Anda di halaman 1dari 65

SALINAN

l
tm
2.h
MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA

02
n-2
hu
-ta
32
or-
om
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

k-n
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2022
TENTANG d rite
bu
STANDAR TEKNIS PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN
dik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


en
rm

MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


/pe

REPUBLIK INDONESIA,
/08
22
/20

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar di


om

bidang pendidikan bagi peserta didik yang berkualitas,


terukur, cepat, dan terjangkau, diperlukan standar teknis
t.c
spo

pelayanan minimal pendidikan yang sesuai jenjang dan


jalur pendidikannya;
log

b. bahwa standar teknis pelayanan minimal pendidikan


a.b

merupakan panduan bagi pemerintah daerah dalam


an

memberikan pelayanan pendidikan di daerah;


ly

c. bahwa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


mu

Nomor 32 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan


ina

Minimal Pendidikan, sudah tidak sesuai dengan


//a

kebutuhan hukum masyarakat mengenai standar teknis


ps:

pelayanan minimal;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
-2-

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

l
tm
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

2.h
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal

02
Pendidikan;

n-2
hu
Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

-ta
Indonesia Tahun 1945;

32
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang

or-
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik

om
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran

k-n
Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
rite
(Lembaran
d Negara Republik
bu
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
dik

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana


telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
en

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua


rm

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


/pe

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik


/08

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran


22

Negara Republik Indonesia Nomor 5679);


/20

4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang


om

Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008


Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik
t.c
spo

Indonesia Nomor 4941) sebagaimana telah diubah dengan


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang
log

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun


a.b

2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia


an

Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara


ly

Republik Indonesia Nomor 6058);


mu

5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang


ina

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran


//a

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23,


ps:

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
htt

Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan

jdih.kemdikbud.go.id
-3-

atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

l
tm
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran

2.h
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

02
5157);

n-2
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang

hu
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

-ta
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

32
Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

or-
Negara Republik Indonesia Nomor 6041);

om
7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang

k-n
Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran

rite
Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
d
bu
8. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 tentang
dik

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai


Wakil Pemerintah Pusat (Lembaran Negara Republik
en

Indonesia Tahun 2018 Nomor 109, Tambahan Lembaran


rm

Negara Republik Indonesia Nomor 6224);


/pe

9. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang


/08

Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik


22

Indonesia Tahun 2021 Nomor 87, Tambahan Lembaran


/20

Negara Republik Indonesia Nomor 6676) sebagaimana


om

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4


Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan
t.c
spo

Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar


Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
log

Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan Lembaran


a.b

Negara Republik Indonesia Nomor 6762);


an

10. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang


ly

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan


mu

Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


ina

2021 Nomor 156);


//a

11. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan


ps:

Teknologi Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan


Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
htt

jdih.kemdikbud.go.id
-4-

dan Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

l
tm
2021 Nomor 963);

2.h
MEMUTUSKAN:

02
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,

n-2
DAN TEKNOLOGI TENTANG STANDAR TEKNIS PELAYANAN

hu
MINIMAL PENDIDIKAN.

-ta
32
BAB I

or-
KETENTUAN UMUM

om
k-n
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
rite
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan yang selanjutnya
d
bu
disebut SPM Pendidikan adalah ketentuan mengenai jenis
dik

dan mutu pelayanan dasar pendidikan yang merupakan


urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap
en

Peserta Didik secara minimal.


rm

2. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk


/pe

memenuhi kebutuhan dasar Peserta Didik.


/08

3. Jenis Pelayanan Dasar adalah jenis pelayanan dalam


22

rangka penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan


/20

dasar yang berhak diperoleh oleh Peserta Didik secara


om

minimal.
4. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
t.c
spo

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran


yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
log

tertentu.
a.b

5. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya


an

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir


ly

sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui


mu

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu


ina

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar


//a

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih


ps:

lanjut.
6. Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan yang
htt

melandasi jenjang Pendidikan Menengah.

jdih.kemdikbud.go.id
-5-

7. Pendidikan Menengah adalah lanjutan Pendidikan Dasar.

l
tm
8. Pendidikan Kesetaraan adalah program pendidikan

2.h
nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum
setara sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, sekolah

02
menengah pertama/madrasah tsanawiyah, dan sekolah

n-2
menengah atas/madrasah aliyah yang mencakupi

hu
program paket A, paket B, dan paket C serta pendidikan

-ta
kejuruan setara sekolah menengah kejuruan/madrasah

32
aliyah kejuruan yang berbentuk paket C kejuruan.

or-
9. Pendidikan Khusus adalah pendidikan bagi Peserta Didik

om
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

k-n
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
dan/atau sosial.

rite
10. Asesmen Nasional adalah salah satu bentuk evaluasi
d
bu
sistem pendidikan oleh Kementerian pada jenjang
dik

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.


11. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN
en

adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai


rm

pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada


/pe

instansi pemerintah.
/08

12. Indeks Distribusi Guru adalah alat ukur untuk


22

mengetahui derajat ketidakmerataan guru secara agregat


/20

dalam suatu provinsi/kabupaten/kota.


om

13. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur


penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
t.c
spo

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah.
log

14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


a.b

pemerintahan di bidang pendidikan.


an

15. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan


ly

urusan pemerintahan di bidang pendidikan.


mu
ina

Pasal 2
//a

SPM Pendidikan bertujuan untuk memberikan panduan


ps:

kepada Pemerintah Daerah dalam pemenuhan kebutuhan


dasar Peserta Didik sesuai dengan jenjang dan jalur
htt

Pendidikan.

jdih.kemdikbud.go.id
-6-

Pasal 3

l
tm
(1) SPM Pendidikan ditetapkan dan diterapkan berdasarkan

2.h
prinsip:
a. kesesuaian kewenangan;

02
b. ketersediaan;

n-2
c. keterjangkauan;

hu
d. kesinambungan;

-ta
e. keterukuran; dan

32
f. ketepatan sasaran.

or-
(2) Kesesuaian kewenangan sebagaimana dimaksud pada

om
ayat (1) huruf a diterapkan sesuai dengan kewenangan

k-n
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota menurut
pembagian urusan pemerintahan wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar. d rite
bu
(3) Ketersediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
dik

b ditetapkan dan diterapkan dalam rangka menjamin


tersedianya barang dan/atau jasa kebutuhan dasar yang
en

berhak diperoleh oleh setiap warga negara secara minimal.


rm

(4) Keterjangkauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/pe

huruf c ditetapkan dan diterapkan dalam rangka


/08

menjamin barang dan/atau jasa kebutuhan dasar yang


22

mudah diperoleh oleh setiap warga negara.


/20

(5) Kesinambungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


om

huruf d ditetapkan dan diterapkan untuk memberikan


jaminan tersedianya barang dan/atau jasa kebutuhan
t.c
spo

dasar warga negara secara terus-menerus.


(6) Keterukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
log

ditetapkan dan diterapkan dengan barang dan/atau jasa


a.b

yang terukur untuk memenuhi kebutuhan dasar warga


an

negara.
ly

(7) Ketepatan sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mu

huruf f ditetapkan dan diterapkan untuk pemenuhan


ina

barang dan/atau jasa kebutuhan dasar yang berhak


//a

diperoleh setiap warga negara secara minimal dan


ps:

pemenuhan oleh Pemerintah Daerah ditujukan kepada


warga negara dengan memprioritaskan bagi keluarga
htt

miskin atau tidak mampu.

jdih.kemdikbud.go.id
-7-

Pasal 4

l
tm
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini mengatur:

2.h
a. Jenis dan penerima Pelayanan Dasar;
b. Mutu Pelayanan Dasar;

02
c. pencapaian SPM Pendidikan; dan

n-2
d. pelaporan dan evaluasi.

hu
-ta
BAB II

32
JENIS DAN PENERIMA PELAYANAN DASAR

or-
om
Bagian Kesatu

k-n
Jenis Pelayanan Dasar

rite
Pasal 5
d
bu
(1) Jenis Pelayanan Dasar pada SPM Pendidikan daerah
dik

kabupaten/kota terdiri atas:


a. Pendidikan Anak Usia Dini;
en

b. Pendidikan Dasar; dan


rm

c. Pendidikan Kesetaraan.
/pe

(2) Jenis Pelayanan Dasar pada SPM Pendidikan daerah


/08

provinsi terdiri atas:


22

a. Pendidikan Menengah; dan


/20

b. Pendidikan Khusus.
om

(3) Pendidikan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf b terdiri atas:
t.c
spo

a. sekolah dasar; dan


b. sekolah menengah pertama.
log

(4) Pendidikan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat


a.b

(2) huruf a terdiri atas:


an

a. sekolah menengah atas; dan


ly

b. sekolah menengah kejuruan.


mu
ina
//a
ps:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
-8-

Bagian Kedua

l
tm
Penerima Pelayanan Dasar

2.h
Pasal 6

02
(1) Penerima Pelayanan Dasar SPM Pendidikan pada

n-2
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan Peserta Didik yang

hu
berusia 5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

-ta
(2) Penerima Pelayanan Dasar SPM Pendidikan pada

32
Pendidikan Dasar merupakan Peserta Didik yang berusia

or-
7 (tujuh) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun.

om
(3) Penerima Pelayanan Dasar SPM Pendidikan pada

k-n
Pendidikan Kesetaraan merupakan Peserta Didik yang
berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 18 (delapan belas)
tahun. d rite
bu
(4) Penerima Pelayanan Dasar SPM Pendidikan pada
dik

Pendidikan Menengah merupakan Peserta Didik yang


berusia 16 (enam belas) tahun sampai dengan 18 (delapan
en

belas) tahun.
rm

(5) Penerima Pelayanan Dasar SPM Pendidikan pada


/pe

Pendidikan Khusus merupakan Peserta Didik penyandang


/08

disabilitas yang berusia 4 (empat) tahun sampai dengan


22

18 (delapan belas) tahun.


/20
om

BAB III
MUTU PELAYANAN DASAR
t.c
spo

Bagian Kesatu
log

Cakupan Mutu Pelayanan Dasar


a.b
an

Pasal 7
ly

(1) Mutu Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud dalam


mu

Pasal 4 huruf b merupakan ukuran kuantitas dan kualitas


ina

barang dan/atau jasa kebutuhan dasar serta


//a

pemenuhannya secara minimal dalam Pelayanan Dasar


ps:

pendidikan sesuai standar teknis agar hidup secara layak.


htt

jdih.kemdikbud.go.id
-9-

(2) Mutu Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat

l
tm
(1) untuk setiap Jenis Pelayanan Dasar SPM Pendidikan

2.h
mencakup:
a. standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa;

02
b. standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga

n-2
kependidikan; dan

hu
c. tata cara pemenuhan standar.

-ta
32
Bagian Kedua

or-
Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa

om
k-n
Paragraf 1
Umum
drite
bu
Pasal 8
dik

Standar jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a meliputi:
en

a. standar satuan pendidikan;


rm

b. kualitas dan pemerataan hasil belajar Peserta Didik;


/pe

c. partisipasi dan pemerataan Peserta Didik; dan


/08

d. kualitas dan pemerataan layanan.


22
/20

Paragraf 2
om

Standar Satuan Pendidikan


t.c
spo

Pasal 9
Standar satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
log

Pasal 8 huruf a terdiri atas:


a.b

a. standar kompetensi lulusan;


an

b. standar isi;
ly

c. standar proses;
mu

d. standar sarana dan prasarana;


ina

e. standar pengelolaan;
//a

f. standar pembiayaan; dan


ps:

g. standar penilaian pendidikan.


htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 10 -

Paragraf 3

l
tm
Kualitas dan Pemerataan Hasil Belajar Peserta Didik

2.h
Pasal 10

02
Kualitas dan pemerataan hasil belajar Peserta Didik

n-2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dikecualikan

hu
bagi satuan Pendidikan Anak Usia Dini.

-ta
32
Pasal 11

or-
(1) Kualitas hasil belajar Peserta Didik sebagaimana

om
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b pada sekolah dasar,

k-n
sekolah menengah pertama, satuan Pendidikan
Kesetaraan, sekolah menengah atas, dan satuan
Pendidikan Khusus mencakup: d rite
bu
a. kompetensi literasi; dan
dik

b. kompetensi numerasi.
(2) Kualitas hasil belajar Peserta Didik sebagaimana
en

dimaksud dalam Pasal 8 huruf b pada sekolah menengah


rm

kejuruan mencakup:
/pe

a. kompetensi literasi;
/08

b. kompetensi numerasi;
22

c. budaya kerja; dan


/20

d. keterserapan lulusan di dunia kerja, berwirausaha,


om

dan/atau melanjutkan ke pendidikan tinggi.


t.c
spo

Pasal 12
(1) Pemerataan hasil belajar Peserta Didik sebagaimana
log

dimaksud dalam Pasal 8 huruf b pada sekolah dasar,


a.b

sekolah menengah pertama, satuan Pendidikan


an

Kesetaraan, sekolah menengah atas, sekolah menengah


ly

kejuruan, dan satuan Pendidikan Khusus merupakan


mu

pemerataan dalam hal kompetensi literasi dan kompetensi


ina

numerasi.
//a

(2) Pemerataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ps:

menggunakan penghitungan kesenjangan kompetensi


literasi dan kompetensi numerasi berdasarkan:
htt

a. gender; dan

jdih.kemdikbud.go.id
- 11 -

b. status sosial ekonomi.

l
tm
2.h
Paragraf 4
Partisipasi dan Pemerataan Peserta Didik

02
n-2
Pasal 13

hu
(1) Partisipasi dan pemerataan Peserta Didik sebagaimana

-ta
dimaksud dalam Pasal 8 huruf c pada Pendidikan Anak

32
Usia Dini mencakup:

or-
a. angka partisipasi murni;

om
b. angka partisipasi sekolah; dan

k-n
c. perbandingan angka partisipasi sekolah kuintil
terendah dengan kuintil tertinggi.
(2)
rite
Partisipasi dan pemerataan Peserta Didik sebagaimana
d
bu
dimaksud dalam Pasal 8 huruf c pada sekolah dasar,
dik

sekolah menengah pertama, satuan Pendidikan


Kesetaraan, sekolah menengah atas, sekolah menengah
en

kejuruan, dan satuan Pendidikan Khusus mencakup:


rm

a. angka partisipasi kasar; dan


/pe

b. angka partisipasi sekolah.


/08
22

Paragraf 5
/20

Kualitas dan Pemerataan Layanan


om

Pasal 14
t.c
spo

(1) Kualitas dan pemerataan layanan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 8 huruf d pada Pendidikan Anak Usia Dini
log

menggunakan indikator proporsi jumlah satuan


a.b

Pendidikan Anak Usia Dini yang mendapatkan akreditasi


an

B.
ly

(2) Kualitas dan pemerataan layanan sebagaimana dimaksud


mu

dalam Pasal 8 huruf d pada sekolah dasar, sekolah


ina

menengah pertama, satuan Pendidikan Kesetaraan,


//a

sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan


ps:

satuan Pendidikan Khusus mencakup:


a. iklim keamanan; dan
htt

b. iklim kebinekaan dan inklusivitas.

jdih.kemdikbud.go.id
- 12 -

Bagian Ketiga

l
tm
Tata Cara Pemenuhan

2.h
Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa

02
Paragraf 1

n-2
Standar Satuan Pendidikan

hu
-ta
Pasal 15

32
(1) Pemenuhan terhadap standar satuan pendidikan

or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a mencakup:

om
a. satuan Pendidikan Anak Usia Dini;

k-n
b. sekolah dasar;
c. sekolah menengah pertama;
d.
rite
satuan Pendidikan Kesetaraan;
d
bu
e. sekolah menengah atas;
dik

f. sekolah menengah kejuruan; dan


g. satuan Pendidikan Khusus.
en

(2) Pemenuhan terhadap standar satuan pendidikan


rm

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai


/pe

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


/08
22

Paragraf 2
/20

Kualitas dan Pemerataan Hasil Belajar Peserta Didik


om

Pasal 16
t.c
spo

(1) Pemenuhan kualitas dan pemerataan hasil belajar Peserta


Didik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b pada
log

sekolah dasar, sekolah menengah pertama, satuan


a.b

Pendidikan Kesetaraan, sekolah menengah atas, dan


an

Pendidikan khusus dilaksanakan dengan kegiatan


ly

pembentukan komunitas belajar dan memastikan kepala


mu

satuan pendidikan, pengawas sekolah/penilik, dan


ina

guru/pamong belajar/tutor terlibat aktif.


//a

(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ps:

pemenuhan kualitas dan pemerataan hasil belajar Peserta


Didik dilaksanakan dengan kegiatan penguatan
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 13 -

kompetensi kepala satuan pendidikan, pengawas

l
tm
sekolah/penilik, dan guru/pamong belajar/tutor berupa:

2.h
a. pelatihan;
b. seminar; dan/atau

02
c. lokakarya (workshop)

n-2
hu
Pasal 17

-ta
(1) Pemenuhan kualitas dan pemerataan hasil belajar Peserta

32
Didik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b pada

or-
sekolah menengah kejuruan dilaksanakan dengan

om
kegiatan:

k-n
a. pembentukan komunitas belajar dan memastikan,
kepala sekolah, pengawas sekolah, dan guru terlibat
aktif; d rite
bu
b. penyediaan data penelusuran lulusan untuk
dik

mengukur keterserapan lulusan;


c. fasilitasi kemitraan dengan dunia kerja; dan
en

d. pemetaan terhadap lembaga sertifikasi dan dunia


rm

kerja yang memiliki sistem sertifikasi untuk


/pe

mendorong sertifikasi kompetensi bagi Peserta Didik.


/08

(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


22

pemenuhan kualitas dan pemerataan hasil belajar Peserta


/20

Didik dilaksanakan dengan kegiatan penguatan


om

kompetensi kepala sekolah, pengawas sekolah, dan guru


berupa:
t.c
spo

a. pelatihan;
b. seminar; dan/atau
log

c. lokakarya (workshop).
a.b
an

Paragraf 3
ly

Partisipasi dan Pemerataan Peserta Didik


mu
ina

Pasal 18
//a

(1) Pemenuhan partisipasi dan pemerataan Peserta Didik


ps:

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c pada


htt

satuan Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan dengan


kegiatan:

jdih.kemdikbud.go.id
- 14 -

a. pendataan warga masyarakat yang berusia 5 (lima)

l
tm
tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang tidak

2.h
bersekolah; dan
b. sosialisasi mengenai pentingnya Pendidikan Anak

02
Usia Dini kepada masyarakat paling sedikit 2 (dua)

n-2
kali dalam 1 (satu) tahun.

hu
(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

-ta
pemenuhan partisipasi dan pemerataan Peserta Didik

32
dilaksanakan dengan kegiatan:

or-
a. pemberian bantuan biaya pendidikan kepada Peserta

om
Didik dari keluarga tidak mampu;

k-n
b. peningkatan jumlah desa yang memiliki layanan
Pendidikan Anak Usia Dini paling sedikit 1 (satu)

rite
satuan Pendidikan Anak Usia Dini di setiap desa;
d
bu
c. penyediaan layanan pendidikan di wilayah yang
dik

kekurangan daya tampung; dan/atau


d. penyediaan layanan pendidikan di wilayah yang
en

ditetapkan sebagai daerah terdepan, terluar, dan


rm

tertinggal.
/pe
/08

Pasal 19
22

(1) Pemenuhan partisipasi dan pemerataan Peserta Didik


/20

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c pada


om

sekolah dasar, sekolah menengah pertama, satuan


Pendidikan Kesetaraan, sekolah menengah atas, sekolah
t.c
spo

menengah kejuruan, dan satuan Pendidikan Khusus


dilaksanakan dengan kegiatan pendataan warga
log

masyarakat yang berusia 4 (empat) sampai dengan 18


a.b

(delapan belas) tahun yang tidak bersekolah.


an

(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ly

pemenuhan partisipasi dan pemerataan Peserta Didik


mu

dilaksanakan dengan kegiatan:


ina

a. pemberian biaya pendidikan kepada Peserta Didik


//a

dari keluarga tidak mampu sampai lulus;


ps:

b. penyediaan layanan pendidikan di wilayah yang


kekurangan daya tampung; dan/atau
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 15 -

c. penyediaan layanan pendidikan di wilayah yang

l
tm
ditetapkan sebagai daerah terdepan, terluar, dan

2.h
tertinggal.

02
Paragraf 4

n-2
Kualitas dan Pemerataan Layanan

hu
-ta
Pasal 20

32
(1) Pemenuhan kualitas dan pemerataan layanan

or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf d pada

om
satuan Pendidikan Anak Usia Dini dilaksanakan dengan

k-n
kegiatan:
a. sosialisasi kepada satuan pendidikan mengenai

rite
kualitas layanan Pendidikan Anak Usia Dini, yang
d
bu
dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
dik

tahun pelajaran; dan


b. fasilitasi pertemuan guru dalam wadah berbasis
en

komunitas untuk meningkatkan kualitas layanan


rm

paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.


/pe

(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


/08

pemenuhan kualitas dan pemerataan layanan


22

dilaksanakan dengan kegiatan:


/20

a. pemberian layanan pendampingan bagi satuan


om

Pendidikan Anak Usia Dini untuk peningkatan


kualitas layanan;
t.c
spo

b. pemeriksaan kondisi sarana dan prasarana satuan


pendidikan secara periodik paling sedikit 1 (satu) kali
log

dalam 1 (satu) tahun; dan/atau


a.b

c. pemeliharaan dan/atau perbaikan terhadap kondisi


an

sarana dan prasarana satuan pendidikan yang rusak.


ly
mu

Pasal 21
ina

(1) Pemenuhan kualitas dan pemerataan layanan


//a

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d


ps:

pada sekolah dasar, sekolah menengah pertama, satuan


Pendidikan Kesetaraan, sekolah menengah atas, sekolah
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 16 -

menengah kejuruan, dan satuan Pendidikan Khusus

l
tm
dilaksanakan dengan kegiatan:

2.h
a. sosialisasi kepada satuan pendidikan mengenai
peningkatan kualitas layanan termasuk pentingnya

02
inklusivitas dan kebinekaan untuk mencegah

n-2
diskriminasi terhadap ekonomi, gender, fisik, agama,

hu
suku, dan budaya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1

-ta
(satu) tahun pelajaran; dan

32
b. fasilitasi pertemuan guru dalam wadah berbasis

or-
komunitas untuk meningkatkan kualitas layanan

om
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

k-n
(2) Selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemenuhan kualitas dan pemerataan layanan dapat
dilaksanakan dengan kegiatan: d rite
bu
a. pemberian layanan pendampingan kepada satuan
dik

pendidikan untuk mencegah perundungan kekerasan


pada anak paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam)
en

bulan;
rm

b. pemeriksaan kondisi bangunan satuan pendidikan


/pe

paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;


/08

dan/atau
22

c. pemeliharaan dan/atau perbaikan terhadap kondisi


/20

bangunan satuan pendidikan yang rusak sedang dan


om

rusak berat.
t.c
spo

Bagian Keempat
Standar Jumlah dan Kualitas
log

Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a.b
an

Paragraf 1
ly

Pendidik dan Tenaga Kependidikan


mu

Satuan Pendidikan Anak Usia Dini


ina
//a

Pasal 22
ps:

(1) Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga


kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
htt

(2) huruf b pada Pendidikan Anak Usia Dini terdiri atas:

jdih.kemdikbud.go.id
- 17 -

a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;

l
tm
b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan

2.h
c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.
(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

02
a merupakan guru Pendidikan Anak Usia Dini.

n-2
(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada

hu
ayat (1) huruf a, terdiri atas:

-ta
a. kepala satuan Pendidikan Anak Usia Dini; dan

32
b. pengawas sekolah atau penilik.

or-
(4) Kualitas guru Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana

om
dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan

k-n
sebagai berikut:
a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah Diploma

rite
empat (D-IV) atau Sarjana (S1) bidang:
d
bu
1. Pendidikan Anak Usia Dini;
dik

2. bimbingan konseling; atau


3. psikologi.
en

b. memiliki sertifikat pendidik untuk Pendidikan Anak


rm

Usia Dini.
/pe

(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud


/08

pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:


22

a. kepala satuan Pendidikan Anak Usia Dini harus


/20

memenuhi persyaratan sebagai berikut:


om

1. berasal dari guru;


2. memiliki sertifikat pendidik;
t.c
spo

3. memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 2


(dua) tahun; dan
log

4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan


a.b

pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat


an

guru penggerak.
ly

b. pengawas sekolah harus memenuhi persyaratan


mu

sebagai berikut:
ina

1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah


//a

Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1)


ps:

kependidikan dari perguruan tinggi


terakreditasi;
htt

2. berasal dari guru;

jdih.kemdikbud.go.id
- 18 -

3. memiliki sertifikat pendidik; dan

l
tm
4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan

2.h
pelatihan calon pengawas sekolah atau sertifikat
guru penggerak.

02
c. penilik memiliki kualifikasi akademik paling rendah

n-2
Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1).

hu
(6) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-ta
huruf c diukur dengan kecukupan jumlah guru ASN

32
terhadap jumlah rombongan belajar pada satuan

or-
Pendidikan Anak Usia Dini yang diselenggarakan oleh

om
Pemerintah Daerah

k-n
(7) Jumlah pengawas sekolah atau penilik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c diukur dengan rasio

rite
pengawas sekolah dan penilik terhadap jumlah satuan
d
bu
Pendidikan Anak Usia Dini.
dik

Paragraf 2
en

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar


rm
/pe

Pasal 23
/08

(1) Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga


22

kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat


/20

(2) huruf b pada sekolah dasar terdiri atas:


om

a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;


b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan
t.c
spo

c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.


(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
log

a terdiri atas:
a.b

a. guru kelas;
an

b. guru mata pelajaran; dan


ly

c. guru pembimbing khusus bagi satuan pendidikan


mu

yang memiliki Peserta Didik penyandang disabilitas.


ina

(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada


//a

ayat (1) huruf a terdiri atas:


ps:

a. kepala sekolah;
b. pengawas sekolah; dan
htt

c. tenaga penunjang lain.

jdih.kemdikbud.go.id
- 19 -

(4) Kualitas pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

l
tm
huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

2.h
a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah Diploma
empat (D-IV) atau Sarjana (S1); dan

02
b. memiliki sertifikat pendidik.

n-2
(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud

hu
pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:

-ta
a. kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

32
huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai

or-
berikut:

om
1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah

k-n
Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);
2. berasal dari guru;
3.
rite
memiliki sertifikat pendidik;
d
bu
4. memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 2
dik

(dua) tahun; dan


5. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan
en

pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat


rm

guru penggerak.
/pe

b. pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat


/08

(3) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai


22

berikut:
/20

1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah


om

Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1)


kependidikan dari perguruan tinggi
t.c
spo

terakreditasi;
2. berasal dari guru;
log

3. memiliki sertifikat pendidik; dan


a.b

4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan


an

pelatihan calon pengawas sekolah atau sertifikat


ly

guru penggerak.
mu

c. tenaga penunjang lain sebagaimana dimaksud pada


ina

ayat (3) huruf c memiliki kualifikasi akademik paling


//a

rendah sekolah menengah atas/sederajat.


ps:

(6) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf c diukur dengan:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 20 -

a. kecukupan formasi guru ASN untuk sekolah dasar

l
tm
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah; dan

2.h
b. Indeks Distribusi Guru.
(7) Jumlah pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada

02
ayat (3) huruf b diukur dengan rasio pengawas sekolah

n-2
terhadap jumlah sekolah dasar.

hu
-ta
Paragraf 3

32
Pendidik dan Tenaga Kependidikan

or-
Sekolah Menengah Pertama

om
k-n
Pasal 24
(1) Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga

rite
kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
d
bu
(2) huruf b pada sekolah menengah pertama terdiri atas:
dik

a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;


b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan
en

c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.


rm

(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


/pe

a yaitu:
/08

a. guru mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan


22

kurikulum;
/20

b. guru bimbingan dan konseling; dan


om

c. guru pembimbing khusus bagi satuan pendidikan


yang memiliki Peserta Didik penyandang disabilitas.
t.c
spo

(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a terdiri atas:
log

a. kepala sekolah;
a.b

b. pengawas sekolah; dan


an

c. tenaga penunjang lainnya.


ly

(4) Kualitas pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mu

huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


ina

a. kualifikasi akademik paling rendah Diploma empat


//a

(D-IV) atau Sarjana (S1); dan


ps:

b. memiliki sertifikat pendidik.


(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud
htt

pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:

jdih.kemdikbud.go.id
- 21 -

a. kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

l
tm
huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai

2.h
berikut:
1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah

02
Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);

n-2
2. berasal dari guru;

hu
3. memiliki sertifikat pendidik;

-ta
4. memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 2

32
(dua) tahun; dan

or-
5. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan

om
pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat

k-n
guru penggerak.
b. pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat

rite
(3) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai
d
bu
berikut:
dik

1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah


magister (S2) kependidikan dengan berbasis
en

sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang


rm

relevan pada perguruan tinggi terakreditasi;


/pe

2. berasal dari guru;


/08

3. memiliki sertifikat pendidik; dan


22

4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan


/20

pelatihan calon pengawas sekolah atau sertifikat


om

guru penggerak.
c. tenaga penunjang lain sebagaimana dimaksud pada
t.c
spo

ayat (3) huruf c memiliki kualifikasi akademik paling


rendah sekolah menengah atas/sederajat.
log

(6) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


a.b

huruf c diukur dengan:


an

a. kecukupan formasi guru ASN untuk sekolah


ly

menengah pertama yang diselenggarakan oleh


mu

Pemerintah Daerah; dan


ina

b. Indeks Distribusi Guru.


//a

(7) Jumlah pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada


ps:

ayat (3) huruf b diukur dengan rasio pengawas sekolah


terhadap jumlah sekolah menengah pertama.
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 22 -

Paragraf 4

l
tm
Pendidik dan Tenaga Kependidikan

2.h
Satuan Pendidikan Kesetaraan

02
Pasal 25

n-2
(1) Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga

hu
kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

-ta
(2) huruf b pada Pendidikan Kesetaraan terdiri atas:

32
a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;

or-
b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan

om
c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.

k-n
(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a merupakan pamong belajar dan/atau tutor Pendidikan
Kesetaraan. d rite
bu
(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada
dik

ayat (1) huruf a terdiri atas:


a. kepala satuan Pendidikan Kesetaraan;
en

b. penilik; dan
rm

c. tenaga penunjang lain.


/pe

(4) Kualitas pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/08

huruf b memiliki kualifikasi akademik paling rendah


22

Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) sesuai dengan


/20

rumpun ilmu atau bidang ilmu yang diampu.


om

(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:
t.c
spo

a. kepala satuan Pendidikan Kesetaraan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf a memiliki kualifikasi
log

akademik paling rendah Diploma empat (D-IV) atau


a.b

Sarjana (S1);
an

b. penilik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b


ly

memiliki kualifikasi akademik paling rendah Diploma


mu

empat (D-IV) atau Sarjana (S1); dan


ina

c. tenaga penunjang lain sebagaimana dimaksud pada


//a

ayat (3) huruf c memiliki kualifikasi akademik paling


ps:

rendah sekolah menengah atas/sederajat.


(6) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
htt

huruf c diukur dengan:

jdih.kemdikbud.go.id
- 23 -

a. kecukupan formasi pamong belajar ASN untuk

l
tm
satuan Pendidikan Kesetaraan yang diselenggarakan

2.h
oleh Pemerintah Daerah; dan
b. Indeks Distribusi Guru.

02
(7) Jumlah penilik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf

n-2
b diukur dengan rasio penilik terhadap jumlah satuan

hu
Pendidikan Kesetaraan.

-ta
32
Paragraf 5

or-
Pendidik dan Tenaga Kependidikan

om
Sekolah Menengah Atas

k-n
Pasal 26
(1)
rite
Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga
d
bu
kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
dik

(2) huruf b pada sekolah menengah atas terdiri atas:


a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;
en

b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan


rm

c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.


/pe

(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


/08

a yaitu:
22

a. guru mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan


/20

kurikulum;
om

b. guru bimbingan dan konseling; dan


c. guru pembimbing khusus bagi satuan pendidikan
t.c
spo

yang memiliki Peserta Didik penyandang disabilitas.


(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada
log

ayat (1) huruf a terdiri atas:


a.b

a. kepala sekolah;
an

b. pengawas sekolah;
ly

c. tenaga laboratorium; dan


mu

d. tenaga penunjang lain.


ina

(4) Kualitas pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//a

huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


ps:

a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah Diploma


empat (D-IV) atau Sarjana (S1); dan
htt

b. memiliki sertifikat pendidik.

jdih.kemdikbud.go.id
- 24 -

(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud

l
tm
pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:

2.h
a. kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai

02
berikut:

n-2
1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah

hu
Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);

-ta
2. berasal dari guru;

32
3. memiliki sertifikat pendidik;

or-
4. memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 2

om
(dua) tahun; dan

k-n
5. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan
pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat
guru penggerak. d rite
bu
b. pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat
dik

(3) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai


berikut:
en

1. memiliki kualifikasi akademik magister (S2)


rm

kependidikan dengan berbasis sarjana (S1)


/pe

dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada


/08

perguruan tinggi terakreditasi;


22

2. berasal dari guru;


/20

3. memiliki sertifikat pendidik; dan


om

4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan


pelatihan calon pengawas sekolah atau sertifikat
t.c
spo

guru penggerak.
c. tenaga laboratorium sebagaimana dimaksud pada
log

ayat (3) huruf c memiliki kualifikasi akademik paling


a.b

rendah sekolah menengah atas/sederajat; dan


an

d. tenaga penunjang lain sebagaimana dimaksud pada


ly

ayat (3) huruf d memiliki kualifikasi akademik paling


mu

rendah sekolah menengah atas/sederajat.


ina

(6) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//a

huruf c diukur dengan:


ps:

a. kecukupan formasi guru ASN untuk sekolah


menengah atas yang diselenggarakan oleh
htt

Pemerintah Daerah; dan

jdih.kemdikbud.go.id
- 25 -

b. Indeks Distribusi Guru.

l
tm
(7) Jumlah pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada

2.h
ayat (3) huruf b diukur dengan rasio pengawas sekolah
terhadap jumlah sekolah menengah atas.

02
n-2
Paragraf 6

hu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan

-ta
Sekolah Menengah Kejuruan

32
or-
Pasal 27

om
(1) Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga

k-n
kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(2) huruf b pada sekolah menengah kejuruan terdiri atas:
a.
rite
jenis pendidik dan tenaga kependidikan;
d
bu
b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan
dik

c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.


(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
en

a yaitu:
rm

a. guru mata pelajaran sesuai dengan kebutuhan


/pe

kurikulum;
/08

b. guru bimbingan dan konseling; dan


22

c. guru pembimbing khusus bagi satuan pendidikan


/20

yang memiliki Peserta Didik penyandang disabilitas.


om

(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a terdiri atas:
t.c
spo

a. kepala sekolah;
b. pengawas sekolah;
log

c. tenaga laboratorium/bengkel; dan


a.b

d. tenaga penunjang lain.


an

(4) Kualitas pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ly

huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


mu

a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah Diploma


ina

empat (D-IV) atau Sarjana (S1); dan


//a

b. memiliki sertifikat pendidik.


ps:

(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 26 -

a. kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

l
tm
huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai

2.h
berikut:
1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah

02
Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);

n-2
2. berasal dari guru;

hu
3. memiliki sertifikat pendidik;

-ta
4. memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 2

32
(dua) tahun; dan

or-
5. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan

om
pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat

k-n
guru penggerak.
b. pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat

rite
(3) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai
d
bu
berikut:
dik

1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah


magister (S2) kependidikan dengan berbasis
en

sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang


rm

relevan pada perguruan tinggi terakreditasi;


/pe

2. berasal dari guru;


/08

3. memiliki sertifikat pendidik; dan


22

4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan


/20

pelatihan calon pengawas sekolah atau sertifikat


om

guru penggerak.
c. Tenaga laboratorium/bengkel sebagaimana
t.c
spo

dimaksud pada ayat (3) huruf c harus memenuhi


persyaratan memiliki paling rendah ijazah sekolah
log

menengah atas/sekolah menengah


a.b

kejuruan/sederajat; dan
an

d. tenaga penunjang lain sebagaimana dimaksud pada


ly

ayat (3) huruf d memiliki kualifikasi akademik paling


mu

rendah sekolah menengah atas/sederajat.


ina

(6) Kualitas tenaga kependidikan yang memiliki ijazah


//a

sekolah menengah kejuruan sebagaimana dimaksud pada


ps:

ayat (5) huruf c relevan dengan kebutuhan


laboratorium/bengkel.
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 27 -

(7) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

l
tm
huruf c diukur dengan:

2.h
a. kecukupan formasi guru ASN untuk sekolah
menengah kejuruan yang diselenggarakan oleh

02
Pemerintah Daerah; dan

n-2
b. Indeks Distribusi Guru.

hu
(8) Jumlah pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada

-ta
ayat (3) huruf b diukur dengan rasio pengawas sekolah

32
terhadap jumlah sekolah menengah kejuruan.

or-
om
Paragraf 7

k-n
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Satuan Pendidikan Khusus
d rite
bu
Pasal 28
dik

(1) Standar jumlah dan kualitas pendidik dan tenaga


kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
en

(2) huruf b pada Pendidikan Khusus terdiri atas:


rm

a. jenis pendidik dan tenaga kependidikan;


/pe

b. kualitas pendidik dan tenaga kependidikan; dan


/08

c. jumlah pendidik dan tenaga kependidikan.


22

(2) Jenis pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


/20

a terdiri atas:
om

a. guru kelas;
b. guru mata pelajaran; dan
t.c
spo

c. guru Pendidikan Khusus,


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
log

undangan.
a.b

(3) Jenis tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada


an

ayat (1) huruf a terdiri atas:


ly

a. kepala sekolah;
mu

b. pengawas sekolah; dan


ina

c. tenaga penunjang lain.


//a

(4) Kualitas pendidik harus memenuhi persyaratan


ps:

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sebagai


berikut:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 28 -

a. memiliki kualifikasi akademik paling rendah Diploma

l
tm
empat (D-IV) atau Sarjana (S1); dan

2.h
b. memiliki sertifikat pendidik.
(5) Kualitas tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud

02
pada ayat (1) huruf b sebagai berikut:

n-2
a. kepala sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

hu
huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai

-ta
berikut:

32
1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah

or-
Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1);

om
2. berasal dari guru;

k-n
3. memiliki sertifikat pendidik;
4. memiliki pengalaman manajerial paling sedikit 2
(dua) tahun; dan
rite
d
bu
5. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan
dik

pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat


guru penggerak.
en

b. pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat


rm

(3) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai


/pe

berikut:
/08

1. memiliki kualifikasi akademik paling rendah


22

Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1)


/20

kependidikan dari perguruan tinggi


om

terakreditasi;
2. berasal dari guru;
t.c
spo

3. memiliki sertifikat pendidik; dan


4. memiliki surat tanda tamat pendidikan dan
log

pelatihan calon pengawas sekolah atau sertifikat


a.b

guru penggerak.
an

c. tenaga penunjang lain sebagaimana dimaksud pada


ly

ayat (3) huruf c memiliki kualifikasi akademik paling


mu

rendah sekolah menengah atas/sederajat.


ina

(6) Jumlah pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//a

huruf c diukur dengan:


ps:

a. kecukupan formasi guru ASN untuk Pendidikan


Khusus yang diselenggarakan oleh Pemerintah
htt

Daerah; dan

jdih.kemdikbud.go.id
- 29 -

b. Indeks Distribusi Guru.

l
tm
(7) Jumlah pengawas sekolah sebagaimana dimaksud pada

2.h
ayat (3) huruf b diukur dengan rasio pengawas sekolah
terhadap jumlah satuan Pendidikan Khusus.

02
n-2
Paragraf 8

hu
Surat Keterangan Pemenuhan

-ta
32
Pasal 29

or-
(1) Dalam hal guru Pendidikan Anak Usia Dini, guru kelas,

om
dan guru mata pelajaran pada provinsi/kabupaten/kota

k-n
belum memiliki sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (4) huruf b, Pasal 23 ayat (4) huruf b,

rite
Pasal 24 ayat (4) huruf b, Pasal 26 ayat (4) huruf b, Pasal
d
bu
27 ayat (4) huruf b, dan Pasal 28 ayat (4) huruf b,
dik

Pemerintah Daerah harus menyampaikan surat


keterangan yang menyatakan masih terdapat pendidik
en

yang belum memiliki sertifikat pendidik.


rm

(2) Dalam hal kepala Satuan Pendidikan/kepala sekolah


/pe

belum memiliki surat tanda tamat pendidikan dan


/08

pelatihan calon kepala sekolah atau sertifikat guru


22

penggerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5)


/20

huruf a angka 4, Pasal 23 ayat (5) huruf a angka 5, Pasal


om

24 ayat (5) huruf a angka 5, Pasal 26 ayat (5) huruf a angka


5, Pasal 27 ayat (5) huruf a angka 5, dan Pasal 28 ayat (5)
t.c
spo

huruf a angka 5, Pemerintah Daerah harus


menyampaikan surat keterangan pendukung yang
log

menyatakan masih terdapat kepala Satuan


a.b

Pendidikan/kepala sekolah yang belum memiliki surat


an

tanda tamat pendidikan dan pelatihan calon kepala


ly

sekolah atau sertifikat guru penggerak.


mu

(3) Dalam hal pengawas sekolah pada


ina

provinsi/kabupaten/kota belum memiliki memiliki surat


//a

tanda tamat pendidikan dan pelatihan calon pengawas


ps:

sekolah atau sertifikat guru penggerak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 22 ayat (5) huruf b angka 3, Pasal
htt

23 ayat (5) huruf b angka 3, Pasal 24 ayat (5) huruf b angka

jdih.kemdikbud.go.id
- 30 -

4, Pasal 26 ayat (5) huruf b angka 4, Pasal 27 ayat (5) huruf

l
tm
b angka 4, dan Pasal 28 ayat (5) huruf b angka 4,

2.h
Pemerintah Daerah harus menyampaikan surat
keterangan yang menyatakan masih terdapat pengawas

02
sekolah yang belum memiliki surat tanda tamat

n-2
pendidikan dan pelatihan calon pengawas sekolah atau

hu
sertifikat guru penggerak.

-ta
(4) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

32
ayat (2), dan ayat (3) disampaikan kepada menteri yang

or-
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri

om
melalui gubernur sebagai wakil dari pemerintah pusat

k-n
dengan tembusan kepada Menteri.
(5) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

rite
sampai dengan ayat (4) dilampirkan sebagai bagian dari
d
bu
laporan penerapan dan pencapaian SPM Pendidikan.
dik

Bagian Kelima
en

Tata Cara Pemenuhan Standar Jumlah dan Kualitas Pendidik


rm

dan Tenaga Kependidikan


/pe
/08

Pasal 30
22

(1) Pemenuhan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan


/20

pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini, sekolah dasar,


om

sekolah menengah pertama, satuan Pendidikan


Kesetaraan, sekolah menengah atas, sekolah menengah
t.c
spo

kejuruan, dan satuan Pendidikan Khusus sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) dan ayat (5), Pasal 23
log

ayat (4) dan ayat (5), Pasal 24 ayat (4) dan ayat (5), Pasal
a.b

25 ayat (4) dan ayat (5), Pasal 26 ayat (4) dan (5), Pasal 27
an

ayat (4) dan ayat (5), dan Pasal 28 ayat (4) dan ayat (5)
ly

dilaksanakan dengan kegiatan:


mu

a. peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi


ina

pendidik dan tenaga kependidikan yang belum


//a

memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang


ps:

dipersyaratkan;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 31 -

b. pemberian beasiswa atau bantuan biaya pendidikan

l
tm
dalam peningkatan kualifikasi dan kompetensi

2.h
pendidik dan tenaga kependidikan; dan/atau
c. fasilitasi kepala sekolah atau guru yang belum

02
memiliki sertifikat guru penggerak untuk mengikuti

n-2
pendidikan dan pelatihan guru penggerak.

hu
(2) Pemenuhan jumlah pendidik dan tenaga kependidikan

-ta
pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini, sekolah dasar,

32
sekolah menengah pertama, satuan Pendidikan

or-
Kesetaraan, sekolah menengah atas, sekolah menengah

om
kejuruan, dan satuan Pendidikan Khusus sebagaimana

k-n
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6) dan ayat (7), Pasal 23
ayat (6) dan ayat (7), Pasal 24 ayat (6) dan ayat (7), Pasal

rite
25 ayat (6) dan ayat (7), Pasal 26 ayat (6) dan ayat (7), Pasal
d
bu
27 ayat (7) dan ayat (8), dan Pasal 28 ayat (6) dan ayat (7)
dik

dilaksanakan dengan kegiatan:


a. pemetaan dan penataan penempatan untuk
en

pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan;


rm

b. redistribusi guru ASN berdasarkan perhitungan dari


/pe

Kementerian;
/08

c. pengajuan formasi guru ASN sesuai dengan hasil


22

perhitungan kekurangan guru oleh Kementerian;


/20

d. penyediaan guru pembimbing khusus paling sedikit 1


om

(satu) orang pada satuan pendidikan yang memiliki


Peserta Didik penyandang disabilitas;
t.c
spo

e. penempatan lulusan pendidikan dan pelatihan calon


kepala sekolah/lulusan pendidikan guru penggerak
log

sebagai kepala sekolah;


a.b

f. penempatan lulusan pendidikan dan pelatihan calon


an

pengawas sekolah/lulusan pendidikan guru


ly

penggerak sebagai pengawas sekolah pengangkatan


mu

guru ASN yang lulus seleksi ASN; dan


ina

g. pemetaan kecukupan jumlah pengawas sekolah.


//a
ps:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 32 -

BAB IV

l
tm
PENCAPAIAN SPM PENDIDIKAN

2.h
Bagian Kesatu

02
Perencanaan Pemenuhan Capaian SPM Pendidikan

n-2
oleh Pemerintah Daerah

hu
-ta
Pasal 31

32
(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib

or-
menyusun perencanaan pemenuhan SPM Pendidikan.

om
(2) Perencanaan pemenuhan SPM Pendidikan sebagaimana

k-n
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam dokumen
perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah

rite
sebagai prioritas belanja daerah sesuai dengan ketentuan
d
bu
peraturan perundang-undangan.
dik

(3) Dokumen perencanaan dan penganggaran Pemerintah


Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun:
en

a. sesuai dengan standar dalam mutu pelayanan dasar;


rm

dan
/pe

b. dengan memperhatikan hasil evaluasi pemenuhan


/08

SPM oleh Kementerian dan Pemerintah Daerah pada 1


22

(satu) tahun sebelum tahun berkenaan.


/20
om

Bagian Kedua
Pelaksanaan Pemenuhan SPM Pendidikan
t.c
spo

Pasal 32
log

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib


a.b

melaksanakan pemenuhan SPM Pendidikan berdasarkan


an

dokumen perencanaan dan penganggaran sebagaimana


ly

dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2).


mu
ina

Bagian Ketiga
//a

Tata Cara Perhitungan Capaian SPM Pendidikan


ps:

mengenai Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau


Jasa pada Pendidikan Anak Usia Dini
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 33 -

Pasal 33

l
tm
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk partisipasi

2.h
dan pemerataan Peserta Didik pada Pendidikan Anak Usia
Dini diukur melalui perhitungan:

02
a. angka partisipasi murni;

n-2
b. angka partisipasi sekolah; dan

hu
c. perbandingan angka partisipasi sekolah anak usia 5

-ta
(lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun kuintil

32
terendah dengan angka partisipasi sekolah anak usia

or-
5 (lima) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun kuintil

om
tertinggi.

k-n
(2) Penghitungan angka partisipasi murni sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara
menghitung: d rite
bu
a. jumlah anak usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam)
dik

tahun pada kabupaten/kota yang bersangkutan;


b. jumlah Peserta Didik usia 5 (lima) sampai dengan 6
en

(enam) tahun pada Pendidikan Anak Usia Dini; dan


rm

c. persentase angka partisipasi murni dengan membagi


/pe

jumlah Peserta Didik usia 5 (lima) sampai dengan 6


/08

(enam) tahun sebagaimana dimaksud dalam huruf b


22

dengan jumlah anak usia 5 (lima) sampai dengan 6


/20

(enam) tahun sebagaimana dimaksud dalam huruf a


om

dikalikan 100 (seratus).


(3) Penghitungan angka partisipasi sekolah sebagaimana
t.c
spo

dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara


menghitung:
log

a. jumlah anak usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam)


a.b

tahun pada kabupaten/kota yang bersangkutan;


an

b. jumlah anak usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam)


ly

tahun yang berada pada satuan pendidikan; dan


mu

c. persentase angka partisipasi sekolah dengan


ina

membagi jumlah anak sebagaimana dimaksud dalam


//a

huruf b dengan jumlah anak sebagaimana dimaksud


ps:

dalam huruf a dikalikan 100 (seratus).


(4) Penghitungan perbandingan angka partisipasi sekolah
htt

anak usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam) tahun kuintil

jdih.kemdikbud.go.id
- 34 -

terendah dengan angka partisipasi sekolah anak usia 5

l
tm
(lima) sampai dengan 6 (enam) tahun kuintil tertinggi

2.h
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
dengan cara menghitung:

02
a. proporsi anak usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam)

n-2
tahun yang bersekolah dari kuintil terendah pada

hu
kabupaten/kota yang bersangkutan;

-ta
b. proporsi anak usia 5 (lima) sampai dengan 6 (enam)

32
tahun yang bersekolah dari kuintil tertinggi pada

or-
kabupaten/kota yang bersangkutan; dan

om
c. perbandingan angka partisipasi sekolah dengan

k-n
membagi proporsi sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dengan proporsi sebagaimana dimaksud
dalam huruf b. d rite
bu
(5) Dalam hal Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat
dik

(1) huruf a mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini pada


kabupaten/kota lain, Peserta Didik tersebut dihitung telah
en

memenuhi SPM Pendidikan.


rm
/pe

Pasal 34
/08

(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas dan


22

pemerataan layanan pada Pendidikan Anak Usia Dini


/20

diukur melalui perhitungan peningkatan proporsi jumlah


om

satuan Pendidikan Anak Usia Dini yang mendapatkan


paling rendah akreditasi B.
t.c
spo

(2) Penghitungan proporsi jumlah satuan Pendidikan Anak


Usia Dini yang mendapatkan paling rendah akreditasi B
log

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


a.b

dengan cara menghitung:


an

a. jumlah satuan Pendidikan Anak Usia Dini yang


ly

mendapatkan akreditasi paling rendah B;


mu

b. jumlah keseluruhan satuan Pendidikan Anak Usia


ina

Dini yang telah diakreditasi; dan


//a

c. proporsi jumlah satuan Pendidikan Anak Usia Dini


ps:

dengan membagi jumlah satuan Pendidikan Anak


Usia Dini sebagaimana dimaksud dalam huruf a
htt

dengan jumlah keseluruhan satuan Pendidikan Anak

jdih.kemdikbud.go.id
- 35 -

Usia Dini yang telah diakreditasi sebagaimana

l
tm
dimaksud dalam huruf b dikali 100 (seratus).

2.h
Bagian Keempat

02
Tata Cara Perhitungan Capaian SPM Pendidikan mengenai

n-2
Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa

hu
pada Sekolah Dasar dan Bentuk Lain yang Sederajat

-ta
32
Pasal 35

or-
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas hasil

om
belajar Peserta Didik pada sekolah dasar dan bentuk lain

k-n
yang sederajat diukur melalui perhitungan:
a. kemampuan literasi Peserta Didik; dan
b.
rite
kemampuan numerasi Peserta Didik.
d
bu
(2) Penghitungan kemampuan literasi Peserta Didik
dik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan


dengan cara menghitung:
en

a. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional


rm

di sekolah dasar dan bentuk lain yang sederajat pada


/pe

tahun berkenaan dikurangi rerata nilai literasi semua


/08

peserta Asesmen Nasional di sekolah dasar dan


22

bentuk lain yang sederajat pada 1 (satu) tahun


/20

sebelum tahun berkenaan;


om

b. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional


di sekolah dasar dan bentuk lain yang sederajat pada
t.c
spo

1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan; dan


c. kemampuan literasi dengan membagi rerata nilai
log

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata


a.b

nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf b dikalikan


an

100% (seratus persen).


ly

(3) Penghitungan kemampuan numerasi Peserta Didik


mu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan


ina

dengan cara menghitung:


//a

a. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen


ps:

Nasional di sekolah dasar dan bentuk lain yang


sederajat pada tahun berkenaan dikurangi rerata
htt

nilai numerasi semua peserta Asesmen Nasional di

jdih.kemdikbud.go.id
- 36 -

sekolah dasar dan bentuk lain yang sederajat pada 1

l
tm
(satu) tahun sebelum tahun berkenaan;

2.h
b. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen
Nasional di sekolah dasar dan bentuk lain yang

02
sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun

n-2
berkenaan; dan

hu
c. kemampuan numerasi dengan membagi rerata nilai

-ta
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata

32
nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf b dikalikan

or-
100% (seratus persen).

om
k-n
Pasal 36
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk pemerataan

rite
hasil belajar Peserta Didik pada sekolah dasar dan bentuk
d
bu
lain yang sederajat diukur melalui perhitungan:
dik

a. perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik laki-laki


dan perempuan;
en

b. perbedaan nilai literasi antara kelompok Peserta


rm

Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


/pe

rendah dan status sosial ekonomi tinggi;


/08

c. perbedaan nilai numerasi antara Peserta Didik laki-


22

laki dan perempuan; dan


/20

d. perbedaan nilai numerasi antara kelompok Peserta


om

Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


rendah dan status sosial ekonomi tinggi.
t.c
spo

(2) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik


laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud pada
log

ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara menghitung:


a.b

a. rerata nilai literasi Peserta Didik laki-laki


an

berdasarkan Asesmen Nasional;


ly

b. rerata nilai literasi Peserta Didik perempuan


mu

berdasarkan Asesmen Nasional; dan


ina

c. selisih rerata nilai literasi sebagaimana dimaksud


//a

dalam huruf a dengan rerata nilai literasi


ps:

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


(3) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara kelompok
htt

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi

jdih.kemdikbud.go.id
- 37 -

rendah dan sosial ekonomi tinggi sebagaimana dimaksud

l
tm
pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara menghitung:

2.h
a. rerata nilai literasi Peserta Didik dari keluarga dengan
status sosial ekonomi rendah berdasarkan Asesmen

02
Nasional;

n-2
b. rerata nilai literasi Peserta Didik dari keluarga dengan

hu
status sosial ekonomi tinggi berdasarkan Asesmen

-ta
Nasional; dan

32
c. selisih rerata nilai literasi sebagaimana dimaksud

or-
dalam huruf a dengan rerata nilai literasi

om
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

k-n
(4) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara Peserta
Didik laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud

rite
pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara menghitung:
d
bu
a. rerata nilai numerasi Peserta Didik laki-laki
dik

berdasarkan Asesmen Nasional;


b. rerata nilai numerasi Peserta Didik perempuan
en

berdasarkan Asesmen Nasional; dan


rm

c. selisih rerata nilai numerasi sebagaimana dimaksud


/pe

dalam huruf a dengan rerata nilai numerasi


/08

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


22

(5) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara kelompok


/20

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


om

rendah dan status sosial ekonomi tinggi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan cara
t.c
spo

menghitung:
a. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga
log

dengan status sosial ekonomi rendah berdasarkan


a.b

Asesmen Nasional;
an

b. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga


ly

dengan status sosial ekonomi tinggi berdasarkan


mu

Asesmen Nasional; dan


ina

c. selisih rerata nilai numerasi sebagaimana dimaksud


//a

dalam huruf a dengan rerata nilai numerasi


ps:

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 38 -

Pasal 37

l
tm
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk partisipasi

2.h
dan pemerataan Peserta Didik pada sekolah dasar dan
bentuk lain yang sederajat diukur melalui perhitungan:

02
a. angka partisipasi kasar sekolah dasar dan bentuk

n-2
lain yang sederajat; dan

hu
b. angka partisipasi sekolah anak usia 7 (tujuh) tahun

-ta
sampai dengan 12 (dua belas) tahun.

32
(2) Penghitungan angka partisipasi kasar sekolah dasar dan

or-
bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pasal

om
(1) huruf a dilakukan dengan cara menghitung:

k-n
a. jumlah anak usia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12
(dua belas) tahun pada kabupaten/kota yang
bersangkutan; drite
bu
b. jumlah Peserta Didik pada sekolah dasar dan bentuk
dik

lain yang sederajat; dan


c. persentase angka partisipasi kasar dengan membagi
en

jumlah Peserta Didik sebagaimana dimaksud dalam


rm

huruf b dengan jumlah anak sebagaimana dimaksud


/pe

dalam huruf a dikalikan 100 (seratus).


/08

(3) Penghitungan angka partisipasi sekolah anak usia 7


22

(tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun


/20

sebagaimana dimaksud pasal (1) huruf b dilaksanakan


om

dengan cara menghitung:


a. jumlah anak usia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12
t.c
spo

(dua belas) tahun pada kabupaten/kota yang


bersangkutan;
log

b. jumlah anak usia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12


a.b

(dua belas) tahun yang berada pada satuan


an

pendidikan; dan
ly

c. persentase angka partisipasi sekolah dengan


mu

membagi jumlah anak sebagaimana dimaksud dalam


ina

huruf b dengan jumlah anak sebagaimana dimaksud


//a

dalam huruf a dikalikan 100 (seratus).


ps:

(4) Dalam hal Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) mengikuti pendidikan pada sekolah dasar di
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 39 -

kabupaten/kota lain, Peserta Didik tersebut dihitung telah

l
tm
memenuhi SPM Pendidikan.

2.h
Pasal 38

02
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas dan

n-2
pemerataan layanan pada sekolah dasar dan bentuk lain

hu
yang sederajat diukur melalui perhitungan:

-ta
a. indeks iklim keamanan; dan

32
b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas.

or-
(2) Penghitungan indeks iklim keamanan sebagaimana

om
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara

k-n
menghitung:
a. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan
berdasarkan Asesmen drite Nasional pada tahun
bu
berkenaan;
dik

b. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan


berdasarkan Asesmen Nasional pada 1 (satu) tahun
en

sebelum tahun berkenaan; dan


rm

c. indeks iklim keamanan dengan mengurangkan


/pe

indeks iklim keamanan sebagaimana dimaksud


/08

dalam huruf a dengan indeks iklim keamanan


22

sebagaimana dimaksud dalam huruf b dibagi indeks


/20

keamanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b


om

dikalikan 100% (seratus persen).


(3) Penghitungan indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas
t.c
spo

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan


dengan cara menghitung:
log

a. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata


a.b

satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional


an

pada tahun berkenaan;


ly

b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata


mu

satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional


ina

pada 1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan; dan


//a

c. indeks kebinekaan dan inklusivitas dengan


ps:

mengurangkan indeks kebinekaan dan inklusivitas


sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan indeks
htt

kebinekaan dan inklusivitas sebagaimana dimaksud

jdih.kemdikbud.go.id
- 40 -

dalam huruf b dibagi indeks kebinekaan dan

l
tm
inklusivitas sebagaimana dimaksud dalam huruf b

2.h
dikalikan 100% (seratus persen).

02
Bagian Kelima

n-2
Tata Cara Perhitungan Capaian SPM Pendidikan

hu
mengenai Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau

-ta
Jasa pada Sekolah Menengah Pertama

32
dan Bentuk Lain yang Sederajat

or-
om
Pasal 39

k-n
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas hasil
belajar Peserta Didik pada sekolah menengah pertama dan

rite
bentuk lain yang sederajat diukur melalui perhitungan:
d
bu
a. kemampuan literasi Peserta Didik; dan
dik

b. kemampuan numerasi Peserta Didik.


(2) Penghitungan kemampuan literasi Peserta Didik
en

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan


rm

dengan cara menghitung:


/pe

a. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional


/08

di sekolah menengah pertama dan bentuk lain yang


22

sederajat pada tahun berkenaan dikurangi rerata


/20

nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional di


om

sekolah menengah pertama dan bentuk lain yang


sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun
t.c
spo

berkenaan;
b. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional
log

di sekolah menengah pertama dan bentuk lain yang


a.b

sederajat 1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan;


an

dan
ly

c. kemampuan literasi dengan membagi rerata nilai


mu

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata


ina

nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf b dikalikan


//a

100% (seratus persen).


ps:

(3) Penghitungan kemampuan numerasi Peserta Didik


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
htt

dengan cara menghitung:

jdih.kemdikbud.go.id
- 41 -

a. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen

l
tm
Nasional di sekolah menengah pertama dan bentuk

2.h
lain yang sederajat pada tahun berkenaan dikurangi
rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen

02
Nasional di sekolah menengah pertama dan bentuk

n-2
lain yang sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum

hu
tahun berkenaan;

-ta
b. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen

32
Nasional di sekolah menengah pertama dan bentuk

or-
lain yang sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum

om
tahun berkenaan; dan

k-n
c. kemampuan literasi dengan membagi rerata nilai
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata

rite
nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf b dikalikan
d
bu
100% (seratus persen).
dik

Pasal 40
en

(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk pemerataan


rm

hasil belajar Peserta Didik pada sekolah menengah


/pe

pertama dan bentuk lain yang sederajat diukur melalui


/08

perhitungan:
22

a. perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik laki-laki


/20

dan perempuan;
om

b. perbedaan nilai literasi antara kelompok Peserta


Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi
t.c
spo

rendah dan status sosial ekonomi tinggi;


c. perbedaan nilai numerasi antara Peserta Didik laki-
log

laki dan perempuan; dan


a.b

d. perbedaan nilai numerasi antara kelompok Peserta


an

Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


ly

rendah dan status sosial ekonomi tinggi.


mu

(2) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik


ina

laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud pada


//a

ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara menghitung:


ps:

a. rerata nilai literasi Peserta Didik laki-laki


berdasarkan Asesmen Nasional;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 42 -

b. rerata nilai literasi Peserta Didik perempuan

l
tm
berdasarkan Asesmen Nasional; dan

2.h
c. selisih rerata nilai literasi sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dengan rerata nilai literasi

02
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

n-2
(3) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara kelompok

hu
Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi

-ta
rendah dan sosial ekonomi tinggi sebagaimana dimaksud

32
pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara menghitung:

or-
a. rerata nilai literasi Peserta Didik dari keluarga dengan

om
status sosial ekonomi rendah berdasarkan Asesmen

k-n
Nasional;
b. rerata nilai literasi Peserta Didik dari keluarga dengan

rite
status sosial ekonomi tinggi berdasarkan Asesmen
d
bu
Nasional; dan
dik

c. selisih rerata nilai literasi sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dengan rerata nilai literasi
en

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


rm

(4) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara Peserta


/pe

Didik laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud


/08

pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara menghitung:


22

a. rerata nilai numerasi Peserta Didik laki-laki


/20

berdasarkan Asesmen Nasional;


om

b. rerata nilai numerasi Peserta Didik perempuan


berdasarkan Asesmen Nasional; dan
t.c
spo

c. selisih rerata nilai numerasi sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dengan rerata nilai numerasi
log

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


a.b

(5) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara kelompok


an

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


ly

rendah dan status sosial ekonomi tinggi sebagaimana


mu

dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan cara


ina

menghitung:
//a

a. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga


ps:

dengan status sosial ekonomi rendah berdasarkan


Asesmen Nasional;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 43 -

b. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga

l
tm
dengan status sosial ekonomi tinggi berdasarkan

2.h
Asesmen Nasional; dan
c. selisih rerata nilai numerasi sebagaimana dimaksud

02
dalam huruf a dengan rerata nilai numerasi

n-2
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

hu
-ta
Pasal 41

32
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk partisipasi

or-
dan pemerataan Peserta Didik pada sekolah menengah

om
pertama dan bentuk lain yang sederajat diukur melalui

k-n
perhitungan:
a. angka partisipasi kasar sekolah menengah pertama

rite
dan bentuk lain yang sederajat; dan
d
bu
b. angka partisipasi sekolah anak usia 13 (tiga belas)
dik

sampai dengan 15 (lima belas) tahun.


(2) Penghitungan angka partisipasi kasar sekolah menengah
en

pertama dan bentuk lain yang sederajat sebagaimana


rm

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara


/pe

menghitung:
/08

a. jumlah anak usia 13 (tiga belas) sampai dengan 15


22

(lima belas) tahun pada kabupaten/kota yang


/20

bersangkutan;
om

b. jumlah Peserta Didik pada sekolah menengah


pertama dan bentuk lain yang sederajat; dan
t.c
spo

c. persentase angka partisipasi kasar dengan membagi


jumlah Peserta Didik sebagaimana dimaksud dalam
log

huruf b dibagi dengan jumlah anak sebagaimana


a.b

dimaksud dalam huruf a dikalikan 100 (seratus).


an

(3) Penghitungan angka partisipasi sekolah anak usia 13 (tiga


ly

belas) sampai dengan 15 (lima belas) tahun sebagaimana


mu

dimaksud pasal (1) huruf b dilakukan dengan cara


ina

menghitung:
//a

a. jumlah anak usia 13 (tiga belas) sampai dengan 15


ps:

(lima belas) tahun pada kabupaten/kota yang


bersangkutan;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 44 -

b. jumlah anak usia 13 (tiga belas) sampai dengan 15

l
tm
(lima belas) tahun yang berada pada satuan

2.h
pendidikan; dan
c. persentase angka partisipasi sekolah dengan

02
membagi jumlah Peserta Didik sebagaimana

n-2
dimaksud dalam huruf b dengan jumlah anak

hu
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dikalikan 100

-ta
(seratus).

32
(4) Dalam hal Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat

or-
(1) mengikuti sekolah menengah pertama pada

om
kabupaten/kota lain, Peserta Didik tersebut dihitung telah

k-n
memenuhi SPM Pendidikan.

rite
Pasal 42
d
bu
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas dan
dik

pemerataan layanan pada sekolah menengah pertama dan


bentuk lain yang sederajat diukur melalui perhitungan:
en

a. indeks iklim keamanan; dan


rm

b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas.


/pe

(2) Penghitungan indeks iklim keamanan sebagaimana


/08

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara


22

menghitung:
/20

a. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan


om

berdasarkan Asesmen Nasional pada tahun


berkenaan;
t.c
spo

b. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan


berdasarkan Asesmen Nasional pada 1 (satu) tahun
log

sebelum tahun berkenaan; dan


a.b

c. indeks iklim keamanan dengan mengurangkan


an

indeks iklim keamanan sebagaimana dimaksud


ly

dalam huruf a dengan indeks iklim keamanan


mu

sebagaimana dimaksud dalam huruf b dibagi indeks


ina

keamanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b


//a

dikalikan 100% (seratus persen).


ps:

(3) Penghitungan indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
htt

dengan cara menghitung:

jdih.kemdikbud.go.id
- 45 -

a. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata

l
tm
satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional

2.h
pada tahun berkenaan;
b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata

02
satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional

n-2
pada 1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan; dan

hu
c. indeks kebinekaan dan inklusivitas dengan

-ta
mengurangkan indeks kebinekaan dan inklusivitas

32
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan indeks

or-
kebinekaan dan inklusivitas sebagaimana dimaksud

om
dalam huruf b dibagi indeks kebinekaan dan

k-n
inklusivitas sebagaimana dimaksud dalam huruf b
dikalikan 100% (seratus persen).
d rite
bu
Bagian Keenam
dik

Tata Cara Perhitungan Capaian SPM Pendidikan


mengenai Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau
en

Jasa untuk Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah


rm

Kejuruan, dan Bentuk Lain yang Sederajat


/pe
/08

Pasal 43
22

(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas hasil


/20

belajar Peserta Didik pada sekolah menengah atas dan


om

bentuk lain yang sederajat diukur melalui perhitungan:


a. kemampuan literasi Peserta Didik; dan
t.c
spo

b. kemampuan numerasi Peserta Didik.


(2) Penghitungan kemampuan literasi Peserta Didik
log

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan


a.b

dengan cara menghitung:


an

a. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional


ly

di sekolah menengah atas dan bentuk lain yang


mu

sederajat pada tahun berkenaan dikurangi rerata


ina

nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional di


//a

sekolah menengah atas dan bentuk lain yang


ps:

sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun


berkenaan;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 46 -

b. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional

l
tm
di sekolah menengah atas dan bentuk lain yang

2.h
sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun
berkenaan; dan

02
c. kemampuan literasi Peserta Didik dengan membagi

n-2
rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf a

hu
dengan rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam

-ta
huruf b dikalikan 100% (seratus persen).

32
(3) Perhitungan kemampuan numerasi Peserta Didik

or-
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan

om
dengan cara menghitung:

k-n
a. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen
Nasional di sekolah menengah atas dan bentuk lain

rite
yang sederajat pada tahun berkenaan dikurangi
d
bu
rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen
dik

Nasional di sekolah menengah atas dan bentuk lain


yang sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun
en

berkenaan;
rm

b. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen


/pe

Nasional di sekolah menengah atas dan bentuk lain


/08

yang sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun


22

berkenaan; dan
/20

c. kemampuan numerasi Peserta Didik dengan


om

membagi nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf a


dengan nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf b
t.c
spo

dikalikan 100% (seratus persen).


log

Pasal 44
a.b

(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas hasil


an

belajar Peserta Didik pada sekolah menengah kejuruan


ly

dan bentuk lain yang sederajat diukur melalui


mu

perhitungan:
ina

a. kemampuan literasi Peserta Didik;


//a

b. kemampuan numerasi Peserta Didik;


ps:

c. tingkat penyerapan lulusan; dan


d. budaya kerja lulusan.
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 47 -

(2) Penghitungan kemampuan literasi Peserta Didik

l
tm
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan

2.h
dengan cara menghitung:
a. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional

02
di sekolah menengah kejuruan dan bentuk lain yang

n-2
sederajat pada tahun berkenaan dikurangi rerata

hu
nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional di

-ta
sekolah menengah kejuruan dan bentuk lain yang

32
sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun

or-
berkenaan;

om
b. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional

k-n
di sekolah menengah kejuruan dan bentuk lain yang
sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum tahun
berkenaan; dan
rite
d
bu
c. kemampuan literasi Peserta Didik dengan membagi
dik

rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf a


dengan rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam
en

huruf b dikalikan 100% (seratus persen).


rm

(3) Penghitungan kemampuan numerasi Peserta Didik


/pe

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan


/08

dengan cara menghitung:


22

a. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen


/20

Nasional di sekolah menengah kejuruan dan bentuk


om

lain yang sederajat pada tahun berkenaan dikurangi


rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen
t.c
spo

Nasional di sekolah menengah kejuruan dan bentuk


lain yang sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum
log

tahun berkenaan;
a.b

b. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen


an

Nasional di sekolah menengah kejuruan dan bentuk


ly

lain yang sederajat pada 1 (satu) tahun sebelum


mu

tahun berkenaan; dan


ina

c. kemampuan numerasi Peserta Didik dengan


//a

membagi rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam


ps:

huruf a dengan rerata nilai sebagaimana dimaksud


dalam huruf b dikalikan 100% (seratus persen).
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 48 -

(4) Penghitungan tingkat penyerapan lulusan sekolah

l
tm
menengah kejuruan dan bentuk lain yang sederajat

2.h
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan
dengan cara menghitung:

02
a. jumlah individu lulusan sekolah menengah kejuruan

n-2
yang bekerja, berwirausaha, atau melanjutkan

hu
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi;

-ta
b. jumlah individu lulusan sekolah menengah kejuruan

32
pada tahun tertentu; dan

or-
c. tingkat penyerapan lulusan sekolah menengah

om
kejuruan Peserta Didik dengan membagi jumlah

k-n
individu lulusan sekolah menengah kejuruan yang
bekerja, berwirausaha, atau melanjutkan studi

rite
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan jumlah
d
bu
individu lulusan sekolah menengah kejuruan
dik

sebagaimana dimaksud dalam huruf b dikalikan


100% (seratus persen).
en

(5) Penghitungan budaya kerja lulusan sekolah menengah


rm

kejuruan dan bentuk lain yang sederajat sebagaimana


/pe

dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan cara


/08

menghitung:
22

a. nilai tingkat kepuasan dunia kerja terhadap budaya


/20

kerja lulusan sekolah menengah kejuruan pada


om

tahun berkenaan;
b. tingkat kepuasan dunia kerja pada 1 (satu) tahun
t.c
spo

sebelum tahun berkenaan terhadap budaya kerja


lulusan sekolah menengah kejuruan; dan
log

c. budaya kerja lulusan sekolah menengah kejuruan


a.b

dengan cara mengurangkan tingkat kepuasan


an

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan tingkat


ly

kepuasan sebagaimana dimaksud dalam huruf b


mu

dibagi dengan tingkat kepuasan sebagaimana


ina

dimaksud dalam huruf b dikalikan 100% (seratus


//a

persen).
ps:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 49 -

Pasal 45

l
tm
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk pemerataan

2.h
hasil belajar Peserta Didik pada sekolah menengah atas,
sekolah menengah kejuruan, dan bentuk lain yang

02
sederajat diukur melalui perhitungan:

n-2
a. perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik laki-laki

hu
dan perempuan;

-ta
b. perbedaan nilai literasi antara kelompok Peserta

32
Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi

or-
rendah dan status sosial ekonomi tinggi;

om
c. perbedaan nilai numerasi antara Peserta Didik laki-

k-n
laki dan perempuan; dan
d. perbedaan nilai numerasi antara kelompok Peserta

rite
Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi
d
bu
rendah dan status sosial ekonomi tinggi.
dik

(2) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik


laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud pada
en

ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara menghitung:


rm

a. rerata nilai literasi Peserta Didik laki-laki


/pe

berdasarkan Asesmen Nasional;


/08

b. rerata nilai literasi Peserta Didik perempuan


22

berdasarkan Asesmen Nasional; dan


/20

c. selisih rerata nilai literasi Peserta Didik laki-laki


om

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata


nilai literasi perempuan sebagaimana dimaksud
t.c
spo

dalam huruf b;
(3) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara kelompok
log

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


a.b

rendah dan status sosial ekonomi tinggi sebagaimana


an

dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara


ly

menghitung:
mu

a. rerata skor literasi Peserta Didik dari keluarga dengan


ina

status sosial ekonomi rendah berdasarkan Asesmen


//a

Nasional;
ps:

b. rerata skor literasi Peserta Didik dari keluarga dengan


status sosial ekonomi tinggi berdasarkan Asesmen
htt

Nasional; dan

jdih.kemdikbud.go.id
- 50 -

c. selisih nilai rerata skor literasi sebagaimana

l
tm
dimaksud dalam huruf a dengan nilai rerata skor

2.h
literasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
(4) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara Peserta

02
Didik laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud

n-2
pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara menghitung:

hu
a. rerata nilai numerasi Peserta Didik laki-laki

-ta
berdasarkan Asesmen Nasional;

32
b. rerata nilai numerasi Peserta Didik perempuan

or-
berdasarkan Asesmen Nasional; dan

om
c. selisih rerata nilai numerasi Peserta Didik laki-laki

k-n
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata
nilai numerasi Peserta Didik perempuan

rite
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
d
bu
(5) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara kelompok
dik

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


rendah dan status sosial ekonomi sebagaimana dimaksud
en

pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara menghitung:


rm

a. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga


/pe

dengan status sosial ekonomi rendah berdasarkan


/08

Asesmen Nasional;
22

b. rerata skor numerasi Peserta Didik dari keluarga


/20

dengan status sosial ekonomi tinggi berdasarkan


om

Asesmen Nasional; dan


c. selisih nilai rerata skor numerasi sebagaimana
t.c
spo

dimaksud dalam huruf a dengan nilai rerata skor


numerasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b.
log
a.b

Pasal 46
an

(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk partisipasi


ly

dan pemerataan Peserta Didik pada sekolah menengah


mu

atas, sekolah menengah kejuruan, dan bentuk lain yang


ina

sederajat diukur melalui perhitungan:


//a

a. angka partisipasi kasar sekolah menengah atas,


ps:

sekolah menengah kejuruan, dan bentuk lain yang


sederajat; dan
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 51 -

b. angka partisipasi sekolah anak usia 16 (enam belas)

l
tm
sampai 18 (delapan belas) tahun.

2.h
(2) Penghitungan angka partisipasi kasar sekolah menengah
atas, sekolah menengah kejuruan, dan bentuk lain yang

02
sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

n-2
dilakukan dengan cara menghitung:

hu
a. jumlah anak usia 16 (enam belas) sampai dengan 18

-ta
(delapan belas) tahun pada provinsi yang

32
bersangkutan;

or-
b. jumlah Peserta Didik pada sekolah menengah atas,

om
sekolah menengah kejuruan, dan bentuk lain yang

k-n
sederajat; dan
c. persentase angka partisipasi kasar dengan membagi

rite
jumlah Peserta Didik sebagaimana dimaksud dalam
d
bu
huruf b dibagi dengan jumlah anak sebagaimana
dik

dimaksud dalam huruf a dikalikan 100 (seratus).


(3) Penghitungan angka partisipasi sekolah anak usia 16
en

(enam belas) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun


rm

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan


/pe

dengan cara menghitung:


/08

a. jumlah anak usia 16 (enam belas) sampai dengan 18


22

(delapan belas) tahun pada provinsi yang


/20

bersangkutan;
om

b. jumlah anak usia 16 (enam belas) sampai dengan 18


(delapan belas) tahun yang berada pada satuan
t.c
spo

pendidikan; dan
c. persentase angka partisipasi sekolah dengan
log

membagi jumlah Peserta Didik sebagaimana


a.b

dimaksud dalam huruf b dibagi dengan jumlah anak


an

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dikali 100


ly

(seratus).
mu

(4) Dalam hal Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat


ina

(1) mengikuti pendidikan menengah pada provinsi lain,


//a

Peserta Didik tersebut dihitung telah memenuhi SPM


ps:

Pendidikan.
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 52 -

Pasal 47

l
tm
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas dan

2.h
pemerataan layanan pada sekolah menengah atas, sekolah
menengah kejuruan, dan bentuk lain yang sederajat

02
diukur melalui perhitungan:

n-2
a. indeks iklim keamanan; dan

hu
b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas.

-ta
(2) Penghitungan indeks iklim keamanan sebagaimana

32
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara

or-
menghitung:

om
a. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan

k-n
berdasarkan Asesmen Nasional pada tahun
berkenaan;
b.
rite
indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan
d
bu
berkenaan berdasarkan Asesmen Nasional pada 1
dik

(satu) tahun sebelum tahun; dan


c. indeks iklim keamanan dengan mengurangkan
en

indeks iklim keamanan sebagaimana dimaksud


rm

dalam huruf a dengan indeks iklim keamanan


/pe

sebagaimana dimaksud dalam huruf b dibagi indeks


/08

keamanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b


22

dikalikan 100% (seratus persen).


/20

(3) Penghitungan indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas


om

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan


dengan cara menghitung:
t.c
spo

a. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata


satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional
log

pada tahun berkenaan;


a.b

b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata


an

satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional


ly

pada 1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan; dan


mu

c. indeks kebinekaan dan inklusivitas dengan


ina

mengurangkan indeks kebinekaan dan inklusivitas


//a

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan indeks


ps:

kebinekaan dan inklusivitas sebagaimana dimaksud


dalam huruf b dibagi indeks kebinekaan dan
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 53 -

inklusivitas sebagaimana dimaksud dalam huruf b

l
tm
dikalikan 100% (seratus persen).

2.h
Bagian Ketujuh

02
Tata Cara Perhitungan Capaian SPM Pendidikan

n-2
mengenai Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau

hu
Jasa untuk Pendidikan Khusus

-ta
32
Pasal 48

or-
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas hasil

om
belajar Peserta Didik pada Pendidikan Khusus diukur

k-n
melalui perhitungan:
a. kemampuan literasi Peserta Didik; dan
b.
rite
kemampuan numerasi Peserta Didik.
d
bu
(2) Penghitungan kemampuan literasi Peserta Didik
dik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan


dengan cara menghitung:
en

a. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional


rm

di Pendidikan Khusus pada tahun berkenaan


/pe

dikurangi rerata nilai literasi semua peserta Asesmen


/08

Nasional di Pendidikan Khusus pada 1 (satu) tahun


22

sebelum tahun berkenaan;


/20

b. rerata nilai literasi semua peserta Asesmen Nasional


om

di Pendidikan Khusus pada 1 (satu) tahun sebelum


tahun berkenaan; dan
t.c

c. kemampuan literasi Peserta Didik dengan membagi


spo

rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam huruf a


log

dengan rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam


a.b

huruf b dikalikan 100 % (seratus persen).


an

(3) Perhitungan kemampuan numerasi Peserta Didik


ly

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan


mu

dengan cara menghitung:


ina

a. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen


//a

Nasional di Pendidikan Khusus tahun berkenaan


ps:

dikurangi rerata nilai numerasi semua peserta


Asesmen Nasional di Pendidikan Khusus pada 1
htt

(satu) tahun sebelum tahun berkenaan;

jdih.kemdikbud.go.id
- 54 -

b. rerata nilai numerasi semua peserta Asesmen

l
tm
Nasional pada 1 (satu) tahun sebelum tahun

2.h
berkenaan; dan
c. kemampuan numerasi Peserta Didik dengan

02
membagi rerata nilai sebagaimana dimaksud dalam

n-2
huruf a dengan rerata nilai sebagaimana dimaksud

hu
dalam huruf b dikalikan 100% (seratus persen).

-ta
32
Pasal 49

or-
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk pemerataan

om
hasil belajar Peserta Didik pada Pendidikan Khusus

k-n
diukur melalui perhitungan:
a. perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik laki-laki
dan perempuan; d rite
bu
b. perbedaan nilai literasi antara kelompok Peserta
dik

Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


rendah dan status sosial ekonomi tinggi;
en

c. perbedaan nilai numerasi antara Peserta Didik laki-


rm

laki dan perempuan; dan


/pe

d. perbedaan nilai numerasi antara kelompok Peserta


/08

Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


22

rendah dan status sosial ekonomi tinggi.


/20

(2) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara Peserta Didik


om

laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara menghitung:
t.c

a. rerata nilai literasi Peserta Didik laki-laki


spo

berdasarkan Asesmen Nasional;


log

b. rerata nilai literasi Peserta Didik perempuan


a.b

berdasarkan Asesmen Nasional; dan


an

c. selisih rerata nilai literasi Peserta Didik laki-laki


ly

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan rerata


mu

nilai literasi perempuan sebagaimana dimaksud


ina

dalam huruf b.
//a

(3) Penghitungan perbedaan nilai literasi antara kelompok


ps:

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


rendah dan sosial ekonomi tinggi sebagaimana dimaksud
htt

pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara menghitung:

jdih.kemdikbud.go.id
- 55 -

a. rerata nilai literasi Peserta Didik dari keluarga dengan

l
tm
status sosial ekonomi rendah berdasarkan Asesmen

2.h
Nasional;
b. rerata nilai literasi Peserta Didik dari keluarga dengan

02
status sosial ekonomi tinggi berdasarkan Asesmen

n-2
Nasional; dan

hu
c. selisih rerata nilai literasi sebagaimana dimaksud

-ta
dalam huruf a dengan rerata nilai literasi

32
sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

or-
(4) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara Peserta

om
Didik laki-laki dan perempuan sebagaimana dimaksud

k-n
pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara menghitung:
a. rerata nilai numerasi Peserta Didik laki-laki

rite
berdasarkan Asesmen Nasional;
d
bu
b. rerata nilai numerasi Peserta Didik perempuan
dik

berdasarkan Asesmen Nasional; dan


c. selisih rerata nilai numerasi Peserta Didik laki-laki
en

sebagaimana dimaksud dalam hu ruf a dengan rerata


rm

nilai numerasi Peserta Didik perempuan


/pe

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


/08

(5) Penghitungan perbedaan nilai numerasi antara kelompok


22

Peserta Didik dari keluarga dengan status sosial ekonomi


/20

rendah dan status sosial ekonomi tinggi sebagaimana


om

dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan cara


menghitung:
t.c
spo

a. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga


dengan status sosial ekonomi rendah berdasarkan
log

Asesmen Nasional;
a.b

b. rerata nilai numerasi Peserta Didik dari keluarga


an

dengan status sosial ekonomi tinggi berdasarkan


ly

Asesmen Nasional; dan


mu

c. selisih rerata nilai numerasi sebagaimana dimaksud


ina

dalam huruf a dengan rerata nilai numerasi


//a

sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


ps:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 56 -

Pasal 50

l
tm
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk partisipasi

2.h
dan pemerataan Peserta Didik pada Pendidikan Khusus
diukur melalui perhitungan warga negara usia 4 (empat)

02
sampai dengan 18 (delapan belas) tahun penyandang

n-2
disabilitas yang mengikuti Pendidikan Khusus.

hu
(2) Penghitungan warga negara usia 4 (empat) sampai dengan

-ta
18 (delapan belas) tahun penyandang disabilitas yang

32
mengikuti Pendidikan Khusus dilakukan dengan cara

or-
menghitung:

om
a. jumlah Peserta Didik usia 4 (empat) sampai dengan

k-n
18 (delapan belas) tahun penyandang disabilitas pada
Pendidikan Khusus;
b.
rite
jumlah anak penyandang disabilitas pada provinsi
d
bu
yang bersangkutan; dan
dik

c. partisipasi dengan membagi jumlah anak


sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibagi dengan
en

jumlah anak sebagaimana dimaksud dalam huruf b.


rm

(3) Dalam hal Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada ayat


/pe

(1) mengikuti Pendidikan Khusus pada provinsi lain,


/08

Peserta Didik tersebut dihitung telah memenuhi SPM


22

Pendidikan.
/20
om

Pasal 51
(1) Capaian pemenuhan SPM Pendidikan untuk kualitas dan
t.c
spo

pemerataan layanan pada Pendidikan Khusus diukur


melalui perhitungan:
log

a. indeks iklim keamanan; dan


a.b

b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas.


an

(2) Penghitungan indeks iklim keamanan sebagaimana


ly

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara


mu

menghitung:
ina

a. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan


//a

berdasarkan Asesmen Nasional pada tahun


ps:

berkenaan;
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 57 -

b. indeks iklim keamanan rerata satuan pendidikan

l
tm
berdasarkan Asesmen Nasional pada 1 (satu) tahun

2.h
sebelum tahun berkenaan; dan
c. indeks iklim keamanan dengan mengurangkan

02
indeks iklim keamanan sebagaimana dimaksud

n-2
dalam huruf a dengan indeks iklim keamanan

hu
sebagaimana dimaksud dalam huruf b dibagi indeks

-ta
keamanan sebagaimana dimaksud dalam huruf b

32
dikalikan 100% (seratus persen).

or-
(3) Penghitungan indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas

om
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan

k-n
dengan cara menghitung:
a. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata

rite
satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional
d
bu
pada tahun berkenaan;
dik

b. indeks iklim kebinekaan dan inklusivitas rerata


satuan pendidikan berdasarkan Asesmen Nasional
en

pada 1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan; dan


rm

c. indeks kebinekaan dan inklusivitas dengan


/pe

mengurangkan indeks kebinekaan dan inklusivitas


/08

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan indeks


22

kebinekaan dan inklusivitas sebagaimana dimaksud


/20

dalam huruf b dibagi indeks kebinekaan dan


om

inklusivitas sebagaimana dimaksud dalam huruf b


dikalikan 100%.
t.c
spo

Bagian Kedelapan
log

Tata Cara Perhitungan Capaian SPM Pendidikan


a.b

mengenai Standar Jumlah dan Kualitas


an

Pendidik dan Tenaga Kependidikan


ly
mu

Pasal 52
ina

(1) Capaian SPM Pendidikan mengenai standar jumlah dan


//a

kualitas pendidik dan tenaga kependidikan untuk


ps:

Pendidikan Anak Usia Dini diukur melalui perhitungan:


htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 58 -

a. pertumbuhan jumlah pendidik yang memiliki

l
tm
kualifikasi akademik Diploma empat (D-IV) atau

2.h
Sarjana (S1);
b. rasio pengawas sekolah dan penilik;

02
c. kecukupan formasi guru ASN;

n-2
d. proporsi lulusan program guru penggerak yang

hu
diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas

-ta
sekolah; dan

32
e. Indeks Distribusi Guru.

or-
(2) Penghitungan pertumbuhan jumlah pendidik yang

om
memiliki kualifikasi akademik Diploma empat (D-IV) atau

k-n
Sarjana (S1) pada Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara
menghitung: drite
bu
a. persentase pendidik Pendidikan Anak Usia Dini yang
dik

memiliki kualifikasi akademik Diploma empat (D-IV)


atau Sarjana (S1) pada tahun berkenaan;
en

b. persentase pendidik Pendidikan Anak Usia Dini yang


rm

memiliki kualifikasi akademik Diploma empat (D-IV)


/pe

atau Sarjana (S1) pada 1 (satu) tahun sebelum tahun


/08

berkenaan; dan
22

c. pertumbuhan jumlah pendidik dengan


/20

mengurangkan persentase pendidik sebagaimana


om

dimaksud dalam huruf a dengan persentase pendidik


sebagaimana dimaksud dalam huruf b dibagi
t.c
spo

persentase pendidik sebagaimana dimaksud dalam


huruf b.
log

(3) Penghitungan rasio pengawas sekolah dan penilik pada


a.b

Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana dimaksud pada


an

ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara menghitung:


ly

a. jumlah pengawas sekolah untuk taman kanak–kanak


mu

ditambah jumlah penilik untuk Pendidikan Anak Usia


ina

Dini nonformal;
//a

b. jumlah satuan Pendidikan Anak Usia Dini; dan


ps:

c. rasio pengawas sekolah dan penilik dengan membagi


jumlah pengawas sekolah dan penilik sebagaimana
htt

dimaksud dalam huruf a dengan jumlah satuan

jdih.kemdikbud.go.id
- 59 -

Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana dimaksud

l
tm
dalam huruf b.

2.h
(4) Penghitungan kecukupan jumlah formasi guru ASN pada
Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana dimaksud pada

02
ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara menghitung:

n-2
a. jumlah formasi guru ASN yang diajukan oleh

hu
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan;

-ta
b. jumlah formasi guru ASN yang dibutuhkan pada

32
Pendidikan Anak Usia Dini; dan

or-
c. kecukupan jumlah formasi guru ASN dengan

om
membagi jumlah formasi guru ASN yang diajukan

k-n
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan jumlah

rite
formasi guru ASN yang dibutuhkan sebagaimana
d
bu
dimaksud dalam huruf b dikalikan 100% (seratus
dik

persen).
(5) Jumlah formasi guru ASN yang dibutuhkan sebagaimana
en

dimaksud pada ayat (4) huruf b dihitung berdasarkan


rm

jumlah rombongan belajar dalam satuan pendidikan,


/pe

beban kerja guru, dan kurikulum yang digunakan oleh


/08

satuan pendidikan.
22

(6) Penghitungan proporsi lulusan program guru penggerak


/20

yang diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas


om

sekolah pada Pendidikan Anak Usia Dini sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan dengan cara
t.c
spo

menghitung:
a. jumlah lulusan program guru penggerak di
log

kabupaten/kota yang diangkat menjadi kepala


a.b

sekolah dan pengawas sekolah pada Pendidikan Anak


an

Usia Dini;
ly

b. jumlah lulusan program guru penggerak di


mu

kabupaten/kota tersebut; dan


ina

c. proporsi lulusan program sekolah penggerak yang


//a

diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas


ps:

dengan membagi jumlah lulusan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dengan jumlah lulusan
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 60 -

program sekolah penggerak sebagaimana dimaksud

l
tm
dalam huruf b dikalikan 100 (seratus).

2.h
(7) Penghitungan pemenuhan SPM Pendidikan mengenai
Indeks Distribusi Guru pada Pendidikan Anak Usia Dini

02
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dilakukan

n-2
dengan cara menghitung:

hu
a. Indeks Distribusi Guru pada Pendidikan Anak Usia

-ta
Dini pada tahun berkenaan;

32
b. Indeks Distribusi Guru pada Pendidikan Anak Usia

or-
Dini pada 1 (satu) tahun sebelum tahun berkenaan;

om
dan

k-n
c. Indeks Distribusi Guru dengan mengurangkan
Indeks Distribusi Guru sebagaimana dimaksud

rite
dalam huruf a dengan Indeks Distribusi Guru
d
bu
sebagaimana dimaksud dalam huruf b dibagi Indeks
dik

Distribusi Guru sebagaimana dimaksud dalam huruf


b dikalikan 100% (seratus persen).
en
rm

Pasal 53
/pe

(1) Capaian SPM Pendidikan mengenai standar jumlah dan


/08

kualitas pendidik dan tenaga kependidikan untuk


22

Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan


/20

Khusus diukur melalui perhitungan:


om

a. kecukupan formasi guru ASN;


b. proporsi lulusan program guru penggerak yang
t.c
spo

diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas


sekolah; dan
log

c. Indeks Distribusi Guru.


a.b

(2) Penghitungan kecukupan jumlah formasi guru ASN pada


an

Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan


ly

Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


mu

dilakukan dengan cara menghitung:


ina

a. jumlah formasi guru ASN yang diajukan oleh


//a

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan;


ps:

b. jumlah formasi guru ASN yang dibutuhkan pada


Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan
htt

Pendidikan Khusus di daerah tersebut; dan

jdih.kemdikbud.go.id
- 61 -

c. kecukupan jumlah formasi guru ASN dengan

l
tm
membagi jumlah formasi guru ASN yang diajukan

2.h
oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan jumlah

02
formasi guru ASN yang dibutuhkan sebagaimana

n-2
yang dimaksud dalam huruf b dikalikan 100%

hu
(seratus persen).

-ta
(3) Jumlah formasi guru ASN yang dibutuhkan sebagaimana

32
dimaksud pada ayat (2) huruf b dihitung berdasarkan

or-
jumlah rombongan belajar dalam satuan pendidikan,

om
beban kerja guru, dan kurikulum yang digunakan oleh

k-n
satuan pendidikan.
(4) Penghitungan proporsi lulusan program guru penggerak

rite
yang diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas
d
bu
sekolah pada Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
dik

dan Pendidikan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b dilakukan dengan cara menghitung:
en

a. jumlah lulusan program guru penggerak di


rm

provinsi/kabupaten/kota yang diangkat menjadi


/pe

kepala sekolah dan pengawas sekolah pada


/08

Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan


22

Pendidikan Khusus yang bersangkutan;


/20

b. jumlah lulusan program guru penggerak di


om

provinsi/kabupaten/kota tersebut; dan


c. proporsi lulusan program sekolah penggerak yang
t.c
spo

diangkat menjadi kepala sekolah dan pengawas


sekolah dengan membagi jumlah lulusan
log

sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan jumlah


a.b

lulusan program sekolah penggerak sebagaimana


an

dimaksud dalam huruf b dikalikan 100 (seratus).


ly

(5) Penghitungan pemenuhan SPM Pendidikan mengenai


mu

Indeks Distribusi Guru pada Pendidikan Dasar,


ina

Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Khusus


//a

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan


ps:

dengan cara menghitung:


htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 62 -

a. Indeks Distribusi Guru tahun berkenaan pada

l
tm
Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan

2.h
Pendidikan Khusus di daerah yang bersangkutan;
b. Indeks Distribusi Guru pada 1 (satu) tahun sebelum

02
tahun berkenaan pada Pendidikan Dasar, Pendidikan

n-2
Menengah, dan Pendidikan Khusus di daerah yang

hu
bersangkutan; dan

-ta
c. Indeks Distribusi Guru dengan mengurangkan

32
Indeks Distribusi Guru tahun berkenaan

or-
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan Indeks

om
Distribusi Guru pada 1 (satu) tahun sebelum tahun

k-n
berkenaan sebagaimana dimaksud dalam huruf b
dibagi Indeks Distribusi Guru pada 1 (satu) tahun

rite
sebelum tahun berkenaan sebagaimana dimaksud
d
bu
dalam huruf b dikalikan 100% (seratus persen).
dik

Bagian Kesembilan
en

Indeks Capaian SPM


rm
/pe

Pasal 54
/08

(1) Capaian SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33


22

sampai dengan Pasal 53 dituangkan dalam indeks


/20

pencapaian SPM.
om

(2) Indeks pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) bertujuan untuk mengukur tingkat capaian SPM yang
t.c
spo

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya.
log

(3) Indeks pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat


a.b

(2) merupakan nilai capaian SPM yang diperoleh melalui


an

penghitungan rerata presentase indeks pencapaian mutu


ly

minimal layanan dasar dikalikan bobot mutu dengan


mu

presentase indeks penerima layanan dasar dikalikan


ina

dengan bobot penerima.


//a

(4) Indeks pencapaian SPM sebagaimana dimaksud pada ayat


ps:

(3) dihitung berdasarkan tata cara perhitungan indeks


pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Menteri.
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 63 -

BAB V

l
tm
PELAPORAN DAN EVALUASI

2.h
Bagian Kesatu

02
Pelaporan

n-2
hu
Pasal 55

-ta
(1) Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan

32
kewenangannya harus menyampaikan laporan

or-
pelaksanaan pemenuhan SPM Pendidikan kepada menteri

om
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam

k-n
negeri dengan tembusan kepada Menteri.
(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya harus dritemenyampaikan laporan
bu
pelaksanaan pemenuhan SPM Pendidikan kepada menteri
dik

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam


negeri melalui gubernur sebagai wakil dari pemerintah
en

pusat dengan tembusan kepada Menteri.


rm

(3) Laporan pelaksanaan pemenuhan SPM Pendidikan


/pe

termasuk dalam materi muatan laporan penyelenggaraan


/08

pemerintahan daerah dan disampaikan sesuai dengan


22

ketentuan peraturan perundang-undangan yang


/20

mengatur mengenai laporan penyelenggaraan


om

pemerintahan daerah.
(4) Materi muatan laporan pelaksanaan pemenuhan SPM
t.c
spo

Pendidikan paling sedikit terdiri atas:


a. hasil penerapan SPM Pendidikan;
log

b. kendala penerapan SPM Pendidikan; dan


a.b

c. ketersediaan anggaran dalam penerapan SPM


an

Pendidikan.
ly

(5) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat


mu

(4), laporan pelaksanaan pemenuhan SPM Pendidikan


ina

Daerah provinsi harus mencantumkan rekapitulasi


//a

penerapan SPM Pendidikan daerah kabupaten/kota.


ps:

(6) Laporan pelaksanaan pemenuhan SPM Pendidikan


disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
htt

undangan.

jdih.kemdikbud.go.id
- 64 -

Bagian Kedua

l
tm
Evaluasi

2.h
Pasal 56

02
(1) Evaluasi terhadap capaian pemenuhan SPM Pendidikan

n-2
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan Kementerian

hu
dalam rangka perbaikan mutu pendidikan.

-ta
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

32
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

or-
(3) Evaluasi oleh Kementerian sebagaimana dimaksud pada

om
ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil laporan pelaksanaan

k-n
pemenuhan SPM Pendidikan dari Pemerintah Daerah.

rite
BAB VI
d
bu
KETENTUAN PENUTUP
dik

Pasal 57
en

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan


rm

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 32 Tahun 2018


/pe

tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan (Berita


/08

Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1687), dicabut


22

dan dinyatakan tidak berlaku.


/20
om

Pasal 58
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
t.c
spo

diundangkan.
log
a.b
an
ly
mu
ina
//a
ps:
htt

jdih.kemdikbud.go.id
- 65 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

l
tm
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

2.h
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

02
n-2
Ditetapkan di Jakarta

hu
pada tanggal 8 Juli 2022

-ta
32
MENTERI PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN

or-
RISET, DAN TEKNOLOGI

om
REPUBLIK INDONESIA,

k-n
ttd.

rite
d
bu
NADIEM ANWAR MAKARIM
dik

Diundangkan di Jakarta
en

pada tanggal 20 Juli 2022


rm
/pe

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


/08

REPUBLIK INDONESIA,
22
/20

ttd.
om

YASONNA H. LAOLY
t.c
spo
log

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 677


a.b
an

Salinan sesuai dengan aslinya.


ly

Kepala Biro Hukum


mu

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi,


ina

ttd.
//a
ps:

Dian Wahyuni
NIP 196210221988032001
htt

jdih.kemdikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai