Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ................................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan penulisan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Pengertian muhkam dan mutasybih .................................................................. 4

2.2 Perbedaan muhkam dan mutasybih .................................................................. 4

2.3 Contoh muhkam dan mutasybih ...................................................................... 6

2.4 Contoh muhkam dan mutasybih ...................................................................... 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 7

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8 BAB


1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penyusun kitab al-Qamus berkata, "Menguatkannya (ahkamahu) dan meneguhkannya


(atqanahu) maka dia menjadi kuat (istahkamahu) dan mencegahnya dari kerusakan. Kata ahkama
seperti hakamahu hukman dan ketika terkait dengan sebuah masalah artinyaq mengembalikan
masalah itu. Hakama sama dengan mencegah (mana'a). Penulis kitab Lisân al-'Arab berpendapat,
"Aku menguatkan sesuatu (ahkamtu syay a) maka dia menjadi kokoh: menjadi kuat, menguatkan
suatu hal maka dia menjadi kokoh: kuat (watsuqa). Dikutip dari Zuhri bahwa hakamtu terkadang
berarti ahkamtu.Dengan memperhatikan kedua sumber bahasa di atas, maka kita bisa
mendapatkan tiga kesimpulan berikut dalam masalah etimologis ini.

1. Bahwasanya muhkam terambil dari kata (mustâqun min) ahkama dan hakama.q

2 Kata hakama bisa terkadang berarti 'kuat (watauga) das kokoh' (atqana); yang memiliki
makna ada-positif.
3. Kata hakama juga bisa berarti 'mencegah dari pengaruh kerusakan', yang memiliki
makna tiada-negatif. Sebagian pengkaji Ulumul Quran berusahaqq mengembalikan lema ihkam
kepada asal katanya yang bermacam-macam, seperti hukm,hikmah, hakama, ahkama, dan
lainlain menjadi sebuah makna tunggal yang menyatukan semuanya yaitu 'mencegah' (al-
man'u)Akan tetapi, makna terdekat dari kata al-ihkâm adalah makna ada-positif yaitu kokoh dan
kuat', sebagaimana yang disinggung para ahli bahasa ketika menafsirkan asal entri ini.Tercegah
dari pengaruh kerusakan' bisa jadi adalah makna niscaya dari makna positif ini (itqân) yang
penggunaannya bisa digunakan dalam bentuk majas. Penyusun al-Qamús mengatakan, "Asyibhu
(dengan kasrah) artinya mitsl (serupa, sama, mirip), jamaknya adalah asybah. Kata syabaha-hu
dan asybaha-hu sama dengan mátsala-hu Tasyábaha, Isytabaha sama dengan asybaha (mirip.
serupa, sama) satu dengan yang lain sehingga menjadi kabur, tercampur. Halhal musyabihatun
wa musyabahatun (wazan atau format katanya-penerj.) seperti mu'adhammatun sama dengan
musykilatun (yang rumit) Syubhah (dengan dhammah) sama dengan al-iltibâs wa al-mitsl.
Syabaha 'alayhi al-amr tasybihan sama dengan labbisa 'alayh (perkara itu menjadi samar). Di
dalam al-Quran, penyebutan kata al-muhkamal (digandengkan penerj.) dengan mutasyábihát
Dengan memperhatikan penjelasan satu teks tadi, kita menyimpulkan bahwa:Bahwa Syabahahu
dan asybaha-hu artinya mâtsala- hu, (menyerupakannya) tetapi keduanya menunjukkan adanya
satu sifat pada kedua sisinya. Hal ini seperti dalam format kata mufa'âlah

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ulumul quran muhkam dan mutasyabih?

2. Apa saja perbedaan muhkam dan mutasyabih?

3. Apa saja Contoh muhkam dan mutasyabih?

4. Apa Pentingnya memahami al-muhkam dan al-mutasyabih?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui pengertian ulumul quran muhkam dan mutasyabih.

2. Untuk Mengetahui perbedaan al-muhkam dan al-mutasyabi

3. Untuk Mengetahui contoh contoh muhkam dan mutasyabih

4. Untuk mengetahui pentingnya memahami muhkam dan mutasyabih


BAB 2

PEMBAHASAN

A.Pengertian muhkam dan mutasyabbih

1.muhkam

Muhkam secara bahasa adalah hakama-ihkam yang artinya kesempurnaan atau


kekukuhan.ayat muhkam secara istilah adalah ayat-ayat yang sudah jelas ma'nanya, mutlak dan
tidak ada lagi keterangan dari ayat-ayat lain.

2.mutasyabbih

Mutasyabbih secara bahasa ialah tasyabbuh yang artinya samar.mutasyabbih menurut


istilah ialah ayat-ayat yang tidak jelas maksud dan ma'nanya

Disebutkan dalam ayat Al-Qur'an, bahwa semua ayat Al-Qur'an bersifat muhkam: (alif
läm ra kitabun uhkimat ayatuhu tsumma fushshilat) dalam Q.S hud 11:1 artinya: Alif lám rá,
(inilah) kitab yang ayat-ayatnya muhkam dan dijelaskan secara detail Seperti firman Allah SWT:
Alif lám rá, tilka ayatul kitab al-hakim dalam Q5 yunus 10:1 Hakim disini artinya muhkam.
Sedangkan pada ayat lain dijelaskan bahwa semua ayat Al-Qur'an bersifat mutasyabih, Allahu
nazzala ahsanal hadis kitában mutasyabih al-matsanj, dalam Q.S az-zumar 39:23 artinya Allah
telah menurunkan kalimat yang terbaik yaitu Al-Qur'an. 'an yaitu mutasyâbih dan berulang-ulang
Selain kedua kategori penjelasan tersebut, ada juga penjelasan lain yang disebutkan dalam Al-
Qur'an bahwa sebagian ayatnya muhkam dan sebagian lagi mutasyabih

Para sarjana Ulumul Quran hampir sepakat terhadap arti dari muhkam dan mutasyabih
dalam penggunaan arti yang pertama tadi. Menurut mereka, semua ayat al-Quran adalah muhkam
karena keserasian yang mantap dan kekokohan ayat-ayatnya serta keserasian gagasan, pemikiran,
dan sistem serta hukum-hukumnya di dalam al-Quran. Menurut mereka, justifikasi penyifatan
mutasyábih kepada al-Quran adalah sekadar karena kemiripan dan kesamaan antara sebagian
ayat dengan sebagian lain dalam gaya bahasa atau tujuan. Namun, pada saat yang sama terlepas
dari kontradiksi dan pertentangan.

B.perbedaan muhkam dan mutasyabbih

pengertian muhkam dan mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting
di antaranya sebagai berikut:

v Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih


hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.

v Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangkan mutasyabih
mengandung banyak wajah.

v Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara lansung tanpa memerlukan
keterangan lain, sedangkan mutasyabih memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-
ayat lain.[6]

Para ulama’ memberikan contoh-contoh ayat muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat
nasikh, ayat-ayat tentang halal, haram, hudud (hukuman), kewajiban, janji, dan ancaman.
Sementara untuk ayat-ayat mutasyabih mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mansukh dan
ayat-ayat tentang Asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya, antara lain: ‫“ اَلَّرْح ٰم ُن َعلَى اْلَع ْر ِش اْس تَٰو ى‬Tuhan yang
Maha Pemurah. yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Ta ha [20]: 5) ‫اَِّن الَِّذ ْيَن ُيَباِيُعْو َنَك ِاَّنَم ا ُيَباِيُعْو َن الَّٰل‬
ۗ
‫“ يَُد الِّٰل َف ْو َق اَْي ِد ْيِهْم ۗ َفَم ْن َّنَكَث َف ِا َّنَم ا َيْنكُُث َع ٰل ى َنْفِس ه ۗ َو َم ْن اَْو ٰف ى بَِم ا ٰع َه َد َع َلْي ُه الَّٰل َفَس ُيْؤ ِتْيِه اَْج ًرا َع ِظ ْيًم ا‬Segala
sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. Al-Qasas [28]: 88) “Tangan Allah di atas tangan
mereka.” (QS. Al-Fath [48]: 10) “Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya.”
(QS. Al-An’am [6]: 18) “Dan datanglah Tuhanmu.” (QS. Al-Fajr [89]: 22) “Dan Allah memarahi
mereka.” (QS. Al-Fath [48]: 6) “ Allah ridha terhadap mereka.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 8)
“Maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu.” (QS. Ali Imran [3]: 31) Dan masih banyak lagi
ayat lainnya. Termasuk di dalamnya permulaan beberapa surah yang dimulai dengan huruf-huruf
hija’iyah dan hakikat hari kemudian serta ‘ilmus sa’ah.

Dengan merujuk kepada makna takwil (at-ta’wil) maka akan jelaslah bahwa antara kedua
pendapat di atas itu tidak terdapat pertentangan, karena lafadz “takwil” digunakan untuk
menunjukkan tiga makna:

Memalingkan sebuah lafadz dari makna yang kuat (rajih) kepada makna yang lemah
(marjuh), karena ada suatu dalil yang menghendakinya. Inilah pengertian takwil yang
dimaksudkan oleh sebagian ulama muta’akhkhirin.

Takwil dengan makna tafsir (menerangkan, menjelaskan); pembicaraan untuk


menafsirkan lafadz-lafadz agar maknanya dapat dipahami.

Takwil adalah hakikat (substansi) yang kepadanya pembicaraan dikembalikan. Maka,


takwil takwil dari apa yang diberitahukan Allah tentang zat dan sifat-sifat-Nya. Dan takwil dari
apa yang diberitahukan Allah tentang hari kemudian adalah substansi yang ada pada hari
kemudian itu sendiri.[7] Firman Allah SWT:

‫َفَس ب ِْح بَِحْمِد َر ِب َك َو ا ْستَْغ ِفْر ُه ۗ ِاَّنٗه َك ا َن تََّو ا ًب ا‬

“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.


Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An-Nasr [110]: 3)

C. Contoh contoh muhkam dan mutasyabih

1.Contoh ayat muhkam dalam surah Ibrahim ayat 1 “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab
yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari
sisi Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu.” “Alif laam raa. Inilah ayat-ayat Al Quran yang
mengandung hikmah. “

2. Contoh ayat mutasyabihat adalah QS az-Zumar: 53 yang berbunyi, ‫ُقْل ٰي ِع َبا ِدَي الَِّذ ْيَن اَْس َر ُفْو ا‬
‫ٰٰۤل‬
‫ َع ى اَْنُفِس ِهْم ََل تَْقَنُطْو ا ِم ْن َّرْح َم ِة الِّٰل ۗ اَِّن الَّٰل َيْغ ِفُر الُّذ ُنْو َب َجِم ْيًعا ۗ ِاَّنٗه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬Allah mengampuni seluruh"
dosa." Di sini maksudnya bisa mengampuni seluruh dosa orang yang bertobat atau dosa orang
yang tidak bertobat. Namun dalam surat Thaha ayat 82 yang berbunyi ‫َو ِا ن ِْي َلـَغ َّفا ٌر ِل َم ْن تَا َب َو ٰا َم َن‬
‫ َو َع ِم َلَص ا ِلًحـا ثَُّم اْهتَٰد ى‬jelas bahwa Allah mengampuni dosa orang yang bertobat

D. Pentingnya memahami al-muhkam dan al-mutasyabi

1.Ketepatan Islam
Memahami al-muhkam dan al-mutasyabih membantu dalam memahami agama yang
dianut dengan benar dan sesuai.

2.Mendorong Refleksi Dalam Ibadah

Memahami dan merenungkan ayat-ayat al- mutasyabih membantu meningkatkan kualitas


ibadah

3.Menjauhi Kesalahpahaman

Memahami ayat-ayat al- muhkam dan al-mutasyabih mencegah penafsiran yang salah dan
membuat kita mengetahui bahwa hanya Allah yang mengetahui makna sebenamya

BAB 3

PENUTUP

Kesimpulan

1- Ayat mutasyábih itu harus memiliki makna-makna zhahir yang jelas dalam makna
bahasa tertentu dan definitif dengan dalil petunjuk (qarinah) frase ayat, Mereka mengikuti yang
mutasyȧ˙bihat...
2- Makna yang dikandung ayat mutasyabih bukan makna yang batil secara bahasa
tetapi benar dan tepat. Fitnah dan condong kepada kesesatan itu disebabkan ada upaya untuk
menjelmakan maksud ayat itu dalam bentuk yang batil.

3- Kesamaran, kerancuan, keraguan, ambivalensi, dan ambiguitas itu dalam


maknanya sendiri karena ia membatasi gambaran makna dalam mewujudkan makna itu tetapi
bukan kesamaran antara lafazh dan makna sedangkan muhkam adalah kebalikan dari
mutasyábih, yaitu maknanya mapan dan rujukannya konkret sehingga diterima oleh hati secara
penuh dengan tidak meragukan
Daftar pustaka

Karya Ayatullah Muhammad Baqir Hakim Terbitan Majma' al-Fikr al-Islami, Qum-Iran‫ن علوم‬

,Cetakan ketiga, tahun 1427 H

,fakhrurazi, tafsir al kbir 7:179 zarqani Manahil al-Irfan 2:166

,)Rasyid, Ridha, tafsir al-manar 3-163 al-qamus, lemah syibh

https://m.kumparan.com/amp/berita-hari-ini/mengenal-ayat-muhkam-beserta-contohnya-

dalamalquran-1wlR3MWtn7a https://alrasikh.uii.ac.id/2022/02/11/memahami-ayat-muhkamat-dan-

mutasyabihat/ https://m.antaranews.com/berita/223615/ayat-mutasyabihat-dan-ayat-muhkamat#:~:

Anda mungkin juga menyukai