Anda di halaman 1dari 48

Kaka Aji Pratama

NIM 362321302037

STUDI
Tugas
MANDIRI
Dosen Pengampu bapak Anies Fauzi,M.Pd.I

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

TEKNIK MANAUFAKTUR KAPAL

POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI

JL.RAYA JEMBER KM 13 BANYUWANGI,JAWA TIMUR

Windows User
[Pick the date]
JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Kata Pengantar
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Allah SWT atas ridha dan rahmat- Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan hasil review jurnal.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Anis Fauzi, M.Pd.I yang telah
membimbing dan membantu kami dalam proses penyusunan hasil review jurnal ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu baik
secara moral maupun material sehingga hasil review jurnal ini dapat terwujud.

hasil review jural ini akan menjelaskan atau membahas ketiga jurnal dengan jurnal pertama
berjudul “Nilai-nilai ISLAM DAN ESTETIKA YANG TERDAPAT PADA LAMPU COLOK PADA

MALAM 27 RAMADHAN DI DESA PEDEKIK KECAMATAN BENGKALIS” , Jurnal kedua berjudul


“Peran Kepemimpinan K.H Hasyim Asy ‘ari dalam Revolusi Jihad”, dan jurnal terakhir
berjudul “Inovasi Pembelajaran PAI Berbasis Teknologi Informasi”.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam hasil review jurnal
yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran
dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna meningkatkan kualitas tulisan ke
depannya.

Banyuwangi, 11 Desember 2023

Kaka aji pratama

Aryanti Agustina 1 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................2

REVIEW JURNAL...............................................................................................3

I. JURNAL 1............................................................................................3
II. JURNAL 2............................................................................................6
III. JURNAL 3............................................................................................9

Penerapan metode giving...............................................................................11

Pengembangan evaluasi PAI...........................................................................25

Upaya meningkatkan kemampuan guru........................................................33

Aryanti Agustina 2 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

REVIEW JURNAL
JURNAL 1

Judul Penerapan Metode Giving Question and Getting Answer


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Nama Penuis Hesti Yulianti Cecep Darul Iwan Saeful Millah
Nama journal Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Volume,no,dan Halaman Volume 6, No. 1. 200-215
Tahun 2018
Review Kaka Aji Pratama
Tanggal Review 11 desemebr 2023
Latar Belakang PAI adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
agama Islam secara menyeluruh. Tujuan pendidikan
merupakan faktor yang sangat menentukan jalannya
pendidikan sehingga perlu disiapkan sebelum semua
kegiatan pendidikan dilaksanakan. Kurdi (2006, p. 13)
menyatakan bahwa tujuan dasar PAI adalah dalam
rangka membekali kepribadian peserta didik ke arah yang
lebih baik, agar tumbuh di dalam dirinya baik secara
psikologis serta sosial mampu beradaptasi dengan
lingkungan. Menurut (Zulkarnain, 2008, p. 19), tujuan PAI
yaitu sebagai pengabdian diri manusia kepada pencipta
alam dengan tidak melupakan kehidupan dunia.
Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan karena
penerapan metode yang belum dilaksanakan secara
maksimal. Hal ini dapat dilihat dalam praktiknya, peserta
didik diperintahkan mencatat materi dan mendengarkan
penjelasan guru sampai jam pelajaran selesai, sehingga
belum dapat mengaktifkan peserta didik secara penuh
dalam proses belajar mengajar. Cara belajar seperti ini
dapat menyebabkan peserta didik cepat jenuh, bosan,
dan kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran,
kemudian menyebabkan pembelajaran PAI menjadi
kurang menarik. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi
tersebut adalah bila tidak diupayakan perbaikan mutu
proses pembelajaran dengan perbaikan metode
pembelajaran tentu hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran PAI menjadi tidak baik. Salah satu metode
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
keikutsertaan peserta didik dalam proses belajar adalah
metode pembelajaran Giving Question and Getting
Answer. Hal ini sesuai dengan pandangan Suprijono
(2012, p. 107) mengemukakan bahwa Giving Question
and Getting Answer ditemukan oleh Spancer Kagan,
bahwa metode pembelajaran yang dapat merangsang,

Aryanti Agustina 3 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

memancing serta mengajak peserta didik untuk ikut


berpartisipasi aktif. Metode pembelajaran ini
dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki
kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab
pertanyaan. Metode ini juga dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk menetapkan kadar pengetahuan setiap
peserta didik dalam suatu kelas
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di kelas VIII H SMP Negeri 1 Baregbeg Kabupaten
Ciamis. Dan juga untuk melatih peserta didik memiliki
kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab
suatu pertanyaan. Penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai evaluasi dan suatu pembelajaran
Metode Penelitian Metode yang digunakan yakni Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) model Kurt Lewin. Yang mana Tekni pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi dan tes. Metode
Giving Question and Getting Answer dengan metode
permainan agar siswa tidak merasa bosan, selain itu juga
melakukan ice breaking untuk menambah semangat
belajar peserta didik
Subyek dan Obyek Penelitian Subjek dari penelitian ini yaitu keaktifan siswa kelas VII di
SMP NEGERI 1 Brebeg. Sedangkan objek dari penelitian
ini yaitu ketuntasan belajar siswa terhadap metode yang
digunakan yaitu metode Giving Question and Getting
Answer
Hasil Penelitian Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa dugaan
metode giving question dan getting answar dapat
membantu meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar
tersebut ditemukan di lapangan bahwa hasil belajar PAI
di SMP NEGERI 1 Barebeg masih ada yang belum tuntas
bila berstandar pada KKM yang ditetapkan sekolah
sebesar 72. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan guru PAI di SMP NEGERI 1 Brebeg pada 10 april
2018 ditemukan dari jumlah peserta didik kelas VII H
yang berjumlah 34 peserta didik, yang mencapai
ketuntasan belajar sebanyak 17 atau 50% dan peserta
didik yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 17 atau
50%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar
peserta didik belum mencapai target yang telah
ditetapkan yakni 72. Rendahnya hasil belajar peserta
didik disebabkan karena penerapan metode belum
maksimal, dapat dilihat dari praktik peserta didik
diperintahkan mencatat materi dan mendengarkan
penjelasan guru sampai jam pelajaran selesai, sehingga
belum dapat mengaktifkan peserta didik secara penuh.
Cara belajar seperti itu dapat menyebabkan peserta didik
cepet bosan, jenuh, dan kurang semangat dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga pelajaran PAI
dianggap kurang menarik. Berdasarkan masalah diatas
perlu tindakan mengatasinya dengan cara mengenalkan

Aryanti Agustina 4 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

sebuah metode pembelajaran yang menitikberatkan


keaktifan dan berorientasi pada peserta didik. Salah satu
metode pembelajaran yang banyak melibatkan
keikutsertaan peserta didik dalam proses belajar adalah
metode pembelajaran Giving Question and Gatting
Answer.
Kelebihan Penelitian 1. Berdasarkan penilaian yang dilakukan observer,
penyusunan RPP dari siklus ke siklus mengalami
peningkatan.
2. Kinerja guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran juga mengalami peningkatan. Dari tiga
siklus yang telah dilaksanakan dalam penelitian tindakan
kelas ini, pelaksanaan proses pembelajaran semakin baik.
3. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PAI
dengan menerapkan metode Giving Question and Getting
Answer juga mengalami peningkatan. Seperti dalam
kegiatan proses pembelajaran, peneliti
mengkombinasikan metode Giving Question and Getting
Answer dengan metode permainan sehingga siswa tidak
merasa bosan, selain itu juga melakukan ice breaking
untuk menambah semangan belajar peserta didik
4. Penelitian ini berhasil membuktikan dugaan bahwa
metode Giving Question and Getting Answer dapat
membantu meningkatkan hasil belajar.
5. Menjadikan peserta didik lebih aktif di dalam kelas,
karena dalam metode tersebut dapat merangsang,
memancing, serta mengajak peserta didik untuk ikut
berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
motivasi peserta didik dalam mengetahui ilmu dalam
pembelajaran semakin tinggi.
Kekurangan Penelitian 1. Rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan karena
penerapan metode yang belum dilaksanakan secara
maksimal.
2. Peserta didik yang pemalu, jika belum termotivasi
dengan metode ini, maka akan tereliminasi. Karena tidak
bisa mengejar materi yang ditanyakan oleh temannya.
Diskusi/Rekomendasi Pembelajaran dengan metode Giving Question and
Getting Answer banyak kelebihannya, karena dapat
membangun suasana kelas, juga merangsang siswa untuk
aktif dalam pembelajaran, (meskipun tujuannya hanya
nilai misalnya) sehingga banyak pengetahuan yang akan
diperoleh dalam kelas tersebut. Karena banyak terjadi,
jikalau pembelajaran hanya berpusat kepada guru, maka
lama lama pembelajaran bisa membosankan. Dengan
menggunakan Metode ini bisa memudahkan guru untuk
membina dan juga mengasuh peserta didik agar mudah
memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Dan
juga dengan menggunakan metode ini akan
memudahkan guru untuk mengolah suatu pembelajaran,
menyusun materi dan juga Dapat menyajikan materi
pendidikan, agar mudah diterima oleh peserta didik

Aryanti Agustina 5 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

(siswa) sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Jadi


dengan menerapkan metode Giving Question and Getting
Answer sangat mempengaruhi hasil belajar siswa dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan juga untuk
melatih peserta didik memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya dan menjawab suatu pertanyaan.
Dan Pembelajaran dengan Metode Giving Question and
Getting Answer ini juga dilakukan dan di upayakan oleh
guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam
observasi dan wawancara yang dilakukan kepada guru
dari 34 siswa hanya 17 anak yang tuntas dalam belajar
dan 17 anak lainnya tidak tuntas dalam belajar berarti
hanya 50% yang tuntas dalam belajar. Sedangkan KKM
sekolah yaitu 72. Maka dari itu harus ada pengoptimalan
metode dimana metode ini berorentasi pada
keikutsertaan siswa dalam pembelajaran agar seluruh
kelas dapat aktif dan tidak ada yang pasif.

JURNAL 2

Judul Pengembangan Evaluasi Pendidikan Agama Islam


Berbasis Ranah Afektif
Nama Penulis M. Muchlis Solichin
Nama Journal Jurnal Pendidikan Islam
Volume, No,dan Halaman Volume 2, Nomor 1, Halaman 77-91
Tahun 2007
Review Kaka Aji Pratma
Tanggal Review 11 desember 2023
Latar Belakang Masalah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah
proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk
membekali anak didik dengan pengetahuan,
pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran Islam.
Dalam hal ini pembelajaran PAI harus menempatkan
ajaran Islam sebagai suatu obyek kajian yang melihat
Islam sebagai sebuah sistem nilai dan sistem moral yang
tidak hanya diketahui dan dipahami saja, tapi juga
dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan
anak didik. Oleh karena itu disetiap akhir pembelajaran
perlu diadakan Evaluasi guna untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran
yang telah dilakukan oleh pendidik. Dalam kaitan dengan
ranah pembelajaran, maka pengembangan evaluasi
pembelajaran PAI mengarah kepada pengembangan
aspek perilaku (afektif) melalui penekanan bagaimana
mengevaluasi perilaku (akhlak / moral islam). Tentu saja
evaluasi terhadap aspek perilaku membutuhkan suatu
proses pembelajaran PAI yang juga menitikberatkan pada

Aryanti Agustina 6 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

ranah afektif ini, dengan tidak meninggalkan aspek


kognitif dan psikomotorik. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan evaluasi pendidikan adalah
bagaimana mengevaluasi pembelajaran PAI dengan
bertolak pada aspek perilaku dan moral anak didik.
Melalui evaluasi, guru dapat mengetahui tingkat
ketercapaian dalam suatu pembelajaran. Dengan
penilaian pembelajaran, akan menjadi suatu tolak ukur
pencapaian tujuan dari kegiatan pembelajaran dengan
siswa sebagai objek penilaian. Hasilnya dapat
mendeskripsikan tujuan pembelajaran telah tercapai atau
tidak.
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian Dalam Evaluasi
1. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai
dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
2. Mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa
dalam kelompok kelasnya.
3. Mengetahuai tingkat usaha yang dilakukan siswa
dalam belajar.
4. Mengetahui hingga sejauh mana siswa telah
mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan
kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
5. Mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode
mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar
mengajar.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan berupa strategi atau
cara dan pendekatan-pendekatan yang telah dilakukan
dalam mengevaluasi pembelajaran pendidikan agama
islam berbasis ranah afektif.
Subyek dan Obyek Penelitian ➢ Subyek Penelitian : Kemampuan peserta didik ➢
Objek Penelitian : Pengembangan evaluasi berbasis ranah
efektif
Hasil Penelitian Pengembangan evaluasi berbasis ranah efektif mengarah
pada pengembangan moral. Moral dapat didekati dari
aspek kognitif aspek efektif. Secara integratif aspek-aspek
tersebut dapat mendorong terjadinya perilaku moral.
Pembelajaran moral dapat dilakukan dengan pendekatan
aspek efektif sebagai unsur pemahaman moral. Untuk
mengembangkan aspek efektif dilakukan sebuah
pembelajaran moral. Diharapkan dengan adanya
lembelajaran moral ini peserta didik dapat memiliki
kesadaran akan hak-hak orang lain dan kewajiban diri
sendiri. Pembelajaran moral ini juga sebagai tindakan
moral, kemampuan peserta didik untuk berinteraksi
sosial. Pembelajaran moral menggunakan strategi : 1)
strategi tradisional, 2) strategi bebas, 3) strategi reflektif,
4) strategi transinternal. Pendekatan yang digunakan : 1)
pendekatan pengalaman, 2) pendekatan pembiasaan, 3)
pendekatan emosional, 4) pendekatan rasional, 5)
pendekatan fungsional, 6) pendekatan keteladanan
Kelebihan Penelitian Penekanan aspek moral bukan hanya terbatas pada

Aryanti Agustina 7 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

pengetahuan tentang moral, namun lebih pada perasaan


bermoral.
Kekurangan Penelitian Kegiatan penilaian berkaitan erat dengan
kegiatankegiatan pengajaran lainnya. Oleh karena itu,
kegiatan penilaian tidak boleh lepas dari kegiatan
pengajaran.Jika prinsip ini tidak terpenuhi, maka
penilaian tidak akan memberikan makna apa-apa.tidak
boleh mengambil keputusan evaluasi sebelum adanya
data yang dapat dipercaya. Juga kita tidak dapat
memperoleh data yang memadai kalau tidak
menggunakan instrumen pengumpul data yang
memenuhi syarat. Selain itu, kita tidak akan dapat
mengembangkan instrumen secara baik jika tidak
mengetahui tujuan evaluasi dan aspek-aspek perilaku
yang semestinya diungkap.
Diskusi/Rekomendasi Sebelumnya, pengembangan evaluasi pembelajaran PAI
meliputi perumusan-perumusan tertentu (spesifikasi)
dalam merancang tes. Spesifikasi tersebut meliputi;
tujuan tes itu diadakan, apa yang menjadi isi tes, bentuk
tes apakah yang digunakan, bagaimana menulis item-
item pertanyaan dalam tes dan bagaimana memberikan
skor dan melaporkan tes yang telah dilaksanakan.
Perumusan itu sangat penting, karena akan menjadi
panduan bagi perancang tes untuk menghasilkan tes yang
berkualitas baik sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Dalam konteks PAI,
pengembangan evaluasi pembelajaran ditekankan pada
aspek afektif, yaitu bagaimana evaluasi diarahkan untuk
melihat sejauh mana penghayatan, penghargaan dan
pengembangan perilaku anak didik yang didasarkan
kepada ajaran Islam yang telah ditentukan oleh Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Para penilai
(evaluator) harus mengikuti prinsip-prinsip evaluasi yang
telah ditentukan: 1) Prinsip Keterpaduan, 2) Prinsip
Kelengkapan, 3) Prinsip Kesinambungan, 4) Prinsip
Obyektifitas, 5) Prinsip Relevansi, 6) Prinsip Keteraturan.
Robert L. Ebel menyatakan bahwa dalam pengembangan
evaluasi pendidikan seorang evaluator harus membuat
spesifikasi tes yang berdasarkan pertanyaan yang harus
dirancang ketika seorang membuat tes/ujian. Spesifikasi
ini berfungsi sebagai petunjuk kepada perancang tes dan
menyediakan definisi operasional kuantitas yang akan
diukur.spesifikasi harus mengidentifikasi sumber-sumber
untuk menemukan ideide baru dalam penulisan item
pertanyaan. Untuk itu diperlukan kriteria tertentu dalam
memberikan petunjuk dalam menulis item, yang secara
umum adalah ide-ide yang diseleksi harus yang paling
produktif dan merupakan informasi yang paling berguna
bagi anak didik untuk memahami elemen pengetahuan
dan kemampuan terpenting dalam bidang studi yang
akan diujikan.

Aryanti Agustina 8 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

JOURNAL 3

Judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Menerapkan


Bahan Ajar di SMA Negeri 03 Ogan Komering Ulun
Nama Penulis Aryanti Agustina
Nama Journal Jurnal Educative: Journal of Educational Studies
Volume,No ,dan Halaman Vol. 3, No. 1. Hlm. 1-87
Tahun 2018
Review Kaka Aji Pratama
Tanaggal Review 11 desember 2023
Latar Belakang Masalah Pengembangan potensi dan kemampuan serta
pengetahuan siswa sangat ditentukan oleh kemampuan
guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada
disekolah. Hal ini berkaitan dengan penggunaan bahan
pembelajaran dalam rangka membantu siswa untuk
mencapai kopetensi permasalahan yang sering terjadi
pada saat pembelajaran dikelas yaitu penguasaan guru
pada bahan pembelajaran masih belum maksimal, dan
cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan salah
satu masalah, karena guru selama ini hanya mengajarkan
materinya saja tanpa adanya peralatan atau media
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam jurnal ini adalah untuk mengkaji
upaya meningkatkan kemampuan guru menerapkan
bahan ajar
Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini terdapat dua siklus.
• Siklus pertama yaitu terdiri dari:
1. Sosialisasi.
2. Pendataan.
3. Observasi.
4. Kolaborasi.
5. Penilaian.
6. Wawancara.
7. Dan refleksi.
• Sedangkan pada siklus ke dua ini tahapannya sama
seperti yang ada pada siklus pertama, hanya saja pada
siklus ke dua ini tahapannya langsung kepada tahapan
pendataan, jadi tidak ada tahapan sosialisasinya
Subyek dan Obyek Penelitian Subjek dari penelitian ini dilakukan kepada guru mata
pelajaran di SMA Negeri 03 Ogan Komering Ulun
Hasil Penelitian 1. Perencanaan penggunaan bahan ajar TIK
• Jumlah frekuensi tertinggi : 454, yang terendah
sebesar4.
• Jumlah prsentase tertinggi pada selalu 64,67%, dan
terendah pada tidak pernah 0,57%.
2. Pelaksanaan penggunaan bahan ajar TIK:

Aryanti Agustina 9 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

• Jumlah frekuensi tertinggi 306, dan yang terendah 17.


• Jumlah presentase tertinggi pada selalu 66,67% dan
terendah kadang-kadang 3,70%.
3. Penilaian penggunaan bahan ajar TIK
• Jumlah frekuensi tertinggi 152, dan terendah 0.
• Jumlah presentase tertinggi pada selalu 80,84% dan
terendah tidak pernah 0%
Kelebihan Penelitian 1. Landasan teori yang digunakan cukup sesuai dengan
variabel yang dikaji dalam penelitian.
2. Data yang disajikan cukup jelas perbandingannya.
3. Pambahasan telah mendialogkan cukup jelas dan
beberapa kegiatan yang telah dilakukan.
4. Guru dalam pelaksanaan penggunaan bahan ajar oleh
guru TIK menerapkan dan menggunakan bahan ajar
melalui demonstrasi dan guru mempraktekaan bahan ajar
dalam penggunaan pada pembelajaran yang dilakukan
Kekurangan Penelitian 1. Peneliti kurang teliti karena, ada salah penyebutan
hasil penelitian (pelaksanaan penggunaan bahan ajar
TIK).
2. Pada bagian abstrak hanya mencantumkan metode
dan hasil, sedangkan pada bagian abstrak itu minimal
harus mencantumkan yang namanya latar belakang dan
tujuan penelitian. Jadi bagian abstrak pada jurnal ini tidak
mencantumkan latar belakang dan tujuan penelitian.
3. Dalam jurnal ini data per kelas tersebut itu tidak
dijelaskan secara rinci.
4. Subjek yang dicantumkan didalam jurnal tersebut
masih kurang jelas.
Diskusi/Rekomendasi Untuk melakukan peningkatan yang berkualitas dalam
menerapkan bahan ajar mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai pada penilaian sehingga guru
memiliki kemampuan profesional untuk melaksanakan
tugas-tugas keprofesiannya terutama dalam mendesain
dan merencanakan bahan-bahan ajar yang akan diberikan
kepada siswa.

Aryanti Agustina 10 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Jurnal Penelitian Pendidikan Islam

Vol. 6, No. 1, 2018

Penerapan Metode Giving Question and Getting Answer


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Hesti Yulianti

Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis

Email: hesti_yulianti94@yahoo.co.id

Cecep Darul Iwan

Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis

Email: cecep.daruliwan@gmail.com

Saeful Millah

Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Ciamis

Email: saeful.millahcms@gmail.com

Received: February 1, 2018 Accepted: September 17, 2018

Aryanti Agustina 11 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Abstrak
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Alternatif yang ditawarkan untuk mencapai tujuan itu adalah
dengan memperkenalkan metode giving question and getting answer. Penelitian ini menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi dan tes. Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII H SMP Negeri 1 Baregbeg
Kabupaten Ciamis. Langkah-langkah analisis data sebagai berikut: seleksi data, pengoreksian data
dan pembobotan data. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa metode giving question and getting
answer berhasil meningkatkan mutu

Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya yang sangat mendasar dalam
pengembangan sumber daya manusia. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan
diharapkan melahirkan sumber daya manusia yang unggul. Pendidikan hendaknya menumbuhkan
dan mengembangkan kemampuan intelektual, sosial dan personal. Tiga kemampuan ini dibangun
bukan hanya berlandaskan rasio dan logika saja, tetapi melibatkan aspek lain, yaitu inspirasi,
kreativitas, moral, intuisi dan spiritual (Suprijono, 2012, p. 6).

Bila ditelusuri secara mendalam, proses belajar-mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan karena di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pengajaran.
Sebagaimana dikemukakan (Ali, 2002, p. 4), komponen-komponen itu dikelompokkan kedalam tiga
kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pelajaran, dan peserta didik. Interaksi antara ketiga
komponen utama tersebut melibatkan sarana dan prasarana, seperti metode, media, dan penataan
tempat lingkungan belajar sehingga tercipta situasi proses belajar-mengajar yang memungkinkan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Berbicara mengenai proses pembelajaran, tidak lepas dari fungsi dan peranan seorang guru.
Peran guru sangat vital dalam menentukan output pendidikan. Dalam suatu kegiatan pembelajaran,
guru hendaknya lebih memberdayakan peserta didik dalam kegiatan tersebut. Karena itulah guru
harus mendesain pembelajaran sedemikian rupa sehingga bisa terjadi pembelajaran yang
demokratis, berkarakter dan menyenangkan.

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting
untuk menyiapkan peserta didik dalam hal memahami, menghayati, dan mengimani hingga
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Hal ini senada
dengan apa yang dikemukakan oleh (Majid & Andayani, 2004, p. 130), “PAI adalah usaha sadar
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami apa yang terkandung dalam Islam
secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya, dan dapat mengamalkannya”.
PAI adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran agama Islam secara menyeluruh. Lalu peserta didik menghayati tujuan yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (Daradjat, 1996, p.
86).

Aryanti Agustina 12 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Menurut Propenas 2000-2004 (UU No. 25 Tahun 2000) menyatakan bahwa PAI di sekolah
umum (TK, SD, SMP, SMA) bertujuan untuk meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan serta
pembinaan akhlak manusia dan budi pekerti luhur (Azizi, 2003, p. 75).

PAI yakni upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilainilainya agar menjadi way
of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Pengertian ini dapat berwujud : (1) segenap kegiatan
yang dilakukan seseorang untuk membantu seorang atau sekelompok peserta didik dalam
menanamkan atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai
pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan
hidupnya sehari-hari; (2) segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih
yang dampaknya ialah tertanamnya atau tumbuhkembangnya ajaran Islam dan nilainilainya pada
salah satu atau beberapa pihak (Muhaimin, 2006, p. 5:6).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa PAI adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran agama Islam secara
menyeluruh.

Menurut Arif (2008, p. 45), tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan sari pati dari
seluruh renungan pedagogik. Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat
menentukan jalannya pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua
kegiatan pendidikan dilaksanakan.

Kurdi (2006, p. 13) merumuskan bahwa tujuan dasar PAI adalah dalam rangka membekali
kepribadian peserta didik ke arah yang lebih baik, agar secara spiritual telah bersemayam dalam
dirinya dan secara psikologis serta sosial mampu beradaptasi dengan lingkungan. Menurut Hamdani
dalam (Zulkarnain, 2008, p. 19), tujuan PAI yaitu sebagai pengabdian diri manusia kepada pencipta
alam dengan tidak melupakan kehidupan dunia.

Adapun Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani tujuan PAI ada 4 ciri pokok: 1) Sifat dan
corak agama dan akhlak; 2) Sifat keseluruhan yang mencakup segala aspek pribadi peserta didik dan
semua aspek perkembangan masyarakat; 3) Sifat keseimbangan, keselarasan, tidak adanya
pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya; 4) Sifat realistik dan dapat dilaksanakan,
penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan(Achmadi,
2005, p. 91).

Tujuan umum PAI lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah
yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan
kepribadian peserta didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi yang utuh
(Achmadi, 2005, p. 91).

Untuk mencapai tujuan umum tersebut tidak akan dapat dicapai sekaligus, akan tetapi
membutuhkan proses dan waktu yang panjang dengan tahap-tahap tertentu, sedangkan tiap tahap
yang dilalui juga mempunyai tujuan tertentu yang disebut dengan tujuan khusus. Adapun tujuan
khusus PAI bersifat relatif sehingga memungkinkan untuk diadakannya perubahan dimana sesuai

Aryanti Agustina 13 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

dengan tuntutan dan kebutuhan. Adapun tujuan PAI tersebut adalah sebagai berikut: 1) Peserta
didik bergairah beribadah; 2) Peserta didik mampu membaca Al-Qur’an; 3) Penanaman rasa agama
pada peserta didik; 4) Menanamkan rasa cinta pada Allah dan Rasul-Nya; 5) Memperkenalkan ajaran
Islam yang bersifat global seperti rukun Islam, rukun iman dan lain-lain merupakan materi pokok; 6)
Membiasakan peserta didik berakhlak mulia, melatih peserta didik untuk mempraktikan ibadah yang
praktis dan membiasakan contoh teladan yang baik (Zuhairini, 1993, p. 36). Jadi tujuan pembelajaran
PAI adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta memiliki
pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah.

Majid & Andayani (2004, p. 134:135) menyebutkan kurikulum PAI untuk sekolah atau
madrasah berfungsi sebagai berikut: 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya; 2) Penanaman nilai, sebagai pedoman
hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat; 3) Penyesuaian mental, yaitu untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam; 4) Perbaikan, yaitu memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam
keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan seharihari; 5) Pencegahan,
yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat
membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya; 6) Pengajaran, tentang ilmu
pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan tidak nyata), sistem dan fungsionalnya; 7)
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama
Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain. Jadi, fungsi pembelajaran PAI untuk sekolah atau madrasah
adalah sebagai pengembangan, penanaman nilai, penyesuaian mental, perbaikan, pencegahan,
pengajaran dan penyaluran.

Ruang lingkup pendidikan Islam tidak mengenal batas umur dan perbedaan jenis kelamin
bahkan tempat dan masa. Pendidikan sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas
karena di dalamnya banyak segisegi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik langsung maupun tidak
langsung (Nafis, 2011, p. 26:30). Adapun segi-segi dan pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan
Islam sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan Islam adalah: 1) Perbuatan mendidik itu sendiri.
Maksud dari perbuatan mendidik di sini adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap
yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh peserta didik. Dalam
perbuatan mendidik ini sering disebut dengan istilah tahzib; 2) Dasar dan tujuan pendidikan Islam.
Landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam. Semua hal
yang masuk dalam proses pendidikan harus bersumber dan berlandaskan dasar tersebut. Dengan
dasar dan sumber ini, peserta didik akan dibawa dengan sesuai dasar dan sumbernya; 3) Peserta
didik. Pihak yang merupakan obyek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan karena segala
tindakan pendidikan diarahkan pada tujuan dan cita-cita pendidikan Islam. 4) Pendidik. Secara
singkat dapat dikatakan sebagai subyek pelaksana proses pendidikan. Pendidik akan dapat
membawa suatu pendidikan pada baik dan buruknya, sehingga peranan pendidik dalam
keberhasilan pendidikan sangat menentukan; 5) Materi dan kurikulum pendidikan Islam. Bahan-

Aryanti Agustina 14 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

bahan atau pengalaman-pengalaman pendidikan, yang sudah tersusun secara sistematis dan
terstruktur untuk disampaikan dalam proses pendidikan kepada peserta didik; 6) Metode pendidikan
Islam. Cara dan pendekatan yang dirasa paling tepat dan sesuai dalam pendidikan untuk
menyampaikan bahan dan materi pendidikan kepada peserta didik. Metode ini digunakan untuk
mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, supaya materi dapat dengan mudah
diterima peserta didik sesuai dengan karakteristik dan tahapan peserta didik; 7) Evaluasi pendidikan
Islam. Caracara yang digunakan untuk menilai hasil pendidikan yang sudah dilakukan. Pada
pendidikan Islam, umumnya tujuan tidak semuanya dapat dicapai seketika dan sekaligus, melainkan
melalui proses tahapan tertentu; 8) Alat-alat pendidikan Islam. Alat-alat yang digunakan selama
proses pendidikan dilaksanakan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan tepat; 9) Lingkungan
pendidikan Islam. Keadaan-keadaan dan tempat-tempat yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan
serta keberhasilan suatu pendidikan (Nafis, 2011, p. 26:30).

Pelajaran PAI yang dipelajari di sekolah berperan sangat penting dalam memberikan
pemahaman terhadap peserta didik, sehingga setelah mereka mengetahui dan memahami materi
yang diberikan diharapkan mereka mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata. Mengingat
pentingnya peranan pendidikan Islam dalam kehidupan nyata, maka sekolah perlu meningkatkan
berbagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Menurut Suprijono (2009, p. 5), bentuk hasil belajar dapat berbentuk pola-pola perbuatan,
internalisasi nilai-nilai, pemahaman terhadap pengertianpengertian, terbentuknya sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Dengan demikian, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
komprehensif, meliputi seluruh aspek kemanusiaan. Hasil belajar tersebut tidak dilihat secara
terpisah-pisah, tetapi terintegrasi secara menyeluruh.

Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu
proses. Bagi peserta didik, belajar merupakan suatu kewajiban, adapun berhasil tidaknya sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Belajar pada manusia adalah interaksi aktif dengan lingkungan yang
disertai dengan aktivitas mental yang menimbulkan perubahan-perubahan dalam aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. (Winkel, 1996, p. 193). Adapun pengertian hasil belajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, di antaranya: 1) hasil belajar adalah hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan
setelah melakukan aktivitas belajar atau merupakan akibat dari kegiatan belajar (Djamarah & Zain,
2006, p. 119); 2) hasil belajar adalah tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah
(Dimayati & Mudjiono, 2006, p. 3): 3) Indikator bahwa seseorang telah berhasil belajar adalah
tampaknya perubahan perilaku dalam dirinya (Wahidmurni, 2010, p. 18); 4) hasil belajar adalah hasil
belajar adalah kompetensi-kompetensi yang dimiliki siswa setelah melakukan interaksi dengan
lingkungan belajaranya (Sudjana, 2010, p. 22); 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009, p. 5).

Gagne (Suprijono, 2009, p. 5:6) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa: a) Informasi verbal
yaitu kepasitas mengungkapkan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; b) Keterampilan
intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang; c) Strategi kognitif yaitu
kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri; d) Keterampilan motorik
yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani; e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau
menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Aryanti Agustina 15 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Sopiatin & Sahroni (2011, p. 67:68) mengemukakan bahwa hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Hamalik
(2008, p. 66:70), kegiatan belajar mengajar di dalamnya seperti mengorganisasi pengalaman belajar,
menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru dalam pencapaian
hasil belajar peserta didik. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom, hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah, antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun
perinciannya adalah sebagai berikut:

Pertama, ranah kognitif. Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu: 1) Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam
taksonomi Bloom, seringkali disebut juga aspek ingatan (recall). Dalam jenjang ini kemampuan
seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah
dan lain sebagainya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya (Daryanto, 2007, p. 103); 2)
Pemahaman (Comprehension). Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajarmengajar. Peserta didik dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur
kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian (Daryanto, 2007, p. 106); 3) Penerapan
(Application). Jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Pengukuran
kemampuan ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Melalui pendekatan ini
peserta didik dihadapkan dengan suatu masalah yang perlu dipecahkan dengan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur aspek penerapan antara lain
pilihan ganda dan uraian (Daryanto, 2007, p. 109). 3) Analisis (Analysis). Jenjang kemampuan ini
seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-
unsur atau komponen-komponen pembentuknya. Dengan jalan ini situasi atau keadaan tersebut
menjadi lebih jelas. Bentuk soal yang sesuai untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda
dan uraian. Kemampuan analisis diklasifikasi atas tiga kelompok, yaitu analisis unsur, analisis
hubungan dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi (Daryanto, 2007, p. 110:111); 4) Sintesis
(Synthesis). Sintesis adalah kemampuan merangkum berbagai komponen atau unsur sehingga
menjadi sesuatu yang baru. Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu
yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Hasil yang diperoleh dari
penggabungan ini dapat berupa tulisan dan rencana atau mekanisme(Daryanto, 2007, p. 112); 5)
Penilaian (evaluation). Jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi,
keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi
ialah menciptakan kondisinya sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu mengembangkan
kriteria, standar atau ukuran untuk mengevaluasi sesuatu. (Daryanto, 2007, p. 113).

Kedua Ranah afektif. Ranah ini berkenaan dengan sikap dan nilai serta meliputi lima jenjang
kemampuan, yaitu: 1) Menerima (Receiving). Menerima diartikan sebagai kesediaan peserta didik
untuk memperhatikan fenomena atau stimulus tertentu. Yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada peserta didik dalam bentuk masalah, situasi,
gejala dan lain-lain. Dalam sub-ranah ini dapat berupa kepedulian terhadap keberadaan suatu
stimulus, keinginan untuk menerimanya dan memperhatikan secara selektif terhadap bagian dari
stimulus tersebut (Abdullah, 2012, p. 31); 2) Menanggapi (Responding). Menanggapi diartikan
sebagai adanya partisipasi aktif dalam diri peserta didik terhadap sesuatu. Pada tahap ini peserta

Aryanti Agustina 16 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

didik tidak hanya memperhatikan terhadap fenomena tertentu, tetapi juga memberikan reaksi
dengan cara tertentu. Hasil belajar dalam sub-ranah ini antara lain berupa kesediaan merespon
sesuai dengan yang diintruksikan, kemauan melakukan lebih dari yang diminta dan adanya kepuasan
dalam memberikan respon (Abdullah, 2012, p. 32); 3) Penilaian (Valuing). Penilaian berkenaan
dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam evaluasi ini termasuk di
dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut. Hasil belajar dalam sub-ranah ini ditunjukkan dengan tingkah
laku yang stabil dan konsisten sehingga nilai-nilai yang ada dibalik tingkah laku itu dapat
diidentifikasi (Abdullah, 2012, p. 33); 4) Organisasi (Organization). Organisasi dapat dipahami sebagai
usaha mempertemukan berbagai nilai yang berbeda dengan tanpa dikonflikkan, kemudian
dikembangkan sistem nilai yang secara internal konsisten. Dengan demikian, penekananya dalam hal
ini adalah membandingkan, menghubungkan dan mengambil sintesis dari berbagai nilai tersebut
(Abdullah, 2012, p. 34); 5) Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai (Characterization by a
value or value complex). Pada level ini, peserta didik telah mempunyai sistem nilai yang
mengendalikan tingkah lakunya dalam waktu yang relatif lama untuk mengembangkan suatu gaya
hidup (life style). Hasil belajar dalam subranah ini berupa berbagai aktivitas namun tekanannya
adalah bahwa tingkah laku yang ditampilkan itu merupakan karakteristik dari peserta didik tersebut
(Abdullah, 2012, p. 34).

Ketiga, Ranah psikomotorik. Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,


koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). 1) Keterampilan motorik (muscular or
motor skills): memperlihatkan gerak, menunjukkan hasil (pekerjaan tangan), menggerakkan,
menampilkan, melompat dan sebagainya; 2) Manipulasi benda-benda (manipulation of materials or
objects): menyusun, membentuk, memindahkan, menggeser, mereparasi dan sebagainya; 3)
Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong dan sebagainya (Daryanto,
2007, p. 124).

Pencapaian ketiga ranah hasil belajar tersebut, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar
individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar (Baharudin & Wahyuni, 2015, p. 22:23).

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar. Faktor ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis. 1) Faktor fisiologis adalah faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu
keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani; 2) Faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu: a) Kecerdasan/intelegensi peserta didik. Kecerdasan sebagai
kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang
individu tersebut meraih sukses dalam belajar; b) Motivasi. Motivasi adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasi dapat mendorong peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajar; c) Minat. Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; d) Sikap. Sikap adalah gejala
internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk meraksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek. Sikap individu dapat mempengaruhi hasil belajarnya; e) Bakat.

Aryanti Agustina 17 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang datang. Individu yang memiliki bakat tertentu akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang ada di luar diri individu. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non-sosial (Baharudin & Wahyuni, 2015, p. 32). Lingkungan sosial meliputi: a) Lingkungan
sosial sekolah seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses
belajar seorang peserta didik; b) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat,
tempat tinggal peserta didik akan mempengaruhi belajar peserta didik; c) Lingkungan sosial
keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik.

Adapun Lingkungan non-sosial meliputi: a) Lingkungan alamiah, seperti lokasi udara yang
segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap dan suasana
yang sejuk dan tenang. Apabila kondisi tidak mendukung, maka proses belajar peserta didik akan
terhambat; b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua
macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang
olahraga dan sebagainya. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan sekolah, buku
panduan, silabus, dan lain sebagainya; c) Faktor materi pelajaran (yang diajarkan kepada peserta
didik). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan perkembangan peserta didik, begitu juga dengan
strategi mengajar guru hendaknya disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik.

Adapun menurut Kamal (2006, p. 48:53), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :

Pertama, tujuan. Tujuan adalah pedoman, sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tercapainya tujuan berarti keberhasilan dalam pengajaran, karena itulah
perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru dan secara
langsung guru mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Akan tetapi, jika kegiatan belajar
peserta didik dan kegiatan mengajar guru bertentangan, dengan sendirinya tujuan pengajaran akan
gagal dicapai.

Kedua, guru. Pandangan guru terhadap peserta didik akan mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar di kelas. Guru memandang peserta didik sebagai makhluk individual dengan segala
perbedaannya, akan berbeda dengan guru yang memandang peserta didik sebagai makhluk sosial.

Ketiga, peserta didik. Keberhasilan peserta didik yang beraneka ragam mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu sendiri, yaitu keberhasilan belajar mengajar.

Keempat, kegiatan pengajaran. Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi
antara guru dan peserta didik dengan bahan sebagai perantaranya. Strategi penggunaan metode
mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Bermacam-macam penggunaan strategi
mengajar akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang berlainan kualitasnya.

Kelima, bahan dan alat evaluasi. Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat dalam
kurikulum yang sudah dipelajari oleh peserta didik untuk kepentingan ulangan. Masing-masing alat

Aryanti Agustina 18 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

evaluasi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka dalam prakteknya sering merupakan
penggabungan lebih dari satu alat evaluasi.

Keenam, suasana evaluasi. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas dengan
melibatkan seluruh peserta didik dengan dipantau oleh para pengawas. Selama pelaksanaan
evaluasi, selama itu pula pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan oleh peserta
didik. Namun dalam kenyataannya sikap pengawas berbeda-beda, ada yang ketat dan ada yang
longgar, dan sikap anak pun berbeda-beda juga, ada yang jujur dan ada yang tidak jujur, sehingga
ada yang berani mencontek atau meminta bantuan kepada teman-temannya.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil
belajar, secara garis besar faktor-faktor tersebut adalah faktor internal (bersumber dari dalam diri)
seperti sikap, minat, bakat, motivasi, kesiapan mental dan faktor lainnya yang kesemuanya berasal
dari dalam diri sendiri. Adapun selanjutnya yaitu faktor eksternal (bersumber dari luar diri) seperti
tempat belajar, sarana belajar, bahan pelajaran, personil, kurikulum, metode pembelajaran dan
sebagainya.

Penilaian dalam proses pembelajaran meliputi: 1) Evaluasi formatif adalah penilaian yang
dilakukan guru setelah satu pokok bahasan selesai dipelajari oleh peserta didik. Penilaian formatif
disebutkan dengan istilah penilaian pada akhir satu pelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan dalam
standar kompetensi; 2) Evaluasi sumatif adalah penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah
satu jangka waktu tertentu. Penilaian sumatif berguna untuk memperoleh informasi tentang
keberhasilan belajar peserta didik yang dipakai sebagai masukan utama untuk menentukan nilai
lapor atau nilai akhir semester; 3) Pelaporan hasil penilaian, yaitu setelah memberikan evaluasi
formatif dan sumatif, setiap tengah semester atau akhir semester guru harus memasukan ke dalam
buku lapor yang merupakan laporan hasil kerja; 4) Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan,
yaitu apabila seorang peserta didik dalam ulangan (tes formatif atau tes sumatif) mencapai nilai
kurang dari 6,00 atau daya upaya serapnya kurang dari 60% maka yang bersangkutan harus
melakukan perbaikan. Tujuan ulangan perbaikan adalah agar peserta didik memperoleh penguasaan
yang baik terhadap tujuan pembelajaran yang harus dicapai, dengan memberikan tugas tambahan
kepada peserta didik yaitu mengerjakan kembali soal. Bagi peserta didik yang sudah mencapai
standar kompetensi, sekurang-kurangnya 60 % dapat diberikan pengayaan, apabila masih ada waktu
untuk satu pelajaran tertentu sebelum beralih kepada materi lain (Suryobroto, 2002, p. 53).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI. Penelitian Tindakan Kelas di kelas
VIII H SMP Negeri 1 Baregbeg Kabupaten Ciamis.

Aryanti Agustina 19 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus, satu siklus dilaksanakan satu kali
pertemuan. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Baregbeg Kabupaten Ciamis tahun
pelajaran 2018/2019.

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah meningkat, berdasarkan


penilaian yang dilakukan observer penyusunan RPP dari siklus ke siklus mengalami peningkatan.
Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap siklusnya terdapat beberapa kekurangan
yang menjadi catatan bagi peneliti. Pada siklus I yaitu mengenai ketepatan ejaan, penggunaan
bahasa, perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, siklus II masih mengenai aspek ketepatan
ejaan dan perumusan materi pokok, dan siklus III semua aspek harus ditingkatkan lagi. Berdasarkan
data dari hasil observasi, nilai rata-rata pada setiap siklus, yaitu siklus I mencapai 81,54 siklus II
mencapai 85,27 dan siklus III mencapai 88,09.

Kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran juga mengalami peningkatan. Dari tiga
siklus yang telah dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini, pelaksanaan proses pembelajaran
semakin baik. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap siklusnya terdapat beberapa
kekurangan yang menjadi catatan bagi peneliti. Pada siklus I yaitu mengenai aspek apersepsi,
intonasi suara, cara membangkitkan perhatian peserta didik dan hubungan emosional dengan
peserta didik, siklus II masih mengenai intonasi suara dan hubungan emosional dengan peserta didik,
dan siklus III semua aspek harus ditingkatkan lagi. Berdasarkan penilaian observer, pada
pembelajaran siklus I nilai rata-ratanya mencapai 83,71 siklus II mencapai 87 dan siklus III mencapai
90,28.

Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PAI dengan menerapkan metode Giving
Question and Getting Answer juga mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian tindakan kelas
yang telah dilakukan hasilnya semakin meningkat. Karena kekurangan-kekurangan yang terjadi dari
siklus I sampai siklus III dapat peneliti atasi dengan baik. Seperti dalam kegiatan proses
pembelajaran, peneliti mengkombinasikan metode Giving Question and Getting Answer dengan
metode permainan agar siswa tidak merasa bosan, selain itu juga melakukan ice breaking untuk
menambah semangat belajar peserta didik. Hal itu dapat dilihat dari hasil tes akhir bahwa dari
seluruh peserta didik menunjukkan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. Hasil belajar peserta
didik dapa siklus I mendapat nilai rata-rata 75,29 pada perhitungan 24 orang sudah tuntas dan 10
orang yang belum tuntas dari nilai KKM yang telah ditentukan, siklus II dengan nilai rata-rata 78,94
pada perhitungan 28 orang sudah tuntas dan 6 orang yang belum tuntas dari nilai KKM yang
ditentukan, siklus III dengan nilai rata-rata 84,85 pada perhitungan 31 orang sudah tuntas dan 3
orang belum tuntas dari nilai KKM yang ditentukan.

Penelitian ini berhasil membuktikan dugaan bahwa metode giving question dan getting answar
dapat membantu meningkatkan hasil belajar. Berkaitan dengan hasil belajar, ditemukan di lapangan
bahwa hasil belajar PAI di SMP Negeri 1 Baregbeg masih ada yang belum tuntas bila berstandar pada
KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 72. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru
PAI di SMP Negeri 1 Baregbeg pada 10 April 2018 ditemukan dari jumlah peserta didik kelas VIII H
yang berjumlah 34 peserta didik, yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17 atau 50% dan
peserta didik yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 17 atau 50%. Hasil ini menunjukkan bahwa

Aryanti Agustina 20 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

ketuntasan belajar peserta didik belum mencapai target sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu
72.

Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan karena penerapan metode yang belum
dilaksanakan secara maksimal, ini dapat dilihat dalam praktiknya peserta didik diperintahkan
mencatat materi dan mendengarkan penjelasan guru sampai jam pelajaran selesai, sehingga belum
dapat mengaktifkan peserta didik secara penuh dalam proses belajar mengajar.

Cara belajar seperti ini dapat menyebabkan peserta didik cepat jenuh, bosan, dan kurang
semangat dalam mengikuti pembelajaran, kemudian menyebabkan pembelajaran PAI menjadi
kurang menarik. Sebagai konsekuensi logis dari kondisi tersebut adalah bila tidak diupayakan
perbaikan mutu proses pembelajaran dengan perbaikan metode pembelajaran tentu hasil belajar
peserta didik pada mata pelajaran PAI menjadi tidak baik

. Berdasarkan masalah di atas perlu kiranya diperkenalkan sebuah metode pembelajaran yang
lebih menitikberatkan keaktifan dan berorientasi pada peserta didik. Salah satu metode
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan keikutsertaan peserta didik dalam proses belajar adalah
metode pembelajaran Giving Question and Getting Answer. Hal ini sesuai dengan pandangan
Suprijono (2012, p. 107) mengemukakan bahwa Giving Question and Getting Answer ditemukan
oleh Spancer Kagan, orang berkebangsaan Swiss pada tahun 1963 merupakan metode pembelajaran
yang dapat merangsang, memancing serta mengajak peserta didik untuk ikut berpartisipasi aktif.
Metode pembelajaran ini dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Metode ini juga dapat digunakan sebagai tolak
ukur untuk menetapkan kadar pengetahuan setiap peserta didik dalam suatu kelas. Juga pandangan
Hamruni (2011, p. 171) mengemukakan bahwa Giving Question and Getting Answer adalah strategi
atau metode pembelajaran yang diarahkan untuk melibatkan peserta didik dalam meninjau ulang
materi pelajaran dari pelajaran sebelumnya atau di akhir pertemuan. Adapun menurut Suprijono
(2012, p. 107), Giving Question and Getting Answer adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan
menjawab pertanyaan.

Nasih & Nurkolidah (2009, p. 54) mengemukakan bahwa secara umum tanya jawab ini berguna
untuk mencapai banyak tujuan, antara lain: 1) Memotivasi peserta didik untuk berbuat dan
menunjukkan kebenaran serta membangkitkan semangat untuk maju; 2) Mengetahui penguasaan
peserta didik terhadap pengetahuan yang telah lalu agar guru dapat menghubungkannya dengan
topik bahasan yang baru atau memeriksa efektivitas pengajaran yang dijalaninya; 3) Menguatkan
pengetahuan dan gagasan pada pelajaran dengan memberi kesempatan untuk mengajukan
persoalan yang belum dipahami dan guru mengulang bahan pelajaran yang berkaitan dengan
persoalan tersebut. Sementara itu Suprijono (2012, p. 20) mengemukakan bahwa ada beberapa
kelebihan metode Giving Question and Getting Answer yaitu: 1) Suasana pembelajaran menjadi
aktif, karena dengan menerapkan metode Giving Question and Getting Answer dalam pembelajaran,
peserta didik akan menjadi aktif, artinya mereka akan banyak terlibat selama proses pembelajaran
berlangsung; 2) Peserta didik mendapat kesempatan baik secara individu maupun kelompok untuk
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti menyangkut materi yang telah disampaikan; 3) Guru
dapat mengetahui penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Hal tersebut
dapat diketahui dari kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh

Aryanti Agustina 21 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

temanya ataupun guru, dan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan-gagasan
yang ia sampaikan ketika proses pembelajaran berlangsung; 4) Mendorong peserta didik untuk
berani mengajukan pendapatnya, karena untuk menumbuhkan keberanian bertanya bagi peserta
didik itu tidak mudah, kebanyakan peserta didik itu malu untuk bertanya. Tetapi dengan
menerapkan metode ini, peserta didik dapat terdorong hatinya untuk mengajukan pertanyaan.
Suprijono (2012, p. 21) mengemukakan bahwa ada beberapa kekurangan metode Giving Question
and Getting Answer yaitu: 1) Pertanyaan yang disampaikan oleh peserta didik itu hanya hafalan saja,
artinya pertanyaan yang telah disampaikan bisa saja terlupakan atau mungkin sengaja untuk
dilupakan; 2) Proses tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus akan menyimpang dari
pokok bahasan yang sedang dipelajari. Pertanyaan yang disampaikan oleh peserta didik itu dan
bahkan jawaban yang diberikan itu bisa saja keluar dari materi yang diajarkan jika pertanyaan terlalu
banyak; 3) Guru tidak mengetahui secara pasti apakah anak yang tidak mengajukan pertanyaan
ataupun menjawab telah memahami dan menguasai materi yang telah diberikan atau tidak.
Suprijono (2009, p. 107:108) menyebutkan langkah-langkah metode pembelajaran Giving Question
and Getting Answer sebagai berikut: 1) Bagikan dua potong kertas kepada peserta didik; 2) Mintalah
kepada peserta didik menuliskan kartu itu (1) kartu menjawab (2) kartu bertanya; 3) Pertanyaan bisa
berasal dari peserta didik maupun guru. Jika pertanyaan berasal dari peserta didik, maka peserta
didik diminta menyerahkan kartu bertuliskan kartu bertanya; 4) Setelah pertanyaan diajukan,
mintalah kepada peserta didik memberi jawaban. Setiap peserta didik yang hendak menjawab
diwajibkan menyerahkan kartu yang bertuliskan kartu menjawab. Perlu diingat, setiap peserta didik
yang hendak menjawab maupun bertanya harus menyerahkan kartu itu kepada guru.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti pada pembelajaran PAI dengan
menerapkan metode Giving Question and Getting Answer yang dilaksanakan di kelas VIII H SMP
Negeri 1 Baregbeg Kabupaten Ciamis, maka peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama,
penyusunan perencanaan pembelajaran PAI di kelas VIII H SMP Negeri 1 Baregbeg Kabupaten Ciamis
dengan menerapkan metode pembelajaran Giving Question and Getting Answer mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi pada siklus I mencapai nilai rata-rata 81,54,
siklus II mencapai nilai 85,27 dan siklus III mencapai nilai 88,09. Kedua, pelaksanaan proses
pembelajaran pada mata pelajaran PAI di kelas VIII H SMP Negeri 1 Baregbeg Kabupaten Ciamis
dengan menerapkan metode Giving Question and Getting Answer mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan penilaian observer pada pembelajaran siklus I dengan nilai rata-rata
mencapai 83,71, siklus II mencapai 87 dan siklus III mencapai 90,28. Ketiga, Hasil belajar peserta
didik kelas VIII H SMP Negeri 1 Baregbeg Kabupaten Ciamis setelah mengukuti pembelajaran PAI
dengan menerapkan metode pembelajaran Giving Question and Getting Answer mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil siklus I mendapat nilai rata-rata 75,29, siklus II dengan
nilai rata-rata 78,94, dan siklus III dengan nilai rata-rata 84,85.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti Agustina 22 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Abdullah, S. (2012). Evaluasi Pembelajaran Konsep Dasar, Teori dan Aplikasi.

Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Achmadi. (2005). Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ali, M. (2002). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Arif, A. (2008). Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kultura.

Azizi, Q. (2003). Pendidikan untuk Membangun Etika Sosial (Mendidik Anak

Sukses Masa Depan; Pandai dan Bermanfaat). Semarang: Aneka Ilmu.

Baharudin, & Wahyuni. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: ArRuzz Media.

Daradjat, Z. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. (2007). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimayati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamruni. (2011). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Kamal, M. (2006). Buku Ajar Strategi Mengajar untuk Fakultas Tarbiyah.

Ciamis: IAID Ciamis.

Kurdi, S. (2006). Model Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SD

dan MI. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Majid, A., & Andayani, D. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi. Bandung: Remaja Rosydakarya.

Muhaimin. (2006). Nuansa Baru Pendidikan Islam : Mengurai Benang Kusut

Dunia Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aryanti Agustina 23 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Nafis, M. M. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.

Nasih, A. M., & Nurkolidah, L. (2009). Metode dan Teknik Pembelajaran

Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.

Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Vol. 6, No. 1, 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Islam

215

Sopiatin, P., & Sahroni, S. (2011). Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Sudjana, N. (2010). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sulhan, N., & et.al. (2012). Panduan Mengajar Akidah Akhlak Madrasah

Ibtidaiyah. Jakarta: Zikrul Hakim.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryobroto, A. (2002). Penilaian Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Wahidmurni. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Nuha Litera.

Winkel. (1996). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Zuhairini. (1993). Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.

Zulkarnain. (2008). Transfromasi Nilai-nilai Pendidikan Islam: Manajemen

Berorientasi Link dan Match. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aryanti Agustina 24 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

PENGEMBANGAN EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
BERBASIS RANAH AFEKTIF
M. Muchlis Solichin

Abstrak: Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses pengalihan (transfer) pengetahuan,
pemahaman, nilai-nilai dan pengamalan ajaran Islam secara terencana, sistemik, dan berkelanjutan.
Dengan kata lain, PAI adalah upaya menumbuhkembangkan fitrah anak didik yang dibawa sejak lahir
menjadi sebuah kemampuan dan kekuatan yang dapat melahirkan kompetensi yang profesional.
Fitrah di satu sisi dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan (potensi) untuk mengetahui,
memahami dan mengamalkan ajaran Islam baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifah Allah
di muka bumi. Untuk menumbuhkembangkan fitrah ini, maka PAI harus dapat mengarahkan dan
membimbing anak didik sesuai dengan ajaran Islam. Satu hal yang sangat urgen dalam pelaksanaan
PAI adalah harus berdasarkan kepada penanaman moral Islam dengan menitikberatkan kepada
penanaman dan pembiasaan moral action dalam kehidupan anak didik. Ini didasarkan pada asumsi
bahwa intisari ajaran Islam adalah pengamalan dan praktek akhlaq al-karîmah.

Kata kunci: Pendidikan Agama Islam, evaluasi, afektif.

Pendahuluan
Evaluasi merupakan suatu tahapan akhir dari suatu proses pembelajaran, yang dengannya
dapat diketahui keberhasilan proses pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Oleh karenanya, evaluasi merupakan kegiatan yang tak kalah pentingnya dari proses pembelajaran.

Evaluasi meliputi semua aspek pembelajaran, baik kemampuan intelektual (kognitif),


kemampuan rasa dan sikap/perilaku (afektif) serta kemampuan keterampilan (psikomotor). Pada
aspek kognitif, evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan pengetahuan
yang diperoleh melalui proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ini menyangkut
kemampuan anak didik untuk mengetahui, memahami, menyintesis, menganalisis subyek
pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Sedangkan aspek afektif menyangkut kemampuan anak didik untuk menerima, berpartisipasi,
menilai, mengorganisasi, serta membentuk pola hidup. Selanjutnya, aspek psikomotorik menyangkut
kemampuan anak didik untuk melakukan persepsi, melakukan gerakan terbimbing, melakukan
gerakan yang terbiasa, melakukan gerakan yang kompleks, melakukan penyesuaian pola gerakan
dan mengembangkan kreativitas.

Aryanti Agustina 25 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik
untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran
Islam. Dalam hal ini pembelajaran PAI harus menempatkan ajaran Islam sebagai suatu obyek kajian
yang melihat Islam sebagai sebuah sistem nilai dan sistem moral yang tidak hanya diketahui dan
dipahami, tapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik.

Untuk mencapai idealitas di atas, maka harus dirumuskan sebuah sistem evaluasi
pembelajaran PAI yang tidak hanya melihat Islam sebagai sebuah pengetahuan dan atau
pemahaman, tapi lebih dari itu yaitu mengevaluasi dengan memandang Islam sebagai sebuah aksi
moral.

Evaluasi Pembelajaran PAI; Pengertian, Prinsip dan Kegunaan

Nurkancana—dengan mengutip Wand dan Brown—menyatakan bahwa evaluasi merupakan


suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.2 Sedangkan Nana Sujana mendefinisikan evaluasi
sebagai proses untuk menentukan atau memberikan nilai kepada objek tertentu

berdasarkan suatu kriteria tertentu.3 Selanjutnya Davies menyatakan bahwa evaluasi merupakan
proses memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan bagi suatu
proses, obyek dan lain-lain.4 Edwind dan Gerald, dalam bukunya Essentials of Educational
Evaluation, menjelaskan bahwa evaluasi adalah “refer to the act or prosess to determining the value
of something,5 Jadi evaluasi atau penilaian merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditegaskan bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan untuk
menentukan dan atau memberikan nilai terhadap suatu proses dengan mengunakan kriteria-kriteria
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Evaluasi atau penilaian harus dilaksanakan secara tepat, cermat dan akuntabel. Sebab evaluasi
yang demikian akan dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara obyektif, sehingga tidak
akan merugikan baik diri siswa itu sendiri maupun stakeholder yang lainnya, termasuk masyarakat
dan negara. Jika evaluasi berjalan sebagaimana tersebut di atas, maka evaluasi akan terhindar dari
kekeliruan penilaian.

Oleh karena itu, agar evaluasi dapat dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan, maka para
penilai (evaluator) harus mengikuti prinsip-prinsip evaluasi yang telah ditentukan, yaitu:

a.Prinsip Keterpaduan

Kegiatan penilaian berkaitan erat dengan kegiatan-kegiatan pengajaran lainnya. Oleh karena itu,
kegiatan penilaian tidak boleh lepas dari kegiatan pengajaran. Jika prinsip ini tidak terpenuhi, maka
penilaian tidak akan memberikan makna apa-apa. Dengan demikian, dalam kegiatan penilaian harus
memperhatikan tujuantujuan instruksional serta bahan ajar yang diajarkan pada siswa, sehingga
setiap butir soal yang dibuat tidak boleh keluar dan menyimpang dari aspek-aspek bahan ajar
tersebut.

b. Prinsip Kelengkapan

Aryanti Agustina 26 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan tujuan penilaian dan ruang lingkup
bahan ajar yang ingin diungkap, sehingga dapat memberikan informasi yang memadai. Selain itu,
teknik dan instrumen yang digunakan juga harus sesuai. Dari aspek perilaku yang diungkap, evaluasi
harus mencakup keseluruhan bahan ajar dan kedalaman tingkah laku yang semestinya diungkap. Hal
ini tidak berarti bahwa semua bahan ajar harus diteskan, tetapi aspek-aspek yang akan dievaluasi
merupakan representasi dari seluruh bahan ajar yang akan diungkap. Dengan demikian, teknik dan
instrumen yang dipilih dan akan digunakan bisa saja hanya satu teknik dan instrumen, yang penting
hal tersebut mampu mengungkap data atau informasi secara lengkap sebagaimana yang diharapkan.

c. Prinsip Kesinambungan

Prinsip kesinambungan ini mengandung pengertian bahwa agar dapat memperoleh


pemahaman yang memadai tentang anak didik, maka diperlukan program evaluasi yang
berkelanjutan, yang dilakukan seiring dengan rangkaian kegiatan belajar mengajar. Prinsip ini harus
dilakukan secara berkelanjutan, karena anak didik merupakan pribadi yang secara terus menerus
mengalami perubahan, sehingga prestasi belajar anak didik juga selalu mengalami perubahan. Dalam
konsep Islam, dikenal istilah istiqâmah,6 yaitu suatu aktivitas yang dikerjakan secara rutin atau
berperiodik (berkesinambungan).

d. Prinsip Obyektifitas

Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan secara tepat berdasarkan data obyektif kemajuan
belajar siswa, bukan berdasarkan pengamatan dan pertimbangan subyektif guru. Dengan demikian,
evaluasi harus menggambarkan kemampuan obyektif siswa yang sebenarnya, bukan berdasarkan
suka dan tidak suka guru kepada para siswanya. Obyektivitas juga mengarah kepada perlakuan yang
sama dan adil kepada semua murid yang dievaluasi dengan memberikan penilain yang fair.

e. Prinsip Relevansi

Dengan hasil evaluasi, pengambilan keputusan penilaian harus didasarkan pada data yang
relevan dengan tujuan penilaian.7 Dengan demikian, perlu adanya kesesuaian antara tujuan
evaluasi, data yang dijadikan dasar pengambilan keputusan dan instrumen yang digunakan.

f. Prinsip Keteraturan

Dalam melakukan evaluasi, kita harus mengetahui dan memperhatikan prosedur dan langkah-
langkah evaluasi yang seharusnya dilakukan. Kita tidak boleh mengambil keputusan evaluasi
sebelum adanya data yang dapat dipercaya. Juga kita tidak dapat memperoleh data yang memadai
kalau tidak menggunakan instrumen pengumpul data yang memenuhi syarat. Selain itu, kita tidak
akan dapat mengembangkan instrumen secara baik jika tidak mengetahui tujuan evaluasi dan aspek-
aspek perilaku yang semestinya diungkap. Dengan demikian, sebelum melakukan evaluasi, harus
mengikuti beberapa aturan dan urutan yang telah ditentukan agar hasil evaluasi akuntabel. Dalam
konteks ajaran Islam ditegaskan bahwa setiap sesuatu terdapat aturan main dan ketetapan yang
harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan dan kadar masing-masing.8

Pengembangan Evaluasi Pembelajaran

Aryanti Agustina 27 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Robert L. Ebel menyatakan bahwa dalam pengembangan evaluasi pendidikan seorang


evaluator harus membuat spesifikasi tes yang berdasarkan pertanyaan yang harus dirancang ketika
seorang membuat tes/ujian. Spesifikasi ini berfungsi sebagai petunjuk kepada perancang tes dan
menyediakan definisi operasional kuantitas yang akan diukur. Bagi kebanyakan tes prestasi
pendidikan, definisi operasional ini berguna untuk mendapat informasi tentang maksud diukurnya
suatu tes.9 Selanjutnya Ebel memberikan daftar beberapa pertanyaan berupa rangkaian spesifikasi
yang lengkap yang harus dijawab,10 yaitu:

1.Apa tujuan dari tes

Pertanyaan ini diperinci dengan sub pertanyaan; 1) siapa yang akan diuji?; 2) untuk apa mereka
diuji?; 3) menggunakan tes skor apa?; 4) bagaimana individu mendapatkan kemampuan dari apa
yang diteskan kepada mereka?; 5) apa judul tes yang mengekspresikan tujuan tes itu?. Untuk siapa
tes itu dilakukan itu berkaitan dengan sasaran tes, yaitu peserta tes (anak didik). Dalam hal ini
perancang tes harus mengetahui pada level mana anak didik yang akan dites. Sedangkan untuk apa
tes itu dilakukan berkaitan dengan fungsi atas yaitu selektif, penempatan, diagnostik, dan pengukur
keberhasilan.11 Selanjutnya, kemampuan apa yang diharapkan dari tes yang dilakukan berkaitan
dengan tujuan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan, dan ini harus mengacu pada Satuan
Acara Pembela- jaran (SAP) yang di dalamnya telah terumuskan kemampuan (kompetensi) apa yang
diinginkan. Judul tes juga sebaiknya yang menjadi arah bagi pelaksaan tes. Sebagai contoh sebuah
tes prestasi belajar pada bab ‘Thahârah’ untuk mata pelajaran Fiqh. Dengan demikian tes harus
diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan testee tentang persoalan-persoalan
thahârah pada mata pelajaran Fiqh.

2. Apa yang akan menjadi isi tes

Pertanyaan di atas dapat dipecah menjadi sub pertanyaan sebagai berikut: 1) Wilayah bidang
studi apa dan subwilayah bidang studi apa dari isi (content) yang dapat tercover oleh tes?; 2) Berapa
banyak item yang akan ditulis pada tiap-tiap wilayah bidang studi tadi?; 3) Aspek kemampuan apa
yang dikehendaki dari masing-masing item melalui tes?; 4) Berapa banyak item yang akan ditulis
untuk masing-masing aspek?; 5)Apa yang akan menjadi sumber pemikiran atas masing-masing
item?; dan 6) Kriteria untuk menjadikan sumber-sumber tertentu dalam penulisan item-item
tersebut?. Spesifikasi bagi sebuah tes prestasi kependidikan harus terdiri dari outline rinci bidang
kajian ilmu pengetahuan atau kemampuan yang diteskan. Spesifikasi juga harus memberikan indikasi
berapa banyak item yang diinginkan bagi masing-masing bidang kajian dan rasio penyebaran item-
item itu. Tes tipe ini juga harus terdiri dari item-item yang menggambarkan aspek keberhasilan,
pemahaman akan istilah-istilah, pengetahuan tentang fakta-fakta dan generalisasi, kemampuan
untuk menjelaskan, memprediksi, memecahkan berbagai persoalan dan lain-lain. Selanjutnya
spesifikasi harus mengidentifikasi sumber-sumber untuk menemukan ide-ide baru dalam penulisan
item pertanyaan. Untuk itu diperlukan kriteria tertentu dalam memberikan petunjuk dalam menulis
item, yang secara umum adalah ide-ide yang diseleksi harus yang paling produktif dan merupakan
informasi yang paling berguna bagi anak didik untuk memahami elemen pengetahuan dan
kemampuan terpenting dalam bidang studi yang akan diujikan.

3. Berbentuk apakah tes itu?12

Aryanti Agustina 28 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Pertanyaan di atas dapat dirinci dengan sub pertanyaan dibawah ini: 1) Bentuk apakah tes yang
akan digunakan dan mengapa menggunakan bentuk tes ini?; 2) Seberapa lama waktu tes yang
dibutuhkan ? dan mengapa?; 3) Berapa banyak item-item tes yang akan masuk? dan mengapa?.
Masing-masing bentuk dari tes mempunyai kelebihan, di samping kekurangan dalam keadaan
tertentu, seorang perancang tes harus menentukan bentuk tes dan mengapa menggunakan bentuk
tes tersebut. Jika jam pelajaran atau waktu ujian tidak menentukan lamanya tes, ini dapat
ditentukan oleh tingkat akurasi yang diinginkan dalam memberikan skor, atau kemungkinan durasi
yang dibutuhkan oleh yang diuji dalam berusaha menjawab. Kebanyakan tes objektif membutuhkan
kurang-lebih dua jam. Makin lama waktu tes, maka akan semakin teliti skor tes. Jumlah item
pertanyaan yang masuk dalam durasi tertentu akan tergantung kepada bentuk dari item yang dipilih,
kompleksitas proses berpikir yang terlibat dalam seleksi sebuah jawaban, dan tingkat kecepatan
yang diuji dalam menjawab tes dapat menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan skor.

4. Bagimana item-item tes ditulis

Seorang yang merancang tes harus mempunyai kualifikasi dalam bidang studi yang diteskan.
Dalam pengembangan tes, penting adanya review dalam penulisan item-item dari orang lain yang
juga ahli dalam bidang itu. Jika mungkin item-item itu seharusnya diujicobakan dengan semisal orang
yang akan diujikan secara sederhana. Seorang penulis item yang baik, memahami seluruh bahan
mata pelajaran (sub pembahasan) bidang studi yang akan diteskan. Ia mengenal dan menguasi
problem- problem yang dihadapi murid dan kesalahpahaman yang mereka dapati sewaktu
mempelajari mata pelajaran itu. Ia juga mampu dalam mengungkapkan konsepkonsep dan ide-ide
secara jelas dan akurat, dan ia menguji dengan tes yang baik dengan menggunakan berbagai model
item. Kemampuan semacam ini harus dimiliki seorang yang akan melaksanakan dengan penulisan
dan review item-item. Seorang yang ditugaskan untuk mereview item-item tersebut dapat
merekomendasikan bahwa item-item itu diterima, ditolak atau direvisi. Rekomendasi untuk menolak
item-item itu harus disertai identifikasi terhadap kesalahan yang serius sehingga item-item itu tidak
dapat diteruskan. Sedangkan item-item yang direvisi harus disertai perbaikan/perubahan yang
dinginkan. Hanya item-item yang mempunyai kesalahan paling serius yang diberi catatan dan
dikoreksi. Proses review dapat efektif dan efisien jika hal itu dilakukan dengan komunikasi tertulis
dan dengan ditambah dengan diskusi (penjelasan lisan). Kerja sama yang baik antara pereview dan
perancang tes akan menghasilkan instrumen tes yang diinginkan. Tujuan dari tes uji coba adalah
menemukan kelemahan tes yang dibuat oleh perancang tes maupun pereview. Ketidaktelitian dan
ambiguitas mungkin dapat menyebabkan item pertanyaan terlalu sulit, atau clue yang tidak
disengaja menyebabkan tes terlalu mudah. Ide yang diteskan mungkin terlalu dikenal atau terlalu
tidak dikenal. Dengan keadaan tersebut maka tidak dapat dibedakan antara prestasi yang sangat
tinggi dengan prestasi yang sangat rendah.

5. Bagaimana tes itu diberi skor dan dilaporkan

Dalam tes obyektif dapat digunakan mesin/alat penyekoran hasil tes yang cepat akurat dan
terpercaya. Sedangkan dalam tes essay harus disusun jawaban tes itu yang memilki susunan tertentu
yang dapat menjamin ketelitian dan keadilan. Dalam sebuah tes yang cepat (yaitu tes yang banyak
murid tidak dapat menyelesaikan dalam waktu yang disediakan), maka direkomendasikan “koreksi
terhadap jawaban tebakan”. Dengan cara ini tidak memberikan kesempatan kepada murid untuk
menebak dalam menjawab secara sembarangan. Tebakan yang sembarangan akan mengurangi

Aryanti Agustina 29 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

terhadap skor tes secara keseluruhan. Namun dalam kebanyakan tes prestasi dan perilaku dihindari
tes yang waktunya sangat cepat. Dalam tes yang tidak cepat (cukup lama dalam menyelesaikan tes)
koreksi terhadap jebakan tidak diperlukan.

Pengembangan Evaluasi Pembelajaran dalam Pendidikan Agama islam

Dalam perspektif Islam, evaluasi memiliki beberapa implikasi paedagogis,13 yaitu: 14

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia yang beriman terhadap berbagai macam problema
kehidupan yang dialami.15

2. Untuk mengetahui sejauhmana atau sampai dimana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya, seperti evaluasi yang dilakukan oleh Nabi
Sulaiman kepada burung hud hud.

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keimanan dan ke-Islaman seseorang, seperti
evaluasi yang dilakukan Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya Ismail.17

4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia tentang pelajaran yang telah diberikan Allah
kepada mereka, seperti evaluasi yang dilakukan Allah terhadap Nabi Adam yang telah diajarkan
namanama sesuatu dan diperintahkannya kepada para malaikat.18

5. Memberikan kabar gembira (tabsyîr) bagi yng berkelakuan baik dan memberikan ancaman
(tandzîr) bagi manusia yang berperilaku buruk.19 Sedangkan sasaran evaluasi PAI pada ranah afektif
secara garis

besar meliputi empat kemampuan anak didik, yaitu:

1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.

2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.

3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitar.

4. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah dan selaku anggota masyarakt
serta selaku khalifah Allah SWT.20

Dalam konteks pembelajaran PAI, maka pengembangan evaluasi belajar diarahkan pada
pengembangan moral Islam (akhlaq) dalam kerangka pengembangan fitrah penciptaan manusia.
Fitrah penciptaan manusia ditekankan kepada

fitrah manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai ‘âbid, yaitu beribadah kepada Allah SWT dan
sebagai khalifah, yaitu memakmurkan dan membangun kehidupan manusia di muka bumi.

Dalam kaitan ini, Hasan Langgulung menegaskan bahwa ketika Allah meniupkan roh (ciptaan)-Nya
kepada diri manusia, maka pada saat itulah manusia memiliki sifat-sifat ketuhanan sebagaimana
yang terdapat dalam al-asmâ’ al-husnâ. Hanya saja, kalau Allah bersifat Maha, maka manusia itu
hanya mempunyai sifat sebagian darinya.

Aryanti Agustina 30 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Misalnya Allah bersifat Maha Mendengar, maka manusia bersifat mendengar. Allah bersifat Maha
Mengetahui, maka manusia bersifat mengetahui. Allah bersifat Maha Melihat, manusia bersifat
melihat, dan seterusnya.21

Sementara itu Muhaimin memberikan pengertian yang sangat luas terhadap konsep fitrah.
Fitrah meliputi fitrah beragama, fitrah berakal budi, fitrah kebersihan dan kesucian, fitrah bermoral
dan berakhlaq, fitrah kebenaran, fitrah kemerdekaan, fitrah keadilan, fitrah persamaan, fitrah
individu, fitrah sosial, fitrah seksual, fitrah ekonomi, fitrah politik, dan fitrah seni.22

Berdasarkan fitrah23 yang disebutkan di atas pengembangan evaluasi pembelajaran


Pendididikan Agama Islam dilakukan. Dalam kaitan dengan ranah pembelajaran, maka
pengembangan evaluasi pembelajaran PAI mengarah kepada pengembangan aspek perilaku (afektif)
melalui penekanan bagaimana mengevaluasi perilaku (akhlak/ moral Islam).Tentu saja evaluasi
terhadap aspek perilaku membutuhkan suatu proses pembelajaran PAI yang juga menitikberatkan
pada ranah afektif ini, dengan tidak meninggalkan aspek kognitif dan psikomotorik. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan evaluasi pendidikan adalah bagaimana mengevaluasi
pembelajaran PAI dengan bertolak pada aspek perilaku dan moral anak didik.

Moral selain dapat didekati dari aspek kognitif (penalaran moral), dapat juga dikaji dari aspek
afektif (perasaan moral), yang secara integratif aspek-aspek tersebut dapat mendorong terjadinya
tindakan atau perilaku moral. Hubungan di antara aspek-aspek tersebut dapat dijadikan acuan studi
tentang moral dan dapat digunakan oleh guru atau perancang pembelajaran sebagai pedoman
dalam mengembangkan komponen-komponen pembelajaran moral, seperti merumuskan tujuan
pembelajaran yang diinginkan, strategi pembelajaran moral, dan menyusun alat evaluasi hasil
belajar. Pembelajaran moral dapat didekati dari aspek kognitif sebagai unsur pemahaman moral
atau penalaran moral, yaitu jenis kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang untuk
mempertimbangkan, menilai dan memutuskan suatu perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip moral
seperti baik atau buruk, etis atau tidak etis, benar atau salah. Pembelajaran moral untuk
mengembangkan aspek afektif sebagai unsur perasaan moral, terwujud dalam suatu kemampuan
untuk mengambil sudut pandang orang lain untuk menempatkan dirinya ke dalam posisi orang lain,
merupakan sumber kesadaran akan hak-hak orang lain dan kewajiban diri sendiri dalam
hubungannya dengan alam sekitarnya Pembelajaran untuk mengembangkan aspek perilaku sebagai
tindakan moral, merupakan kemampuan untuk melakukan interaksi sosial dalam mengambil peran
sosial serta menyelesaikan pertentangan peran yang berkaitan dengan nilai-nilai moral seperti
keadilan, persamaan, keseimbangan dan lain-lain.24 Penekanan aspek moral ini bukan hanya
terbatas pada pengetahuan tentang moral (pengetahuan bahwa sifat dan perilaku itu baik atau
tidak), tapi lebih pada perasaan bermoral, yaitu menjadikan moral sebagai pribadi seseorang dan
selanjutnya harus diarahkan kepada aksi moral, yaitu moral dijadikan sebagai sebuah aksi (perilaku
nyata) dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran nilai dikenal dengan beberapa strategi
yang-- menurut Muhaimin--terdiri dari empat strategi yaitu: 1) pembelajaran nilai dengan
menggunakan strategi tradisional, yaitu dengan memberikan nasihat atau indoktrinasi; 2)
pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi bebas, sebagai kebalikan dari strategi tradisional,
yaitu memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih moral yang baik dan tidak baik; 3)
pembelajaran nilai dengan menggunakan strategi reflektif, menggabungkan antara pendekatan

Aryanti Agustina 31 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

teoritik dan empirik atau deduktif ke induktif; dan 4) pembelajaran nilai dengan menggunakan
strategi transinternal, yaitu cara pembelajaran dengan mengunakan transformasi nilai , transaksi,
transinternalisasi.26 Beberapa strategi di atas dapat dijabarkan dalam berbagai pendekatan, yaitu
sebagai berikut: 1) pendekatan pengalaman, yaitu dengan memberikan pengalaman
moral/keagamaan dalam penanaman nilainilai keagamaan; 2) pendekatan pembiasaan, yaitu
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk dapat mengamalkan ajaran Islam dan akhlak yang
mulia; 3) pendekatan emosional, yaitu menggugah perasaan anak didik dalam menghayati, meyakini
ajaran Islam sehingga anak didik termotivasi secara suka rela untuk melaksanakan ajaran Islam; 4)
pendekatan rasional, yaitu memberikan pengertian rasional dalam memahami ajaran Islam; 5)
pendekatatan fungsional, yaitu memberikan penanaman dan pemahaman akan manfaat ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan al Qur’an yang menegaskan bahwa agama
Islam diturunkan dengan misi untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam; dan 6) pendekatan
keteladanan, yaitu memberikan contoh dan teladan yang baik kepada anak didik. Keteladanan inilah
yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya dalam kehidupan sehari-sehari
terutama dalam melaksanakan dakwah Islam.

Penutup

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, pengembangan evaluasi pembelajaran PAI meliputi


perumusan-perumusan tertentu (spesifikasi) dalam merancang tes. Spesifikasi tersebut meliputi;
tujuan tes itu diadakan, apa yang menjadi isi tes, bentuk tes apakah yang digunakan, bagaimana
menulis item-item pertanyaan dalam tes dan bagaimana memberikan skor dan melaporkan tes yang
telah dilaksanakan. Perumusan itu sangat penting, karena akan menjadi panduan bagi perancang tes
untuk menghasilkan tes yang berkualitas baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
akan dicapai Dalam konteks PAI, pengembangan evaluasi pembelajaran ditekankan pada aspek
afektif, yaitu bagaimana evaluasi diarahkan untuk melihat sejauh mana penghayatan, penghargaan
dan pengembangan perilaku anak didik yang didasarkan kepada ajaran Islam yang telah ditentukan
oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dalam perspektif ini, pengembangan evaluasi
pembelajaran PAI tidak hanya dilakukan untuk menilai aspek pengetahuan dan pemahaman
(kognitif), namun juga yang jauh lebih penting adalah bagaimana menilai proses pembelajaran PAI
sebagai suatu aksi moral. Ini dapat memberikan motivasi kepada anak didik untuk tidak hanya
mempelajari Islam sebagai suatu pengetahuan dan pemahaman, namun lebih dari itu Islam dijadikan
sebagai pola bertindak, pola hidup dan pola berperilaku. Dengan pola penilaian tersebut, guru
seharusnya menilai keseluruhan perilaku anak didik melalui pengamatan langsung terhadap
kemajuan-kemajuan pengamalan moral Islam yang dilakukan anak didik, baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan rumah dan masyarakatnya Penilaian di lingkungan sekolah dapat dilakukan
dengan mengamati siswa bagaimana berperilaku terhadap para gurunya, teman-temannya, baik
yang lebih muda ataupun yang lebih tua. Sedangkan penilaian dalam lingkungan rumah dan
masyarakat sekitarnya dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat ataupun
anggota masyarakat lainnya dengan menggunakan teknik pengamatan langsung dan wawancara
mendalam terhadap perilaku anak didik di rumah dan lingkungan masyarakatnya. Dengan teknik
penilaian di atas, dapatlah memberikan gambaran yang utuh dan komprehensif tentang perilaku dan
moral keagamaan anak dalam berbagai aspeknya sehingga dapat memberikan penilaian yang sebaik-
baiknya terhadap keberhasilan pembelajaran PAI. Wa Allâh a’lam bi al-shawâb.*

Aryanti Agustina 32 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU


MENERAPKAN BAHAN AJAR
DI SMA 3 OGAN KOMERING ULU

Aryanti Agustina
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Baturaja E-mail : yantibaturaja5@gmail.com

Diterima : 20 Februari 2018 Direvisi : 23 Mei 2018 Diterbitkan : 30 Juni 2018

Abstract

This research was conducted in a class action SMA 3 OKU concerning the ability of teachers
to implement the use of teaching materials. The formulation of the problem in research is how
the teacher's ability by applying the use of teaching materials in SMA Negeri 3 Ogan Ogan
Ulu. Thestudy of this class action planned to take place in the second cycle of the meeting to each
cycle 3 times meeting. The results showed that the frequency of planning is 64.67, the
frequency of execution is

66.67 and frequency of assessment was 80.42. The researchers suggestion is to conduct
quality improvement in implementing the use of teaching materials ranging from planning and
implementation to the assessment so that teachers have the professional ability to perform the
duties of professionalism, especially in the design and planning of teaching materials that will be
given to students.

Keywords: teaching materials , PTK

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA Negeri
3 OKU yang menyangkut tentang kemampuan guru menerapkan penggunaan
bahan ajar. Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah Bagaimana
kemampuan guru menerapakan penggunaan bahan ajar oleh di SMA Negeri 3
Ogan Komering Ulu. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan berlangsung
dalam 2 siklus dengan pertemuan untuk masing-masing siklus sebanyak 3 kali
pertemuan. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi untuk
perencanaan adalah 64,67, frekuensiuntuk pelaksanaan adalah 66,67 dan frekuensi
untuk penilaian adalah 80,42. Adapun saran peneliti adalah untuk melakukan
peningkatan kualitas dalam menerapkan penggunaan bahan ajar mulai dari
perencanaan dan pelaksanaan sampai pada penilaian sehingga guru memiliki
kemampuan profesional untuk melaksanakan tugas-tugas keprofesiannya
terutama dalam mendesain dan merencanakan bahan-bahan ajar yang akan
diberikan kepada siswa.

Aryanti Agustina 33 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Latar Belakang menggunakan bahan ajar yang dipilihnya


dalam silabus RPP. Guru selama ini hanya
Pengembangan potensi dan kemampuan
mengajarkan materi pembelajaran tanpa
serta pengetahuan siswa sangat ditentukan
didukung oleh peralatan dan media yang
oleh kemampuan guru memanfaatkan sumber-
lengkap.
sumber belajar yang ada di sekolah. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan guru Kenyataan itu mendorong penulis untuk
menggunakan bahan pembelajaran yang akan melakukan penelitian tentang Upaya
Meningkatkan Kemampuan Guru
atau bahan ajar yang tepat dalam rangka
Menerapkan Penggunaan Bahan Ajar di SMA
membantu siswa mencapai kompetensi.
Negeri 3 Ogan Komering Ulu. Penelitian
Permasalahan yang sering terjadi di
dilakukan pada guru kelas VIII Tahun Ajaran
lapangan khususnya dalam pembelajaran di
2011/2012.
kelas, penguasaan guru pada bahan
pembelajaran masih belum maksimal. Hal ini Rumusan Masalah
disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam Rumusan masalah dalam penelitian ini
kurikulum atau silabus materi bahan ajar hanya menjadi : “Bagaimana kemampuan guru
dituliskan secara garis besar dalam bentuk menerapakan penggunaan bahan ajar oleh di
materi pokok. Oleh karena itu, menjadi tugas SMA Negeri 3 Ogan Komering Ulu”.
guru untuk menjabarkan materi pokok
Landasan Teori
tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang
Belajar; Belajar merupakan suatu proses
lengkap. Selain itu, bagaimana cara
yang dilakukan oleh individu untuk mengubah
memanfaatkan bahan ajar juga merupakan
(memodifikasi) perilakunya melalui berbagai
suatu masalah. Pemanfaatan yang dimaksud
kegiatan sebagai suatu pengalaman. Kegiatan
adalah bagaimana cara mengajarkannya
belajar itu akan dipengaruhi oleh kesiapan
ditinjau dari pihak murid. Kondisi lainnya
setiap individu untuk menyesuaikan diri
adalah motivasi dan kemampuan siswa dalam
dengan pengalaman-pengalaman baru yang
memahami materi pembelajaran yang disajikan
dapat memperkokoh dan memperteguh
masih kurang karena kurangnya daya tarik
keutuhan pribadinya. Belajar dapat pula
bahan ajar tersebut dalam mengajak dan
dilakukan dengan kegiatan berupa latihan fisik
mengaktifkan siswa dalam belajar.
dan psikis untuk menuju kedewasaan dan
Karakteristik siswa sebagai individu yang kematangan sehingga segenap potensi yang
berbeda-beda juga sangat mempengaruhi dimiliki dapat berkembang secara terarah dan
kemauan dan motivasinya dalam belajar berkesinambungan.
sehingga penyampaikan bahan ajar setiap mata
Sadiman, dkk. (2005:2)
pelajaran oleh guru menjadi tidak maksimal,
mengemukakan bahwa “belajar adalah
apalagi ada beberapa mata pelajaran, seperti
suatu proses yang kompleks dan terjadi
TIK termasuk pelajaran yang baru diterapkan
pada semua orang serta berlangsung
di sekolah-sekolah. Selain itu, kurangnya sikap
seumur hidup. Dengan kata lain, belajar
positif siswa terhadap setiap mata pelajaran
dibandingkan dengan sikap terhadap pelajaran telah dimulai sejak bayi sampai ke akhir
lainnya karena siswa mengganggap beberapa hayat. Perubahan yang terjadi sebagai
pelajaran ini terasa rumit apalagi tidak hasil dari belajar adalah perubahan
didukung oleh sarana praktik berupa komputer tingkah laku yang meliputi kognitif,
dan media lainnya yang lengkap. afektif dan psikomotor1”.
Berdasarkan observasi awal yang peneliti
lakukan di SMA Negeri 3 OKU, pada
umumnya guru belum menunjukkan
kemampuan yang maksimal dalam
Aryanti Agustina 34 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..
JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

yang berkembang dalam kemajuan teknologi


masa kini, sehingga bahan pelajaran yang
mendukung dan memungkinkan untuk diajarkan dapat mewarnai perkembangan
berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar perilaku dalam kehidupan, (3) Tema-tema yang
dikatakan milik siswa maka mengajar sebagai terkandung dalam bahan ajar TIK merupakan
kegiatan guru2.” perpaduan dari cabang-cabang ilmu komputer,
Dalam mengajar, guru harus memiliki matematika, elektro, telekomunikasi,
kemampuan untuk memciptakan pembelajaran sibernetika, dan dan informatika itu sendiri.
Tema-tema esensial tersebut berkaitan dengan
yang baik dan efektif.
kebutuhan pokok akan informasi sebagai ciri
Menurut Tran Vui sebagaimana dikutip abad 21 seperti pengolah kata, spreadsheet,
Lambas, dkk. (2004:5), “Paedagogik yang presentasi, basis data, internet, dan e-mail.
dikenal sebagai ilmu pendidikan atau ilmu Tema-tema itu berkaitan dengan aspek
pengajaran mengandung arti sebagai cara kehidupan sehari-hari, dan (4) Bahan ajar dan
seseorang mengajar; dan ilmu pengetahuan materi TIK dikembangkan dengan pendekatan
yang berhubungan dengan prinsip mengajar, interdispliner dan multidimensional4
membimbing dan mengawasi pembelajaran.” Depdiknas. Pedoman pengembangan Silabus
Bahan Ajar; “Bahan ajar adalah atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran KTSP,
materi pembelajaran (instructional materials), Ditjend PMPTK, 2003 h
secara garis besar terdiri dari pengetahuan, Penggunaan bahan ajar dengan langkah-
keterampilan dan sikap yang harus dipelajari langkah yang tepat dilakukan agar
Siswa peserta didik dalam rangka mencapai pembelajaran yang dilaksanakan lebih terarah.
standar kompetensi yang telah ditentukan3”. Langkah-langkah itu sebagai pedoman bagi
Bahan ajar merupakan bahan atau materi guru agar mempertimbangkan segala sesuatu
pembelajaran yang diberikan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan
untuk dikuasai dan digunakan Siswa peserta dilaksanakannya. Walaupun demikian,
didik. Bahan-bahan ajar itu terdiri dari pemilihan bahan ajar harus tetap mengacu
beberapa jenis meliputi konsep, rumus, pada silabus yang memuat kompetensi dan
prinsip, bahan ajar cetak, audio, video, dan indikator yang hendak dicapai. Artinya,
bahan ajar interaktif. ketepatan dan keakuratan bahan pembelajaran
sangat tergantung dengan kemampuan guru
Bahan ajar yang akan diajarkan kepada dalam menerapkan langkah-langkah tersebut.
Siswa peserta didik memiliki karakteristik Oleh karena itu, bahan ajar yang telah dipilih
tertentu sesuai dengan mata pelajaran atau akan tergambar dalam RPP yang dibuat dan
bidang studi yang terdapat dalam kurikulum disusun guru untuk dilaksanakan dan
dan silabus. karakteristik bahan ajar teknologi diterapkan dalam pembelajaran di kelas.
informasi dan komunikasi sebagai berikut. (1).
TIK merupakan keterampilan menggunakan Sumber bahan ajar merupakan tempat di
komputer meliputi perangkat keras dan mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam
perangkat lunak. Namun demikian, TIK tidak mencari sumber bahan ajar, siswa dapat
hanya terampil tetapi lebih memerlukan
dilibatkan untuk mencarinya. Misalnya, siswa
keterampilan intelektual, (2) Materi TIK
ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil
berupa tema-tema esensial, aktual serta global
penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip

Aryanti Agustina 35 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan
sumber dapat kita gunakan untuk di laut, di hutan belantara melalui siaran
mendapatkan materi pembelajaran dari setiap televise; (7). Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya,
standar kompetensi dan kompetensi dasar. teknik, industri, ekonomi. Berbagai lingkungan
Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan seperti lingkungan alam, lingkungan social,
berikut ini : (1) Buku Teks. Buku teks yang lengkungan seni budaya, teknik, industri, dan
diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai
untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi
Buku teks yang digunakan sebagai sumber atau penggerusan pantai, jenis pasir,
bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran gelombang pasang misalnya kita dapat
tidak harus hanya satu jenis, apa lagi hanya menggunakan lingkungan alam berupa pantai
berasal dari satu pengarang atau penerbit. sebagau sumber.
Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar
dapat diperoleh wawasan yang luas; (2) Laporan Bahan ajar adalah seperangkat materi
hasil penelitian. Laporan hasil penelitian yang atau substansi pembelajaran yang disusun
diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh secara sistematis, menampilkan sosok utuh
para peneliti sangat berguna untuk dari kompetensi yang akan dikuasai oleh
mendapatkan sumber bahan ajar yang atual peserta didik serta memiliki banyak fungsi.
atau mutakhir; (3). Jurnal (penerbitan hasil Fungsi bahan ajar tersebut dikategorikan
penelitian dan pemikiran ilmiah); Penerbitan menjadi tiga, yaitu : 1). Fungsi bahan ajar
berkala yang berisikan hasil penelitian atau bagi pendidik, antara lain dapat menghemat
hasil pemikiran sangat bermanfaat untuk waktu mengajar, mengubah peran pendidik
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal- menjadi seorang fasilitator, proses
jurnal tersebut berisikan berbagai hasil pembelajaran menjadi lebih efektif yang harus
penelitian dan pendapat dari para ahli di menjabarkan materi pokok menjadi bahan ajar
bidangnya masing-masing yang telah dikaji yang terperinci; 8). Penerbitan berkala seperti
kebenarannya. (4). Pakar bidang studi. Pakar harian, mingguan, dan bulanan. Penerbitan
atau ahli bidang studi penting digunakan berkala seperti Koran banyak berisikan
sebagai sumber bahan ajar. Pakar tadi dapat informasi yang berkenaan dengan bahan ajar
dimintai konsultasi mengenai kebenaran suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-
materi atau bahan ajar, ruang lingkup, koran atau mingguan menggunakan bahasa
kedalaman, urutan, dsb; (5). Profesional. popular yang mudah dipahami. Karena itu
Kalangan professional adalah orang-orang baik sekali apa bila penerbitan tersebut
yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan digunakan sebagai sumber bahan ajar; 3).
perbankan misalnya tentu ahli di bidang Internet. Bahan ajar dapat pula diperoleh
ekonomi dan keuangan. Sehubungan dengan melalui jaringan internet. Di internet kita dapat
itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi memperoleh segala macam sumber bahan ajar.
dan keuangan dapat ditanyakan pada orang- Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai
orang yang bekerja di perbankan; (6). Buku matapelajaran dapat kita peroleh melalui
kurikulum. Buku kurikulm penting untuk internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena dikopi; 4). Media audiovisual (TV, Video,
berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, VCD, kaset audio). Berbagai jenis media
kompetensi dasar dan materi bahan dapat audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk
ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum berbagai jenisdan interaktif serta sebagai alat
dalam kurikulum hanya berisikan pokok- evaluasi pencapaian hasil belajar.
pokok materi. Gurulah mata pelajaran. Kita

Aryanti Agustina 36 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

makanan untuk dimasak maka akan dihasilkan


suatu makanan walaupun itu sangat sederhana.
Bagi peserta didik, antara lain
Dengan melihat analogi tersebut kita dapat
menjadikan peserta didik dapat belajar tanpa
memahami bahwa bahan memiliki kedudukan
harus ada pendidik atau teman peserta didik
yang penting terhadap suatu proses. Demikian
yang lain, dapat belajar kapan saja dan dimana
pula halnya dengan bahan ajar dalam proses
saja, dapat belajar sesuai kecepatannya masing-
pembelajaran.Bahan ajar merupakan
masing peserta didik, dapat belajar menurut
komponen yang harus ada di dalam proses
urutan yang dipilihnya sendiri, membantu
pembelajaran.
potensi peserta didik untuk menjadi pelajar
yang mandiri, serta dapat dijadikan sebagai Pembelajaran merupakan seperangkat
pedoman bagi peserta didik yang akan materi atau substansi pelajaran yang disusun
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses secara runtut dan sistematik serta
pembelajaran dan merupakan substansi menampilkan sosok utuh dari kompetensi
kompetensi yang seharusnya dipelajari atau yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
dikuasainya. pembelajaran.” Bahan pembelajaran inilah
yang dibentuk sedemikian rupa menjadi bahan
Fungsi bahan ajar menurut strategi ajar yang akan membantu siswa dalam proses
pembelajaran yang digunakan diataranya : a). pembelajaran. Jadi bahan ajar merupakan
Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran segala bentuk bahan yang digunakan untuk
klasikal, antara lain: Sebagai satu-satunya membantu guru/ instruktur dalam
sumber informasi dan pengawas, sebagai melaksanakan kegiatan belajar mengajar,
pengendali proses pembelajaran dan sebagai bentuknya bisa tertulis maupun tidak tertulis.
bahan pendukung proses pembelajaran yang
Pengembangan bahan ajar memiliki
diselenggarakan; b). Fungsi bahan ajar dalam
beberapa fungsi diantaranya yaitu sebagai
pembelajaran individual, antara lain: Sebagai
pedoman bagi siswa terhadap kompetensi yang
media utama dalam proses pembelajaran,
harus dikuasai, sebagai pedoman bagi guru
sebagai penunjang media pembelajaran
untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran,
individual lainnya serta sebagai alat untuk
dan sebagai alat evaluasi pembelajaran. Fungsi
menyusun dan mengawasi proses peserta didik
bahan ajar bagi siswa yaitu sebagai pedoman
dalam memperoleh informasi; c). Fungsi
terhadap kompetensi yang harus dikuasai.
bahan ajar dalam pembelajaran kelompok,
Melalui bahan ajar yang digunakan dalam
yaitu sebagai bahan yang terintegrasi dengan
pembelajaran, siswa dapat memahami materi
proses belajar kelompok, dengan cara
dan konsep yang dipelajari dengan lebih
memberikan informasi tentang informasi
tentang peran orang-orang yang terlibat dalam mudah. Sedangkan fungsi dari bahan ajar bagi
belajar kelompok, latar belakang materi, serta guru adalah sebagai pedoman dalam
petunjuk tentang proses pembelajaran mengarahkan kegiatan pembelajaran.
kelompoknya sendiri. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan pendidikan. Melalui bahan ajar
Pengtingnya Bahan Ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan
pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu
Pentingnya bahan ajar dalam kegiatan
dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat
pembelajaran dapat dianalogikan seperti
dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan
pentingnya bahan-bahan untuk memasak. Jika
kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang
tidak ada bahan yang digunakan dalam
akan disajikan. Buku disusun
memasak, maka tidak akan ada masakan yang
dihasilkan. Sebaliknya, jika terdapat bahan

Aryanti Agustina 37 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

dengan harapan bermanfaat bagi semua kemampuan yang dimilki sekaligus sebagai alat
pihak yang berkepentingan dengan evaluasi penguasaan hasil belajar karena setiap
pengembangan bahan ajar, seperti kepala hasil belajar dalam bahan ajar akan selalu
sekolah, guru, pengawas sekolah maupun dilengkapi dengan sebuah evaluasi guna
pembina pendidikan lainnya. Bagi kepala mengukur penguasaan kompetensi.
sekolah buku ini dapat dijadikan bahan
pembinaan bagi guru yang mengalami Jenis-Jenis Bahan Ajar
kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar. 5
Berdasarkan bentuknya bahan ajar
Bagi pengawas sekolah atau para dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sebagai
pembina pendidikan lainnya keberadaan buku berikut. (1) Bahan ajar cetak, yaitu bahan yang
pedoman ini pasti bermanfaat. Karena setiap disiapkan dalam kertas (printed), misalnya
pengawas harus mengetahui berbagai hal yang handout, buku teks, modul, lembar kerja
dilakukan oleh guru, sehingga jika terdapat
siswa, brosur, leaflet, foto, dan model atau
kesulitan yang dialami oleh guru, pengawas
market. (2) Bahan ajar dengar (audio) yaitu
dapat segera membantunya. Dengan membaca
bahan ajar dengan sistem yang menggunakan
buku pedoman ini pengawas akan
sinyal radio, misalnya kaset, radio, piring hitam
mendapatkan pemahaman dan masukan-
atau compact disk audio. (3) Bahan ajar pandang
masukan tentang bahan ajar yang dapat
(audiovisual) yaitu bahan ajar dengan sistem
dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan
kualitas kegiatan belajar mengajar. Dengan sinyal audio yang dikombinasikan dengan
demikian maka pengawas akan mendapatkan gambar bergerak, misalnya video compact disk
bekal dalam melaksanakan tugas dan film. (4) Bahan ajar interaktif, yaitu bahan
kepengawasan yaitu membina guru dalam ajar yang dikombinasikan dari dua atau lebih
mengembangkan bahan ajar. media (audio, teks, gambar, animasi, dan
video) contohnya compact disk interactive.
Guna menghasilkan tamatan yang 6
Prawotodan Andi, Panduan Kreatif Membuat
mempunyai kemampuan sesuai standard
kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode
pembelajaran untuk setiap kompetensi secara Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan.
sistematis, terpadu, dan tuntas. Diva Press, 2011 h 40-41

Dalam penelitian ini, peneliti


Fungsi Bahan Ajar mengembangkan jenis bahan ajar cetak
Secara garis besar, fungsi bahan ajar bagi berbentuk buku. Buku ajar adalah naskah yang
guru adalah untuk mengarahkan semua ditulis oleh dosen dalam rangka menunjang
aktivitasnya dalam proses pembelajaran materi pokok mata kuliah yang diajarkan. Hal
sekaligus merupakan subtansi kompetensi ini dapat dilihat dari cara menyusun,
yang seharusnya diajarkan kepada siswa. penggunaannya dalam pembelajaran, dan
Fungsi bahan ajar bagi siswa untuk menjadi teknik penyebarannya.
pedoman dalam proses pembelajaran dan Buku ajar disusun dengan alur dan
merupakan subtansi kompetensi yang logika sesuai dengan rencana pembelajaran.
seharusnya dipelajari. Buku ajar disusun sesuai kebutuhan belajar
Karakteristik siswa yang berbeda mahasiswa. Buku ajar disusun untuk mencapai
tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.
berbagai latar belakangnya akan sangat
terbantu dengan adanya kehadiran bahan ajar,
karena dapat dipelajari sesuai dengan

Aryanti Agustina 38 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Mengingat ada 3 tugas utama dosen bernilai besar; e). Pembaca dapat mengatur
dalam pembelajaran. Pertama, merancang tempo secara mandiri.
rencana pembelajaran termasuk diantaranya
tugas membuat bahan ajar (buku ajar). Kedua, Menurut Bandono (2009) penyusunan
melaksanakan pembelajaran dan ketiga, bahan ajar cetak memperhatikan hal-hal
melakukan evaluasi terhadap pencapaian sebagai berikut : 1). Susunan tampilan; 2).
belajar peserta didiknya. Terlihat jelas bahwa Bahasa yang mudah; 3). Menguji pemahaman;
menulis buku ajar adalah sebagai keniscayaan 4). Stimulan; 5). Kemudahan dibaca; 6).
dari para dosen dalam menyusun rencana Materi instruksional.
pembelajaran. Jadi, agak aneh jika seorang
Banyak sekali jenis bahan ajar cetak yang
dosen yang selama karirnya tidak pernah
bisa digunakan dalam proses pembelajaran,
sekalipun menulis buku ajar. Hehe..
antara lain adalah handout, modul, buku teks,
Intinya, buku ajar disusun sesuai dengan lembar kegiatan siswa, model (maket), poster
mata kuliah tertentu, diterbitkan secara resmi dan brosur.
dan disebarluaskan, artinya buku tersebut
Handout
haruslah ber-ISBN. Untuk kebutuhan promosi
Menurut Andi Prastowo handout
kenaikan pangkat, buku ajar dihargai dengan
merupakan bahan pembelajaran yang sangat
angka kredit sebesar 20 poin, dan masuk
ringkas, bersumber dari beberapa literatur
dalam kategori pendidikan (A).
yang relevan terhadap kompetensi dasar dan
Menurut Mulyasa (2006), bentuk-bentuk
materi pokok yang diajarkan kepada peserta
bahan ajar atau materi pembelajaran antara
didik. Pada umumnya handout berfungsi
lain:
untuk membantu peserta didik agar tidak perlu
Bahan ajar cetak (Printed)
mencatat, sebagai pendamping penjelasan
Bahan ajar cetak dapat ditampilkan pendidik, sebagai bahan rujukan peserta didik,
dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak memotivasi peserta didik agar lebih giat
tersusun secara baik maka bahan ajar akan belajar, pengingat pokok-pokok materi yang
mendatangkan beberapa keuntungan seperti diajarkan, memberi umpan balik dan menilai
yang dikemukakan oleh Steffen Peter hasil belajar.
Ballstaedt, (1994) yaitu: 1). Bahan tertulis
Modul
biasanya menampilkan daftar isi, sehingga Modul adalah sebuah buku yang ditulis
memudahkan bagi seorang guru untuk
dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
menunjukkan kepada peserta didik bagian secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan
mana yang sedang dipelajari; 2). Biaya untuk guru, sehingga modul berisi paling tidak
pengadaannya relatif sedikit.
tentang : (1). Petunjuk belajar (Petunjuk
siswa/guru); (2). Kompetensi yang akan
Bahan tertulis cepat digunakan dan
dicapai; (3). Content atau isi materi; (4).
dapat dipindah-pindah secara mudah. a).
Informasi pendukung; (5). Latihan-latihan; (6).
Susunannya menawarkan kemudahan secara
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja
luas dan kreativitas bagi individu; b). Bahan
(LK); (7). Evaluasi; (8). Balikan terhadap hasil
tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana
evaluasi.
saja. c). Bahan ajar yang baik akan dapat
memotivasi pembaca untuk melakukan Pembelajaran dengan modul juga
aktivitas, seperti menandai, mencatat, memungkinkan peserta didik yang memiliki
membuat sketsa; d). Bahan tertulis dapat kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
dinikmati sebagai sebuah dokumen yang menyelesaikan satu atau lebih kompetensi

Aryanti Agustina 39 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

dasar dibandingkan dengan peserta didik bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas
lainnya. Selain itu, juga meningkatkan beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau
kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri selebaran cetakan yang berisi keterangan
tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik. singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia,
Buku teks
Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Buku teks pelajaran pada umumnya
merupakan bahan tertulis yang menyajikan Dengan demikian, maka brosur dapat
ilmu pengetahuan atau buah pikiran dari dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian
pengarangnya yang disusun secara sistematis brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur
teks berguna untuk membantu pendidik dalam dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena
melaksanakan kurikulum karena disusun bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
berdasarkan kurikulum yang berlaku, menjadi lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka
pegangan guru dalam menentukan metode brosur didesain hanya memuat satu
pengajaran dan memberikan kesempatan bagi kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah
peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau brosur akan menambah menarik minat peserta
mempelajari pelajaran baru. didik untuk menggunakannya.
Lembar kegiatan siswa Leaflet
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) Leaflet adalah bahan cetak tertulis
adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik
kegiatan biasanya berupa petunjuk atau biasanya leaflet didesain secara cermat
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan
tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus
yang akan dicapainya. LKS berfungsi untuk memuat materi yang dapat menggiring peserta
meminimalkan peran pendidik dan didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
mengaktifkan peran peserta didik,
Wallchart
mempermudah peserta didik untuk memahami
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya
materi yang diberikan dan kaya akan tugas
berupa bagan siklus/proses atau grafik yang
untuk berlatih.
bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar
Model (maket) wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa
Model (maket) merupakan bahan ajar maupun guru, maka wallchart didesain dengan
yang berupa tiruan benda nyata untuk menggunakan tata warna dan pengaturan
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk
ditemui, apabila menghadirkan objek atau dalam kategori alat bantu melaksanakan
benda tersebut langsung ke dalam kelas, pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart
sehingga nuansa asli dari benda tersebut masih didesain sebagai bahan ajar.
bisa dirasakan oleh peserta didik tanpa
Foto/Gambar
mengurangi struktur aslinya, sehingga
Foto/gambar memiliki makna yang
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Brosur Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja
Brosur adalah bahan informasi tertulis diperlukan satu rancangan yang baik agar
mengenai suatu masalah yang disusun secara setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian

Aryanti Agustina 40 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu Bahan Ajar Audio


yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih Bahan Ajar Audio, yakni bahan yang
kompetensi dasar. berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu
Bahan Ajar Interaktif (Interactive Teaching media rekaman .Untuk mempergunakannya,
Material) kita mesti memerlukan alat pemain (player)
media rekaman tersebut, seperti: Tempo
Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar Compo, CD Player, VCD Player, Multimedia
yag mengombinasikan beberapa media Player, dan lain sebagainnya. Contohnya:
pembelajaran (audio, video, teks atau grafik) Kaset, Cd ,Flash Disk, dan lain-lain.
yang bersifat interaktif untuk mengendalikan
suatu perintah atau perilaku alami dari suatu Bahan Ajar Video
presentasi. Bahan ajar interaktif Bahan Ajar Video, yakni bahan ajar yang
memungkinkan terjadinya hubungan dua arah memerlukan alat pemutar yang biasa
antara bahan ajar dan penggunanya, sehinnga berbentuk video tape player, VCD player dan
peserta didik akan terdorong untuk lebih aktif. sebagainnya. Karena bahan ajar ini hampir
Bahan ajar interaktif dapat ditemukan mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan
dalam bentuk CD interaktif, yang dalam ajar ini juga memerlukan media rekaman,
proses pembuatan dan penggunaannya tidak hanya saja bahan ajar ini dilengkapi dengan
dapat terlepas dari perangkat komputer. Maka gambar. Jadi dalam tampilan , dapat diperoleh
dari itu, bahan ajar interaktif juga termasuk sebuah sajian gambar dan suara secara
bahan ajar berbasis komputer. bersamaan. Contohnya: Video, Film, dan lain
sebagainnya.
Bahan Ajar Menurut Cara kerjanya
Menurut cara kerjanya bahan ajar dapat Bahan Ajar (media) Komputer
dibedakan menjadi lima macam sebagai Bahan Ajar (media) komputer, yakni
berikut: bebagai jenis bahan ajar non cetak yang
Bahan ajar yang tidak diproyeksikan membutuhkan komputer. Contohnya:
Computer Mediated Instruction Dan
Bahan ajar yang tidak diproyeksikan
Computer Based Multimedia Atau
yakni bahan ajar yang tidak memerlukan
Hypermedia.
perangkat proyektor untuk memproyeksikan
isi di dalamnya, sehingga peserta didik bisa Bahan Ajar Menurut Sifatnya
langsung mempergunakan (membaca, melihat, Bahan ajar menurut sifatnya dapat dibagi
dan mengamati) bahan ajar tersebut. menjadi empat macam, hal ini sebagaimana
Contohnya: foto, diagram, display, model, dan disebutkan Rowntreedalambelawti, dkk;
lain sebagainya. Bahan ajar yang berbasiskan cetak misalnya:
famlet, panduan belajar peserta didik, bahan
Bahan ajar yang diproyeksikan
tutorial, buku kerja peserta didik, peta, charts,
Bahan ajar yang diproyeksikan, yakni majalah, koran dan sebagainya.
bahan ajar yang memerlukan proyektor dalam
Bahan ajar yang berbasiskan cetak
penyampaian bahan ajar terhadap peserta
didik. Contohnya: Slide, Film Strips, Overbead Misalnya: Buku Famlet, Panduan Belajar
Tranparancies (OHP) Dan Proyeksi Siswa, Bahan Tutorial, Buku Kerja Siswa,
Komputer. Peta, Charts, Foto bahan dari majalah atau
koran, dan lain sebagainnya

Aryanti Agustina 41 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Bahan ajar yang berbasiskan Teknologi Setiap halaman buku sebaiknya


Misalnya: Audio Cassette, Siaran Radio, mengindahkan hal-hal berikut ini ; 1). Setiap
Slide, Filmstrips, Film, Video Cassetes, Siaran alinea berisi satu pokok pikiran; 2).
Televisi, Video Interaktif, Computer Based Menggunakan alinea yang pendek; 3).
Tutorial, dan Multi Media Menggunakan kalimat-kalimat pendek, agar
mudah diingat (10-20 kata per kalimat); 4) .
Bahan ajar yang dipergunakan untuk etiap halaman dibuat menarik dan mudah
praktek atau proyek diingat secara verbal maupun visual
Misalnya: Kits Sains, Lembar Observasi, (mengindahkan kaidah penggunaan tipografi
Lembar Wawancara, dan lain sebagainya dan tata letak yang baik); 5). Setiap halaman
berisi teks, grafik/diagram, tabel, gambar
Perkembangan buku ajar sangat
(berupa foto maupun ilustrasi), inset
bervariasi tidak hanya berbentuk cetak, tetapi
pengingat, inset histori; 6). Tuliskan kalimat
juga eBook, sistem tutor on-line dan materi
motivasi dan inspirasi.
perkuliahan melalui video. Menulis buku ajar
adalah permainan bahasa, di mana bahasa Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
merupakan aktivitas jiwa sekaligus aktivitas 7
Menurut Richterich dan Chancerel
otak. Bahasa yang digunakan dalam buku ajar (dikutip Nurhayati (2012:29), analisis
adalah ilmiah populer. Tujuan menulis naskah kebutuhan merupakan proses awal dalam
buku ajar, selain untuk memotivasi para dosen penentuan tujuan-tujuan perilaku tertentu yang
agar aktif menulis, meneliti, dan mengikuti akan dicapai sebagai dasar pengembangan
perkembangan ilmunya, juga untuk bahan ajar. Hal ini berarti bahwa kegiatan
memperlihat-kan kemampuan kritis mereka analisis kebutuhan merupakan langkah awal
dalam membumikan ilmu mereka dalam untuk melakukan sebuah pengembangan yang
konteks berbahasa Indonesia. salah satunya pengembangan bahan ajar
Berikut adalah ciri-ciri buku ajar yang berbentuk buku teks.
8
baik diantaranya : 1). Format buku sesuai Pada Jurnal Inovasi Didaktik Vol 1,
dengan ketentuan UNESCO, yaitu maksimal No.1 Edisi Bulan Mei2015 dengan Judul
ukuran kertas A4 (21 x 29,7cm) dan minimal Jurnal “Pengembangan Bahan Ajar Mengacu
menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Kurikulum 2013 Sub Tema Jenis-jenis Pekerjaan
Tinggi A5 (14,8 x 21cm) dengan jumlah untuk siswa Sekolah Dasar Kelas VI, oleh
minimal 49 halaman; 2). Memiliki ISBN Sitoresmi Atika Pratiwi.
(International Standard Book Number); 3).
Menggunakan gaya bahasa semi formal; 4). Menunjukkan bahwa pengimplementasian
Struktur kalimat minimal SPOK (Subjek Kurikulum 2013 ini merubah bahan ajar yang
Predikat Objek Keterangan); 5). tersedia sebelumnya. Dari datahasil wawancara
Mencantumkan TIU, TIK, dan Kompetensi; menunjukkan bahwa guru masih merasa
6). Disusun sesuai dengan Rencana kesulitan danmenilai bahwa materi yang
Pembelajaran; 7). Menyertakan pendapat atau terdapat dalam buku masih terlalu
mengutip hasil penelitian pakar. 8). dangkal.Terpicu oleh kondisi di lapangan,
Menggunakan catatan kaki/catatan dalam penelitian ini mencoba menyusunbahan
akhir/daftar pustaka, dan jika mungkin ajar yang lenih memadai untuk mendukung
menyertakan index. 9). Mengakomodasi hal-
7
hal/ide-ide baru; 10). Diterbitkan oleh
penerbit yang kredibel (Penerbit Deepublish); 8
Sitoresmi Atika Pratiwi. Pengembangan Bahan
11). Tidak menyimpang dari falsafah NKRI. Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Sub Tema Jenis-jenis
Pekerjaan untuk siswa Sekolah Dasar Kelas VI.
2015,Bandung,h1
Aryanti Agustina 42 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..
JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

pembelajaran.Produkyangdikembangkan ini kolaborasi dengan guru terhadap kekurangan


ditujukkan untuk memenuhi kebutuhan siswa dan kelebihan dalam arapelaksanaan
kelas IV SDdalam pembelajaran yang mengacu pembelajaran dengan menerapkan penggunaan
kurikulum 2013. Hasil penelitian inibahwa bahan ajar; d). Melakukan penilaian terhadap
bahan ajar memiliki kualitas yang sangat baik kemampuan guru mengajar dengan
dan layak untukdigunakan dalam pembelajaran menggunakan lembar Pedoman Penilaian
pada kurikulum 2013. Kemampuan Guru Mengajar (APKG); e).
Melakukan wawancara dengan guru sesuai
Metode Penelitian dengan persiapan (perencanaan), pelaksanaan,
Prosedur Penelitian; Prosedur
dan penilaian pembelajaran; f). Refleksi.
penelitian yang akan diterapkan dalam
penelitian tindakan sekolah ini dilakukan Pengumpulan Data
sebanyak 2 siklus dengan pertemuan untuk Pengumpulan data dalam penelitian
masing-masing siklus sebanyak 3 kali tindakan sekolah ini menggunakan teknik
pertemuan. kuisioner, observasi dan wawancara.
Adapun prosedur untuk masing- Dalam penelitian, peneliti melakukan
masing siklus penelitian sebagai berikut : (1) observasi terhadap guru yang melaksanakan
Siklus I, meliputi : a). Sosialisasi tentang pembelajaran dengan berpdoman pada
rencana pelaksanaan penelitian yang akan APKG. Selain itu, peneliti menyebarkan
dilakukan kepada para guru mata pelajaran; b). angket yang berisi pernyataan tentang
Melakukan pendataan terhadap para guru pelaksanaan penggunaan bahan ajar pada
dalam melengkapi administrasi pengajaran. c). pelajaran setiap mata pelajaran. Angket
Melakukan observasi terhadap guru dalam tersebut mengandung empat pilihan jawaban,
melaksanakan pembelajaran di kelas dengan yaitu (a) selalu, (b) sering, (c) jarang, dan (d)
fokus pada penerapan dalam penggunaan tidak pernah.
Bahan ajar?; d) Melakukan kolaborasi dengan
guru terhadap kekurangan dan kelebihan Analisa Data. Teknik analisis data yang
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan digunakan adalah teknik deskriptif persentatif.
menerapkan penggunaan bahan ajar; e). Teknik ini digunakan karena penelitian yang
Melakukan penilaian terhadap kemampuan dilakukan bersifat deskriptif. Adapun rumus
guru mengajar dengan menggunakan lembar statistik yang digunakan adalah sebagai berikut.
Pedoman Penilaian Kemampuan Guru

Mengajar (APKG); f). Melakukan wawancara
dengan guru sesuai dengan persiapan P = --- x 100 %
(perencanaan), pelaksanaan, dan penilaian N
pembelajaran; g). Refleksi. Keterangan :
P = Persentase hasil yang diperoleh
Siklus II; Umpan balik tentang F = Frekuansi jawaban dari masing-
pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan masing pertanyaan
kepada para guru mata pelajaran pada siklus 1. N = Jumlah sampel
Meliputi a). Melakukan pendataan terhadap (Arikunto, 2006:253)
para guru dalam melengkapi administrasi
pengajaran; b). Melakukan observasi terhadap Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
guru dalam melaksanakan pembelajaran di
Perencanaan Penggunaan Bahan Ajar
kelas dengan fokus pada penerapan dalam
TIK; Berdasarkan hasil deskripsi data tentang
penggunaan Bahan ajar?; c). Melakukan

Aryanti Agustina 43 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

perencanaan penggunaan bahan ajar mata Pembahasan


pelajaran TIK maka dapat dikemukakan
dianalisis hasil tersebut sebagai berikut. (1) Dari hasil penelitian yang telah
Jumlah keseluruhan frekwensi untuk dideskripsikan data-datanya pada bagian
perencanaan adalah 2600 dengan persentase terdahulu dapat dikatakan tentang penggunaan
100% meliputi: frekwensi selalu 454 dengan bahan ajar TIK oleh guru se-Kecamatan
Baturaja Timur bahwa guru TIK telah
persentase 64,67%, frekwensi sering 202
melaksanakan bagian perencanaan,
dengan persentase 28,77%, frekwensi kadang-
kadang 42 dengan persentase 5,98%, dan pelaksanaan dan penilaiannya. Hal ini dapat
frekwensi tidak pernah 4 dengan persentase dilihat dari beberapa kegiatan yang telah
dilakukan sebagai berikut : (1). Pada bagian
0,57%; (2). Jumlah frekwensi tertinggi pada
perencanaan penggunaan bahan ajar
selalu sebesar 454 dan terendah pada tidak
pernah sebesar 4; (3). Jumlah persentase berdasarkan hasil temuan bahwa kegiatan ini
telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat
tertinggi pada selalu sebesar 64,67% dan
dilihat dan diketahui bahwa guru membuat
terendah pada tidak pernah sebesar 0,57%.
rencana pelaksanaan pembelajaran dalam
Pelaksanaan Penggunaan Bahan Ajar penggunaan bahan ajar, guru membuat
TIK. Berdasarkan hasil deskripsi data tentang rencana pelaksanaan pembelajaran mengacu
pelaksanaan penggunaan bahan ajar mata pada silabus; (2). Dalam pelaksanaan
pelajaran TIK maka dapat dikemukakan penggunaan bahan ajar oleh guru TIK dapat
dianalisis hasil tersebut sebagai berikut; (1). dijelaskan bahwa guru menerapkan dan
Jumlah keseluruhan frekwensi untuk menggunakan bahan ajar melalui kegiatan
pelaksanaan adalah 459 dengan persentase mendemontrasikan, guru mempraktikkan
100% meliputi: frekwensi selalu 306 dengan bahan ajar dalam penggunaannya pada
persentase 66,67%, frekwensi sering 107 pembelajaran yang dilakukan, guru melakukan
dengan persentase 23,31%, frekwensi kadang- eksperimen dalam penggunaan bahan ajar
kadang 17 dengan persentase 3,70%, dan tersebut, guru menganalisis proses penggunaan
frekwensi tidak pernah 29 dengan persentase bahan ajar, guru mengamati proses dan
6,32%; (2). Jumlah frekwensi tertinggi pada peristiwa dalam penggunaan bahan ajar
selalu sebesar 306 dan terendah pada tidak tersebut.
pernah sebesar17; (3). Jumlah persentase
tertinggi pada selalu sebesar 66,67% dan Penutup
terendah pada tidak pernah sebesar 3,70%. Simpulan
c). Penilaian Penggunaan Bahan Ajar
TIK. (1). Jumlah keseluruhan frekwensi untuk Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan
penilaian adalah 189 dengan persentase 100% bahwa berdasarkan hasil data angket yang
meliputi: frekwensi selalu 152 dengan dideskripsikan dan diuraikan tergambar bahwa
persentase 80,84%, frekwensi sering 30 guru TIK SMA Negeri se-Kecamatan Baturaja
dengan persentase 15,87%, frekwensi kadang- Timur telah melaksanakan kegiatan-kegiatan
kadang 7 dengan persentase 3,70%, dan perencanaan pelaksanaan, dan penilaian dalam
frekwensi tidak pernah 0 dengan persentase penggunaan bahan ajar sesuai dengan kriteria
0%; (2). Jumlah frekwensi tertinggi pada selalu dan rambu-rambu dalam penggunaan bahan
sebesar 152 dan terendah pada tidak pernah ajar tersebut. Hal ini terlihat bahwa kedua
sebesar 0. (3). Jumlah persentase tertinggi pada puluh tujuh guru ini telah melaksanakan
selalu sebesar 80,42% dan terendah pada tidak penggunaan bahan ajar untuk dilaksanakan
pernah sebesar 0%. pada proses pembelajaran dengan maksimal
untuk mengaktifkan dan mengajak siswa

Aryanti Agustina 44 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

terlibat secara totalitas dalam pembelajaran, mendesain dan merencanakan bahan-bahan


dan kegiatan yang dilakukan oleh guru pada ajar yang akan diberikan kepada siswa.
bagian penilaian pembelajaran, menunjukkan
beberapa perkembangan positif. Beberapa hal yang dapat dilakukan guru
adalah meningkatkan kualitas diri sehingga
Berdasarkan analisis data tergambar menjadi lebih profesional terhadap pekerjaan
bahwa seluruh guru telah melaksanakan mendidik yang bukan hanya mentransfer ilmu
penggunaan bahan ajar untuk pembelajaran. saja melainkan juga menerapkan sikap dan
Persentase perencanaan penggunaan bahan nilai kepada siswa. Selain itu, dalam
ajar ini secara keseluruhan adalah 64,67% melaksanakan tugas hendaknya selalu
selalu merencanakan dan 28,77% sering komitmen terhadap tugas-tugas kependidikan
merencanakan sedangkan yang kadang-kadang atau pedagogik sehingga setiap ada kendala
merencanakannya hanya 5,98% dan tidak dan kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan
pernah hanya 0,57%. Persentase itu bahan ajar dapat diantisipasi dengan kesiapan
menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan dan tindakan yang akurat, memiliki prinsip dan
perencanaan penggunaan bahan ajar dengan jiwa yang kuat untu meningkatkan mutu dan
sangat baik. kualitas anak didik melalui penerapan
Adapun pada aspek pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas sehingga
penggunaan bahan ajar tergambar persentase seluruh masalah dan kesulitan dapat dicari
selalu melaksanakan 66,67% dan sering jalan pemecahannya. Dengan demikian,
melaksanakan 23,31%. Sedangkan yang penggunaan bahan ajar sebagai hal yang
kadang-kadang melaksanakannya adalah 3,70% esensial dalam keseluruhan proses
dan tidak pernah sebesar 6,32%. Hal ini berarti pembelajaran dapat dilaksanakan dan
bahwa dalam pelaksanaan penggunaan bahan diaplikasikan oleh guru, khususnya dalam mata
ajar itu, guru sebagian besar telah pelajaran TIK. Implikasinya adalah kemauan
melaksanakannya tahap ini dengan sangat baik. dan usaha guru untuk selalu memberikan
Pada aspek penilaian dalam penggunaan pelayanan melalui bimbingan dan binaan
bahan ajar oleh guru TIK secara keseluruhan kepada siswa dengan tetap mempedomani
persentase yang selalu melaksanakan penilaian berbagai perangkat kependidikan khususnya
adalah 80,42% dan sering melaksanakannya kurikulum yang berlaku dan rambu-rambu
15,87%. Sedangkan, yang kadang-kadang dalam melaksanakan pembelajaran untuk
melaksanakannya 3,70% dan tidak pernah menciptakan siswa yang unggul dan
melaksanakan 0%. Hasil ini menunjukkan kompetetif dalam era global.
bahwa dalam penilaian pada penggunaan
bahan ajar, guru TIK telah melaksanakannya Daftar Pustaka
dengan baik.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Saran Suatu Pendekatan Praktek. Bandung:
Berdasarkan kesimpulan yang telah Rineka Cipta.
dikemukakan di atas, penulis menyarankan
Depdiknas. 2003. Pedoman Pengembangan Silabus
beberapa hal untuk melakukan peningkatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam
kualitas dalam menerapkan penggunaan bahan
ajar mulai dari perencanaan dan pelaksanaan KTSP. Jakarta: Ditjend PMPTK.
sampai pada penilaian sehingga guru memiliki Depdiknas. 2006. Pedoman Khusus Pengembangan
kemampuan profesional untuk melaksanakan
Silabus Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran
tugas-tugas keprofesiannya terutama dalam
TIK. Jakarta: Ditjend Dikdasmen.

Aryanti Agustina 45 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..


JURNAL EDUCATIVE: Journal of Educational Studies Vol.3, No.1, Januari-Juni 2018

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Statistik.


Daftar Pustaka Jakarta: Rineka Cipta.

Yustisia. 2008. Panduan Lengkap KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).


Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka
Cipta.

Depdiknas. 2003. Pedoman Pengembangan


Silabus

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam

KTSP. Jakarta: Ditjend PMPTK.

Depdiknas. 2006. Pedoman Khusus


Pengembangan

Silabus Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

TIK. Jakarta: Ditjend Dikdasmen.

Nurhayati. 2012. Silabus: Teori dan Aplikasi

Pengembangannya. Yogyakarta: Leutika

Prio.

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat

Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode

Pembelajaran yang Menarik dan

Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

Pratiwi, Sitoresmi Atika, Pengembangan Bahan

Ajar mengacu Kurikulum 2013. Jurnal

inovasi didaktik Vol 1 No 1 edisi bulan

Mei 2015.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi

Belajar Mengajar : Pedoman Bagi Guru dan

Calon Guru. Jakarta : Rajawali.

Aryanti Agustina 46 Pengembangan Bahan Ajar Menulis…..

Anda mungkin juga menyukai