Disusun oleh:
MKDU Kelompok 6
Anindya Ramadian Karunika 501231001
Hesty Rohmatul Fajri 501231002
Alma Pustika Kartikananda Retina Fibularis 501231003
Meidiana Devira Aristanti 501231004
Mochamad Tito Aditya Pratama 501231005
Adi Rakhmadi Kurniawan 501231006
Rizqi Suryani Putri 501231007
Ayu Liana Gunawan 501231008
Rosalia Adriani Malika 501231009
Alicia Angelina 515231001
Ryan Ryzky Damara 515231003
Moch. Rizki Ramadhan 515231004
Wisnu Sudrajad 515231008
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6
2.1 Pengertian Filsafat ....................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Ilmu ............................................................................................................ 7
2.3 Hubungan Filsafat dengan Ilmu ................................................................................... 8
2.4 Lingkup Filsafat Ilmu .................................................................................................... 8
2.5 Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu ....................................................................... 9
2.6 Tujuan Filsafat Ilmu .................................................................................................... 10
2.6.1 Pemahaman Konsep Dasar ................................................................................. 10
2.6.2 Peningkatan Pemikiran Kritis ............................................................................... 10
2.6.3 Refleksi Etis ......................................................................................................... 12
2.6.4 Pemahaman Konteks Sosial ................................................................................ 13
2.6.5 Pemecahan Masalah Kompleks .......................................................................... 15
2.7 Manfaat Filsafat Ilmu .................................................................................................. 16
2.7.1 Menjalankan Praktik ............................................................................................ 16
2.7.2 Pemahaman Mendalam Guna Meningkatkan Pelayanan Pasien ........................ 17
2.7.3 Komunikasi yang Lebih Efektif ............................................................................. 18
2.7.4 Kepemimpinan dan Advokasi .............................................................................. 19
BAB 3 KESIMPULAN .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
2
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah banyak
memberikan karunia kepada kita semua. Berkat karunia-Nya lah kami bisa menyelesaikan
buku kecil ini. Makalah ini merupakan tugas kuliah MKDU mahasiswa MKDU PPDS Sp1
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan perkuliahan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
kedokteran maupun para PPDS dan pihak lainnya yang membaca.
Agustus 2023
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat sering dianggap sebagai ilmu yang sukar dipahami. Karena dibandingkan
dengan cabang ilmu pengetahuan yang lain, cabang ilmu ini menggunakan terma yang abstrak.
Namun, ilmu ini bermanfaat dalam kehidupan manusia, terutama dalam memahami esensi
kehidupan (Ritaudin et al., 2015).
Kata filsafat atau falsafah berasal dari bahas arab dan Yunani yang berarti intelegensi,
kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan. Kata ini dapat didefinisikan
sebagai studi tentang fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijelaskan
dalam konsep mendasar. Dalam studi ini, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh beberapa filsuf, dapat disimpulkan bahwa cara berfikir
dalam filsafat dapat dituangkan dalam terminologi ontologi (apa), epistemiologi (bagaimana),
dan axiologi (untuk apa) (Wardhana, 2016; Widyawati, 2013).
Mempelajari filsafat ilmu berguna dalam menjelaskan hakikat ilmu yang memiliki
banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang baik tentang berbagai
fenomena alam yang menjadi objek ilmu itu sendiri. Dalam hal ini, cabang ilmu pengetahuan
ini akan membuka wawasan tentang bagaimana sebenarnya substansi ilmu tersebut. Salah satu
tujuan pengajaran filsafat ilmu dalam kedokteran adalah untuk pengembangan proses berpikir
kritis yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. (Widyawati, 2013; Sharples et al., 2017).
4
apalagi berpikir kritis (Wardhana, 2013; Sharples et al., 2017). Oleh karena itu, diperlukan
adanya pengajaran dan penerapan filsafat ilmu dalam profesi kedokteran.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari lebih lanjut mengenai filsafat ilmu
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian filsafat ilmu
2. Mengetahui tujuan dan manfaat mempelajari filsafat ilmu
3. Mengetahui pentingnya filsafat ilmu bagi dunia kedokteran
1.4 Manfaat
1. Melatih berpikir logis dan kritis terhadap suatu kebenaran
2. Memberikan kesadaran akan hakikat dan makna ilmu pengetahuan serta
pengembangan ilmu pengetahuan
3. Memberikan kesadaran akan pentingnya peran etika dalam pengembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti
cinta atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Jadi,
philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran, dalam hal ini
kebenaran ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan studi sistematis tentang pertanyaan-
pertanyaan umum dan mendasar mengenai topik-topik seperti eksistensi, akal, pengetahuan,
nilai, pikiran, dan bahasa (Hildebrand & Seifert, 1991).
Dalam arti luas, filsafat adalah kegiatan yang dilakukan orang ketika mereka berusaha
memahami kebenaran mendasar tentang diri mereka sendiri, dunia tempat mereka hidup, dan
hubungan mereka dengan dunia dan satu sama lain. Terdapat 6 tema utama dalam filsafat yaitu:
5. Politik: Studi tentang hak-hak politik, pemerintahan, dan peran warga negara
Metode filosofis meliputi pertanyaan, diskusi kritis, argumen rasional, dan presentasi
sistematis. Filsafat berkaitan dengan makna, pemahaman, atau klarifikasi bahasa, dan
melibatkan penemuan kondisi yang diperlukan dan memadai untuk penerapan konsep. Tujuan
filsafat adalah untuk memahami bagaimana segala sesuatu dalam arti yang paling luas dari
istilah tersebut saling terkait dalam arti yang paling luas dari istilah tersebut. Pemikiran
filosofis ditemukan di semua bagian dunia, sekarang, dan masa lalu (Kleinman, 2013).
6
2.2 Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab "alima" yang memiliki makna pengetahuan.Pemakaian kata
ini dalam bahasa Indonesia disejajarkan dengan istilah "science". Science berasal dari bahasa
Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu sendiri memiliki sifat yang sistematis
dan secara metodologi mencapai generalisa. Selain itu, ilmu juga terbagi menjadi tiga kategori,
antara lain: hipotesis, teori dan dalil hukum.
A. Hipotesis
Dalam kajian sebuah ilmiah, apabila data yang terkumpul masih sedikit atau belum
cukup, maka seorang ilmuwan akan membina hipotesis. Hipotesis adalah dugaan
pikiran yang berdasarkan sejumlah data. Hipotesis akan memberikan arah pada
penelitian dalam menghimpun data.
B. Teori
Apabila data telah cukup, sebagai hasil penelitian, maka selanjutnya akan dihadapkan
pada hipotesis. Jika data mensahihkan (valid)/menerima hipotesis, maka hipotesis akan
menjadi tesis atau hipotesis menjadi teori.
C. Dalil
Jika teori mencapai generalisasi, maka akan menjadi dalil. Jika teori memastikan
hubungan sebab-akibat yang serba tetap, maka akan menjadi hukum.
7
6. Ilmu spekulatif teoretis : Ilmu yang bertujuan untuk memahami kausalitas. Tujuannya
memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu (Suaedi, 2015)
Filsafat memiliki sejarah panjang dalam refleksi pengetahuan, termasuk tesis, teori,
pertanyaan, konsep, perbedaan, sintesis, dan taksonomi. Epistemologi, studi tentang ilmu
pengetahuan, adalah salah satu aspek paling mendasar dari penyelidikan filosofis. Para filsuf
telah memikirkan tentang apa itu ilmu, seberapa banyak ilmu yang mungkin, dan bagaimana
mengevaluasi klaim atas ilmu2. Beberapa filsuf berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
membutuhkan landasan, alasan, atau bukti yang baik untuk apa yang diketahui. (Arapova et
al., 2016)
Terdapat hubungan yang kompleks antara konsep ilmu pengetahuan dan kepastian, dan
para filsuf tidak sepakat mengenai apakah keduanya sama atau berbeda. Analisis ilmu
pengetahuan tradisional tentang “keyakinan sejati yang dibenarkan” menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan melibatkan objek khusus (kebenaran atau proposisi yang benar), psikologi khusus
(tindakan psikologis kepercayaan atau persetujuan), dan hubungan normatif khusus yang perlu
dipertahankan. (Widyaningrum et al., 2021)
Singkatnya, filsafat memiliki sejarah refleksi atas ilmu pengetahuan yang kaya,
termasuk upaya untuk memahami apa itu ilmu pengetahuan, seberapa banyak pengetahuan itu
mungkin, dan bagaimana mengevaluasi klaim atas pengetahuan. Para filosof juga
memperdebatkan hubungan antara pengetahuan dan kepastian, berbagai jenis pengetahuan, dan
apa yang diperlukan agar sesuatu dianggap sebagai ilmu pengetahuan.
Curd dan Psillos (2014) menyampaikan jika filsafat ilmu dibagi menjadi dua cabang
yang mendasar. Yang pertama adalah filsafat umum ilmu pengetahuan, lalu yang kedua yaitu
filsafat ilmu secara individu. Filsafat ilmu individu juga disebut sebagai ilmu yang spesifik atau
terapan. Filsafat umum ilmu pengetahuan membahas mengenai keilmuan dasar yang berlaku
di dunia.
Menurut Soelaiman (2019), secara umum membagi filsafat menjadi tiga bagian.
Bagian-bagian tersebut yaitu ontologi, epistemologi, serta aksiologi. Ontologi membahas
8
tentang keadaan alam semesta seperti alam, manusia dan Tuhan. Filsafat metafisika dapat
menjadi sebutan lain ontologi, karena hal-hal supernatural atau realita diluar dunia fisik
termasuk dibahas didalamnya.
Aksiologi terdiri dari aspek-aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-
nilai agama, estetika, serta etika merupakan bagian yang dipelajari di dalam aksiologi. Agama
merupakan dasar nilai yang berasal dari agama dan kepercayaan-kepercayaan tertentu. Indah
atau tidak indahnya aspek merupakan bagian dari nilai estetika. Sedangkan etika merupakan
bagian dari aksiologi yang menunjukkan tindakan individu baik atau buruk. Dari kesimpulan
tersebut, maka aksiologi dapat berasal dari masyarakat atau agama.
The Liang Gie (1997) membagi pembahasan filsafat ilmu menjadi enam bagian,
diantaranya adalah:
Dapat dilihat, jika penjelasan oleh The Liang Gie (1997) dan Soelaiman (2019) memiliki
beberapa aspek yang hampir serupa.
Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh
suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang
9
abstrak. Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendikiawan, namun semua
itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan (Parluhutan, 2020).
Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu membahas fakta dan
kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan logika yang digunakan semua disiplin
ilmu. Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan
artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fungsi ilmu itu bagi manusia (Parluhutan, 2020).
Filsafat secara teoritis berguna sebagai sumber ilmu lain, membantu dalam menentukan
definisi, pemersatu ilmu, dan sebagai pemberi penafsiran yang terdalam (Wardhana, 2016).
Tujuan filsafat ilmu adalah untuk mengembangkan pemahaman konsep dasar yang mendasari
sebuah ilmu pengetahuan. Bagaimana mencocokan hasil yang didapatkan dari ilmu tersebut
terhadap kebenaran yang diusung oleh masing-masing ilmu tersebut. Filsafat hendak
mengungkapkan kebenaran yang melingkupi semua kebenaran-kebenaran itu dengan
pendekatan kebenaran yang pamungkas dan sempurna (Wardhana, 2016). Hal tersebut
melibatkan analisis mendalam terhadap pertanyaan-pertanyaan fundamental seperti apa arti
pengetahuan, bagaimana pengetahuan diperoleh dan bagaimana pengetahuan dapat
dijustifikasi. Filsafat ilmu dalam dunia kedokteran membantu memahami dan mengevaluasi
metode-metode ilmiah serta menentukan nilai dan pentingnya upaya tersebut (Caswili, 2014).
Selain itu, filsafat ilmu juga dapat membantu dokter dalam memahami nilai-nilai moral dan
etika yang harus dipegang dalam praktik kedokteran (Andoko, 2020). Dengan memahami
konsep dasar tersebut, dokter mampu mengembangkan pemikiran kritis dan etika ilmiah yang
baik serta dapat meningkatkan kualitas praktik kedokteran mereka.
Salah satu tujuan pembelajaran filsafat ilmu dalam profesi kedokteran adalah berperan
dalam mendorong kemampuan berpikir kritis dokter dalam menganalisis bukti medis,
mengidentifikasi asumsi, dan mempertanyakan pendekatan diagnostik atau terapeutik. Model
10
pembelajaran pada abad ke-21 menekankan pada beberapa aspek penting, salah satunya adalah
berpikir kritis. Dari perspektif filosofis, berpikir kritis merupakan penilaian yang bertujuan
untuk mengatur diri sendiri dengan menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi,
serta penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau
kontekstual yang menjadi dasar pertimbangan (Unwakoly, 2022).
Kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional tentang apa yang akan dilakukan
atau diyakini merupakan suatu hal yang esensial dalam praktik kedokteran. Namun, hal
tersebut tidak diajarkan secara eksplisit atau dilakukan penilaian pada sebagian besar program
pendidikan untuk profesional kesehatan. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kritis dapat bermanfaat pada bidang akademis, terutama dalam kemampuan penalaran
dan pemecahan masalah (Sharples et al., 2017).
Dasar pemikiran dari berpikir kritis dapat dilihat dari pengajaran dan visi Socrates yang
menemukan metode penyelidikan pertanyaan bahwa orang tidak dapat secara rasional
membenarkan klaim mereka terhadap pengetahuan. Dia menyatakan pentingnya mengajukan
pertanyaan mendalam ke dalam pemikiran sebelum menerima gagasan sebagai sesuatu yang
layak dipercaya dengan mencari bukti, memeriksa penalaran dan asumsi dengan cermat,
menganalisis konsep dasar, dan menelusuri implikasi tidak hanya dari apa yang dikatakan
tetapi juga dari apa yang dilakukan (Unwakoly, 2022).
Kemampuan berpikir kritis dapat tercermin pada kerangka kompetensi dari seluruh
profesi kesehatan. Meski banyak dokter memiliki keterampilan berpikir kritis berdasarkan
pengalaman dan observasi yang dilakukan selama bekerja, namun sebagian masih belum
menguasai keterampilan ini. Oleh karena itu, pembelajaran tentang berpikir kritis menjadi hal
yang penting (Huang et al., 2014).
11
itu, salah satu tujuan dari pembelajaran filsafat ilmj ini berperan dalam pengembangan
kemampuan berpikir kritis yang esensial dalam profesi kedokteran (Sharples et al., 2017).
Refleksi etis adalah proses introspeksi dan pemikiran kritis yang melibatkan
pemeriksaan keyakinan, nilai, dan tindakan seseorang dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip
etika dan dilema moral (tentang apa yang benar dan salah). Refleksi etis ini merupakan metode
untuk pengambilan keputusan etis dan pertumbuhan pribadi di berbagai bidang seperti
pengembangan profesional, pendidikan, dan psikoterapi. Hal ini juga melibatkan pengenalan
dimensi moral dari suatu situasi dan mempertimbangkan konsekuensi potensial dari tindakan
yang berbeda (Vyskocilová & Prasko, 2013).
Refleksi etis dapat dilakukan pada saat itu juga (refleksi dalam tindakan) atau
setelahnya (refleksi setelah tindakan). Pembelajaran reflektif, yang menggabungkan pelajaran
dari pengalaman ke dalam praktik dan mengintegrasikannya ke dalam tubuh pengetahuan
seseorang, adalah cara yang efektif untuk mempelajari etika dan mempromosikan
pengembangan professional. Pembelajaran reflektif mendorong perhatian dan kesadaran diri,
yang sangat penting untuk interaksi yang efektif dengan pasien, terutama dengan pasien yang
sulit atau menantang (William & Maura, 2017).
Refleksi etis adalah cara bagi para praktisi untuk mempelajari etika dengan
merefleksikan pengalaman mereka dan memeriksa asumsi dan perilaku mereka (Branch &
George, 2017). Hal ini membantu individu mengenali dimensi moral dari tindakan mereka
dan membuat keputusan yang tepat. (Branch & George, 2017)
12
3. Pengambilan Keputusan Etis (Ethical Decision Making)
Refleksi etis sangat penting dalam konteks profesional, seperti perawatan kesehatan, di
mana para praktisi harus menavigasi dilema etis yang kompleks (Vyskocilová & Prasko,
2013). Hal ini membantu para profesional untuk menjaga batasan terapeutik yang jelas,
menghindari bahaya terhadap pasien, dan terlibat dalam refleksi diri dan pengawasan yang
berkesinambungan (Vyskocilová & Prasko, 2013).
Mengembangkan keterampilan refleksi etis membutuhkan latihan dan refleksi diri yang
berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa langkah seperti mengenali isu-isu moral
(mengidentifikasi masalah etika dan dilema yang muncul dalam konteks pribadi dan
profesional) , mengumpulkan informasi yang relevan, mempertimbangkan tindakan alternatif,
mengevaluasi konsekuensi, terlibat dalam refleksi diri, serta memberikan feedback dan
supervisi (Magelssen & Pedersen, 2020).
Secara keseluruhan, refleksi etis adalah alat yang berharga untuk pertumbuhan pribadi
dan profesional, yang memungkinkan individu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
dalam tentang nilai-nilai mereka, membuat keputusan etis, dan berkontribusi pada masyarakat
yang lebih beretika.
13
Tujuan filsafat ilmu dalam konteks sosial adalah untuk mengkaji dan memahami dasar-
dasar, metodologi, dan implikasi ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, serta dampaknya
terhadap masyarakat dan budaya. Dalam konteks pemahaman konsep sosial, filsafat ilmu dapat
memberikan wawasan yang penting. Berikut beberapa cara di mana filsafat ilmu dapat
membantu memahami konsep sosial:
1. Objektivitas dan Subjektivitas
Filsafat ilmu membantu profesi dokter dalam memahami bagaimana pengetahuan
sosial dihasilkan dan disajikan. Pertanyaan-pertanyaan mengenai sejauh mana
pengetahuan sosial bersifat objektif (berdasarkan fakta dan data) atau subiektif
(dipengaruhi oleh pandangan individu atau kelompok) menjadi relevan.
2. Teori dan Realitas Sosial
Filsafat ilmu membantu dokter untuk mengetahui tentang hubungan antara teori dan
realitas sosial. Yaitu mengenai konsep-konsep abstrak dalam teori sosial mencerminkan
kenyataan di lapangan. Dimana teori tersebut dapat membantu untuk menggambarkan
dunia sosial dengan lebih baik
3. Normativitas dan Deskriptivitas
Filsafat ilmu membantu membedakan antara pernyataan deskriptif
(menggambarkan fakta) dan pernyataan normatif (menilai nilai atau norma). Dalam
konteks sosial, pertanyaan muncul tentang sejauh mana peneliti atau analis sosial
seharusnya "netral" atau "berimbang" dalam menyajikan informasi.
4. Eksplorasi Epistemologi Sosial
Filsafat ilmu juga membuka diskusi tentang sifat pengetahuan sosial, antara lain
informasi terkait masyarakat dan manusia. Yaitu mengenai pendekatan serta
pemahaman realitas sosial. Selain itu, dapat juga membahas tentang batasan dan
kemungkinan dalam mencapai pengetahuan yang sah tentang aspek-aspek sosial.
Pemahaman konsep sosial dalam kerangka filsafat ilmu melibatkan refleksi mendalam
tentang bagaimana ilmu pengetahuan sosial dihasilkan, diterima, dan digunakan. Dengan
menggabungkan perspektif ini, dapat dikembangkan wawasan yang lebih kaya tentang cara
konsep-konsep sosial dihasilkan, direpresentasikan, dan memberikan dampak pada masyarakat
dan individu. Dalam hal pembelajaran filsafat ilmu dalam Pendidikan profesi dokter spesialis,
hal ini erat dikaitkan dengan konteks sosial, budaya dan historis. Dimana hal tersebut dapat
14
membantu profesi dokter untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan pasien dari latar belakang
yang beragam. (Hendriyanto, 2015)
Pemecahan masalah yang kompleks dalam filsafat ilmu mengacu pada proses
mengatasi masalah yang rumit dan menemukan solusi dalam ranah pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini melibatkan pemanfaatan aktivitas kognitif dan proses psikologis yang
mengatur diri sendiri untuk menavigasi lingkungan yang dinamis dan menjembatani
kesenjangan antara keadaan awal yang diberikan dan keadaan tujuan yang diinginkan. (Dörner
& Funke, 2017) (Funke, 2012)
Dalam filsafat, masalah pengetahuan dianggap kompleks dan dapat diperdebatkan. Hal
ini menggali pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana ilmu diperoleh, apa yang dimaksud
dengan ilmu, dan bagaimana ilmu dapat dibenarkan. Filsuf telah mengeksplorasi berbagai teori
dan perspektif tentang sifat pengetahuan, termasuk rasionalisme, empirisme, dan skeptisisme.
(Hooker, 2018)
Epistemologi, cabang filsafat, secara khusus berfokus pada studi terkait ilmu. Cabang
filsafat ini mengkaji sifat, sumber, dan batasan suatu ilmu, serta kriteria untuk menentukan apa
yang dianggap sebagai ilmu. Pemecahan masalah dalam filsafat ilmu melibatkan analisis kritis
dan evaluasi berbagai teori dan perspektif untuk menjawab pertanyaan dan tantangan
epistemologis.(Goldman & Alvin, 1983)
Perlu dicatat bahwa pendekatan pemecahan masalah dalam filsafat ilmu dapat
bervariasi tergantung pada kerangka atau paradigma filosofis tertentu yang digunakan.
Misalnya, filsafat ilmu analitik yang dominan saat ini menekankan pendekatan rasional dan
sistematik dalam pemecahan masalah. (Hooker, 2018)
Secara keseluruhan, pemecahan masalah yang kompleks dalam filsafat ilmu melibatkan
pergulatan dengan pertanyaan dan tantangan rumit yang berkaitan dengan perolehan,
pembenaran, dan sifat ilmu pengetahuan, dan menggunakan proses kognitif dan kerangka kerja
filosofis untuk mengatasinya.
15
2.7 Manfaat Filsafat Ilmu
Ilmu pengetahuan filsafat dapat menjadi ilmu yang kompleks serta terasa tidak terikat
dengan realita. Tetapi tidak dapat dipungkiri jika ilmu pengetahuan filsafat merupakan hal yang
mendasar serta utama. Tenaga medis, terutama dokter yang memahami dengan baik dasar
filsafat ilmu dapat memiliki pendekatan yang lebih baik terhadap praktik medis serta dalam
penanganan pasien. Implementasi filosofi oleh para profesional kesehatan merupakan aspek
yang utama. Prinsip-prinsip yang diajarkan secara teoritis harus dapat diimplementasikan pada
kegiatan klinis setiap harinya (Harper, 2003).
Ilmu filsafat dalam kedokteran merupakan pondasi yang memiliki nilai moral serta
sosial yang berharga. Sehingga, Ketika hal-hal tersebut diterapkan dengan benar, maka
kegiatan klinis setiap hari nya dapat menjadi sempurna dalam lingkup praktisi, pasien, serta
masyarakat secara luas. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan jika ilmu filsafat
merupakan hal yang perlu dipelajari dengan baik agar menjadi dasar Tenaga Medis, khususnya
Dokter Spesialis dalam melaksanakan pelayanan medis terhadap pasien sehari-hari nya
(Chrousos, Mammas, dan Spandidos, 2019).
16
2.7.2 Pemahaman Mendalam Guna Meningkatkan Pelayanan Pasien
Ilmu Filsafat dalam bidang kedokteran melibatkan pemeriksaan konsep dasar, prinsip,
dan pertimbangan etis yang mendasari praktik medis. Pemahaman mendalam tentang ilmu
filsafat dalam bidang kedokteran dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam
meningkatkan kualitas keputusan klinis dan perawatan pasien. Berikut adalah beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari pemahaman mendalam tentang ilmu filsafat dalam bidang
kedokteran bagi seorang dokter spesialis:
1. Pemikiran Kritis: Filsafat melatih kemampuan berpikir kritis, yang sangat penting dalam
membuat keputusan klinis yang tepat. Dengan memahami konsep-konsep filsafat seperti
logika, rasionalitas, dan argumentasi, dokter dapat menganalisis informasi dengan lebih
baik.Keterampilan ini sangat penting untuk mengevaluasi bukti, memahami asumsi yang
mendasarinya, dan membuat keputusan klinis yang terinformasi berdasarkan penalaran
yang masuk akal.
3. Etika Kedokteran: Filsafat juga membahas etika, termasuk etika kedokteran. Pemahaman
tentang prinsip-prinsip etika kedokteran dapat membantu dokter dalam menghadapi
dilema etis dan membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan
profesionalisme, seperti keputusan akhir hidup, alokasi sumber daya, dan otonomi pasien.
Pengetahuan ini memastikan bahwa keputusan dibuat sejalan dengan standar etika,
meningkatkan kesejahteraan dan kepercayaan pasien.
4. Pembelajaran berkelanjutan: Filsafat ilmu membahas tentang sifat ilmu pengetahuan dan
metode ilmiah. Dengan memahami konsep-konsep ini, dokter dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih baik dalam bentuk eksplorasi ide ide baru dari dasar-dasar ilmiah
dalam kedokteran dan mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam praktik klinis yang
17
berbasis bukti dan pendekatan inovatif yang meningkatkan perawatan pasien dari waktu
ke waktu.
6. Pemikiran Reflektif: Filsafat juga melatih kemampuan berpikir reflektif, yang penting
dalam mempertanyakan dan memperbaiki praktik klinis. Dengan mempertimbangkan
argumen-argumen filsafat dan merenungkan implikasi etis dan filosofis dari tindakan
medis, dokter dapat terus meningkatkan perawatan pasien mereka.
18
2. Pemikiran kritis: Filsafat ilmu melibatkan pemikiran kritis dan analisis yang
mendalam. Dokter yang memiliki pemahaman tentang filsafat ilmu akan terlatih
dalam mempertanyakan asumsi, memahami implikasi dari keputusan medis, dan
mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan pemikiran yang rasional.
3. Etika dan moral: Pembelajaran filsafat ilmu juga melibatkan pemahaman tentang
etika dan moral dalam praktik medis. Dokter yang memiliki pemahaman tentang
filsafat ilmu akan lebih mampu menghadapi dilema etis yang kompleks dan
membuat keputusan yang tepat berdasarkan pertimbangan moral.
4. Keterampilan komunikasi: Dokter yang mempelajari filsafat ilmu cenderung
memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik. Mereka dapat
mengkomunikasikan informasi medis dengan jelas dan efektif kepada pasien, rekan
sejawat, dan staf medis lainnya. Hal ini penting untuk membangun hubungan yang
baik dengan pasien dan memastikan pemahaman yang tepat tentang kondisi medis
dan perawatan yang diberikan.
5. Pemahaman multidisiplin: Filsafat ilmu melibatkan pemahaman tentang berbagai
disiplin ilmu, termasuk sains, etika, dan hukum. Dokter yang mempelajari filsafat
ilmu akan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang konteks sosial, budaya, dan
hukum dalam praktik medis. Hal ini membantu mereka dalam menghadapi
tantangan yang kompleks dan memastikan bahwa keputusan medis yang diambil
mempertimbangkan berbagai faktor yang relevan.
19
pemahaman filsafat ilmu cenderung mampu berpikir secara logis, menganalisa
situasi dengan baik, dan mengambil keputusan lebih baik.
2. Definisi dan pengertian kepemimpinan: Filsafat ilmu kepemimpinan membahas
definisi, pengertian, dan ruang lingkup kepemimpinan. Seorang pemimpin dituntut
dapat memiliki pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawabnya.
3. Tujuan dan manfaat kepemimpinan: membahas tujuan dan manfaat kepemimpinan
serta nilai-nilai yang terkait. Seorang pemimpin diharapkan dapat mengarahkan
tindakan dan keputusan dengan mempertimbangkan tujuan dan manfaat yang
diinginkan, serta nilai-nilai yang penting dalam kepemimpinan.
4. Cara melaksanakan kepemimpinan: Seorang pemimpin yang dapat memahami
epistemologi kepemimpinan dapat mengembangkan keterampilan serta strategi
yang efektif dalam melaksanakan kepemimpinan.
20
BAB 3
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, D. (2020). Filsafat Ilmu & Potensi Terapan di Pelayanan Kedokteran. Availabel at
https://www.academia.edu/43256838/Filsafat_Ilmu_and_Potensi_Terapan_di_Pelayana
n_Kedokteran. Diakses 22 Agustus 2023.
Arapov, O., Arapova, E., Volnyakova, O., Ivanova, A., Krivolapova, J., & Solodukhin, D.
(2016). Philosophy as rational knowledge. Indian Journal of Science and Technology,
9(46), 449-460. doi: DOI: 10.17485/ijst/2016/v9i46/107529
Branch, W. T Jr., and George, M (2017). Reflection-based learning for professional ethical
formation. AMA Journal of Ethics, 19(4), 349–356.
https://doi.org/10.1001/journalofethics.2017.19.4.medu1-1704.
Chrousos GP, Mammas IN, Spandidos DA. The role of philosophy in medical practice. Exp
Ther Med. 2019 Oct;18(4):3215-3216. doi: 10.3892/etm.2019.7944. Epub 2019 Aug 28.
PMID: 31572560; PMCID: PMC6764243. Diakses melalui:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6764243/
Dörner, D., & Funke, J. (2017). Complex Problem Solving: What It Is and What It Is Not.
Frontiers in Psychology, 8. doi:10.3389/fpsyg.2017.01153
Fadli, MR. (2021). Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era
Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat.
https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/42521/31083. Diakses 22 Agustus
2023.
Funke, J. (2012). Complex Problem Solving. In: Seel, N.M. (eds) Encyclopedia of the Sciences
of Learning. Springer, Boston, MA. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-1428-6_685.
Diakses 22 Agustus 2023.
Goldman & Alvin I. (1983). “Epistemology and the Theory of Problem Solving.” Synthese,
vol. 55, no. 1, pp. 21–48. JSTOR, http://www.jstor.org/stable/20115856. Diakses 22
Agustus 2023.
Harper CM. Philosophy for physicians. J R Soc Med. (2003) Jan;96(1):40-5. doi:
10.1258/jrsm.96.1.40. PMID: 12519806; PMCID: PMC539374. Diakses melalui:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC539374/. Diakses 22 Agustus 2023.
22
Hendriyanto, A. (2015). Filsafat Ilmu dan Perkembangan Pemikiran Manusia. Available at
https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/1116/1/Tkspor%20Setting_Filsafat%20Il
mu%202014_2.pdf . Diakses 22 Agustus 2023.
Huang, G. C., Newman, L. R., & Schwartzstein, R. M. (2014). Critical Thinking in Health
Professions Education:Summary and Consensus Statements of the Millennium
Conference 2011. Teaching and Learning in Medicine, 26(1), 95–102.
https://doi.org/10.1080/10401334.2013.857335
Khara Nove Maryapodi, S.E. (2023) Realitas Konsep Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif
Ilmu Filsafat dan Psikologi. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/366847701_Realitas_Konsep_Kepemimpinan
_Berdasarkan_Perspektif_Ilmu_Filsafat_dan_Psikologi. Diakses 22 Agustus 2023.
Kleinman, P. (2013). Philosophy 101: From Plato and Socrates to ethics and metaphysics, an
essential primer on the history of thought. Adams Media.
Kopelman LM. Philosophy and medical education. Acad Med. (1995) Sep;70(9):795-805.
PMID: 7669156. Diakses melalui: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7669156/
Parluhutan, A. (2020). Objek Formal & Material Filsafat Ilmu Serta Implikasinya Dalam
Pendidikan. Available at
http://jurnal.una.ac.id/index.php/pionir/article/viewFile/2362/1804#:~:text=Sedangkan
%20Objek%20formal%20filsafat%20ilmu,maupun%20yang%20material%20abstrak%
2C%20psikis . Diakses 22 Agustus 2023.
Ridwan, M., Syukri, A., & Badarussyamsi, B. (2021). Studi Analisis Tentang Makna
Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan Serta Jenis Dan Sumbernya. Jurnal Geuthèë:
Penelitian Multidisiplin, 4(1), 31–54.
23
Ritaudin, M. S., Raden, I., Lampung, I., & Id Abstrak, P.-S. C. (2015). Mengenal Filsafat dan
Karakteristiknya (Vol. 9, Issue 1).
Sarjayadi, S., Fitrisia, A., & Ofianto, O. (2023). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan: Literature
Review. Jurnal Ilmiah Ekotrans & Erudisi, 3(1), 1-6.
https://doi.org/10.31933/jiee.v3i1.914
Sharples, J. M., Oxman, A. D., Mahtani, K. R., Chalmers, I., Oliver, S., Collins, K., Austvoll-
Dahlgren, A., & Hoffmann, T. (2017). Critical thinking in healthcare and education. BMJ
(Online), 357. https://doi.org/10.1136/bmj.j2234. Diakses 22 Agustus 2023.
Subekti, I. et al. (2021) Kontribusi Filsafat Ilmu Dalam Penelitian Ilmiah Dan Kehidupan
Sosial, Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3), pp. 229–241. Available at
doi:10.23887/jfi.v4i3.37304. Diakses 22 Agustus 2023.
Soelaiman, D., (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam. Aceh: Bandar
Publishing. Diakses melalui:
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/778/1/Filsafat_Ilmu_Pengetahuan_Perspektif_Bar
at_dan_Islam. Diakses 22 Agustus 2023.
The Liang Gie, (1997), Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty. Diakses melalui:
https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=2269. Diakses 22 Agustus 2023.
Unwakoly, S. (2022). Berpikir Kritis dalam Filsafat Ilmu: Kajian dalam Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi. Jurnal Filsafat Indonesia, 5.
Vyskocilová, J., and Prasko, J. (2013). Ethical reflection and psychotherapy. Neuro
endocrinology letters, 34(7), 590–600.
Widyaningrum, W., Rahmat, A., & Rahman, S. (2021). The Correlation Between Philosophy,
Science And Reading Learning. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 5(2), 787-792.
Widyawati, S. (2013). Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan. Gelar:
Jurnal Seni Budaya, 11(1): 87-96.
24
Anindya Ramadian Karunika 501231001
Hesty Rohmatul Fajri 501231002
Alma Pustika Kartikananda Retina Fibularis 501231003
Meidiana Devira Aristanti 501231004
Mochamad Tito Aditya Pratama 501231005
Adi Rakhmadi Kurniawan 501231006
Rizqi Suryani Putri 501231007
Ayu Liana Gunawan 501231008
Rosalia Adriani Malika 501231009
Alicia Angelina 515231001
Ryan Ryzky Damara 515231003
Moch. Rizki Ramadhan 515231004
Wisnu Sudrajad 515231008
Sharples, J. M., Oxman, A. D., Mahtani, K. R., Chalmers, I., Oliver, S., Collins, K., Austvoll-Dahlgren, A., & Hoffmann, T. (2017). Critical thinking in healthcare and education. BMJ (Online), 357. https://doi.org/10.1136/bmj.j2234
Wardhana, M. 2016. Filsafat Kedokteran. Vaikuntha International Publication
Widyawati, S. 2013. Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan. Gelar: Jurnal Seni Budaya, 11(1): 87-96
Hildebrand, V. D., & Seifert, J. (1991). What is philosophy? Routledge.
Kleinman, P. (2013). Philosophy 101: From Plato and Socrates to ethics and metaphysics, an essential primer on the history of thought. Adams Media.
Suaedi. (2015). Pengantar Filsafat Ilmu. Pp. 20-21. Available at https://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf.
Fadli, MR. (2021). Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat. https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/42521/31083 ;
Sarjayadi, S., Fitrisia, A., & Ofianto, O. (2023). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan: Literature Review. Jurnal Ilmiah Ekotrans & Erudisi, 3(1), 1-6. https://doi.org/10.31933/jiee.v3i1.914
Fadli, MR. (2021). Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat. https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/42521/31083 ;
Sarjayadi, S., Fitrisia, A., & Ofianto, O. (2023). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan: Literature Review. Jurnal Ilmiah Ekotrans & Erudisi, 3(1), 1-6. https://doi.org/10.31933/jiee.v3i1.914
Putri, K.Y.S. (2021). Komunikasi Kesehatan. Available at http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Komunikasi_Kesehatan.pdf (Diakses 22 Agustus 2023)
Putri, K.Y.S. (2021). Komunikasi Kesehatan. Available at http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Komunikasi_Kesehatan.pdf (Diakses 22 Agustus 2023)
Hutahaean, W.S. (2021) Filsafat dan Teori Kepemimpinan. Available at: https://jdih.situbondokab.go.id/barang/buku/Filsafat%20dan%20Teori%20Kepemimpinan%20(Dr.%20Wendy%20Sepmady%20Hutahaean,%20S.E.,%20M.Th.)%20(z-lib.org).pdf (Accessed: 22 August 2023).
Khara Nove Maryapodi, S.E. (2023) Realitas Konsep Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif Ilmu Filsafat dan Psikologi. Available at: https://www.researchgate.net/publication/366847701_Realitas_Konsep_Kepemimpinan_Berdasarkan_Perspektif_Ilmu_Filsafat_dan_Psikologi.