IDENTITAS
xxx
II. KELUHAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan menunjukan
hasil bahwa klien memiliki keluhan atas kecemasannya dalam bidang akademik.
Klien menjelaskan bahwa dirinya bisa secara terus-menerus berada di depan laptop
untuk sekedar mengecek tugas yang telah dikerjakan hingga selalu melihat tugas baru
yang telah diberikan. Laptop klien menyala hingga 18 jam dalam sehari, sehingga
klien dari bangun tidur, aktivitas di siang hari, hingga larut malam klien berada di
depan laptop. Klien mengatakan bahwa dirinya kurang istirahat dan kurang tidur.
Klien merasa khawatir jika dirinya tidak dapat maksimal, merasa was-was jika ada
tugas yang terlewat hingga klien pernah mengalami ketegangan otot karena berada
terus menerus di depan laptop hingga klien dibawa ke UGD.
Kekhawatiran dan kecemasan yang klien miliki karena klien sering memberikan
penilaian buruk terhadap diri klien sendiri sendiri karena merasa tidak percaya diri
dengan hasil yang dirinya kerjakan. Kekhawatiran dan kecemasan klien karena takut
tidak maksimal dalam mengerjakan tugas sangat berbanding terbalik dengan hasil
yang didapatkan. Klien terbukti telah memiliki nilai terbaik saat UTS, namun dirinya
tetap merasa cemas, khawatir dan merasa belum maksimal sehingga yang terjadi
perilaku klien banyak menghabiskan waktu di depan laptop secara berlebihan hingga
mengganggu aktivitas lainnya. Klien menjadi jarang bersosialisasi dengan lingkungan
sosialnya hingga kadang kala klien merasa enggan pulang kerumah dan memilih
tinggal di kost karena merasa jika dirinya dirumah tidak bisa mengerjakan tugas
seperti di kost.
Klien mengaku bahwa dirinya merupakan individu yang perfeksionis dalam
segala hal sehingga klien selalu sibuk mencari apa yang harus diperbaiki dalam diri
klien. Latar belakang perilaku perfeksionis klien diawali dengan tuntutan yang besar
dari kedua orangtua klien terutama figure ayah. Klien menceritakan bahwa ayah klien
sangat jarang memberikan apresiasi kepada klien sebaik apapun hasil yang
didapatkan klien. Sejak sekolah dahulu, klien banyak memberikan presrtasi akademik
namun ayah klien selalu menuntut dan berpedapat bahwa seharusnya klien bisa
mendapatkan lebih baik lagi dibanding itu. Dari perlakuan ayah klien, yang membuat
klien terbentuk menjadi perfeksionis dan cenderung memunculkan kecemasan dan
merasa klien belum melakukan yang terbaik padahal telah terbukti hasil yang klien
dapatkan sudah sangat baik.
b. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara klien menjelaskan keluhan yang ia rasakan
saat ini yaitu perilaku klien yang berlebihan berada di depan laptop. Jika dirinya
tidak di depan laptop maka dirinya merasa cemas dan khawatir jika tertinggal
dalam mengerjakan tugas. Tidak sampai disitu, klien sering melihat hasil tugasnya
yang sudah selesai, kemudian dicek berkali kali. Klien merasa belum maksimal
dalam menyelesaikan tugasnya, padahal disisi lain klien telah berhasil meraih
nilai terbaik dalam UTS dibandingkan dengan teman-temannya. Klien mengaku
bahwa dirinya merupakan individu yang perfeksionis dalam segala hal sehingga
klien selalu sibuk mencari apa yang harus diperbaiki dalam diri klien.
Latar belakang perilaku perfeksionis klien diawali dengan tuntutan yang
besar dari kedua orangtua klien terutama figure ayah. Klien menceritakan bahwa
ayah klien sangat jarang memberikan apresiasi kepada klien sebaik apapun hasil
yang didapatkan klien. Sejak sekolah dahulu, klien banyak memberikan presrtasi
akademik namun ayah klien selalu menuntut dan berpedapat bahwa seharusnya
klien bisa mendapatkan lebih baik lagi dibanding itu. Dari perlakuan ayah klien,
yang membuat klien terbentuk menjadi perfeksionis dan cenderung memunculkan
kecemasan dan merasa klien belum melakukan yang terbaik padahal telah terbukti
hasil yang klien dapatkan sudah sangat baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijawabarkan dapat disimpulkan
bahwa klien merasakan keluhan bahwa klien mengalami kecemasan akademik
yang memunculkan simptom-simptom seperti rasa khawatir, ketegangan,
ketakutan yang berlebih jika tidak maksimal, merasa gelisah jika tidak berada di
depan laptop, hingga mengalami ketegangan otot karena terlalu banyak di depan
laptop
IV. DINAMIKA MASALAH
Klien memiliki keluhan atas kecemasannya dalam bidang akademik. Klien
menjelaskan bahwa dirinya bisa secara terus-menerus berada di depan laptop untuk
sekedar mengecek tugas yang telah dikerjakan hingga selalu melihat tugas baru yang
telah diberikan. Laptop klien menyala hingga 18 jam dalam sehari, sehingga klien
dari bangun tidur, aktivitas di siang hari, hingga larut malam klien berada di depan
laptop. Klien mengatakan bahwa dirinya merasa khawatir jika dirinya tidak dapat
maksimal, merasa was-was jika ada tugas yang terlewat hingga klien pernah
mengalami ketegangan otot karena berada terus menerus di depan laptop hingga klien
dibawa ke UGD.
Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang
mempunyai ciri ketegangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan,
dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah
reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi
situasi yang menuntut memotivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika kecemasan
menjadi berlebihan dapat memiliki dampak serius pada kehidupan sehari-hari dan
mengganggu fungsi normal seseorang (Hartley & Phelps, dalam Singh dan Jha,
2013). Menurut Holmes (1991) menjelaskan jika faktor-faktor penyebab kecemasan
akademik ini tidak segera ditangani maka kecemasan itu mempengaruhi kondisi
psikologi dan emosi siswa baik saat belajar maupun saat berinteraksi dengan mata
pelajaran yang menjadi sumber kecemasannya.
Kekhawatiran dan kecemasan yang klien miliki karena klien sering memberikan
penilaian buruk terhadap diri klien sendiri sendiri karena merasa tidak percaya diri
dengan hasil yang dirinya kerjakan. Kekhawatiran dan kecemasan klien karena takut
tidak maksimal dalam mengerjakan tugas sangat berbanding terbalik dengan hasil
yang didapatkan. Klien terbukti telah memiliki nilai terbaik saat UTS, namun dirinya
tetap merasa cemas, khawatir dan merasa belum maksimal sehingga yang terjadi
perilaku klien banyak menghabiskan waktu di depan laptop secara berlebihan hingga
mengganggu aktivitas lainnya. Klien menjadi jarang bersosialisasi dengan lingkungan
sosialnya hingga kadang kala klien merasa enggan pulang kerumah dan memilih
tinggal di kost karena merasa jika dirinya dirumah tidak bisa mengerjakan tugas
seperti di kost.
Klien mengaku bahwa dirinya merupakan individu yang perfeksionis dalam
segala hal sehingga klien selalu sibuk mencari apa yang harus diperbaiki dalam diri
klien. Latar belakang perilaku perfeksionis klien diawali dengan tuntutan yang besar
dari kedua orangtua klien terutama figure ayah. Klien menceritakan bahwa ayah klien
sangat jarang memberikan apresiasi kepada klien sebaik apapun hasil yang
didapatkan klien. Sejak sekolah dahulu, klien banyak memberikan presrtasi akademik
namun ayah klien selalu menuntut dan berpedapat bahwa seharusnya klien bisa
mendapatkan lebih baik lagi dibanding itu. Dari perlakuan ayah klien, yang membuat
klien terbentuk menjadi perfeksionis dan cenderung memunculkan kecemasan dan
merasa klien belum melakukan yang terbaik padahal telah terbukti hasil yang klien
dapatkan sudah sangat baik.
Dalam upaya modifikasi perilaku klien, diberikan shapping dan memberikan
positive reinforcement dalam rangka meningkatkan dan memelihara perilaku,
kebiasaan-kebiasaan yang maladaptif dilemahkan dan dihilangkan, kemudian perilaku
adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan. Positive reinforcement adalah suatu teknik yang
melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya
(yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul. Peristiwa yang dihadirkan
dengan segera yang mengikuti perilaku menyebabkan perilaku tersebut meningkat
frekuensinya. Peristiwa tersebut menjadi stimulus yang mengubah motivasi ekstrinsik
menjadi motivasi intrinsik siswa dikarenakan adanya kesadaran diri akan pentingnya
rasa percaya diri. Dengan begitu sehingga klien mengubah tingkah laku yang tidak
diinginkan dan membentuk tingkah laku yang diharapkan. Lebih lanjut berikut
diagram RAC-S :
R A C S
Perilaku terus- Setiap ada tugas Negatif : Klien Perilaku muncul
menerus di kuliah langsung merasa cemas dan setiap hari dengan
depan laptop dikerjakan jika khawatir jika dihabiskan
hingga sekitar sudah selesai akan dirinya tidak waktunya di depan
18 jam di cek secara terus maksimal dalam laptop hingga 18
Selalu cek hasil menerus mengerjakan tugas jam
tugasnya berkali-
kali Positif : Klien
merai nilai terbaik
ketika UTS
V. INTERVENSI
a. Dasar Pemilihan Intervensi
Penguatan negatif ( Negative Reinforcement) adalah Penguat yang berasal
dari pemindahan atau pemghindaran suatu kejadian negative sebagai konsekuensi
dari perilaku. Walgito (2010), Penguatan negatif diartikan sebagai sesuatu yang
apabila ditiadakan dalam suatusituasi, akan meningkatkan probabilitas
respon.Penguatan negatif terjadi bilamana stimulus aversi (stimulus yang tidak
menyenangkanatau berbahaya bagi organisme) dihentikan atau tidak ditampilkan.
Ada dua jenis penguatan negative, yaitu escape and avoidance. Escape
conditioning yakni pengkondisian melarikan diri dan avoidance conditioning
yakni pengkondisian menghindar.
Sasaran :
Menurunkan perilaku terus menerus di depan laptop dengan memberikan stimulus
yang tidak disukai klien
Tabel Perubahan RACS
R A C S
Setelah Saat alarm Negatif : Selesai atau Setelah 3 jam
mengerjakan penanda waktu tidak selesai tugas di hari berada di depan
tugas, klien untuk klien tersebut, klien dipaksa laptop, klien
menutup laptop beristirahat untuk istirahat sejenak beristirahat
tanpa cek selama 1 jam
berulang-ulang Positif : Klien memiliki
tugas yang sudah waktu untuk istirahat dan
dikerjakan meregangkan otot
c. Rancangan Intervensi
Berisi rancangan detail pelaksanaan intervensi, berisi jumlah sesi, tujuan & target sesi,
waktu pelaksanaan, kegiatan, alokasi waktu, alat dan bahan
DAFTAR PUSTAKA
Kazdin, A.E. (2001). Behavior modification in applied settings (7th ed.). Illinois: Waveland
Press.
Nevid, Jeffrey S, dkk. (2005). Psikologi Abnormal edisi kelimaJilid 1. Jakarta: Erlangga.
Martin, G., & Pear, J. (2015). Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Singh & Jha (2013). Anxiety, Optimism and Academic Achievement among Students of Private
Medical and Engineering Colleges: A Comparative Study. Journal of Educational and
Developmental Psychology, 3 (1)