Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Studi Pedidikan Agama Islam
Program Pascasarja (Magister)
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
AHMAD JAMALUDDIN
80200223112
DOSEN PENGAMPU:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2024
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur semoga selalu tercurahkan atas kehadirat Allah swt.
yang telah memberikan segala nikmat yang luar biasa, baik nikmat kesehatan, kesempatan dan
nikmat iman. Sehinggah pada akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
S}alawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad saw.
nabi yang membawa manusia dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah banyak menerima masukan, arahan,
bimbingan dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, untuk semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi, penulis mengucapkan banyak terima kasih
dan semoga apa yang telah diberikan kepada penulis, Allah swt. akan membalasnya dengan lebih
baik lagi.
Penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan di dalam makalah, oleh karena itu penulis
tidak menutup diri dari kritikan dan saran yang ingin diberikan oleh para pembaca, dan semoga
Penulis
Ahmad Jamaluddin
80200223112
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 10
B. Implikasi........................................................................................................................ 10
A. Latar Belakang
menyangkut dengan faham dan pandangan para ahli pikir dan filosuf. Dari kajian ini para ahli
melihat sesuatu atau menyeluruh, mendalam dan sistematis. Para filsus menggunakan sudut
pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Antara aliran atau
paham satu dengan yang lainnya, ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep
dasar yang sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan.
Justru dengan banyak aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita
dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang
berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai
suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat
atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya
yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita
karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya
tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban
membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2
PEMBAHASAN
1. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan akal (reason) adalalah terpenting
dengan cara berpikir1. Rasio adalah sumber kebenaran. Hanya pada rasio sajalah yang dapat
pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal yang dapat memberikan bahan-bahan yang
menyebabkan akal tersebut bekerja. Akan tetapi untuk sampainya manusia kepada kebenaran
adalah semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang
belum jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal
membentuk bahan tersebut sehingga terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi akal bekerja karena
bahan dari indera. Akan tetapi akal juga dapat menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan
bahan inderawi sama sekali, jadi akal juga dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang
betul-betul abstrak.2
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat
tepenting untuk memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris. Maka rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir. Alat dalam berpikir itu kaidah-
1
Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Metodologi sampai Teofilosofi, (Bandung,
Pustaka Setia,2008), h.247
2
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2013), h.25
3
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung, Remaja Rosdakarya,
2013), h.127
3
4
Ada dua macam rasionalisme yaitu dalam bidang agama dan bidang filsafat. Dijelaskan
bahwa bidang agama dalam rasionalisme ialah lawannya autoritas, sedangkan dalam bidang
filsafat lawannya ialah empirisme. Jelas sekali perbedaanya karena di dalam agama rasionalisme
mengkritik ajaran agama dan bidang filsafat rasionalisme menjelaskan teori pengetahuan.
2. Empirisme
Kata ini berasal dari bahasa Yunani emoeiria, empeiros (berarti berpengalaman dalam,
berkenalaan dengan, terampil untuk).4 Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang
menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Berbeda dengan
anggapan rasionalis yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio. Paham ini
berpendapat bahwa indera atau pengalaman adalah sumber satu-satunya atau paling tidak sumber
primer dari pengetahuan manusia, sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang
paling jelas dan sempurna. Sumber ilmu pengetahuan dalam teori empirisme adalah pengalaman
memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Untuk kemudian kesan-kesan tersebut berkumpul dalam
diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang berupa pengalaman terdiri dari
a. Descartes (1596-1650)
Rene Descartes (Renatus cartesius) adalah putra keempat Joachim Descartes, seorang
anggota parlemen kota britari, propinsi renatus di prancis. Kakeknya, piere Descartes, adalah
seorang dokter. Neneknya juga berlatar belakang kedokteran, dilahirkan pada tanggal 31 Maret
1596 di La Haye (sekarang disebut La Haye Descartes), propinsi Teuraine. Descartes kecil yang
mendapat nama baptis Rene, tumbuh sebagai anak yang menampakan bakatnya dalam bidang
4
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Cet.I, Jakarta : Gramedia, 1997), h.196
5
Abd. Gafur, Filsafat Ilmu, (Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang: 2007), h.59
5
filsafat, sehingga ayahnya pun memanggilnya dengan julukan Si Filsuf Cilik. Pendidikan
pertamanya diperoleh dari sekolah Yesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612. Disinilah ia
memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Prancis, music dan
acting, logika aristoteles dan Etika Nichomacus, fisika, matematika, astronomi dan ajaran
Descartes dianggap sebagai bapak aliran filsafat modern. Ia merupakan filosof yang ajaran
filsafatnya sangat populer, karena pandangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran
tertinggi berada pada akal atau rasio manusia. Descartes menjelaskan kebenaran melalui metode
keragu-raguan. Dalam karyanya Anaxemens Discourse on Methode ada 4 hal yang harus
1) Kebenaran baru dinyatakan sahih jika benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan
tegas (clearly and distincictly), sehingga tidak ada keraguan apapun yang mampu
merobohkannya.
2) Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah sampai sebanyak mungkin sehingga tidak ada
3) Bimbinglah pikiran dengan teratur (mulai dari yang sederhana atau mudah diketahui sampai
4) Pencarian dan pemeriksaan harus dibuat dengan perhitungan yang sempurna serta
mempertimbangkan secara menyeluruh sehingga diperoleh keyakinan bahwa tidak ada
b. Spinoza (1632-1677)
Spinoza memiliki pemikiran bahwa kebenaran itu berpusat pada pemikiran dan keluasan.
Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh, yang ekstensinya berbarengan antara
6
F. Budi Hardiman, Pemikiran- Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 33-
34
7
Simon Petrus, L.Thahjadi, Petualang Intelektual, (Yogyakarta, Kanisius, 2004),h.212
6
Baruch Spinoza atau Benedictus de Spinoza merupakan salah satu pengikut pemikiran
Descartes yang menjadikan substansi sebagai tema pokok dalam metafisika yang sampai saat ini
dengan tentang sesuatu, menggunakan metode deduksi matematis yang meletakkan definisi
Seperti Descartes, Spinoza juga mengatakan bahwa kebenaran itu terpusat pada pemikiran
dan keluasaan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasaan adalah tubuh yang eksistensinya
berbarengan.
c. Leibniz (1646-1716)
Kelahiran Leibniz lahir di Jerman, nama kengkapnya Gottfried Wilhem von Leibniz. Sama
halnya Spinoza, Leibniz termasuk pengagum sekaligus pengkritik Descartes. Baginya, ia khawatir
tentang kehidupan dan bagaimana menjalani hidup. Tetapi berbeda dengan Spinoza yang kesepian,
ia justru termasuk orang yang kaya raya dan dipuja. Leibniz juga dikenal sebagai penemu kalkulus
bersama Newton. Ia adalah ilmuan, pengacara, sejarawan, akademisi, ahli logika, ahli bahasa, dan
teolog. Bagi Leibniz, filsafat adalahhobi yang berkesinambungan dan ia terlibat dalam diskusi
filosofis dan melakukan korespondensi sepanjang hidupnya bersama para filsuf di zamnnya.
Sayangnya, karyanya tidak bisa dinikmati banyak orang, karena setelah ia meninggal, karyanya
tidak diterbitkan. 8
Pemikiran Leibniz yang terkenal adalah monadologinya, dia berpendapat bahwa banyak
sekali subtansi yang terdapat di dunia ini, yang disebutnya “monad” Monad ini semacam cermin
yang membayangkan kesempurnaan yang satu itu dengan caranya sendiri. Tiap-tiap pencerminan
yang terbatas ini mengandung kemungkinan tidak terbatas karena dalam seluruhnya dapat
diperkaya dan dipergandakan oleh sesuatu dari sesuatu yang mendahuluinya. Dalam rentetan ini
ada tujuan yang terakhir, yaitu menuju yang tak terbatas sesungguhnya. Tuhan itu transendent,
artinya Tuhan di luar makhluk, Tuhan merupakan dasar dari segala rentetan yang ada. 9
8
Ali Maksum, Pengantar Filsafat; Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Cet. I, Yogyakarta: Arruzz
Media, 2008), h. 131
9
Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Filsafat, (Cet. 10, Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 103.
7
Adapun salah satu ulama sufi dan pemikir mistik teosof yang banyak mengajarkan tentang
etika dan filsafat adalah Syekh Muhammad Yusuf Al-makassari.Ia merupakan salah satu dan dan
juga pahlawan yang dalam perjuangannya menyebarkan agama Islam menjadi tonggak bersejarah
bagi seorang putra di daerah Gowa.Konsep etika dan moral dari ajaran Syekh Yusuf secara
substantif berbasis pada prinsip”Al takhalluq bi akhlaq Allah” (berakhlak dengan akhlak Allah).
Etika yang di ajarkan sufi seperti syekh yusuf bersifat komprehensif, substantif dan universal.
Syekh yusuf sendiri berkali-kali menekankan perlunya menerapkan “husnul khuluk” akhlak luhur
baik terhadap tuhan maupun makhluk. Akhlak yang baik haruslah bersifat utuh,lengkap dan
tercermin dalam seluruh penampilan pribadi seseoarang yang mencakup, perkataan, perbuatan
yang timbul dari hati yang bersih, serta sifat dan sikap. 10
2. Tokoh Empirisme
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli
politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu
essay concerning human understanding, terbit tahun 1600. letters on tolerantion, terbit tahun
1689-1692. dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi
terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka
menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera.
Dengan ungkapan singkat Locke:11
Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari
sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.Dengan demikian dia
menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah
10
Sainuddin, Ibnu Hajar, dan Ismail Suardi Wekke. Syekh Yusuf al-Makassari: Pandangan Etika dan Filsafat,
(2020), h. 1
11
Susanti Vera dan R. Yuli A. Hambali, Aliran Rasionalisme dan Empirisme Dalam Kerangka Ilmu
Pengetahuan, Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1 no 2 (April 2021), h. 69
8
David Hume (1711-1776) adalah salah seorang yang paling terkemuka di kalangan filsuf.
Ini karena dia mengembangkan filsafat empirisis Locke dan Berkeley menjadi konklusi logis, dan
menjadikannya luar biasa lantaran ia membuatnya konsisten. Dalam pengertian tertentu, dia
merepresentasikan sebuah titik-perhentian: dengan kata lain, mustahil untuk pergi lebih jauh dari
arahnya. Kalangan metafisis di masa silam banyak yang menolaknya semenjak ia menulis. Karya
filsafat utamanya, Treatise of Human Nature, ditulis ketika ia tinggal di Perancis pada tahun 1734
sampai 1737. Dua volume yang pertama diterbitkan pada tahun 1739, volume yang ketiga tahun
1740.12
Hume adalah pelopor para empiris, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan tentang dunia
berasal dari indera. Menurut Hume, ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan
dapat diambil melalui persepsi indra kita. Namun terlepas dari berbagai kritik yang muncul,
pemikiran Hume umumnya merupakan wujud ekspresi dan sikap naturalism dan skeptismenya.
Dia sesungguhnya telah berupaya memberikan penjelasan tentang sifat dasar alamiah manusia,
1. Rasionalisme
bersifat abstrak.
12
Theguh Saumantri, Metafisika Empirik Dalam Pemikiran David Hume, Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
(2022), 7 no. 2, h. 233
9
Banyak dari ide Rasionalisme yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu
b. Pengetahuan yang dibangun oleh Rasionalisme hanyalah bentuk oleh ide yang tidak dapat
dilihat.
c. Kebanyakan orang merasa kesulitan untuk menerapkan konsep Rasionelisme dalam kehidupan
2. Empirisme
pengetahuan yang benar karena faham empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi
dilapangan.
berikut:
a. Indra terbatas. Benda yang jauh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil benda itu kecil? Tidak.
b. ndera menipu. Pada orang yang sakit malaria, gulara rasanya pahit, udara panas dirasakan
c. Objek yang menipu. Contohnya ilusi, fatamorgana. Jadi, objek itu sebenarnya tidak
sebagaimana ia tangkap oleh alat indera; ia membihongi indera. Ini jleas dapat menimbulkan
d. Indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera (di sini mata) tidak mampu melihat seekor
kerbau secara keseluruhan, dan kerbau itu juga tidak dapat memperlihatkan badannya secara
keseluruhan. Jika melihatnya dari depan, yang kelihatan adalah kepala kerbau, dan kerbau pada
saat itu memang tidak mampu sekaligus memperlihatkan ekornya. Kesimpulannya ialah
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa aliran filsafat ini berhubungan dengan ilmu
pengetahuan. Terutama aliran empirisme, dan rasionalisme. Aliran empirisme memandang bahwa
pengetahuan ini bukanlah ada pada kita, akan tetapi ada diluar pada diri kita. Aliran rasionalisme
memandang bahwa akal pikiran atau rasio adalah sebagai dasar pengetahuan manusia. Aliran
kritisisme pengetahuan yang memeriksa dengan teliti , apakah pengetahuan kita itu sesuai dengan
Tokoh-tokoh dalam aliran filsafat berbeda-beda. Pada aliran empirisme tokohnya adalah
John Locke dan David Hume yang mana mereka mempunyai pemikiran untuk mendapat
kebenaran maka harus diperoleh dari pengalaman. Tokoh Rasionalisme adalah Descartes, Spinoza
dan Leibniz yang mana pemikiran dari tokoh ini adalah rasionalisme dapat diimplikasikan
B. Implikasi
Demikianlah makalah yang dapat disajikan sesuai dengan batas kemampuan penulis,
dengan harapan apa yang penulis sajikan ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi
kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan sehingga penulis mengharapkan krtikan, saran, pemikiran,
dan ide-ide yang sifatnya membangun. Demikianlah semoga benilai ibadah disisi-Nya.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Atang, dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum dari Metodologi sampai
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Gafur, Abd. Filsafat Ilmu. Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang, 2007.
Hardiman, F. Budi. Pemikiran- Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern. Jakarta: Erlangga,
2010.
Maksum, Ali. Pengantar Filsafat; Dari Masa Klasik hingga Postmodernisme. Cet. I, Yogyakarta:
Poedjawijatna. Pembimbing Ke Arah Filsafat. Cet. 10, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Saumantri, Theguh. "Metafisika Empirik Dalam Pemikiran David Hume." Jurnal Aqidah dan
Sainuddin, Ibnu Hajar, dan Ismail Suardi Wekke. Syekh Yusuf al-Makassari: Pandangan Etika
Vera, Susanti, dan R. Yuli A. Hambali. "Aliran Rasionalisme dan Empirisme Dalam Kerangka
Ilmu Pengetahuan." Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin 1, no. 2 (April 2021): 69.