Anda di halaman 1dari 3

Bongkar Muatan Tebu Sebuah Pekerjaan yang Tak Mengenal Waktu

Di desa saya setidaknya ada sekitar 40-an pabrik gula merah. Berbeda dengan gula merah dari
daerah lain yang biasanya menggunakan nira kelapa atau nira aren. Gula merah di desa saya
dibuat dengan menggunakan sari tebu.
Untuk mengambil sari tebunya, tebu diperas dengan menggunakan semacam alat yang mirip
dipakai penjual es sari tebu dipinggir jalan. Yang menjadi perbedaan hanyalah ukurannya yang
lebih besar.
Dalam sehari setiap pabrik tebu bisa menghasilkan gula merah antara 8 kwintal sampai dengan 2
ton. Untuk mencukupi kebutuhan produksi sebanyak ini para pemilik usaha biasanya
mendatangkan tebu dari berbagai daerah. Seperti Kediri, Blitar, dan Malang.
Tebu-tebu ini didatangkan dengan menggunakan truk. Selama musim giling setiap pabrik bisa
mendapat kiriman sebanyak 4-6 truk bermuatan satu bak penuh. Tugas truk-truk ini hanya
mengantarkan saja. Ada dua jenis truk yang mengantarkan tebu-tebu pesanan pemilik usaha
pembuatan gula merah ini yakni truk jomplangan dan truk ‘manual’.
Untuk truk jomplangan proses penurunan tebu tergolong mudah karena tinggal dijomplangkan
saja. Sedangkan untuk truk manual proses penurunan muatannya hanya bisa dilakukan dengan
dua cara yakni cara manual dan menggunakan sebuah alat bernama crane tebu.
Karena ongkos pembuatan crane tebu bisa memakan biaya hingga ratusan juta. Hal inilah yang
membuat sebagian pemilik usaha lebih memilih menggunakan cara manual. yang dimaksud
dengan memakai cara manual yang dimaksud disini adalah dengan menyewa tenaga orang untuk
menurunkan tebu-tebu itu dari bak truk.
Proses bongkar muatan truk pengangkut tebu ini dilakukan oleh dua orang dan biasanya bisa
berlangsung antara 1-1,5 jam. Untuk biayanya sendiri berkisar antara 50 ribu rupiah - 75 ribu
rupiah perorang. Kadang jika pemilik usaha bolong udele mereka yang membongkar muatan ini
mendapat bonus berupa segelas kopi dan sebungkus rokok untuk berdua.
Setelah seluruh tebu selesai diturunkan seluruhnya. Mereka bisa pulang untuk memulihkan
tenaga sambil menunggu truk pengangkut tebu selanjutnya tiba. Jika sedang musim giling seperti
sekarang ini setiap harinya mereka bisa membongkar empat sampai enam kali. Tidak ada
kewajiban berapa banyak truk yang harus mereka bongkar muatannya. Semuanya tergantung
pada kemauan dan kemampuan fisik yang dimiliki oleh para pelakunya.
Karena datangnya truk pengangkut tebu ini tidak pasti. Kadang bisa pagi, siang, malam dan
bahkan ada yang sampai lepas tengah malam. Maka mereka yang menjadi pembongkar muatan
tebu ini harus siap kapanpun tenaganya dibutuhkan.
Jika mereka menginginkan mendapat uang lebih banyak. Hp mereka harus aktif 24 jam. Tidak
peduli saat ini sedang panas maupun hujan. Baik siang maupun malam. Ketika pesan atau
panggilan untuk membongkar muatan masuk. Secepat mungkin mereka harus sampai ke tempat
tujuan.
Di dalam pekerjaan bongkar muatan tebu ini tepat waktu dan pemenuhan panggilan akan
menentukan reputasi yang bersangkutan. Semakin mereka tepat waktu dan memenuhi panggilan
membuat reputasi mereka akan dipandang baik. Mereka yang reputasinya baik akan kebanjiran
panggilan dan begitu pula sebaliknya.
Angga, adalah salah satu tetangga saya yang memilih bongkar tebu sebagai profesi utamanya. Di
dunia bongkar muatan ini Angga bisa dikatakan masih baru. Sebab, ia baru menjalani profesi ini
belum genap dua tahun.
Ia masih ingat betul saat pertama kali membongkar muatan. Karena kurang pandai mengatur
ritme dalam membongkar muatan. Tenaganya sudah terkuras habis saat tebu yang dibongkarnya
masih tersisa sepertiga bagian. Untungnya pemilik usaha penggilingan tebu bisa memaklumi
kalau Angga adalah orang baru. Sehingga meski waktu yang diperlukan untuk membongkar
muatan lebih lama dari biasanya. Tidak ada komplainan untuk Angga.
Saat itu terjadi Angga bersama Sudar, saudaranya yang memiliki jam terbang lebih banyak. Oleh
Sudar, Angga diberitahu agar pandai-pandai menyalurkan energinya agar saat menurunkan tebu
yang berada pada tumpukan bagian bawah tenaganya masih tersisa lumayan banyak.
Hal ini dikarenakan tebu ditumpukan bagian bawahlah yang membutuhkan energi paling banyak
untuk diturunkan. Selain itu Angga juga diwanti-wanti agar selalu memperhatikan tebu yang
akan diturunkannya. Karena bisa jadi diantara tumpukan tebu itu ada kelabang atau kala jengking
yang sedang mengintai. Untuk itu, setiap kali membongkar muatan Angga diminta untuk
memakai sarung tangan. Dan apabila sedang membongkar muatan pada malam hari. Angga
diminta untuk memakai senter kepala.
Sama seperti pekerjaan lainnya, selama menjalani pekerjaan ini ada banyak suka dan duka yang
dialami Angga. Sukanya adalah ketika Angga membongkar muatan tebu di pabrik penggilingan
tebu yang pemiliknya loman. Karena selain mendapat bayaran atas kerja kerasnya. Angga kerap
kali mendapat sedikit bonusan.
Sementara dukanya adalah karena kerjanya yang tak mengenal waktu. Dalam sehari Angga bisa
mandi lebih dari enam kali. Tergantung berapa banyak muatan yang dibongkarnya hari itu.
Pernah pada suatu ketika sedelah selesai membongkar muatan dan pulang. Sesampainya rumah
setelah keringatnya kering ia lantas mandi.
Di tengah-tengah mandi ini hp Angga mendapat pesan yang berisi meminta dirinya untuk segera
membongkar muatan. Mau tidak mau Angga segera menyelesaikan mandinya dan segera menuju
ke lokasi. Setelah sampai sana Angga segera menyelesaikan kerjanya. Sesudah itu ia pulang dan
mandi lagi.
Selama menjalani pekerjaannya ini Angga mengaku paling malas kalau harus membongkar
muatan saat malam dan lepas tengah malam. Terlebih saat itu sedang hujan deras. Meski malas
dan lebih enak untuk melanjutkan tidur atau santai-santai di rumah sembari menikmati secangkir
kopi.
Sebisa mungkin Angga harus mengalahkan rasa malasnya tersebut. Sebab, karena alasan reputasi
dan tanggungjawab pada pekerjaannya. Angga teringat akan biaya persalinan istrinya yang
tinggal beberapa bulan lagi. Biaya persalinan yang baginya lumayan besar. Memaksanya harus
pandai-pandai menabung untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Di dunia bongkar muat ini Angga mengakui bahwa kekuatan fisik adalah yang utama. Untuk itu
sebisa mungkin Angga menjaga kebugaran tubuhnya. Selain mengkonsumsi jamu-jamu yang
terbuat dari bahan-bahan alami. Angga juga menjauhi minuman-minuman berenergi.
Meski minuman-minuman berenergi dapat memberikan tambahan energi secara instan. Tapi hal
ini tidak menarik bagi Angga. Sebab, ia tahu dampak jangka panjang dari minuman kurang
bagus untuk kesehatan tubuhnya. Di kalangan pembongkar muatan tebu minuman berenergi ini
memang disukai untuk memberikan tambahan energi ketika bekerja.
Hanya saja mereka yang rutin meminum minuman berenergi ini kebanyakan akan ‘rusak’
tubuhnya. Akibatnya tubuhnya tidak mampu diajak untuk kerja keras lagi. Hal inilah yang
menjadi alasan bagi Angga untuk menjauhi minuman tersebut.
Selain itu Angga juga sadar jika pekerjaan yang dilakoni ini bukanlah pekerjaan yang memiliki
jangka panjang. Selain musiman, ia juga hanya mampu menjalani pekerjaan ini ketika masih
muda saja. Sebab, ketika usianya sudah bertambah dan tenaganya sudah mulai menurun. Angga
harus mencari pekerjaan lain. Dan sebelum saat itu tiba. Angga harus berusaha agar tubuhnya
tidak ‘rusak’ hanya gara-gara meminum minuman berenergi.

Biodata Penulis
Nama : Zuly Kristanto
Alamat Rumah : RT 02 RW 06 Ds. Mirigambar Kec. Sumbergempol
Kabupaten Tulungagung
Alamat email : zulykristanto@gmail.com
Alamat IG : zuly_kristanto
No. Rekening Bank : 0481344246 BCA a.n. Zuly Kristanto
No. HP : 085707088247

Anda mungkin juga menyukai