Anda di halaman 1dari 9

Kekosongan Kekuasaan Pasca Nabi Wafat

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Islam Periode Klasik

Dosen Pengampu: Drs. H. Azhar Saleh, M.A

Disusun oleh

PUTRI YASMIN AZZAHRA (11220220000051)

NENENG SIHABUL MILLAH (11220220000047)

AULIA FARIHAH (11220220000108)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................2
Kata Pengantar.............................................................................................................................................. 3
BAB I .................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................6
A. Kekosongan Kekuasaan Setelah Rasul wafat ....................................................................................... 6
B. Proses Pengangkatan Khalifah Pertama................................................................................................ 6
C. Perselisihan dan Konflik yang Terjadi ................................................................................................... 8
Kesimpulan ........................................................................................................................................9
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah
kita masih dapat merasakan nikmat iman, ketenangan dalam hidup serta dimudahkan dalam segala urusan
duniawi maupun ukhrawi. Shalawat serta salam semoga Allah senantiasa curah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW karena berkatnyalah dunia yang tampak gelap karena kebodohan menjadi
terang benderang dengan keimanan yang terpancar seperti saat ini.

Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada bapak pengajar mata kuliah Sejarah
Islam Periode Klasik, Drs. H. Azhar Saleh, M.A atas segala ilmu dan juga toleransi dalam kesuksesan
pembuatan makalah ini.

Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan, juga sebagai
bentuk pengembangan diri dari materi pembelajaran ini, di dalam makalah ini membahas mengenai materi
yang berada dalam mata kuliah Sejarah Islam Periode Klasik, yaitu Kekosongan Kekuasaan Pasca Nabi
Wafat

Makalah yang dibuat ini berdasarkan data-data valid yang diambil dari berbagai situs dan Buku
dikumpulkan dengan metode yang baik sehingga mendapatkan data yang akurat, dalam melakukan
penyusunan makalah ini tentu tidak luput dari kekurangan dan kesalahan penulis dalam mengerjakannya
untuk itu kami ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besar nya atas segala kekurangannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah wafatnya seorang pemimpin atau tokoh penting, sering kali terjadi kekosongan
kekuasaan yang dapat menimbulkan permasalahan dan ketidakstabilan dalam suatu
masyarakat atau komunitas. Hal ini juga terjadi setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,
pendiri agama Islam dan pemimpin umat Muslim.
Kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat menjadi isu yang penting dalam sejarah Islam karena
memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan agama dan politik umat Muslim.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 Masehi, umat Muslim dihadapkan
pada tantangan untuk menentukan siapa yang akan menjadi pengganti beliau sebagai
pemimpin umat.
Periode ini dikenal sebagai periode kekhilafahan atau kepemimpinan Islam yang dimulai
dengan pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Namun, proses pemilihan ini tidak
berlangsung tanpa kontroversi dan konflik. Terdapat perbedaan pendapat dan perselisihan di
kalangan umat Muslim mengenai siapa yang berhak menjadi khalifah dan bagaimana
mekanisme pemilihannya.
Selain itu, kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat juga memunculkan pertanyaan mengenai
otoritas dan legitimasi kepemimpinan dalam Islam. Beberapa kelompok dan individu
mengklaim diri mereka sebagai penerus Nabi Muhammad SAW, sehingga terjadi perpecahan
dan persaingan di antara mereka.
Dalam konteks politik, kekosongan kekuasaan ini juga berdampak pada ekspansi wilayah
Islam dan hubungan dengan negara-negara lain. Tanpa adanya pemimpin yang kuat dan tegas,
umat Muslim menghadapi tantangan dalam mempertahankan dan memperluas wilayah
kekuasaan Islam.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi selama periode kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat, termasuk pemilihan khalifah
pertama, konflik dan perselisihan yang terjadi, serta dampaknya terhadap perkembangan
agama dan politik Islam. Tujuan dari makalah ini adalah untuk memahami dan menganalisis
bagaimana kekosongan kekuasaan ini mempengaruhi sejarah Islam dan memberikan pelajaran
bagi masa depan umat Muslim.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat mempengaruhi stabilitas masyarakat
Muslim?
2. Bagaimana proses pemilihan khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW?
3. Apa saja konflik dan perselisihan yang terjadi selama periode kekosongan kekuasaan pasca
nabi wafat?

1.3 Tujuan
1. Memahami dampak kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat terhadap stabilitas masyarakat
Muslim.
2. Menganalisis proses pemilihan khalifah pertama setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
3. Menjelaskan konflik dan perselisihan yang terjadi selama periode kekosongan kekuasaan
pasca nabi wafat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kekosongan Kekuasaan Setelah Rasul wafat


Ketika Rasulullah SAW wafat pada tahun tersebut, maka umat Islam mengalami kegoncangan
yang dahsyat. Ibnu Hajar menggambarkan peristiwa tersebut dalam Ali Muhammad As-Shallabi
sebagi berikut: Ketika Rasulullah meninggal dunia, terjadi hiruk-pikuk, kekacauan dan
kebingungan di tengah kaum muslimin. Maka, di antara mereka ada yang kaget dan tercengang
luar biasa hingga tidak mampu lagi berdiri, ada yang lidahnya langsung kelu hingga tidak mampu
berkata-kata, dan ada yang menyangkal total dan sama sekali tidak mempercayai kematian beliau1
Pertama, banyak dari kaum muslimin tidak mempercayai kalau Nabi Muhammad saw. teah wafat.
Bahkan Umar bin Khattab mengancam akan memparangi orang yang mengatakan Nabi
Muhammad saw. telah wafat. Ia berpendapat bahwa roh Nabi Muhammad saw. hanya pergi
bertemu dengan Tuhan dan akan kembali lagi. Untungnya, dalam kondisi tersebut datang Abu
Bakar As-Shiddiq meluruskan hal tersebut dengan membacakan ayat sebuah ayat dalam QS.
03/Ali Imran, 144:
Dan Muhammad hanyalah seorang rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika
dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang,
maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan Memberi balasan kepada orang yang
bersyukur.
Kekosongan ini dikarenakan Nabi Muhammad SAW tidak menentukan secara jelas siapa yang
akan menggantikannya sebagai pemimpin umat Islam setelah kematiannya. Menghadapi situasi
pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW, umat Islam harus mengambil hikmah dari sejarah dan
mempelajari sejarah Islam secara cermat dan detail. Selain itu, pentingnya ketelitian dalam
mengelola suatu perkumpulan juga dapat kita ambil hikmahnya dari sejarah Nabi Muhammad
SAW.
B. Proses Pengangkatan Khalifah Pertama
Proses pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah pertama umat Islam merupakan
peristiwa penting dalam sejarah Islam. Peristiwa ini menunjukkan bahwa umat Islam telah
memiliki mekanisme tersendiri dalam menentukan pemimpinnya. Mekanisme tersebut adalah
musyawarah yang dilakukan oleh para pemuka umat Islam.2
Diangkatnya Abu Bakar menjadi khalifah betul-betul dalam keadaan yang sangat krusial.
Kebingungan tersebut lebih diperparah lagi dengan munculnya orang yang tidak percaya kalau
Nabi Muhammad sebagi seorang nabi dan rasul juga bisa wafat. Bahkan, Umar bin Khattab
sahabat dekat nabi juga tidak percaya kalau nabi telah wafat dan kehilangan kontrol hinggan
mengatakan ucapan “ Rasulullah tidak wafat tetapi beliau hanya memilik janji bertemu dengan

1
Ali Muhammad As-Shallabi. Abu Bakar Ash-Shiddiq Syakhsiyatuhu Wa ‘Ashruhu, h. 195
2
M. Ishomuddin, M.Ag. (2019). "Proses Pengangkatan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq Melalui Musyawarah Pemuka
Umat Islam." Jurnal Ilmiah Al-Qalam, 15(2).
Tuhan beliau sebagaimana Nabi Musa dan Rasulullah pasti akan kembali lalu beliau akan
memotong tangan dan kaki sejumlah orang”.
Pada hari kedua pasca Rasullah wafat, dalam situasi yang sedih karena wafatnya Rasulullah saw.
muncul beberapa kelompok masyarakat muslim Madinah (kaum Anshar) yang memusyawarahkan
guna menentukan penggantui siapa pengganti Rasulullah saw. sebagai pemimpin masyarakat dan
pemerintahan. Kaum Anshar tersebut berkumpul di Tsaqifah Bani Sa’idah tanpa mengundang atau
memberitahukan kepada saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, kaum Anshar tersebut telah
menetapkan salah seorang pemuka masyarakat mereka yang bernama Sa’ad bin Ubadah sebagai
calon pengganti Nabi Muhammad saw. guna menjadi pemimpin masyarakat dan pemerintahan.
kaum Anshar berkumpul di balai Bani Sa’idah (Tsaqifah Bani Sa’idah) dan menghendaki Sa’ad
bin Ubadah seorang pemuka dari suku Khazraj sebagai pengganti Nabi. (yang kebetulan dari
Madinah dan kalangan Anshar sendiri). Mendengar hal itu, segera Umar bin Khattab bersama
bersama Abu Bakar dan Abu Ubaidillah bin Jarrah menyusul perkumpulan orang-orang Anshar
dan berhasil mengubah keadaan. Abu Bakar diberi kesempatan untuk berpidato menyampaikan
bahwa orang yang berhak menjadi khalifah harus dari suku Quraisy. Hal ini berdasarkan beberapa
sabda Nabi saw. Salah satunya adalah hadits berikut:
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Manusia itu dalam
urusan ini menjadi pengikut kaum Quraisy. Orang Muslim dari mereka mengikuti muslim Quraisy,
demikian pula orang Kafir mereka mengikuti orang yang kafir dari kaum Quraisy.” (HR Bukhari
dan Muslim)
Akan tetapi hal tersebut mendapat perlawanan keras dari Al-Hubab bin Munzir (kaum Anshar). Di
tengah perdebatan tersebut Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin
Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut.
Akan tetapi Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit, maka dengan
suara yang lantang beliau membaiat Abu Bakar sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah.
Kemudian proses pembaiatan pun terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh Basyir bin Saad
beserta pengikutnya yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Proses pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah ternyata tidak sepenuhnya mulus karena ada
beberapa orang yang belum memberikan ikrar, seperti Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul
Muthalib, Fadl bin Al-Abbas, Zubair bin Al-Awwam, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amir, Salman
Al-Farisi, Abu Zar Al-Gifari, Ammar bin Yasir, Bara bin Azib, dan Ubai bin Ka’ab. Telah terjadi
pertemuan sebagian kaum Muhajirin dan Anshar dengan Ali bin Abi Thalib di rumah Fatimah.
Mereka bermaksud membai’at Ali dengan anggapan bahwa Ali bin Abi Thalib lebih patut menjadi
khalifah karena Ali berasal dari Bani Hasyim yang berarti ahlul bait. 3

3
Saufi, A., & Fadillah, H. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Deepublish.
C. Perselisihan dan Konflik yang Terjadi
Selama periode kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat, terjadi beberapa konflik dan
perselisihan yang signifikan dalam masyarakat Muslim. Salah satu perselisihan yang terkenal
adalah peristiwa Saqifah Bani Sa'idah, setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat
berkumpul di Saqifah Bani Sa'idah untuk membahas penggantian kepemimpinan. Di sana,
sebagian sahabat mengusulkan Abu Bakar sebagai khalifah yang baru, sedangkan sebagian
lainnya mengusulkan Ali bin Abi Thalib. Perselisihan pun terjadi antara kelompok yang
mendukung Abu Bakar dan kelompok yang mendukung Ali.

Kelompok yang mendukung Abu Bakar berpendapat bahwa kepemimpinan harus berdasarkan
pilihan umat dan bahwa Abu Bakar memiliki kualitas kepemimpinan yang diperlukan.
Sementara itu, kelompok yang mendukung Ali berargumen bahwa Ali memiliki hak waris
sebagai menantu dan sepupu Nabi Muhammad SAW, perselisihan ini berlanjut hingga
terjadinya perang saudara pertama dalam sejarah Islam, yaitu Perang Jamal. Perang ini terjadi
antara pasukan yang dipimpin oleh Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, dan pasukan yang
dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib. Perang ini berakhir dengan kemenangan Ali dan Aisyah pun
dipulangkan dengan aman, selain itu, terdapat juga perselisihan antara kelompok yang dikenal
sebagai Khawarij dengan pemerintahan Ali. Khawarij menolak otoritas Ali sebagai khalifah
dan menganggapnya sebagai pengkhianat karena Ali menerima arbitrase dalam perang saudara
kedua, yaitu Perang Siffin.

Perselisihan ini berujung pada pembunuhan terhadap Ali.Selama periode kekosongan


kekuasaan ini, terjadi pula perselisihan dan konflik antara kelompok yang mendukung
Muawiyah bin Abu Sufyan dan kelompok yang mendukung Hasan bin Ali, cucu Nabi
Muhammad SAW. Konflik ini berakhir dengan perjanjian damai antara Muawiyah dan Hasan,
di mana Muawiyah menjadi khalifah setelah Hasan mengundurkan diri, secara keseluruhan,
periode kekosongan kekuasaan pasca nabi wafat ditandai dengan konflik dan perselisihan yang
mempengaruhi stabilitas dan perkembangan masyarakat Muslim. Konflik-konflik ini
mencerminkan perbedaan pendapat dalam menentukan kepemimpinan dan otoritas dalam
Islam.
Kesimpulan

Sebelum jenazah Nabi dimakamkan telah muncul di kalangan masyarakat masalah siapa
yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin negara. Kasak- kusuk itu memaksa kaum
Anshar lebih awal memprakarsai suatu pertemuan di Tsaqifah Bani Sa’idah. Pertemuan itu, secara
spontan diadakan dan pertama muncul wacana pengangkatan salah seorang sahabat dari kalangan
Anshar yang bernama Saad bin Ubaidah sebagai khalifah. Namun kaum Muhajirin dibawah
perwakilan Abu Bakar Umar Bin Khattab dan Ubaidah bin Jarrah mendatangi pertemuan tersebut
maka, tejadilah perdebatan yang alot. Abu Bakar dengan tenang mulai berbicara. Beliau
memberikan pertimbangan tentang kariteria pengganti Nabi. Lalu mengajukan dua tokoh Quraisy,
Umar bin Khattab dan Abu Baidah bin Jarrah, untuk dipilih salah satunya. Orang-0rang Ansar
sangat terkesan dengan penjelasan Abu Bakar dan tampak berharap kepadanya, namun segera
Umar bin Khattab berdiri dan mengajukan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi.
Pasalnya, bahwa Abu Bakar jauh lebih tepat dari pada dirinya. Sebab, menurutnya, Abu
Bakar adalah orang kepercayaan Nabi, jika beliau uzur menjadi imam shalat, maka Abu Bakar
diminta untuk menggantikannya. Atas dasar itu, hadirin tidak keberatan menerima Abu Bakar
sebagai Khalifah. Abu Bakar menjabat sebagai khalifah selama dua tahun. Dalam masa
pemerintahan tersebut, ia melanjutkan misi ekspedisi Usama bin Zaid yang telah dipersiapkan
Rasulullah pada masa hidupnya, mengambalikan kaum muslimin dalam ajaran Islam yang benar
dan memerangi kaum murtad, mengumpulkan Alqur’an dalam satu mushaf, dan mengirim pasukan
ke Irak dan Syam untuk menyebarkan ajaran Islam.

Anda mungkin juga menyukai