Masa Kekosongan
Masa Kekosongan
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Periode Klasik
Disusun oleh
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................2
Kata Pengantar.............................................................................................................................................. 3
BAB I .................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................6
A. Kekosongan Kekuasaan Setelah Rasul wafat ....................................................................................... 6
B. Proses Pengangkatan Khalifah Pertama................................................................................................ 6
C. Perselisihan dan Konflik yang Terjadi ................................................................................................... 8
Kesimpulan ........................................................................................................................................9
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah
kita masih dapat merasakan nikmat iman, ketenangan dalam hidup serta dimudahkan dalam segala urusan
duniawi maupun ukhrawi. Shalawat serta salam semoga Allah senantiasa curah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW karena berkatnyalah dunia yang tampak gelap karena kebodohan menjadi
terang benderang dengan keimanan yang terpancar seperti saat ini.
Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak pengajar mata kuliah Sejarah
Islam Periode Klasik, Drs. H. Azhar Saleh, M.A atas segala ilmu dan juga toleransi dalam kesuksesan
pembuatan makalah ini.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan, juga sebagai
bentuk pengembangan diri dari materi pembelajaran ini, di dalam makalah ini membahas mengenai materi
yang berada dalam mata kuliah Sejarah Islam Periode Klasik, yaitu Kekosongan Kekuasaan Pasca Nabi
Wafat
Makalah yang dibuat ini berdasarkan data-data valid yang diambil dari berbagai situs dan Buku
dikumpulkan dengan metode yang baik sehingga mendapatkan data yang akurat, dalam melakukan
penyusunan makalah ini tentu tidak luput dari kekurangan dan kesalahan penulis dalam mengerjakannya
untuk itu kami ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besar nya atas segala kekurangannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memahami dampak kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat terhadap stabilitas masyarakat
Muslim.
2. Menganalisis proses pemilihan khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
3. Menjelaskan konflik dan perselisihan yang terjadi selama periode kekosongan kekuasaan
pasca nabi wafat.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ali Muhammad As-Shallabi. Abu Bakar Ash-Shiddiq Syakhsiyatuhu Wa ‘Ashruhu, h. 195
2
M. Ishomuddin, M.Ag. (2019). "Proses Pengangkatan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq Melalui Musyawarah Pemuka
Umat Islam." Jurnal Ilmiah Al-Qalam, 15(2).
Tuhan beliau sebagaimana Nabi Musa dan Rasulullah pasti akan kembali lalu beliau akan
memotong tangan dan kaki sejumlah orang”.
Pada hari kedua pasca Rasullah wafat, dalam situasi yang sedih karena wafatnya Rasulullah saw.
muncul beberapa kelompok masyarakat muslim Madinah (kaum Anshar) yang memusyawarahkan
guna menentukan penggantui siapa pengganti Rasulullah saw. sebagai pemimpin masyarakat dan
pemerintahan. Kaum Anshar tersebut berkumpul di Tsaqifah Bani Sa’idah tanpa mengundang atau
memberitahukan kepada saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, kaum Anshar tersebut telah
menetapkan salah seorang pemuka masyarakat mereka yang bernama Sa’ad bin Ubadah sebagai
calon pengganti Nabi Muhammad saw. guna menjadi pemimpin masyarakat dan pemerintahan.
kaum Anshar berkumpul di balai Bani Sa’idah (Tsaqifah Bani Sa’idah) dan menghendaki Sa’ad
bin Ubadah seorang pemuka dari suku Khazraj sebagai pengganti Nabi. (yang kebetulan dari
Madinah dan kalangan Anshar sendiri). Mendengar hal itu, segera Umar bin Khattab bersama
bersama Abu Bakar dan Abu Ubaidillah bin Jarrah menyusul perkumpulan orang-orang Anshar
dan berhasil mengubah keadaan. Abu Bakar diberi kesempatan untuk berpidato menyampaikan
bahwa orang yang berhak menjadi khalifah harus dari suku Quraisy. Hal ini berdasarkan beberapa
sabda Nabi saw. Salah satunya adalah hadits berikut:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Manusia itu dalam
urusan ini menjadi pengikut kaum Quraisy. Orang Muslim dari mereka mengikuti muslim Quraisy,
demikian pula orang Kafir mereka mengikuti orang yang kafir dari kaum Quraisy.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari Al-Hubab bin Munzir (kaum Anshar). Di
tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin
Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka dengan
suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah.
Kemudian proses pembaiatan pun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh Basyir bin Saad
beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Proses pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus karena ada
beberapa orang yang belum memberikan ikrar, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul
Muthalib, Fadl bin Al-Abbas, Zubair bin Al-Awwam, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amir, Salman
Al-Farisi, Abu Zar Al-Gifari, Ammar bin Yasir, Bara bin Azib, dan Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi
pertemuan sebagian kaum Muhajirin dan Anshar dengan Ali bin Abi Thalib di rumah Fatimah.
Mereka bermaksud membai’at Ali dengan anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih patut menjadi
khalifah karena Ali berasal dari Bani Hasyim yang berarti ahlul bait. 3
3
Saufi, A., & Fadillah, H. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Deepublish.
C. Perselisihan dan Konflik yang Terjadi
Selama periode kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat, terjadi beberapa konflik dan
perselisihan yang signifikan dalam masyarakat Muslim. Salah satu perselisihan yang terkenal
adalah peristiwa Saqifah Bani Sa'idah, setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat
berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah untuk membahas penggantian kepemimpinan. Di sana,
sebagian sahabat mengusulkan Abu Bakar sebagai khalifah yang baru, sedangkan sebagian
lainnya mengusulkan Ali bin Abi Thalib. Perselisihan pun terjadi antara kelompok yang
mendukung Abu Bakar dan kelompok yang mendukung Ali.
Kelompok yang mendukung Abu Bakar berpendapat bahwa kepemimpinan harus berdasarkan
pilihan umat dan bahwa Abu Bakar memiliki kualitas kepemimpinan yang diperlukan.
Sementara itu, kelompok yang mendukung Ali berargumen bahwa Ali memiliki hak waris
sebagai menantu dan sepupu Nabi Muhammad SAW, perselisihan ini berlanjut hingga
terjadinya perang saudara pertama dalam sejarah Islam, yaitu Perang Jamal. Perang ini terjadi
antara pasukan yang dipimpin oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, dan pasukan yang
dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Perang ini berakhir dengan kemenangan Ali dan Aisyah pun
dipulangkan dengan aman, selain itu, terdapat juga perselisihan antara kelompok yang dikenal
sebagai Khawarij dengan pemerintahan Ali. Khawarij menolak otoritas Ali sebagai khalifah
dan menganggapnya sebagai pengkhianat karena Ali menerima arbitrase dalam perang saudara
kedua, yaitu Perang Siffin.
Sebelum jenazah Nabi dimakamkan telah muncul di kalangan masyarakat masalah siapa
yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin negara. Kasak- kusuk itu memaksa kaum
Anshar lebih awal memprakarsai suatu pertemuan di Tsaqifah Bani Sa’idah. Pertemuan itu, secara
spontan diadakan dan pertama muncul wacana pengangkatan salah seorang sahabat dari kalangan
Anshar yang bernama Saad bin Ubaidah sebagai khalifah. Namun kaum Muhajirin dibawah
perwakilan Abu Bakar Umar Bin Khattab dan Ubaidah bin Jarrah mendatangi pertemuan tersebut
maka, tejadilah perdebatan yang alot. Abu Bakar dengan tenang mulai berbicara. Beliau
memberikan pertimbangan tentang kariteria pengganti Nabi. Lalu mengajukan dua tokoh Quraisy,
Umar bin Khattab dan Abu Baidah bin Jarrah, untuk dipilih salah satunya. Orang-0rang Ansar
sangat terkesan dengan penjelasan Abu Bakar dan tampak berharap kepadanya, namun segera
Umar bin Khattab berdiri dan mengajukan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi.
Pasalnya, bahwa Abu Bakar jauh lebih tepat dari pada dirinya. Sebab, menurutnya, Abu
Bakar adalah orang kepercayaan Nabi, jika beliau uzur menjadi imam shalat, maka Abu Bakar
diminta untuk menggantikannya. Atas dasar itu, hadirin tidak keberatan menerima Abu Bakar
sebagai Khalifah. Abu Bakar menjabat sebagai khalifah selama dua tahun. Dalam masa
pemerintahan tersebut, ia melanjutkan misi ekspedisi Usama bin Zaid yang telah dipersiapkan
Rasulullah pada masa hidupnya, mengambalikan kaum muslimin dalam ajaran Islam yang benar
dan memerangi kaum murtad, mengumpulkan Alqur’an dalam satu mushaf, dan mengirim pasukan
ke Irak dan Syam untuk menyebarkan ajaran Islam.