Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“TUJUAN DAN MANFAAT PEMBELAJARAN FILSAFAT ILMU”


Dosen Pengajar:
Dr. Rahadian Indarto Susilo, dr., Sp.BS(K)

Disusun oleh:
MKDU Kelompok 6
Anindya Ramadian Karunika 501231001
Hesty Rohmatul Fajri 501231002
Alma Pustika Kartikananda Retina Fibularis 501231003
Meidiana Devira Aristanti 501231004
Mochamad Tito Aditya Pratama 501231005
Adi Rakhmadi Kurniawan 501231006
Rizqi Suryani Putri 501231007
Ayu Liana Gunawan 501231008
Rosalia Adriani Malika 501231009
Alicia Angelina 515231001
Ryan Ryzky Damara 515231003
Moch. Rizki Ramadhan 515231004
Wisnu Sudrajad 515231008

MATA KULIAH DASAR UMUM PPDS I


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6
2.1 Pengertian Filsafat ....................................................................................................... 6
2.2 Pengertian Ilmu ............................................................................................................ 7
2.3 Hubungan Filsafat dengan Ilmu ................................................................................... 8
2.4 Lingkup Filsafat Ilmu .................................................................................................... 8
2.5 Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu ....................................................................... 9
2.6 Tujuan Filsafat Ilmu .................................................................................................... 10
2.6.1 Pemahaman Konsep Dasar ................................................................................. 10
2.6.2 Peningkatan Pemikiran Kritis ............................................................................... 10
2.6.3 Refleksi Etis ......................................................................................................... 12
2.6.4 Pemahaman Konteks Sosial ................................................................................ 13
2.6.5 Pemecahan Masalah Kompleks .......................................................................... 15
2.7 Manfaat Filsafat Ilmu .................................................................................................. 16
2.7.1 Menjalankan Praktik ............................................................................................ 16
2.7.2 Pemahaman Mendalam Guna Meningkatkan Pelayanan Pasien ........................ 17
2.7.3 Komunikasi yang Lebih Efektif ............................................................................. 18
2.7.4 Kepemimpinan dan Advokasi .............................................................................. 19
BAB 3 KESIMPULAN .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

2
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah banyak
memberikan karunia kepada kita semua. Berkat karunia-Nya lah kami bisa menyelesaikan
buku kecil ini. Makalah ini merupakan tugas kuliah MKDU mahasiswa MKDU PPDS Sp1
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan perkuliahan dan pengarahan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
kedokteran maupun para PPDS dan pihak lainnya yang membaca.

Agustus 2023
Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat sering dianggap sebagai ilmu yang sukar dipahami. Karena dibandingkan
dengan cabang ilmu pengetahuan yang lain, cabang ilmu ini menggunakan terma yang abstrak.
Namun, ilmu ini bermanfaat dalam kehidupan manusia, terutama dalam memahami esensi
kehidupan (Ritaudin et al., 2015).

Kata filsafat atau falsafah berasal dari bahas arab dan Yunani yang berarti intelegensi,
kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan. Kata ini dapat didefinisikan
sebagai studi tentang fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijelaskan
dalam konsep mendasar. Dalam studi ini, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh beberapa filsuf, dapat disimpulkan bahwa cara berfikir
dalam filsafat dapat dituangkan dalam terminologi ontologi (apa), epistemiologi (bagaimana),
dan axiologi (untuk apa) (Wardhana, 2016; Widyawati, 2013).

Ilmu merupakan sejenis pengetahuan yang tersusun secara sistematis menggunakan


metode tertentu yang dilakukan baik melalui studi, observasi, maupun eksperimen. Sedangkan,
definisi filsafat ilmu menurut Liang Gie merupakan pemikiran reflektif terhadap persoalan
tentang sifat dasar ilmu yang mencakup konsep-konsep dasar, anggapan dasar, asas permulaan,
struktur- struktur teoritis, dan ukuran kebenaran ilmu (Widyawati, 2013).

Mempelajari filsafat ilmu berguna dalam menjelaskan hakikat ilmu yang memiliki
banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang baik tentang berbagai
fenomena alam yang menjadi objek ilmu itu sendiri. Dalam hal ini, cabang ilmu pengetahuan
ini akan membuka wawasan tentang bagaimana sebenarnya substansi ilmu tersebut. Salah satu
tujuan pengajaran filsafat ilmu dalam kedokteran adalah untuk pengembangan proses berpikir
kritis yang diperlukan dalam pengambilan keputusan. (Widyawati, 2013; Sharples et al., 2017).

Pendidikan tinggi dalam pembelajarannya diperlukan sikap ilmiah dalam


penyelenggaraan kegiatannya. Namun, pada kenyataannya banyak proses pendidikan termasuk
pada pendidikan kedokteran yang hanya sekedar hafalan dan tidak memahami prosesnya,

4
apalagi berpikir kritis (Wardhana, 2013; Sharples et al., 2017). Oleh karena itu, diperlukan
adanya pengajaran dan penerapan filsafat ilmu dalam profesi kedokteran.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian Filsafah Ilmu?
1.2.2 Apakah tujuan pembelajaran Filsafat Ilmu?
1.2.3 Apakah manfaat pembelajaran Filsafat Ilmu?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mempelajari lebih lanjut mengenai filsafat ilmu
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian filsafat ilmu
2. Mengetahui tujuan dan manfaat mempelajari filsafat ilmu
3. Mengetahui pentingnya filsafat ilmu bagi dunia kedokteran

1.4 Manfaat
1. Melatih berpikir logis dan kritis terhadap suatu kebenaran
2. Memberikan kesadaran akan hakikat dan makna ilmu pengetahuan serta
pengembangan ilmu pengetahuan
3. Memberikan kesadaran akan pentingnya peran etika dalam pengembangan dan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti
cinta atau sahabat dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan. Jadi,
philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran, dalam hal ini
kebenaran ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan studi sistematis tentang pertanyaan-
pertanyaan umum dan mendasar mengenai topik-topik seperti eksistensi, akal, pengetahuan,
nilai, pikiran, dan bahasa (Hildebrand & Seifert, 1991).

Dalam arti luas, filsafat adalah kegiatan yang dilakukan orang ketika mereka berusaha
memahami kebenaran mendasar tentang diri mereka sendiri, dunia tempat mereka hidup, dan
hubungan mereka dengan dunia dan satu sama lain. Terdapat 6 tema utama dalam filsafat yaitu:

1. Metafisika: Studi tentang alam semesta dan realitas.

2. Logika: Cara membuat argumen yang valid.

3. Epistemologi: Studi tentang pengetahuan dan bagaimana kita memperoleh


pengetahuan.

4. Estetika: Studi tentang seni dan keindahan

5. Politik: Studi tentang hak-hak politik, pemerintahan, dan peran warga negara

6. Etika: Studi tentang moralitas dan bagaimana seseorang harus menjalani


hidupnya

Metode filosofis meliputi pertanyaan, diskusi kritis, argumen rasional, dan presentasi
sistematis. Filsafat berkaitan dengan makna, pemahaman, atau klarifikasi bahasa, dan
melibatkan penemuan kondisi yang diperlukan dan memadai untuk penerapan konsep. Tujuan
filsafat adalah untuk memahami bagaimana segala sesuatu dalam arti yang paling luas dari
istilah tersebut saling terkait dalam arti yang paling luas dari istilah tersebut. Pemikiran
filosofis ditemukan di semua bagian dunia, sekarang, dan masa lalu (Kleinman, 2013).

6
2.2 Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab "alima" yang memiliki makna pengetahuan.Pemakaian kata
ini dalam bahasa Indonesia disejajarkan dengan istilah "science". Science berasal dari bahasa
Latin: Scio, Scire yang juga berarti pengetahuan. Ilmu sendiri memiliki sifat yang sistematis
dan secara metodologi mencapai generalisa. Selain itu, ilmu juga terbagi menjadi tiga kategori,
antara lain: hipotesis, teori dan dalil hukum.
A. Hipotesis
Dalam kajian sebuah ilmiah, apabila data yang terkumpul masih sedikit atau belum
cukup, maka seorang ilmuwan akan membina hipotesis. Hipotesis adalah dugaan
pikiran yang berdasarkan sejumlah data. Hipotesis akan memberikan arah pada
penelitian dalam menghimpun data.
B. Teori
Apabila data telah cukup, sebagai hasil penelitian, maka selanjutnya akan dihadapkan
pada hipotesis. Jika data mensahihkan (valid)/menerima hipotesis, maka hipotesis akan
menjadi tesis atau hipotesis menjadi teori.
C. Dalil
Jika teori mencapai generalisasi, maka akan menjadi dalil. Jika teori memastikan
hubungan sebab-akibat yang serba tetap, maka akan menjadi hukum.

Terdapat beberapa macam jenis ilmu, antara lain :


1. Ilmu praktis : Ilmu yang tidak hanya sampai kepada hukum umum atau abstraksi, serta
tidak hanya terhenti pada suatu teori, tetapi juga menuju kepada dunia kenyataan. Pada ilmu
ini, dipelajari pula hubungan sebab-akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan.
2. Ilmu praktis normative : merupakan ilmu yang memberi ukuran-ukuran (kriterium) dan
norma-norma.
3. Ilmu proktis positif : Ilmu yang memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus daripada
ilmu praktis normatif. Norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau tindakan apa
yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu
4. Ilmu spekulatif ideografis : Memiliki tujuan untuk mengkaji kebenaran objek dalam wujud
nyal dalam ruang dan waktu tertentu.
5. Ilmu spekulatif nomotetis : bertujuan mendapatkan hukum umum atau generalisasi
substantif.

7
6. Ilmu spekulatif teoretis : Ilmu yang bertujuan untuk memahami kausalitas. Tujuannya
memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu (Suaedi, 2015)

2.3 Hubungan Filsafat dengan Ilmu

Filsafat memiliki sejarah panjang dalam refleksi pengetahuan, termasuk tesis, teori,
pertanyaan, konsep, perbedaan, sintesis, dan taksonomi. Epistemologi, studi tentang ilmu
pengetahuan, adalah salah satu aspek paling mendasar dari penyelidikan filosofis. Para filsuf
telah memikirkan tentang apa itu ilmu, seberapa banyak ilmu yang mungkin, dan bagaimana
mengevaluasi klaim atas ilmu2. Beberapa filsuf berpendapat bahwa ilmu pengetahuan
membutuhkan landasan, alasan, atau bukti yang baik untuk apa yang diketahui. (Arapova et
al., 2016)

Terdapat hubungan yang kompleks antara konsep ilmu pengetahuan dan kepastian, dan
para filsuf tidak sepakat mengenai apakah keduanya sama atau berbeda. Analisis ilmu
pengetahuan tradisional tentang “keyakinan sejati yang dibenarkan” menunjukkan bahwa ilmu
pengetahuan melibatkan objek khusus (kebenaran atau proposisi yang benar), psikologi khusus
(tindakan psikologis kepercayaan atau persetujuan), dan hubungan normatif khusus yang perlu
dipertahankan. (Widyaningrum et al., 2021)

Singkatnya, filsafat memiliki sejarah refleksi atas ilmu pengetahuan yang kaya,
termasuk upaya untuk memahami apa itu ilmu pengetahuan, seberapa banyak pengetahuan itu
mungkin, dan bagaimana mengevaluasi klaim atas pengetahuan. Para filosof juga
memperdebatkan hubungan antara pengetahuan dan kepastian, berbagai jenis pengetahuan, dan
apa yang diperlukan agar sesuatu dianggap sebagai ilmu pengetahuan.

2.4 Lingkup Filsafat Ilmu

Curd dan Psillos (2014) menyampaikan jika filsafat ilmu dibagi menjadi dua cabang
yang mendasar. Yang pertama adalah filsafat umum ilmu pengetahuan, lalu yang kedua yaitu
filsafat ilmu secara individu. Filsafat ilmu individu juga disebut sebagai ilmu yang spesifik atau
terapan. Filsafat umum ilmu pengetahuan membahas mengenai keilmuan dasar yang berlaku
di dunia.

Menurut Soelaiman (2019), secara umum membagi filsafat menjadi tiga bagian.
Bagian-bagian tersebut yaitu ontologi, epistemologi, serta aksiologi. Ontologi membahas

8
tentang keadaan alam semesta seperti alam, manusia dan Tuhan. Filsafat metafisika dapat
menjadi sebutan lain ontologi, karena hal-hal supernatural atau realita diluar dunia fisik
termasuk dibahas didalamnya.

Epistemologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kebenaran. Seperti derajat


pengetahuan, asal usul pengetahuan, dan metode dalam pengetahuan merupakan bagian dari
epistemologi karena erat kaitannya dengan cara berpikir secara logika.

Aksiologi terdiri dari aspek-aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-
nilai agama, estetika, serta etika merupakan bagian yang dipelajari di dalam aksiologi. Agama
merupakan dasar nilai yang berasal dari agama dan kepercayaan-kepercayaan tertentu. Indah
atau tidak indahnya aspek merupakan bagian dari nilai estetika. Sedangkan etika merupakan
bagian dari aksiologi yang menunjukkan tindakan individu baik atau buruk. Dari kesimpulan
tersebut, maka aksiologi dapat berasal dari masyarakat atau agama.

The Liang Gie (1997) membagi pembahasan filsafat ilmu menjadi enam bagian,
diantaranya adalah:

1. Epistemologi tentang ilmu

2. Metafisis tentang ilmu

3. Logis tentang ilmu

4. Estetis tentang ilmu

5. Metodologis tentang ilmu

6. Etis tentang ilmu

Dapat dilihat, jika penjelasan oleh The Liang Gie (1997) dan Soelaiman (2019) memiliki
beberapa aspek yang hampir serupa.

2.5 Objek Material dan Formal Filsafat Ilmu

Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu. Objek material juga adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh
suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret ataupun hal yang

9
abstrak. Objek material dari filsafat ada beberapa istilah dari para cendikiawan, namun semua
itu sebenarnya tidak ada yang bertentangan (Parluhutan, 2020).

Objek material filsafat ilmu overlap dengan semua ilmu, yaitu membahas fakta dan
kebenaran semua disiplin ilmu, serta konfirmasi dan logika yang digunakan semua disiplin
ilmu. Sedangkan objek formal filsafat ilmu adalah sudut pandang dari mana sang subjek
menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan
artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa
fungsi ilmu itu bagi manusia (Parluhutan, 2020).

2.6 Tujuan Filsafat Ilmu

2.6.1 Pemahaman Konsep Dasar

Filsafat secara teoritis berguna sebagai sumber ilmu lain, membantu dalam menentukan
definisi, pemersatu ilmu, dan sebagai pemberi penafsiran yang terdalam (Wardhana, 2016).
Tujuan filsafat ilmu adalah untuk mengembangkan pemahaman konsep dasar yang mendasari
sebuah ilmu pengetahuan. Bagaimana mencocokan hasil yang didapatkan dari ilmu tersebut
terhadap kebenaran yang diusung oleh masing-masing ilmu tersebut. Filsafat hendak
mengungkapkan kebenaran yang melingkupi semua kebenaran-kebenaran itu dengan
pendekatan kebenaran yang pamungkas dan sempurna (Wardhana, 2016). Hal tersebut
melibatkan analisis mendalam terhadap pertanyaan-pertanyaan fundamental seperti apa arti
pengetahuan, bagaimana pengetahuan diperoleh dan bagaimana pengetahuan dapat
dijustifikasi. Filsafat ilmu dalam dunia kedokteran membantu memahami dan mengevaluasi
metode-metode ilmiah serta menentukan nilai dan pentingnya upaya tersebut (Caswili, 2014).
Selain itu, filsafat ilmu juga dapat membantu dokter dalam memahami nilai-nilai moral dan
etika yang harus dipegang dalam praktik kedokteran (Andoko, 2020). Dengan memahami
konsep dasar tersebut, dokter mampu mengembangkan pemikiran kritis dan etika ilmiah yang
baik serta dapat meningkatkan kualitas praktik kedokteran mereka.

2.6.2 Peningkatan Pemikiran Kritis

Salah satu tujuan pembelajaran filsafat ilmu dalam profesi kedokteran adalah berperan
dalam mendorong kemampuan berpikir kritis dokter dalam menganalisis bukti medis,
mengidentifikasi asumsi, dan mempertanyakan pendekatan diagnostik atau terapeutik. Model

10
pembelajaran pada abad ke-21 menekankan pada beberapa aspek penting, salah satunya adalah
berpikir kritis. Dari perspektif filosofis, berpikir kritis merupakan penilaian yang bertujuan
untuk mengatur diri sendiri dengan menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi,
serta penjelasan tentang pertimbangan bukti, konseptual, metodologis, kriteriologis, atau
kontekstual yang menjadi dasar pertimbangan (Unwakoly, 2022).

Kemampuan untuk berpikir secara jernih dan rasional tentang apa yang akan dilakukan
atau diyakini merupakan suatu hal yang esensial dalam praktik kedokteran. Namun, hal
tersebut tidak diajarkan secara eksplisit atau dilakukan penilaian pada sebagian besar program
pendidikan untuk profesional kesehatan. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa keterampilan
berpikir kritis dapat bermanfaat pada bidang akademis, terutama dalam kemampuan penalaran
dan pemecahan masalah (Sharples et al., 2017).

Dasar pemikiran dari berpikir kritis dapat dilihat dari pengajaran dan visi Socrates yang
menemukan metode penyelidikan pertanyaan bahwa orang tidak dapat secara rasional
membenarkan klaim mereka terhadap pengetahuan. Dia menyatakan pentingnya mengajukan
pertanyaan mendalam ke dalam pemikiran sebelum menerima gagasan sebagai sesuatu yang
layak dipercaya dengan mencari bukti, memeriksa penalaran dan asumsi dengan cermat,
menganalisis konsep dasar, dan menelusuri implikasi tidak hanya dari apa yang dikatakan
tetapi juga dari apa yang dilakukan (Unwakoly, 2022).

Kemampuan berpikir kritis dapat tercermin pada kerangka kompetensi dari seluruh
profesi kesehatan. Meski banyak dokter memiliki keterampilan berpikir kritis berdasarkan
pengalaman dan observasi yang dilakukan selama bekerja, namun sebagian masih belum
menguasai keterampilan ini. Oleh karena itu, pembelajaran tentang berpikir kritis menjadi hal
yang penting (Huang et al., 2014).

Pada sebagian besar pendidikan kesehatan masih cenderung mengarah pada


pembelajaran dengan hafalan dibandingkan dengan berpikir kritis. Pentingnya berpikir kritis
perlu diajarkan sebab memiliki relevansi dengan pengambilan keputusan dalam berbagai
situasi. Kemampuan ini dapat dikembangkan dalam suasana pendidikan di institusi maupun di
rumah. Keterampilan tersebut memiliki nilai yang lebih dari hanya sekedar menyelesaikan
tugas, namun juga memahami secara mendalam terhadap proses pembelajaran tersebut. Dari
beberapa studi, masih banyak mahasiswa kedokteran yang memiliki kemampuan kurang dalam
berpikir kritis. Padahal kemampuan ini berkorelasi dengan keberhasilan akademis. Oleh karena

11
itu, salah satu tujuan dari pembelajaran filsafat ilmj ini berperan dalam pengembangan
kemampuan berpikir kritis yang esensial dalam profesi kedokteran (Sharples et al., 2017).

2.6.3 Refleksi Etis

Refleksi etis adalah proses introspeksi dan pemikiran kritis yang melibatkan
pemeriksaan keyakinan, nilai, dan tindakan seseorang dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip
etika dan dilema moral (tentang apa yang benar dan salah). Refleksi etis ini merupakan metode
untuk pengambilan keputusan etis dan pertumbuhan pribadi di berbagai bidang seperti
pengembangan profesional, pendidikan, dan psikoterapi. Hal ini juga melibatkan pengenalan
dimensi moral dari suatu situasi dan mempertimbangkan konsekuensi potensial dari tindakan
yang berbeda (Vyskocilová & Prasko, 2013).

Refleksi etis dapat dilakukan pada saat itu juga (refleksi dalam tindakan) atau
setelahnya (refleksi setelah tindakan). Pembelajaran reflektif, yang menggabungkan pelajaran
dari pengalaman ke dalam praktik dan mengintegrasikannya ke dalam tubuh pengetahuan
seseorang, adalah cara yang efektif untuk mempelajari etika dan mempromosikan
pengembangan professional. Pembelajaran reflektif mendorong perhatian dan kesadaran diri,
yang sangat penting untuk interaksi yang efektif dengan pasien, terutama dengan pasien yang
sulit atau menantang (William & Maura, 2017).

Berikut ini merupakan beberapa poin penting mengenai refleksi etis:

1. Pembelajaran Etika (Learning Ethics)

Refleksi etis adalah cara bagi para praktisi untuk mempelajari etika dengan
merefleksikan pengalaman mereka dan memeriksa asumsi dan perilaku mereka (Branch &
George, 2017). Hal ini membantu individu mengenali dimensi moral dari tindakan mereka
dan membuat keputusan yang tepat. (Branch & George, 2017)

2. Metode Refleksi (Methods of Reflection)

Pembelajaran reflektif melibatkan refleksi kritis, yang mengkaji hubungan ekonomi


dan kekuasaan dalam konteks sosial dan kelembagaan, dan refleksivitas, yang melibatkan
refleksi diri atas asumsi dan perilaku seseorang dalam kaitannya dengan peran sosial dan
hubungan kekuasaan (Branch & George, 2017). Metode-metode ini dapat diterapkan untuk
mengajarkan etika dan mempromosikan pengembangan etika (Branch & George, 2017).

12
3. Pengambilan Keputusan Etis (Ethical Decision Making)

Refleksi etis memberikan pendekatan terstruktur untuk pengambilan keputusan etis


dengan mengenali isu-isu moral, mengumpulkan informasi yang relevan,
mempertimbangkan alternatif tindakan, dan mengevaluasi konsekuensi dari setiap pilihan.
Hal ini membantu individu menghadapi pertanyaan-pertanyaan nilai dan membuat pilihan
yang selaras dengan keyakinan etis mereka (Magelssen & Pedersen, 2020).

4. Etika Profesional (Professional Ethics)

Refleksi etis sangat penting dalam konteks profesional, seperti perawatan kesehatan, di
mana para praktisi harus menavigasi dilema etis yang kompleks (Vyskocilová & Prasko,
2013). Hal ini membantu para profesional untuk menjaga batasan terapeutik yang jelas,
menghindari bahaya terhadap pasien, dan terlibat dalam refleksi diri dan pengawasan yang
berkesinambungan (Vyskocilová & Prasko, 2013).

Mengembangkan keterampilan refleksi etis membutuhkan latihan dan refleksi diri yang
berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa langkah seperti mengenali isu-isu moral
(mengidentifikasi masalah etika dan dilema yang muncul dalam konteks pribadi dan
profesional) , mengumpulkan informasi yang relevan, mempertimbangkan tindakan alternatif,
mengevaluasi konsekuensi, terlibat dalam refleksi diri, serta memberikan feedback dan
supervisi (Magelssen & Pedersen, 2020).

Secara keseluruhan, refleksi etis adalah alat yang berharga untuk pertumbuhan pribadi
dan profesional, yang memungkinkan individu untuk mengembangkan pemahaman yang lebih
dalam tentang nilai-nilai mereka, membuat keputusan etis, dan berkontribusi pada masyarakat
yang lebih beretika.

2.6.4 Pemahaman Konteks Sosial


Secara umum, filsafat ilmu dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, dimana ilmu
pengetahuan tersebut mampu memajukan teknologi yang merupakan sarana untuk digunakan
manusia secara sosial maupun individu untuk memenuhi kebutuhannya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat mendorong manusia mendayagunakan sumber daya alam
lebih efektif dan efisien. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dapat
meningkatkan kualitas kehidupan sosial manusia, dengan meningkatnya ketrampilan dan
kecerdasan (Subekti et al, 2021).

13
Tujuan filsafat ilmu dalam konteks sosial adalah untuk mengkaji dan memahami dasar-
dasar, metodologi, dan implikasi ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, serta dampaknya
terhadap masyarakat dan budaya. Dalam konteks pemahaman konsep sosial, filsafat ilmu dapat
memberikan wawasan yang penting. Berikut beberapa cara di mana filsafat ilmu dapat
membantu memahami konsep sosial:
1. Objektivitas dan Subjektivitas
Filsafat ilmu membantu profesi dokter dalam memahami bagaimana pengetahuan
sosial dihasilkan dan disajikan. Pertanyaan-pertanyaan mengenai sejauh mana
pengetahuan sosial bersifat objektif (berdasarkan fakta dan data) atau subiektif
(dipengaruhi oleh pandangan individu atau kelompok) menjadi relevan.
2. Teori dan Realitas Sosial
Filsafat ilmu membantu dokter untuk mengetahui tentang hubungan antara teori dan
realitas sosial. Yaitu mengenai konsep-konsep abstrak dalam teori sosial mencerminkan
kenyataan di lapangan. Dimana teori tersebut dapat membantu untuk menggambarkan
dunia sosial dengan lebih baik
3. Normativitas dan Deskriptivitas
Filsafat ilmu membantu membedakan antara pernyataan deskriptif
(menggambarkan fakta) dan pernyataan normatif (menilai nilai atau norma). Dalam
konteks sosial, pertanyaan muncul tentang sejauh mana peneliti atau analis sosial
seharusnya "netral" atau "berimbang" dalam menyajikan informasi.
4. Eksplorasi Epistemologi Sosial
Filsafat ilmu juga membuka diskusi tentang sifat pengetahuan sosial, antara lain
informasi terkait masyarakat dan manusia. Yaitu mengenai pendekatan serta
pemahaman realitas sosial. Selain itu, dapat juga membahas tentang batasan dan
kemungkinan dalam mencapai pengetahuan yang sah tentang aspek-aspek sosial.

Pemahaman konsep sosial dalam kerangka filsafat ilmu melibatkan refleksi mendalam
tentang bagaimana ilmu pengetahuan sosial dihasilkan, diterima, dan digunakan. Dengan
menggabungkan perspektif ini, dapat dikembangkan wawasan yang lebih kaya tentang cara
konsep-konsep sosial dihasilkan, direpresentasikan, dan memberikan dampak pada masyarakat
dan individu. Dalam hal pembelajaran filsafat ilmu dalam Pendidikan profesi dokter spesialis,
hal ini erat dikaitkan dengan konteks sosial, budaya dan historis. Dimana hal tersebut dapat

14
membantu profesi dokter untuk lebih sensitif terhadap kebutuhan pasien dari latar belakang
yang beragam. (Hendriyanto, 2015)

2.6.5 Pemecahan Masalah Kompleks

Pemecahan masalah yang kompleks dalam filsafat ilmu mengacu pada proses
mengatasi masalah yang rumit dan menemukan solusi dalam ranah pengetahuan dan
pemahaman. Hal ini melibatkan pemanfaatan aktivitas kognitif dan proses psikologis yang
mengatur diri sendiri untuk menavigasi lingkungan yang dinamis dan menjembatani
kesenjangan antara keadaan awal yang diberikan dan keadaan tujuan yang diinginkan. (Dörner
& Funke, 2017) (Funke, 2012)

Dalam filsafat, masalah pengetahuan dianggap kompleks dan dapat diperdebatkan. Hal
ini menggali pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana ilmu diperoleh, apa yang dimaksud
dengan ilmu, dan bagaimana ilmu dapat dibenarkan. Filsuf telah mengeksplorasi berbagai teori
dan perspektif tentang sifat pengetahuan, termasuk rasionalisme, empirisme, dan skeptisisme.
(Hooker, 2018)

Epistemologi, cabang filsafat, secara khusus berfokus pada studi terkait ilmu. Cabang
filsafat ini mengkaji sifat, sumber, dan batasan suatu ilmu, serta kriteria untuk menentukan apa
yang dianggap sebagai ilmu. Pemecahan masalah dalam filsafat ilmu melibatkan analisis kritis
dan evaluasi berbagai teori dan perspektif untuk menjawab pertanyaan dan tantangan
epistemologis.(Goldman & Alvin, 1983)

Perlu dicatat bahwa pendekatan pemecahan masalah dalam filsafat ilmu dapat
bervariasi tergantung pada kerangka atau paradigma filosofis tertentu yang digunakan.
Misalnya, filsafat ilmu analitik yang dominan saat ini menekankan pendekatan rasional dan
sistematik dalam pemecahan masalah. (Hooker, 2018)

Secara keseluruhan, pemecahan masalah yang kompleks dalam filsafat ilmu melibatkan
pergulatan dengan pertanyaan dan tantangan rumit yang berkaitan dengan perolehan,
pembenaran, dan sifat ilmu pengetahuan, dan menggunakan proses kognitif dan kerangka kerja
filosofis untuk mengatasinya.

15
2.7 Manfaat Filsafat Ilmu

2.7.1 Menjalankan Praktik

Ilmu pengetahuan filsafat dapat menjadi ilmu yang kompleks serta terasa tidak terikat
dengan realita. Tetapi tidak dapat dipungkiri jika ilmu pengetahuan filsafat merupakan hal yang
mendasar serta utama. Tenaga medis, terutama dokter yang memahami dengan baik dasar
filsafat ilmu dapat memiliki pendekatan yang lebih baik terhadap praktik medis serta dalam
penanganan pasien. Implementasi filosofi oleh para profesional kesehatan merupakan aspek
yang utama. Prinsip-prinsip yang diajarkan secara teoritis harus dapat diimplementasikan pada
kegiatan klinis setiap harinya (Harper, 2003).

Ilmu filsafat dalam kedokteran merupakan pondasi yang memiliki nilai moral serta
sosial yang berharga. Sehingga, Ketika hal-hal tersebut diterapkan dengan benar, maka
kegiatan klinis setiap hari nya dapat menjadi sempurna dalam lingkup praktisi, pasien, serta
masyarakat secara luas. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan jika ilmu filsafat
merupakan hal yang perlu dipelajari dengan baik agar menjadi dasar Tenaga Medis, khususnya
Dokter Spesialis dalam melaksanakan pelayanan medis terhadap pasien sehari-hari nya
(Chrousos, Mammas, dan Spandidos, 2019).

Ilmu pengetahuan filsafat dapat diimplementasikan dengan cara seperti memperluas


wawasan utamanya kedokteran, mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis,
meningkatkan toleransi, dan skeptisisme, serta pemupukan rasa empati (Kopelman, 1995) Hal-
hal tersebut diharapkan dapat merubah mahasiswa kedokteran menjadi dokter yang baik, dan
tidak lupa dokter menjadi dokter spesialis yang lebih baik.

Pendekatan ilmu secara filosofis memberikan kemampuan untuk mengidentifikasi


subyek kedokteran serta tujuan dari pengobatan terhadap pasien. Selain itu, etika dalam
lingkungan kedokteran mengajarkan nilai-nilai serta kewajiban moral yang dapat dibawa untuk
menjadi dokter yang baik bahkan sempurna. Dengan menempatkan pasien menjadi fokus
perhatian seorang dokter, dokter dapat menempatkan diri sejajar dengan pasien sehingga
terbentuk kepedulian serta semangat dalam mengobati pasien. Maka dari itu, kesempurnaan
klinis dalam lingkup kedokteran sangat terbantu akibat adanya pemahaman yang baik terhadap
ilmu filsafat kedokteran (Pedziwiatr, 1999).

16
2.7.2 Pemahaman Mendalam Guna Meningkatkan Pelayanan Pasien

Ilmu Filsafat dalam bidang kedokteran melibatkan pemeriksaan konsep dasar, prinsip,
dan pertimbangan etis yang mendasari praktik medis. Pemahaman mendalam tentang ilmu
filsafat dalam bidang kedokteran dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam
meningkatkan kualitas keputusan klinis dan perawatan pasien. Berikut adalah beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari pemahaman mendalam tentang ilmu filsafat dalam bidang
kedokteran bagi seorang dokter spesialis:

1. Pemikiran Kritis: Filsafat melatih kemampuan berpikir kritis, yang sangat penting dalam
membuat keputusan klinis yang tepat. Dengan memahami konsep-konsep filsafat seperti
logika, rasionalitas, dan argumentasi, dokter dapat menganalisis informasi dengan lebih
baik.Keterampilan ini sangat penting untuk mengevaluasi bukti, memahami asumsi yang
mendasarinya, dan membuat keputusan klinis yang terinformasi berdasarkan penalaran
yang masuk akal.

2. Pemahaman Mendalam tentang Manusia: Ilmu filsafat membahas berbagai dimensi


manusia, termasuk aspek-aspek yang relevan dalam kedokteran. Dengan mempelajari
filsafat, dokter dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang manusia sebagai
makhluk kompleks, termasuk aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual sehingga
pendekatan holistik dalam perawatan pasien dapat dilakukan. Pemahaman ini dapat
mengarah pada perawatan yang lebih komprehensif dan berpusat pada pasien yang
menjawab kebutuhan dan preferensi unik setiap individu.

3. Etika Kedokteran: Filsafat juga membahas etika, termasuk etika kedokteran. Pemahaman
tentang prinsip-prinsip etika kedokteran dapat membantu dokter dalam menghadapi
dilema etis dan membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan
profesionalisme, seperti keputusan akhir hidup, alokasi sumber daya, dan otonomi pasien.
Pengetahuan ini memastikan bahwa keputusan dibuat sejalan dengan standar etika,
meningkatkan kesejahteraan dan kepercayaan pasien.

4. Pembelajaran berkelanjutan: Filsafat ilmu membahas tentang sifat ilmu pengetahuan dan
metode ilmiah. Dengan memahami konsep-konsep ini, dokter dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih baik dalam bentuk eksplorasi ide ide baru dari dasar-dasar ilmiah
dalam kedokteran dan mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam praktik klinis yang

17
berbasis bukti dan pendekatan inovatif yang meningkatkan perawatan pasien dari waktu
ke waktu.

5. Keterampilan Komunikasi: Pemahaman mendalam tentang ilmu filsafat dapat


meningkatkan komunikasi antara profesional kesehatan dan pasien. Dengan menghargai
landasan filosofis dari konsep-konsep seperti informed consent dan pengambilan
keputusan bersama, dokter dapat secara efektif mengomunikasikan informasi medis yang
rumit dan melibatkan pasien dalam rencana perawatan mereka.

6. Pemikiran Reflektif: Filsafat juga melatih kemampuan berpikir reflektif, yang penting
dalam mempertanyakan dan memperbaiki praktik klinis. Dengan mempertimbangkan
argumen-argumen filsafat dan merenungkan implikasi etis dan filosofis dari tindakan
medis, dokter dapat terus meningkatkan perawatan pasien mereka.

Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang ilmu filsafat kedokteran dapat


memberikan landasan yang kuat bagi dokter dalam mengambil keputusan klinis yang lebih
baik dan memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien mereka.

2.7.3 Komunikasi yang Lebih Efektif


Istilah komunikasi berasal dari kata communication dalam Bahasa Inggris, yang berasal
dari Bahasa Latin communis, yang secara harfiah membawa maksud yang sama. Aktivitas
komunikasi sebenarnya adalah mencari satu kesamaan antara seorang dengan seorang yang
lainnya (Putri, 2021).
Komunikasi bisa disebut efektif jika pesan diterima dan dipahami apa adanya seperti
apa yang dimaksudkan, pesan akan berlanjut dengan adanya perbuatan oleh komunikan, serta
dapat meningkatkan keberlangsungan hubungan komunikator dan komunikan, dan tidak ada
kendala.
Dokter yang memiliki pemahaman tentang filsafat ilmu cenderung lebih baik dalam
berkomunikasi dengan pasien, rekan sejawat, dan staf medis lainnya. Berikut adalah beberapa
manfaat filsafat ilmu yang relevan dengan komunikasi yang lebih efektif dalam praktek medis:
1. Pemahaman yang lebih mendalam: Pembelajaran filsafat ilmu membantu dokter
untuk memahami dasar-dasar ilmu kedokteran secara lebih mendalam. Hal ini
memungkinkan mereka untuk memiliki wawasan yang lebih luas dan pemahaman
yang lebih baik tentang prinsip-prinsip yang mendasari praktik medis.

18
2. Pemikiran kritis: Filsafat ilmu melibatkan pemikiran kritis dan analisis yang
mendalam. Dokter yang memiliki pemahaman tentang filsafat ilmu akan terlatih
dalam mempertanyakan asumsi, memahami implikasi dari keputusan medis, dan
mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan pemikiran yang rasional.
3. Etika dan moral: Pembelajaran filsafat ilmu juga melibatkan pemahaman tentang
etika dan moral dalam praktik medis. Dokter yang memiliki pemahaman tentang
filsafat ilmu akan lebih mampu menghadapi dilema etis yang kompleks dan
membuat keputusan yang tepat berdasarkan pertimbangan moral.
4. Keterampilan komunikasi: Dokter yang mempelajari filsafat ilmu cenderung
memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik. Mereka dapat
mengkomunikasikan informasi medis dengan jelas dan efektif kepada pasien, rekan
sejawat, dan staf medis lainnya. Hal ini penting untuk membangun hubungan yang
baik dengan pasien dan memastikan pemahaman yang tepat tentang kondisi medis
dan perawatan yang diberikan.
5. Pemahaman multidisiplin: Filsafat ilmu melibatkan pemahaman tentang berbagai
disiplin ilmu, termasuk sains, etika, dan hukum. Dokter yang mempelajari filsafat
ilmu akan memiliki pemahaman yang lebih luas tentang konteks sosial, budaya, dan
hukum dalam praktik medis. Hal ini membantu mereka dalam menghadapi
tantangan yang kompleks dan memastikan bahwa keputusan medis yang diambil
mempertimbangkan berbagai faktor yang relevan.

2.7.4 Kepemimpinan dan Advokasi


Dengan pengetahuan filsafat ilmu, dokter spesialis dapat memainkan peran yang lebih
aktif dalam kepemimpinan medis dan advokasi untuk perubahan yang lebih baik dalam sistem
perawatan kesehatan (Hutahaean, 2021). Kepemimpinan adalah suatu kemampuan yang dapat
memberi pengaruh terhadap orang lain, menyatukan berbagai pemikiran, dan kepribadian
dalam suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan atau target yang sama (Maryapodi, 2023).
Seorang pemimpin bertanggung jawab atas kelangsungan organisasi dan bertindak
mengarahkan, membimbing manajemen, memotivasi, dan membangun komunikasi.
Filsafat ilmu memiliki manfaat yang relevan dalam konteks kepemimpinan. Berikut
adalah beberapa manfaat filsafat ilmu dalam kepemimpinan:
1. Sikap rasional dan kritis: filsafat ilmu mengedepankan sikap rasional dan kritis
dalam pemikiran dan pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang memiliki

19
pemahaman filsafat ilmu cenderung mampu berpikir secara logis, menganalisa
situasi dengan baik, dan mengambil keputusan lebih baik.
2. Definisi dan pengertian kepemimpinan: Filsafat ilmu kepemimpinan membahas
definisi, pengertian, dan ruang lingkup kepemimpinan. Seorang pemimpin dituntut
dapat memiliki pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawabnya.
3. Tujuan dan manfaat kepemimpinan: membahas tujuan dan manfaat kepemimpinan
serta nilai-nilai yang terkait. Seorang pemimpin diharapkan dapat mengarahkan
tindakan dan keputusan dengan mempertimbangkan tujuan dan manfaat yang
diinginkan, serta nilai-nilai yang penting dalam kepemimpinan.
4. Cara melaksanakan kepemimpinan: Seorang pemimpin yang dapat memahami
epistemologi kepemimpinan dapat mengembangkan keterampilan serta strategi
yang efektif dalam melaksanakan kepemimpinan.

20
BAB 3

KESIMPULAN

Filsafat merupakan studi mengenai pemikiran manusia dan fenomena kehidupan yg


dijabarkan dengan konsep dasar. Filsafat dapat disebut sebagai perjalanan menuju sesuatu yang
lebih dalam, dan tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lainnya. Dalam rangkaian pendidikan,
kegiatan pembelajaran perlu diselenggarakan dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan
rasional. Pada kenyataannya, kegiatan perkuliahan berlangsung hanyalah sebagai rutinitas
tanpa memperhatikan tujuan sebenarnya. Hal ini diperlukan pemikiran filsafat, sebagai suatu
pembelajaran yang mempersoalkan sesuatu secara kritis dalam proses pembelajaran, serta
memahami pentingnya peran etika dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Andoko, D. (2020). Filsafat Ilmu & Potensi Terapan di Pelayanan Kedokteran. Availabel at
https://www.academia.edu/43256838/Filsafat_Ilmu_and_Potensi_Terapan_di_Pelayana
n_Kedokteran. Diakses 22 Agustus 2023.

Arapov, O., Arapova, E., Volnyakova, O., Ivanova, A., Krivolapova, J., & Solodukhin, D.
(2016). Philosophy as rational knowledge. Indian Journal of Science and Technology,
9(46), 449-460. doi: DOI: 10.17485/ijst/2016/v9i46/107529

Branch, W. T Jr., and George, M (2017). Reflection-based learning for professional ethical
formation. AMA Journal of Ethics, 19(4), 349–356.
https://doi.org/10.1001/journalofethics.2017.19.4.medu1-1704.

Caswili, W. (2014). Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu. Available at


https://www.academia.edu/25475072/Jurnal_Ilmiah_Tujuan_dan_Manfaat_Filsafat_Il
mu_TUJUAN_DAN_MANFAAT_FILSAFAT_ILMU. Diakses 22 Agustus 2023.

Chrousos GP, Mammas IN, Spandidos DA. The role of philosophy in medical practice. Exp
Ther Med. 2019 Oct;18(4):3215-3216. doi: 10.3892/etm.2019.7944. Epub 2019 Aug 28.
PMID: 31572560; PMCID: PMC6764243. Diakses melalui:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6764243/

Curd, M. and Psillos, S. (2008). Introduction. In The Routledge Companion to Philosophy of


Science. UK: Routledge. Diakses melalui: https://perpus.filsafat.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/230/2017/11/Stathis-Psillos-Martin-Curd-The-Routledge-
Companion-to-Philosophy-of-Science-Routledge-Philosophy-Companions-2008.
Diakses 22 Agustus 2023.

Dörner, D., & Funke, J. (2017). Complex Problem Solving: What It Is and What It Is Not.
Frontiers in Psychology, 8. doi:10.3389/fpsyg.2017.01153

Fadli, MR. (2021). Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era
Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat.
https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/42521/31083. Diakses 22 Agustus
2023.

Funke, J. (2012). Complex Problem Solving. In: Seel, N.M. (eds) Encyclopedia of the Sciences
of Learning. Springer, Boston, MA. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-1428-6_685.
Diakses 22 Agustus 2023.

Hooker, C. (2018). A New Problem-Solving Paradigm for Philosophy of Science. Perspectives


on Science, 26(2), 266–291. doi:10.1162/posc_a_00275

Goldman & Alvin I. (1983). “Epistemology and the Theory of Problem Solving.” Synthese,
vol. 55, no. 1, pp. 21–48. JSTOR, http://www.jstor.org/stable/20115856. Diakses 22
Agustus 2023.

Harper CM. Philosophy for physicians. J R Soc Med. (2003) Jan;96(1):40-5. doi:
10.1258/jrsm.96.1.40. PMID: 12519806; PMCID: PMC539374. Diakses melalui:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC539374/. Diakses 22 Agustus 2023.

22
Hendriyanto, A. (2015). Filsafat Ilmu dan Perkembangan Pemikiran Manusia. Available at
https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/1116/1/Tkspor%20Setting_Filsafat%20Il
mu%202014_2.pdf . Diakses 22 Agustus 2023.

Hildebrand, V. D., & Seifert, J. (1991). What is philosophy? Routledge.

Huang, G. C., Newman, L. R., & Schwartzstein, R. M. (2014). Critical Thinking in Health
Professions Education:Summary and Consensus Statements of the Millennium
Conference 2011. Teaching and Learning in Medicine, 26(1), 95–102.
https://doi.org/10.1080/10401334.2013.857335

Hutahaean, W.S. (2021) Filsafat dan Teori Kepemimpinan. Available at:


https://jdih.situbondokab.go.id/barang/buku/Filsafat%20dan%20Teori%20Kepemimpin
an%20(Dr.%20Wendy%20Sepmady%20Hutahaean,%20S.E.,%20M.Th.)%20(z-
lib.org).pdf. Diakses 22 Agustus 2023.

Khara Nove Maryapodi, S.E. (2023) Realitas Konsep Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif
Ilmu Filsafat dan Psikologi. Available at:
https://www.researchgate.net/publication/366847701_Realitas_Konsep_Kepemimpinan
_Berdasarkan_Perspektif_Ilmu_Filsafat_dan_Psikologi. Diakses 22 Agustus 2023.

Kleinman, P. (2013). Philosophy 101: From Plato and Socrates to ethics and metaphysics, an
essential primer on the history of thought. Adams Media.

Kopelman LM. Philosophy and medical education. Acad Med. (1995) Sep;70(9):795-805.
PMID: 7669156. Diakses melalui: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7669156/

Magelssen, M. and Pedersen, R. (2020). Hva er «etikk» i helsetjenesten? In: Etikk i


helsetjenesten, red. (What is “ethics” in the healthcare services? In: Ethics in the
healthcare service, ed.) Magelssen, Førde, Lillemoen and Pedersen. Oslo: Gyldendal
Akademisk, p. 17.

Parluhutan, A. (2020). Objek Formal & Material Filsafat Ilmu Serta Implikasinya Dalam
Pendidikan. Available at
http://jurnal.una.ac.id/index.php/pionir/article/viewFile/2362/1804#:~:text=Sedangkan
%20Objek%20formal%20filsafat%20ilmu,maupun%20yang%20material%20abstrak%
2C%20psikis . Diakses 22 Agustus 2023.

Pedziwiatr MJ. (1999).Role of history and philosophy of medicine in the professional


formation of a physician: writings of Polish school of philosophy of medicine. Croat Med
J. (1999) Mar;40(1):14-9. PMID: 9933890. Diakses melalui:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9933890/ . Diakses 22 Agustus 2023.

Putri, K.Y.S. (2021). Komunikasi Kesehatan. Available at


http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Komunikasi_Kesehatan.pdf. Diakses 22
Agustus 2023.

Ridwan, M., Syukri, A., & Badarussyamsi, B. (2021). Studi Analisis Tentang Makna
Pengetahuan Dan Ilmu Pengetahuan Serta Jenis Dan Sumbernya. Jurnal Geuthèë:
Penelitian Multidisiplin, 4(1), 31–54.

23
Ritaudin, M. S., Raden, I., Lampung, I., & Id Abstrak, P.-S. C. (2015). Mengenal Filsafat dan
Karakteristiknya (Vol. 9, Issue 1).

Sarjayadi, S., Fitrisia, A., & Ofianto, O. (2023). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan: Literature
Review. Jurnal Ilmiah Ekotrans & Erudisi, 3(1), 1-6.
https://doi.org/10.31933/jiee.v3i1.914

Sharples, J. M., Oxman, A. D., Mahtani, K. R., Chalmers, I., Oliver, S., Collins, K., Austvoll-
Dahlgren, A., & Hoffmann, T. (2017). Critical thinking in healthcare and education. BMJ
(Online), 357. https://doi.org/10.1136/bmj.j2234. Diakses 22 Agustus 2023.

Suaedi. (2015). Pengantar Filsafat Ilmu. Pp. 20-21. Available at


https://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf. Diakses
22 Agustus 2023.

Subekti, I. et al. (2021) Kontribusi Filsafat Ilmu Dalam Penelitian Ilmiah Dan Kehidupan
Sosial, Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3), pp. 229–241. Available at
doi:10.23887/jfi.v4i3.37304. Diakses 22 Agustus 2023.

Soelaiman, D., (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam. Aceh: Bandar
Publishing. Diakses melalui:
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/778/1/Filsafat_Ilmu_Pengetahuan_Perspektif_Bar
at_dan_Islam. Diakses 22 Agustus 2023.

The Liang Gie, (1997), Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Liberty. Diakses melalui:
https://inlislite.uin-suska.ac.id/opac/detail-opac?id=2269. Diakses 22 Agustus 2023.

Unwakoly, S. (2022). Berpikir Kritis dalam Filsafat Ilmu: Kajian dalam Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi. Jurnal Filsafat Indonesia, 5.

Vyskocilová, J., and Prasko, J. (2013). Ethical reflection and psychotherapy. Neuro
endocrinology letters, 34(7), 590–600.

Wardhana, M. (2016). Filsafat Kedokteran. Vaikuntha International Publication

Widyaningrum, W., Rahmat, A., & Rahman, S. (2021). The Correlation Between Philosophy,
Science And Reading Learning. Jurnal Sains Sosio Humaniora, 5(2), 787-792.

Widyawati, S. (2013). Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan. Gelar:
Jurnal Seni Budaya, 11(1): 87-96.

24
Anindya Ramadian Karunika 501231001
Hesty Rohmatul Fajri 501231002
Alma Pustika Kartikananda Retina Fibularis 501231003
Meidiana Devira Aristanti 501231004
Mochamad Tito Aditya Pratama 501231005
Adi Rakhmadi Kurniawan 501231006
Rizqi Suryani Putri 501231007
Ayu Liana Gunawan 501231008
Rosalia Adriani Malika 501231009
Alicia Angelina 515231001
Ryan Ryzky Damara 515231003
Moch. Rizki Ramadhan 515231004
Wisnu Sudrajad 515231008
Sharples, J. M., Oxman, A. D., Mahtani, K. R., Chalmers, I., Oliver, S., Collins, K., Austvoll-Dahlgren, A., & Hoffmann, T. (2017). Critical thinking in healthcare and education. BMJ (Online), 357. https://doi.org/10.1136/bmj.j2234
Wardhana, M. 2016. Filsafat Kedokteran. Vaikuntha International Publication
Widyawati, S. 2013. Filsafat Ilmu Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan. Gelar: Jurnal Seni Budaya, 11(1): 87-96
Hildebrand, V. D., & Seifert, J. (1991). What is philosophy? Routledge.
Kleinman, P. (2013). Philosophy 101: From Plato and Socrates to ethics and metaphysics, an essential primer on the history of thought. Adams Media.
Suaedi. (2015). Pengantar Filsafat Ilmu. Pp. 20-21. Available at https://uncp.ac.id/content/uploads/files/buku-rektor/Binder-Filsafat-Ilmu.pdf.
Fadli, MR. (2021). Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat. https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/42521/31083 ;
Sarjayadi, S., Fitrisia, A., & Ofianto, O. (2023). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan: Literature Review. Jurnal Ilmiah Ekotrans & Erudisi, 3(1), 1-6. https://doi.org/10.31933/jiee.v3i1.914
Fadli, MR. (2021). Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya di Era Revolusi Industri 4.0 (Society 5.0). Jurnal Filsafat. https://journal.ugm.ac.id/wisdom/article/download/42521/31083 ;
Sarjayadi, S., Fitrisia, A., & Ofianto, O. (2023). Filsafat dan Ilmu Pengetahuan: Literature Review. Jurnal Ilmiah Ekotrans & Erudisi, 3(1), 1-6. https://doi.org/10.31933/jiee.v3i1.914
Putri, K.Y.S. (2021). Komunikasi Kesehatan. Available at http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Komunikasi_Kesehatan.pdf (Diakses 22 Agustus 2023)
Putri, K.Y.S. (2021). Komunikasi Kesehatan. Available at http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/Komunikasi_Kesehatan.pdf (Diakses 22 Agustus 2023)
Hutahaean, W.S. (2021) Filsafat dan Teori Kepemimpinan. Available at: https://jdih.situbondokab.go.id/barang/buku/Filsafat%20dan%20Teori%20Kepemimpinan%20(Dr.%20Wendy%20Sepmady%20Hutahaean,%20S.E.,%20M.Th.)%20(z-lib.org).pdf (Accessed: 22 August 2023).
Khara Nove Maryapodi, S.E. (2023) Realitas Konsep Kepemimpinan Berdasarkan Perspektif Ilmu Filsafat dan Psikologi. Available at: https://www.researchgate.net/publication/366847701_Realitas_Konsep_Kepemimpinan_Berdasarkan_Perspektif_Ilmu_Filsafat_dan_Psikologi.

Anda mungkin juga menyukai