Anda di halaman 1dari 14

MODUL PRAKTIKUM

Perancangan Sistem Terintegrasi

PERENCANAAN
PROSES

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


INSTITUT TEKNOLOGI BATAM
2021
MODUL 1
PERENCANAAN
PROSES

1.1 Tujuan Praktikum


Dengan praktikum ini diharapkan praktikan mampu:
1. Memahami proses perakitan sebuah produk
2. Memahami dan menyusun struktur dari suatu produk dengan membuat Bill of
Material (BOM) dari produk yang telah ditetapkan
3. Memahami konsep urutan aliran komponen perakitan suatu produk dan
menyusunnya ke dalam bentuk Assembly Chart (AC)
4. Mampu merancang urutan operasi kerja dengan menyusun Operation Process Chart
(OPC) dari sebuah produk

1.2 Teori Singkat


Perencanaan proses merupakan tahapan untuk menentukan bagaimana suatu produk itu
diproduksi. Tahapan tersebut mendefinisikan secara detail proses produksi dan perakitan,
termasuk waktu produksi dari setiap komponen dan perakitannya, material serta peralata yang
dibutuhkan. Sehingga hasil perencanaan proses ini dapat langsung digunakan untuk produksi.
Definisi dari Process Planning menurut ANSI Standar Z94.10 1972 adalah: “a procedure for
determining the operations or actions necessary to transform material from one state to
another”. Sedangkan Bedworth pada bukunya yang berjudul Computer – Integrated Design and
Manufacturing lebih tajam lagi mengatakan Process Planning adalah: “The preparation of a set of
instructions that describe how to fabricate a komponen or build an assembly which will satisfy
engineering design specifications”. Perancangan proses merupakan suatu aktivitas yang
memrlukan serangkaian langkah/kegiatan yang berurutan di mulai dengan penetapan tahapan
proses produksi sampai dengan evaluasi atau pemilihan alternatif proses produksi dari masing-
masing tahapan sesuai dengan produk yang dibuat.
I. Bill of Material (BOM)
Bill of Material (BOM) adalah daftar dari semua material, part, subassembly, dan
kuantitas yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau memproduksi produk akhir
atau parent assembly. Menurut Scott (1994), BOM merupakan sebuah kunci dalam
menghubungkan struktur produk dansistem perencanaan material (material planning
systems). Sangat baik apabila produk yang akan dibuat atau dirakit dipresentasikan oleh
BOM produk tersebut karena di dalam BOM digambarkan komponen-komponen atau
part-part produk dalam sebuah hubungan orang tua (parent) dan anak (child).
Penggambaran komponen dengan level yang lebih rendah juga dengan mudah
ditunjukkan pada BOM. Jadi, BOM merupakan gambaran hierarki, dimana terdapat
banyak level untuk subassemblies dari produk. BOM terdiri dari berbagai bentuk dan
dapat digunakan untuk berbagai keperluan. BOM dibuat sebagai bagian dari proses
desain dan digunakan oleh manufacturing engineer untuk menentukan item yang harus
dibeli atau diproduksi. Perencanaan pengendalian produksi dan persediaan menggunakan
BOM yang dihubungkan dengan Master Production Schedule (MPS) untuk menentukan
release item yang dibeli atau diproduksi.
 Single Level Bill of Material
Single level Bill of Material terdiri dari daftar seluruh komponen yang dibutuhkan
untuk membuat end item, termasuk untuk setiap komponen (1) nomor komponen, (2)
keterangan singkat , (3) Jumlah yang dibutuhkan untuk setiap single end item dan (4)
unit ukuran komponen. Contoh single level BOM ditunjukkan pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Single BOM


 Multiple Bill of Material
Multiple bill of material tidak cukup untuk menggambarkan produk yang memiliki
subassembly. Produk dengan subassembly, menggunakan multilevel tree dan
multilevel bill of material. Multilevel tree berupa “pohon” dengan beberapa level yang
menggambarkan struktur parents dan child dari produk. Produk akhir yang merupakan
parent dari subassembly berada pada level 0 (nol). Begitu pula dengan subassembly
yang merupakan parent dari parts yang berada pada level 1(satu). Nomor level
bertambah untuk tiap child dari parent-nya. Contoh multilevel bill of material
ditunjukkan pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Multilevel Bill of Material

II. Peta Perakitan (Assembly Chart / AC)


Assembly Chart merupakan gambaran grafis yang mendeskripsikan urutan aliran
komponen dan subassembly yang akan dirakit menjadi sebuah produk. Assembly
Chart bermanfaat untuk menunjukkan komponen penyusun suatu produk dan
menjelaskan bagaimana aliran perakitan komponen-komponen tersebut. Pada
pembuatan assembly chart, biasanya sering terjadi berbagai kesalahan, seperti
kesalahan penulisan fastener dan subassembly.
Langkah-langkah membuat peta perakitan :
1. Dengan menggunakan komponen atau dokumen barang dan lintasan produksi
bagi proses perakitan, tentukan operasi terakhir dalam produksi atau dalam
rakitan- rakitan suatu produk. Gambarkan operasi terakhir ini dengan lingkaran
berdiameter 12 mm pada sudut kanan bawah selembar kertas, dan tuliskan operasi
itu dengan jelas di sebelah kanan lingkaran tadi.

2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran ke arah kiri, tempatkan lingkaran


berdiameter 6 mm pada ujungnya, dan tunjukkan setiap komponen (nama, nomor
komponen, jumlah dsb.) yang dirakit pada operasi tersebut. Komponen sebaiknya
disusun berdasarkan urutan pemasanganya, komponen terakhir di pasng di
bawah.

3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian (bukan komponen), buat garis tadi
sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm untuk menggambarkan
operasi rakitan-bagian tadi. Kemudian lanjutkan ke kiri rakitan-bagian tersebut,
diuraikan ke dalam kmponen-komponennya. Setelah penggambaran peta rakitan
selesai, rakitan dapat diberi nomor. Garis yang menunjukan komponen mandiri
harus di tarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan lingkaran berdiameter dengan
lingkaran berdiameter 6 mm yang nomor komponenya dapat dimasukan.

4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponen selesai dicatat, gambarkan


garis tegak pendek dari lingkaran 8 mm ke atas, masuki lingkaran 12 mm yang
menunjukan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah di gambarkan
pada langkah 2 dan 3. Ulangi langkah 2 dan 3. Teruskan sampai seluruh produk
selesai di uraikan dan semua komponen telah dicatat di sebelah kiri dari atas ke
bawah.

5. Periksa kembali peta ini terhadap dokumen barang untuk meyakinkan bahwa
seluruh komponen telah tercantum. Lingkaran yang menunjukan rakitan atau
rakitan bagian tidak selalu harus menunjukan lintasan stasiun kerja atau lintasan
rakitan atau bahkan orang, tetapi benar-benar hanya menunjukan urutan operasi
yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan
apa yang harus dikerjakan oleh tiap operator.

Gambar 1.5 Format Assembly Chart


Gambar 1.6 Contoh Assembly Chart

III. Operation Process Chart (OPC)


Operation Process Chart (OPC) adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja
dengan membagi pekerjaan-pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara
rinci. OPC menjelaskan langkah-langkah proses pengerjaan material, mulai dari bahan
baku (material) hingga menjadi komponen atau produk jadi. OPC memuat informasi -
informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, yaitu lama waktu setiap operasi,
material yang digunakan, komponen yang dirakit, dan alat atau mesin yang dipakai untuk
memproses material. Jadi, dalam suatu OPC dicatat kegiatan-kegiatan operasi dan
pemeriksaan, terkadang pada akhir operasi dicantumkan kegiatan penyimpanan atau
inspeksi.
Adapun manfaat OPC adalah sebagai berikut:
 Untuk mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
 Untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku dan waktu operasi,
 Salah satu alat untuk menentukan tata letak pabrik,
 Salah satu alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang berlaku,
 Sebagai alat untuk latihan kerja.
Prinsip – prinsip penyusunan OPC juga terdapat beberapa prinsip, diantaranya:
 Pada baris paling atas terdapat kepala peta “Operation Process Chart”, dan
identifikasi lain:nama objek yang dipetakan, nama pembuat peta, tanggal
dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta, dan nomor gambar.
 Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal untuk me-
nunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
 Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan
terjadi- nya perubahan proses.
 Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan, sesuai
dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut, atau
sesuai denganproses yang terjadi.
 Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksi diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
 Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi: jumlah
operasi, jumlah inspeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan
Pada Operation Process Chart terdapat symbol – symbol yang digunakan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Simbol-simbol peta proses operasi
Simbol Kegiatan Definisi
Kegiatan operasi yang terjadi bilamana sebuah
objek (benda, kerja/bahan baku) mengalami
Operasi perubahan bentuk baik secara fisik maupun
kimiaawi, perakitan dengan objeknya lainnya atau
diurai rakit dan lain-lain.
Kegiatan inspeksi terjadi jika sebuah objek
Inspeksi mengalami pengujian ataupun pengecekan ditinjau
dari segi kuantitas ataupun kualitas.
Kegiatan transportasi terjadi bilamana sebuah
objek dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lain.
Jika perpindahan tersebut merupakan bagian dari
Transportasi
operasi atau inspeksi, seperti loading/unloading
material maka hal tersebut bukan termasuk
kegiatan transportasi
Proses menunggu terjadi bila material, benda kerja,
Menunggu operator atau fasilitas kerja dalam keadaan
berhenti atau tidak mengalami kegiatan apapun.
Proses penyimpanan terjadi jika objek disimpan
dalam jangka waktu yang cukup lama. Disini
Menyimpan objek akan disimpan secara permanen dan
dilindungi terhadap pengeluaran atau pemindahan
tanpa ijin
khusus
Jika dikehendaki untuk menunjukkan kegiatan-
kegiatan yang secara bersama dilakukan oleh
Aktivitas ganda operator pada stasiun kerja yang sama pula, seperti
kegiatan operasi yang harus dilakukan bersama
dengan kegiatan inspeksi
Adapun untuk contoh OPC dapat dilihat pada Gambar 1.4 dibawah ini.

Gambar 1.4 Contoh Operation Proses Chart

1.3 Kegiatan Praktikum


Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam praktikum perencanaan proses adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan assembly (perakitan) pada Tamiya yang telah dipilih
2. Membuat Bill of Material atau struktur produk dari Tamiya yang disediakan
3. Membuat peta perakitan (assembly chart) dari Tamiya
4. Membuat peta proses operasi (operation process chart) dari Tamiya
1.4 Prosedur Praktikum
Adapun urutan langkah – langkah yang dilakukan selama praktikum adalah sebagai
berikut:
SESI PERTAMA
1. Praktikan berkumpul sesuai dengan kelompoknya di meja masing – masing.
2. Praktikan membagi job desk selama praktikum, dengan:
 1 orang sebagai operator,
 1 orang bertugas mengambil gambar tamiya pada setiap part tamiya,
 1 orang bertugas memasukkan data pada worksheet praktikum,

3. Praktikan memulai praktikum dengan mengamati part-part tamiya dan


mengisi worksheep BOM berdasarkan urutan part yang paling utama hingga
part yang paling kecil (detail)
4. Praktikan merakit (memasang kembali) semua part tamiya sehingga menjadi
tamiya yang utuh dan menggambarkannya pada bagan BOM di worksheet
5. Praktikan menganalisa proses perakitan tamiya dan merancang assembly chart dan
operation process chart yang ada di worksheet.

SESI KEDUA
1. Praktikan berkumpul sesuai dengan kelompoknya di meja masing – masing.
2. Praktikan membagi job desk selama praktikum, dengan:
 1 orang sebagai operator,
 1 orang bertugas mengukur waktu pengerjaan dengan stopwatch,
dan memasukkan data pada worksheet praktikum,
 1 orang bertugas merekam video perakitan di setiap tahapan pengerjaannya
3. Praktikan melakukan proses assembly (merakit) semua part tamiya sehingga
menjadi tamiya yang utuh
4. Praktikan merekam setiap tahap perakitan dan mengukur waktu pengerjaannya
dengan menggunakan stopwatch
5. Waktu pengamatan setiap langkah perakitan dicatat dengan mengisi worksheet
yang ada di lembar kerja praktikum.
6. Ulangi proses perakitan ini hingga semua praktikan dalam kelompok
menjadi operator (terdapat 5 data perakitan seperti pada worksheet yang
disediakan).
7. Selesai
LEMBAR KERJA MAHASISWA

1. Tabel Bill of Material (BOM)


Jumlah
No Kode Part Nama Komponen Gambar Komponen
Komponen
1 001X Rangka depan 1

Dst..

Bagan Bill of Material

Tamiya Kode ……

…….dst ……..dst ……dst


2. Assembly Chart dari Produk Tamiya

3. Operation Process Chart dari Produk Tamiya

4. Pengukuran Waktu Perakitan

Operator 1
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..
Operator 2
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Operator 3
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Operator 4
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Operator 5
Nama :

No. Langkah Kerja Waktu yang diperlukan


(menit)
1
Dst..

Anda mungkin juga menyukai