.00 wib) e. Jawab pertanyaan
3. Praktik keluarga
Dokter/Klinik:
setiap hari kecuali
hari libur (jam
16.00-
21.00WIB)
Manfaat Yankes
1. Tempat berobat
2. Tempat
konsultasi
tentang
kesehatan
87

b. Mampu Pada kunjungan yang a. Motifasi keluarga untuk


menyebutkan tidak direncanakan mengunjungi fasilitas
manfaat keluraga mampu pelayanan kesehatan
pelayanan menunjukan kartu b. Dukung keluarga
kesehatan kunjungan kesehtan untuk memikirkan
kepada perawat tindakan
c. Memanfaatk an c. Beri respon positif
pelayanan kesehatan
88

3. Nutrisi kurang Setelah Setelah Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan


Dari kebutuhan dilakukan dilakukan Verbal menyebutkan pengertian keluarga tentang
tubuh berhubungan intervensi keperawatan Tonsillitis pada pasien dyspepsia b. Jelaskan
dengan keperawatan selama 1 x 45 adalah merupakan suatu tentang pengertian
ketidakmampuan selama 3 x 45 menit peradangan pada tonsil dyspepsia
keluarga merawat menit pertemuan, yang disebabkan karena c. Bimbing keluarga
anggota keluarga diharapkan diharapkan bakteri atau virus, untuk mengulang
dengan dyspepsia keluarga mampu keluarga mampu: prosesnya bisa akut atau pengertian dyspepsia
mengetahui Tupen 1 kronis dan biasanya d. Beri respon positif atas
tentang masalah Mengenal sering terjadi pada anak keberhasilan
nutrisi masalah – anak. keluarga
nutrisi
Tonsillitis
a. Menjelaskan
pengertian
Tonsillitis
89

b. menyebutka Respon Keluarga dapat a. Kaji pengetahuan


n penyebab Verbal menyebutkan keluarga tentang
Tonsillitis penyebab Tonsillitis Tonsillitis
dengan mengunakan b. Jelsakan tentang
bahasa sendiri: penyebab Tonsillitis
1. Paparan Asap maupun c.Bimbing keluarga untuk
AsapRokok mengulang penyebab
2. Mulut yang tidak Tonsillitis
hygiene
3. Stress d. Beri respon positif e.
4. Kebiasaan Atas keberhasilan keluarga
Makan dingin
90

c. Menyebutka n Respon menyebutkan 3 dari a. Kaji pengetahuan


tanda dan gejala Verbal 4 tanda dan gejala keluarga tentang
Tonsillitis dengan bantuan leaflet Tonsillitis
1. Sakit b. Jelaskan tentang
Tenggorokan tanda dan gejala
2. Tidak napsu Tonsillitis
makan c. Bimbing keluarga
3. Nyeri menelan untuk mengulang
4. Demam tinggi tanda dan gejala
pembesaran d. Beri respon positif atas
keberhasilan keluarga
91

Tupen 2: Respon Memutuskan untuk a. Berikesempatan


Memutuskan verbal merawat anggota keluarga untuk
untuk merawat keluarga dengan mengambil
anggota Tonsillitis keputusan
keluarga dengan b. Bantu keluarga untuk
mengambil keputusan
Tonsillitis
c. Beri respon positif atas
kemampuankeluarga
membuat keputusan yang
tepat
92

Tupen 3: Respon Keluarga mampu a. Kaji pengetahuan


Menyebutkan cara verbal menyebutkan 3 dan keluarga tentang
perawatan 4 cara perawatan cara perawatan pasien
Tonsillitis pasien Tonsillitis: dengan Tonsillitis
b. Beri respon positif atas
1. Menjaga jawaban keluarga
Kesehatan c. Jelaskan cara
Mulut perawatan
2. Memberikan d. Bimbing keluarga
Minum Bawang untuk mengulangi apa
Merah sebagai anti yang telah dijelaskan
inflamasi e. Berikan respon positif
3. Menjaga asupan atas keberhasilan
gizi keluarga mengulang
4. Biasakan cara perawatan
berkumur dengan Tonsillitis
cairan Anti Septik
93

Tupen 4: Respon Cara memodifikasi a. Kaji pengetahuan


Memodifikasi verbal lingkungan yang baik keluarga tentang
lingkungan untuk penderita lingkungan yang baik
tonsilitis untuk penderita
Tonsillitis
1. Ciptakan suasana
yang aman dan b. Berikan respon posif
nyaman
atas jawaban
2. Memberikan keluarga
motivasi pada
pasien, untuk c. Jelaskan lingkungan
banyak beristirahat yang baik untuk
penderita Tonsillitis
3. Jauhkan pasien dari
paparan debu dan d. Bimbing keluarga
Asap untuk mengulang
kembali
e. Beri respon positif
atas keberhasilan
keluarga mengulang
kembali cara
memodifikasi
lingkungan yang baik
untu penderita Tonsillitis
94

Tupen 5: Respon Jenis pelayan a. Kaji pengetahuan


Menggunakan verbal kesehatan yang keluarga tentang
fasilitas kesehatan dapat dimanfaatkan: jenis pelayanan
dan dapat 1. RS/Puskesmas kesehatan
memanfaatkan 2. Praktek b. Beri respon positif atas
pelayan Dokter/Klinik jawaban keluarga
kesehatan: 3. Perawat c. Jelaskan pada
a. Menyebutka n Keluarga keluarga tentang
jenis pelayan 4. Waktu yankes dan waktu
kesehatan dan kunjungan: kunjungan
waktu 5. RS: setiap hari d. Beri kesempatan
kunjungan 24 jam keluarga untuk
b. Mampu 6. Puskesmas bertanya
menyebutka n senin-sabtu (jam e. Jawab pertanyaan
manfaat 08.00-13.00 wib) keluarga
pelayanan 7. Praktik a. Kaji pengetahuan
kesehatan Dokter/Klinik: keluarga tentang
c. Memanfaatka n setiap hari kecuali manfaat yankes
pelayanan hari libur (jam b. Beri respon positif
kesehatan 16.00-21.00 wib)
Manfaat Yankes atas jawaban
1. Tempat berobat keluarga
2. Tempat konsultasi c. Jelaskan manfaat
Tentang kesehatan yankes
Pada kunjungan
yang tidak a. Motifasi keluarga untuk
direncanakan mengunjungi fasilitas
keluraga mampu pelayanan kesehatan
menunjukan kartu b. Dukung keluarga
kunjungan kesehtan
untuk memikirkan
kepada perawat
tindakan
c. sssBeri respon
95
96

Tanggal DP IMPLEMENTASI EVALUASI


26 januari 2023 1 a) Mengucapkan Salam Pukul 14.30
b) Memvalidasi S:
Pukul keadaan keluarga -ny.pmengatakan sudah
c) Mengingatkan mengerti pengertian
14.00 kontrak dan tanda gejala nyeri
d) Menjelaskan tujuan dyspepsia
14.05 TUPEN 1 - Tn.B mengatakan sudah
1) Mengkaji pengetahuan mengerti tentang akibat
keluarga dari nyeri dyspepsia
14.10
tentang nyeri dyspepsia O:
2) Menjelaskan tentang - Tn.B dapat menjelaskan
14.12 pengertian nyeri dyspepsia kembali tentang nyeri
3) Membimbing keluarga tanda gejala dan akibat
14.15 untuk mengulang dari nyeri dari dyspepsia
pengertian nyeri dyspepsia A : Masalah teratasi
14.20 4) Beri respon positif atas P : Intervensi dientikan.
keberhasilan keluarga
14.23 5) Mengkaji pengetahuan
keluarga tentang akibat
dari nyeri dyspepsia
6) Menjelaskan tentang
14.25 tanda dan gejala akibat
dari nyeri dyspepsia
7) Membimbing keluarga
untuk mengulang tanda
dan gejala akibat dari
nyeri dyspepsia
8) Memberikan respon
positif atas
keberhasilan keluarga
26 januari 2023 TUPEN 2 Pukul 15.00
14.27 a. Menjelaskan cara S:
mengontrol nyeri pada  Pasei dapat mengontrol
14.35 pasien dyspepsia nyeri denga teknik pe
b. Memberikan dukungan ngalihan maupun
14.40 kepada keluarga untuk relaksasi
mengambil keputusan  Keluarga mau
14.43 c. Membantu keluarga untuk memmbantu dalam
mengambil keputusan mengatasi nyeri yang
d. Memberikan respon diderita anaknya denga
positif atas memberikan minum air
kemampuan keluarga hangat.
membuat keputusan O:
yang tepat -Pasien dapat
menjelaskan kembali
tentang cara penaganan
97

nyeri
A : Masalah teratasi
P:Intervensidientikan
lanjutkan tupen 3-5

27 Januari 1 a) Mengucapkan Salam Pukul 15.30


2023 b) Memvalidasi S:
keadaan keluarga c) - Ny.N mengatakan akan
Mengingatkan kontrak berusaha merawat
d) Menjelaskan tujuan anggota keluarga yang
Pukul TUPEN 3 terkena dyspepsia
15.00 1. Memotivasi keluarga untuk - Ny.N mengatakan sudah
merawat mengerti cara merawat
anggota keluarga yang anggota keluarga
terkena dyspepsia. dengan dyspepsia
15.05 2.Mendiskusikan dengan - Ny.N mengatakan
keluarga tentang cara mengerti tentang cara
merawat anggota keluarga mengendalikan nyeri
dengan dyspepsia dan sudah memahami
15.10 3.Mengajarkan kepada apa yang diajarkan
keluarga dan pasien serta - Ny.N memberikan
mempraktikkan tentang makanan yang banyak
teknikrelaksasi seperti mengandung Vit C
dilakukan kompres air O:
hangat dan distraksi dengan -Ny.N termotivasi untuk
mengalihkan nyeri dengan melakukan perawatan
melakukan kegiatan lain pada tonsilitis pada
seperti tidur maupun Suaminya
15.15 menonton tv. - Keluarga akan sudah
4. Meminta keluarga mengerti tentang
untuk mempraktikkan perawatan tonsilitis
15.20 kembali cara apa yang sudah - Ny.N sudah mengerti
dijelaskan tentang teknik relaksasi
5. Menganjurkan kepada nyeri
keluarga untuk memberikan A : Masalah teratasi
makanan yang banyak P : - Intervensi dientikan
15.25 mengandung VIT C lanjutkan Tuk 4 dan 5
seperti Vit C seperti jus
jeruk
6. Memberi reinforcement
(+) atas jawaban keluaga
27 Januari 2023 1 TUPEN 4 Pukul 15.30
Pukul 1. Mendiskusikan tentang S:
15.30 lingkungan yang sehat dan - keluarga sudah mengerti
bersih lingkungan yang sehat dan
Menganjurkan kepada Ny.p bersh
15.35 untuk menghindari debu dan - ny.pakan menghindari
membersihkan lingkungan debu dan akan
sekitar rumah. berupaya membersihkan
15.40 3. Menganjurkan kepada Ny.p lingkungan sekitar
untuk menghindari minum es rumah
atau makanan yang
98

15.45 mengandung MSG untuk O:


anaknya - Keluarga terlihat
4. Memotivasi keluarga antusias dalam
15.50 untuk menyebutkan kembali penyuluhan dari
apa yang sudah dijelaskan petugas.
5. Memberikan reinforcement - Keluarga aktif
(+) atas jawaban keluarga mengulang dan
bertanya
A : - Tujuan tercapai.
P : - intervensi dihentikan

Pukul 1 TUPEN 5 S:
14.55 1. Motivasi pasien untuk - Keluarga akan
memeriksakan kembali memanfaatkan
15.00 tonsilitis jika keluhan pelayanan kesehatan
berlanjut terdekat jika ada
2. Memberi reinforcement keluhan lebih lanjut
positif atas usaha keluarga O:
- Keluarga termotivasi
untuk melakukan
pengobatan lanjutan
jika diperlukan
A : Tujuan
tercapai.
P: intervensi dihentikan
lanjut ke diagnosa 2

2 8 Januarii 2 a) Mengucapkan Salam Pukul 15.00


2023 b) Memvalidasi keadaan S:
Pukul keluarga - Keluarga mengatakan
13.30 c) Mengingatkan kontrak sudah memahami
d) Menjelaskan tujuan tentang hipertermi baik
13.35 TUPEN 1 dari pengertian,
a) Mengkaji pengetahuan penyebab dan tanda
13.40 keluarga tentang hipertermi gejala maupun
b) Menjelaskan tentang akibatnya
13.45 pengertian hipertermi
O:
c) Membimbing keluarga untuk
- Keluarga dan pasien
mengulang pengertian
13.50 terlihat antusias dalam
hipertermi
d) Memberikan respon positif penyuluhan dari
14.00 atas keberhasilan keluarga petugas.
e) Mengkaji pengetahuan - Pasien aktif mengulang
keluarga tentang akibat dari dan bertanya
14.05 hipertermitonsillitis A : - Tujuan tercapai.
f) Menjelaskan tentang tanda P : - intervensi dihentikan
14.12 dan gejala akibat dari lanjut ke Tupen 2-5
hipertermi
g) Membimbing keluarga untuk
14.15 mengulang tanda dan gejala
99

akibat dari
14.20 hipertermitonsillitis
h) Memberikan respon positif
14.25 atas keberhasilan keluarga
i) Mengkaji pengetahuan
14.30 keluarga tentang akibat
hipertermi
j) Menjelaskan tentang tanda
dan gejala akibat dari
14.35 hipertermi
k) Membimbing keluarga untuk
mengulang tanda dan gejala
akibat dari hipertermi
l) Memberikan respon positif
atas keberhasilan keluarga
28 Januari 2 TUPEN 2
2023 S:
Pukul a. Mengkaji kemampuan - Keluarga mau diajak
14.40 keluarga tentang belajar mengenai cara
perawatan hipertermi penanganan demam
14.45 pada anak B pada anak tonsilitis
b. Memberikan informasi cara - Keluarga
perawatan pada anak yang mengatakan akan
mengalami hipertermia berupaya melakukan
dengan memberikankompre tindakan kompres air
air hangat hangat
c. Memberikesempatan pada anakya.
keluarga untuk mengambil O:
keputusan - Pasien terlihat antusias
d. Membantu dalam penyuluhan dari
keluarga untuk petugas.
mengambil - Keluarga akan
keputusan mengupayakan hidup
e. Memberikan respon bersih dan sehat
positif atas kemampuan A : - Tujuan tercapai.
keluarga membuat keputusan P : - intervensi dihentikan
yang tepat lanjut ke Tupen 3-5

28Januari 2 a) Mengucapkan Salam S:


2023 b) Memvalidasi keadaan  Ny.N mengatakan akan
Pukul keluarga berusaha merawat Tn.B
14.00 c) Mengingatkan kontrak yang mengalami
d) Menjelaskan tujuan hipertermi
14.05 TUPEN 3  Ny.N mengatakan
a) Memotivasi keluarga sudah mengerti
untuk merawat cara merawat anggota
14.10 anggota keluarga yang keluarga dengan
mengalami hipertermi. hipertermia dengan
b) Mendiskusikan dengan melakukan kompres air
14.15 keluarga tentang cara hangat pada kening
merawat anggota keluarga maupun ketiak
dengan tonsilitis anak selain pemberian
100

c) Mempraktikan kompres obat


14.20 air hangat kepada anak O: Ny.N termotivasi untuk
yang mengalami melakukan perawatan
14.25 hipertermi. pada demam pada
d) Meminta keluarga suaminya
mempraktikkan kembali - Keluarga sudah
14.30 cara kompres air hangat mengerti tentang
e) Meminta keluarga untuk perawatan demam pada
menyebutkan kembali cara anak yang tonsillitis
apa yang sudah dijelaskan A: masalah teratasi
f) Menganjurkan kepada P: intervensi dihentikan lanjut
keluarga untuk membantu tuk 4 dan 5
kebubuthan yang
diperlukan anak
g) Memberi reinforcement
(+) atas jawaban keluaga
28 Januari 2023 2 TUPEN 4 Pukul 12.00
Pukul S:
14.35 - Keluarga sudah
a) Mendiskusikan dengan mengerti tentang
keluarga tentang lingkungan yang sehat
14.40 lingkungan yang sehat dan dan bersih
bersih serta sejuk - akan menghindari
b) Menganjurkan kepada debu dan akan
14.45 Ny.R untuk menghindari berupaya membersihkan
debu dan membersihkan lingkungan sekitar
lingkungan sekitar rumah rumah
14.50 dari debu O:
c) Memotivasi keluarga - Keluarga terlihat
untuk menyebutkan antusias dalam
kembali apa yang sudah penyuluhan dari
dijelaskan petugas.
d) Memberikan - Keluarga aktif
reinforcement (+) atas mengulang dan
jawaban keluarga bertanya
A : - Tujuan tercapai.
P : - intervensi dihentikan
Pukul 2 TUPEN 5 S:
14.55 a) Memotivasi keluarga / - Keluarga akan
pasien untuk memanfaatkan
memeriksakan kembali ke pelayanan kesehatan
puskesmas atau fakes jika terdekat jika ada
15.00 keluhan demam berlanjut keluhan lebih lanjut
b) Memberi reinforcement O:
positif atas usaha - Keluarga termotivasi
keluarga
untuk melakukan
pengobatan lanjutan
jika diperlukan
A : - Tujuan tercapai.
P : - intervensi dihentikan
lanjut ke diagnosa 3
29 Junuari 3 a) Mengucapkan Salam Pukul 10.00
101

2023 b) Memvalidasi keadaan S:


Pukul keluarga - Keluarga mengatakan
09.00 c) Mengingatkan kontrak sudah memahami
d) Menjelaskan tujuan tentang tentang
09.05 TUPEN 1 pemenuhan nutrisi pada
a) Mengkaji pengetahuan anak yang mengalami
keluarga tonsilitis baik dari
09.10 tentang pemenuhan nutrisi pengertian, penyebab
pada keluarga yang dan tanda gejala
mengalami tonsillitis maupun akibatnya
09.15 b) Menjelaskan tentang O:
kebutuhan nutrisi pada - Keluarga dan pasien
09.20 keluarga yang mengalami terlihat antusias dalam
tonsilitis penyuluhan dari
c) Membimbing petugas.
keluarga untuk - Pasien aktif mengulang
mengulang apa yang
dan bertanya
dijelaskan
A : - Tujuan tercapai.
d) Memberikan respon
positif atas P :- intervensi dihentikan
keberhasilan lanjut ke Tupen 2-5
keluarga
29 Junuari 3 TUPEN 2 Pukul 10.30
2023 S:
Pukul a) Mengkaji pengetahuan - Keluarga mau diajak
10.00 keluarga tentang akibat belajar mengenai tanda
dari tonsillitis pada dan gejala akibat
10.05 pemenuhan nutrisi kurangnya pemenuhan
b) Menjelaskan tentang nutrisi pada anak yang
tanda dan gejala akibat mengalami tonsilitis .
kurangnya pemenuhan O:
nutrisi pada anak yang - Pasien terlihat antusias
10.10 mengalami tonsilitis dalam penyuluhan dari
c) Membimbing keluarga petugas.
untuk mengulang tanda , - Keluarga akan
gejala dan akibat dari
mengupayakan hidup
kurangnya pemenuhan
10.15 bersih dan sehat
nutrisi pada anak yang
mengalami tonsilitis A : - Tujuan tercapai.
10.20 d) Memberikan respon P : - intervensi dihentikan
positif atas lanjut ke Tupen 3-5
keberhasilan keluarga
e) Mengkaji pengetahuan
keluarga tentang akibat
hipertermi

30 Junuari 3 1. Mengucapkan Salam Pukul 10.30


2023 2. Memvalidasi keadaan S:
keluarga - Keluarga akan berusaha
14.30 3. Mengingatkan kontrak menyediakan apa
4. Menjelaskan tujuan kebutuhan pemenuhan
14.35 Tupen 3 nutrisi pasien tonsilitis
a) Mendiskusikan kepada - Keluarga
102

keluarga untuk memperhatikan apa


menyediakan apa yang diajarkan dalam
kebutuhan pasien dalam melakukan perawatan
14.40
melakukan pemenuhan tonsilitis
nutrisi pada anak yang - Keluarga mengatakan
mengalami tonsillitis sudah mengerti tentang
14.50 b) Mengajarkan keluarga cara pemenuhan nutrisi
dalam melakukan pada anak yang
perawatan pemenuhan megalami tonsilitis
14.55 nutrisi kepada penderita O:
tonsillitis - Keluarga terlihat
c) Memotivasi keluarga untuk antusias dalam
selalu mengawasi dan penyuluhan dari
mendampingi pasien
petugas.
selama sakit
- Keluarga aktif
d) Memberikan kesempatan
mengulang dan
kepada keluarga untuk
bertanya
bertanya hal-hal yang
A : - Tujuan tercapai.
kurang dimengerti
P : - intervensi dihentikan
lanjutkan Tupen 4 dan
5
29 januari 2023 3 TUPEN 4 S:
- Keluarga sudah mulai
15.00 a) Mendiskusikan dengan mengerti modifikasi
keluarga cara modifikasi makanan yang
makanan yang disediakan untuk anak
15.05 disediakan untuk anak yang mengalami
yang mengalami dyspepsia
dyspepsia dengan - Keluarga
memberikan makanan berupaya untuk
dengan tekstur yang menyediakan makanan
lembek yang sesuai kebutuhan
b) Memberikan anak yang mengalami
pengetahuan kepada tonsilitis
keluarga tentang cara O:
penyajian makanan untuk - Keluarga antusias
anak yang mengalami dalam penkes yang
dyspepsia yaitu makanan dilakukan
yang keadaan hangat - Keluarga aktif bertanya
untuk menghindari jika ada hal yang belum
nyeri dipahami
c) Memberikan - Keluarga sudah
reinforcement positif atas mengeti tentang
usaha keluarga penularan dyspepsia
A : - Tujuan tercapai.
P : - intervensi dihentikan
lanjut ke tupen 5
Pukul 3 TUPEN 5 Pukul 10.30
15.15 a) Memotivasi keluarga S:
untuk membawa pasien -Ny.B mengatakan
untuk memeriksakan suaminya selalu minum
kondisi penyakit tonsilitis obat secara teratur dari
yang diderita anggota
103

15.20 keluarganya. puskesmas sesuai


b) Memotivasi Tn.H untuk aturan.
minum obat secara teratur - Ny.N akan melakukan
15.25 c) Memberi reinforcement pengobatan ke
positif atas usaha keluarga puskesmas jika ada
keluhan lebih lanjut
O:
- Ny.N termotivasi
melakukan pengobatan
sesuai anjuran
A : - Tujuan tercapai.
P : - intervensi dihentikan
104

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pembahasan

Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah dilakukan mulai

tanggal 26 Juni sampai dengan 30 Juni 2021 terhadap keluarga Tn.B dengan masalah

Dispepsia pada Tn.B penulis akan melakukan pembahasan kasus tersebut sesuai

dengan tahap yang ada dalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yaitu dengan

mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan pasien

sehingga dapat menentukan arah keperawatan yang akan diberikan. Selama

melakukan pengkajian, penulis tidak banyak menemukan kesulitan dari

pengkajian keluarga, riwayat kesehatan keluarga, serta lingkungan. Demikian pula

dengan data fisik dengan yang penulis peroleh dengan menggunakan teknik

observasi dan pengukuran serta data aktifitas sehari-hari, data sosial ekonomi, data

psikologi, data spiritual. Semua itu berkat partisipasi dan kerja sama keluarga

dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan keadaan yang ada baik.

Pada pengkajian didapatkan data, lingkungan rumah yang bersih tidak

berdebu, serta pada pengkajian fisik ditemukan masalah pada anggota

keluarga Tn.B yaitu pada Tn.B dengan keluhan nyeri pada bagian tengorokan,

nyeri menelan, demam dan sudah untuk makan. Telihat merah dan bengkak pada

tonsilitis. Berdasarkan hasil pengkajian ini tidak terdapat kesenjangan antara teori
105

dan kasus hal ini dapat terjadi karena, keadaan pasien pada pasien tonsilitis

biasanya mengalami nyeri tengorokan, hipertermi dan nyeri menelan.

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa data yang penulis kumpulkan selama melakukan studi kasus

dimana diagnosa yang penulis temukan sesuai dengan data yang menunjang

saat pengkajian, terlebih dahulu telah di klasifikasikan, didokumentasikan dan

baru dapat ditegakkan berdasarkan masalah dan penyebab yang penulis

temukan selama pengkajian, diagnosa keperawatan yang ada pada teori tidak

semua penulis temukan pada kasus hal ini terjadi karena pada resiko ketidak

efektifan jalan nafas tidak ada didapatkan pada kasus sehingga peneliti

mengambil 3 diagnosa yaitu nyeri, hipertermi dan resiko kebutuhan nutrisi

dari kebutuhan tububh.

Terjadi sedikit kesenjangan ini dapat saja terjadi karena keadaan

disesuaikan dengan keadaan pasien pada kasus yang dikelaola sedangkan pada

teori pada teori, hampir mencakup keadaan rata-rata pada pasien tonsillitis.

Selain itu hal ini dapat juga terjadi karena adanya faktor karaktersitik yang

berbeda serta daya tahan pasien yang berbeda.

3. Perencanaan Keperawatan
Dalam penyusunan perencanaan keperawatan, penulis melakukan sesuai

dengan diagnosa yang telah diperioritaskan yaitu dengan komponen tujuan,

kriteria dan rencana keperawatan. Perencanaan dalam konsep teori telah

diuraikan secara lengkap dan jelas sehingga data digunakan sebagai acuan

pada waktu menyusun perencanaan pada kasus pasien dengan tonsilitis,

rencana keperawatan yang penulis susun merujuk pada landasan teori yang
106

telah ada dan semua rencana keperawatan yang ada dalam teori direncanakan

semua oleh penulis.

4. Implementasi Keperawatan

Dalam pelaksanaan tindakan laporan keperawatan secara nyata kepada

pasien hampir semua intervensi dapat diterapkan langsung kepada keluarga,

berupa pendidikan kesehatan yang dilaksanakan dengan kerjasama yang baik

antara penulis dan keluarga dan semua rencana keperawatan dapat penulis

laksanakan

5. Evaluasi Keperawatan
Dari diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan

masalah yang ada sesuai pada pasien dan semua diagnosa yang ditegakkan

dihentikan selama perawatan selama 5 hari sudah dikatakan mencapai kriteria

berhasil dengan kriteria pasien mampu mengenal masalah terkait dengan

penyakit tonsilitis, pasien mampu melakukan perawatan Tonsilitis, pasien

mampu memodifikasi lingkungan, serta mampu memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada, selain itu keadaan Tn.B juga menunjukkan kesehatan

yang membaik hal ini dapat terjadi karena adanya kemauan yang tinggi pada

pasien dan keluarga untuk belajar serta ingin cepat sembuh sehingga dapat

melakukan aktivitas seperti biasa tanpa ada hambata


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah dilakukan

mulai tanggal 26 Januari sampai dengan 30 Januari 2023 keluarga Tn.B dengan

masalah disfepsia, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengkajian
Dalam memperoleh data penulis tidak banyak mengalami kesulitan hal ini

terjadi berkat kerjasama yang baik perawat dengan keluarga. Hasil

pengkajian yang didapat peneliti dalam pengkajian data yang ada di teori rata- rata

memiliki kesamaan dengan yang ada pada kasus.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan penerapan teori kedalam kasus, khususnya diagnosa

keperawatan, tidak semua diagnosa yang ada pada teori terdapat pada kasus.

hal ini terjadi karena diagnosa yang ditegakkan pada pasien disesuaikan dengan

keadaan pasien serta kebutuhan pasien. Penentuan diagnosa diprioritaskan pada

kebutuhan dan kondisi pasien serta keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien

itu sendiri saat dilakukan pengkajian maupun pada saat dilaksanakannya

perawatan pada pasien.

3. Intervensi Keperawatan
Untuk menyusun rencana tindakan keperawatan guna mencapai tujuan yang

diinginkan, pemenuhan kebutuhan pasien sesuai dengan diagnosa yang

14
ditegakan atau di temukan dalam studi kasus ini perencanaan ini penulis susun

seperti acuan yang ada pada teoritis.

4. Implementasi Keperawatan
Pada penerapan tindakan keperawatan secara nyata kepada pasien penulis

menyesuaikan semaksimal mungkin dengan rencana tindakan, dan semua

rencana tindakan dapat penulis laksanakan, dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan secara umum sesuai intervensi yang telah disusun sudah dapat

dilaksanakan karena keluarga sangat kooperatif dalam asuhan keperawatan

sehingga tindakan keperawatan dapat berjalan dengan baik.

5. Evaluasi Keperawatan
Pada evaluasi keperawatan tercapainya keberhasilan dari kriteria yang

diterapkan pada kriteria apa yang hendak dicapai, terjadi karena ada keinginan

pasien untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada pada dirinya, hal ini

dibuktikan dengan kooperatifnya pasien dalam mengkuti penkes yang diberikan

sehingga penerapan asuhan keperawatan yang diberikan dapat berjalan dengan

optimal sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

B. Saran
1. FIKES Dehasen Bengkulu
Kepada FIKES Dehasen Bengkulu diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman kepada mahasiswa dalam menerapkan proses asuhan

keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga dengan tonsilitis

sehingga dalam melakukan praktek dilapangan nantinya dapat menerapkan

ilmu yang didapat secara maksimal dalam penerapan asuhan keperawatan.


15
2. Penulis Selanjutnya

Kepada penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan penerapan

asuhan keperawatan keluarga dengan kasus yang berbeda ataupun dengan

kasus yang sama dengan menggunkan diagnosa yang berbeda serta intervensi

yang berbeda sehingga mendapat gambaran penerapan asuhan keperawatan

pada kasus penyakit lainnya.

3. Keluarga dan masyarakat


Kepada keluarga dan masyarakat diharapkan dapat melakukan upaya

upaya mencegah terjadinya penyakit tonsilitis pada anggota keluarga selain

itu kepada keluarga dan masyarakat diharapkan juga dapat memanfaatkan

pelayanan yang telah ada sebagai pertongan kesehatan yang tepat bagi

keluarga.

4. Puskesmas
Kepada pihak Puskesmas hendaknya dapat menjaga kualitas pelayanan

keperawatan dengan dengan menunjang sarana dan prasarana untuk tindakan

keperawatan serta dapat membuat program kunjungan rumah atau penerapan

asuhan perawatan lanjutan dirumah oleh perawat pelaksana sehingga upaya

perawatan kepada pasien dapat terlaksana dengan maksimal dan sesuai

dengan yang diharapkan pasien.

16
DAFTAR PUSAKA

Alodokter. 2019. Memahami Tonsilitis Kronis dan Penanganannya. Dalam situs


https://www.alodokter.com/memahami-tonsilitis-kronik-danpenanganannya.
Diakses tanggal 22 Januari, 2020.
Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga (Pertama.). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Asmadi.(2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC
Broek, P Van Den, 2010, Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorokan, hidung dan
Telinga, Edisi 12., Editor Prof. Dr. Nurbaiti Iskandar Sp. THT, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Dinkes Kota Bengkulu. 2019. Profil Data Dan Kesehatan Kota Bengkulu.
DinkesKota Bengkulu.
Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit .2018. Rencana Aksi
Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit 2015-2019 (Revisi I-2018).
Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Nomor
Hk. 02.03/D1/I.1/527/2018
Fahrul, Muchammad Udin. 2019. Buku Praktis Penyakit Respirasi pada Anak untuk
Dokter Umum. Malang: UB Press.
Infodatin. 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI
Situasi Kesehatan Anak. Kemenkes RI:Jakarta
Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashirududdin, J., et al (ed). 2007. Buku ajarIlmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher .Edisi ke-6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

17
18

Anda mungkin juga menyukai