Anda di halaman 1dari 12

I.

IDENTITAS
xxx

II. KELUHAN
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan menunjukan
hasil bahwa klien memiliki keluhan atas kecemasannya dalam bidang akademik.
Klien menjelaskan bahwa dirinya bisa secara terus-menerus berada di depan laptop
untuk sekedar mengecek tugas yang telah dikerjakan hingga selalu melihat tugas baru
yang telah diberikan. Laptop klien menyala hingga 18 jam dalam sehari, sehingga
klien dari bangun tidur, aktivitas di siang hari, hingga larut malam klien berada di
depan laptop. Klien mengatakan bahwa dirinya kurang istirahat dan kurang tidur.
Klien merasa khawatir jika dirinya tidak dapat maksimal, merasa was-was jika ada
tugas yang terlewat hingga klien pernah mengalami ketegangan otot karena berada
terus menerus di depan laptop hingga klien dibawa ke UGD.
Kekhawatiran dan kecemasan yang klien miliki karena klien sering memberikan
penilaian buruk terhadap diri klien sendiri sendiri karena merasa tidak percaya diri
dengan hasil yang dirinya kerjakan. Kekhawatiran dan kecemasan klien karena takut
tidak maksimal dalam mengerjakan tugas sangat berbanding terbalik dengan hasil
yang didapatkan. Klien terbukti telah memiliki nilai terbaik saat UTS, namun dirinya
tetap merasa cemas, khawatir dan merasa belum maksimal sehingga yang terjadi
perilaku klien banyak menghabiskan waktu di depan laptop secara berlebihan hingga
mengganggu aktivitas lainnya. Klien menjadi jarang bersosialisasi dengan lingkungan
sosialnya hingga kadang kala klien merasa enggan pulang kerumah dan memilih
tinggal di kost karena merasa jika dirinya dirumah tidak bisa mengerjakan tugas
seperti di kost.
Klien mengaku bahwa dirinya merupakan individu yang perfeksionis dalam
segala hal sehingga klien selalu sibuk mencari apa yang harus diperbaiki dalam diri
klien. Latar belakang perilaku perfeksionis klien diawali dengan tuntutan yang besar
dari kedua orangtua klien terutama figure ayah. Klien menceritakan bahwa ayah klien
sangat jarang memberikan apresiasi kepada klien sebaik apapun hasil yang
didapatkan klien. Sejak sekolah dahulu, klien banyak memberikan presrtasi akademik
namun ayah klien selalu menuntut dan berpedapat bahwa seharusnya klien bisa
mendapatkan lebih baik lagi dibanding itu. Dari perlakuan ayah klien, yang membuat
klien terbentuk menjadi perfeksionis dan cenderung memunculkan kecemasan dan
merasa klien belum melakukan yang terbaik padahal telah terbukti hasil yang klien
dapatkan sudah sangat baik.

III. HASIL ASESMEN


a. Observasi
Penampilan fisik
Berdasarkan hasil observasi menunjuka bahwa klien memiliki penampilan
yang terlihat rapi. Klien mengenakan jilbab biru dan baju blouse rapi. Klien
memiliki tinggi badan 159 cm dan berat badan 60 kg, warna kulitnya kuning
langsat. Klien tidak menggunakan make up, klien hanya menggunakan bedak.
Kesan yang tampak pada diri klien adalah orang yang ramah. Klien bercerita
dengan terbuka dan tidak mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan. Klien menggunakan aksesoris jam tangan berwarna hitam ditangan kiri
klien. Klien tampak rapi dan sederhana secara penampilan.
Saat wawancara
Saat wawancara berlangsung klien tampak antusias menjelaskan keluhan
yang dialami klien. Intonasi suara klien sedang. Klien dapat menjelaskan
ceritanya secara runtut dan jelas. Klien tidak mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan. Sikap yang ditunjukkan klien saat
wawancara yaitu ramah dan terbuka.
Kesimpulan Hasil Observasi
Klien mampu memberikan umpan balik yang sesuai dengan pertanyaan
interviewer. Klien tetap fokus menjalin kontak mata. Klien tampak mampu
merawat dirinya. Klien dapat menjaga konsentrasi dan dapat kooperatif selama
kegiatan assessment berlangsung. Klien memiliki emosi yang stabil. Klien tidak
tampak seperti orang yang tidak percaya diri karena menurut penjelasan klien
semua hal yang ia rasakan ia sembunyikan dalam pikiran klien dan klien berusaha
untuk tampak terlihat baik-baik saja dan biasa saja. Klien tidak menarik diri dan
cukup terbuka. Klien tampak ekspresif dan terbuka dalam bercerita. Klien
menceritakan keluhannya secara runtut dan kalimat yang diucapkan klien mudah
dipahami. Perilaku agresif klien tampak normal.

b. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara klien menjelaskan keluhan yang ia rasakan
saat ini yaitu perilaku klien yang berlebihan berada di depan laptop. Jika dirinya
tidak di depan laptop maka dirinya merasa cemas dan khawatir jika tertinggal
dalam mengerjakan tugas. Tidak sampai disitu, klien sering melihat hasil tugasnya
yang sudah selesai, kemudian dicek berkali kali. Klien merasa belum maksimal
dalam menyelesaikan tugasnya, padahal disisi lain klien telah berhasil meraih
nilai terbaik dalam UTS dibandingkan dengan teman-temannya. Klien mengaku
bahwa dirinya merupakan individu yang perfeksionis dalam segala hal sehingga
klien selalu sibuk mencari apa yang harus diperbaiki dalam diri klien.
Latar belakang perilaku perfeksionis klien diawali dengan tuntutan yang
besar dari kedua orangtua klien terutama figure ayah. Klien menceritakan bahwa
ayah klien sangat jarang memberikan apresiasi kepada klien sebaik apapun hasil
yang didapatkan klien. Sejak sekolah dahulu, klien banyak memberikan presrtasi
akademik namun ayah klien selalu menuntut dan berpedapat bahwa seharusnya
klien bisa mendapatkan lebih baik lagi dibanding itu. Dari perlakuan ayah klien,
yang membuat klien terbentuk menjadi perfeksionis dan cenderung memunculkan
kecemasan dan merasa klien belum melakukan yang terbaik padahal telah terbukti
hasil yang klien dapatkan sudah sangat baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dijawabarkan dapat disimpulkan
bahwa klien merasakan keluhan bahwa klien mengalami kecemasan akademik
yang memunculkan simptom-simptom seperti rasa khawatir, ketegangan,
ketakutan yang berlebih jika tidak maksimal, merasa gelisah jika tidak berada di
depan laptop, hingga mengalami ketegangan otot karena terlalu banyak di depan
laptop
IV. DINAMIKA MASALAH
Klien memiliki keluhan atas kecemasannya dalam bidang akademik. Klien
menjelaskan bahwa dirinya bisa secara terus-menerus berada di depan laptop untuk
sekedar mengecek tugas yang telah dikerjakan hingga selalu melihat tugas baru yang
telah diberikan. Laptop klien menyala hingga 18 jam dalam sehari, sehingga klien
dari bangun tidur, aktivitas di siang hari, hingga larut malam klien berada di depan
laptop. Klien mengatakan bahwa dirinya merasa khawatir jika dirinya tidak dapat
maksimal, merasa was-was jika ada tugas yang terlewat hingga klien pernah
mengalami ketegangan otot karena berada terus menerus di depan laptop hingga klien
dibawa ke UGD.
Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan adalah suatu keadaan yang
mempunyai ciri ketegangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan,
dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan adalah
reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi
situasi yang menuntut memotivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika kecemasan
menjadi berlebihan dapat memiliki dampak serius pada kehidupan sehari-hari dan
mengganggu fungsi normal seseorang (Hartley & Phelps, dalam Singh dan Jha,
2013). Menurut Holmes (1991) menjelaskan jika faktor-faktor penyebab kecemasan
akademik ini tidak segera ditangani maka kecemasan itu mempengaruhi kondisi
psikologi dan emosi siswa baik saat belajar maupun saat berinteraksi dengan mata
pelajaran yang menjadi sumber kecemasannya.
Kekhawatiran dan kecemasan yang klien miliki karena klien sering memberikan
penilaian buruk terhadap diri klien sendiri sendiri karena merasa tidak percaya diri
dengan hasil yang dirinya kerjakan. Kekhawatiran dan kecemasan klien karena takut
tidak maksimal dalam mengerjakan tugas sangat berbanding terbalik dengan hasil
yang didapatkan. Klien terbukti telah memiliki nilai terbaik saat UTS, namun dirinya
tetap merasa cemas, khawatir dan merasa belum maksimal sehingga yang terjadi
perilaku klien banyak menghabiskan waktu di depan laptop secara berlebihan hingga
mengganggu aktivitas lainnya. Klien menjadi jarang bersosialisasi dengan lingkungan
sosialnya hingga kadang kala klien merasa enggan pulang kerumah dan memilih
tinggal di kost karena merasa jika dirinya dirumah tidak bisa mengerjakan tugas
seperti di kost.
Klien mengaku bahwa dirinya merupakan individu yang perfeksionis dalam
segala hal sehingga klien selalu sibuk mencari apa yang harus diperbaiki dalam diri
klien. Latar belakang perilaku perfeksionis klien diawali dengan tuntutan yang besar
dari kedua orangtua klien terutama figure ayah. Klien menceritakan bahwa ayah klien
sangat jarang memberikan apresiasi kepada klien sebaik apapun hasil yang
didapatkan klien. Sejak sekolah dahulu, klien banyak memberikan presrtasi akademik
namun ayah klien selalu menuntut dan berpedapat bahwa seharusnya klien bisa
mendapatkan lebih baik lagi dibanding itu. Dari perlakuan ayah klien, yang membuat
klien terbentuk menjadi perfeksionis dan cenderung memunculkan kecemasan dan
merasa klien belum melakukan yang terbaik padahal telah terbukti hasil yang klien
dapatkan sudah sangat baik.
Dalam upaya modifikasi perilaku klien, diberikan shapping dan memberikan
positive reinforcement dalam rangka meningkatkan dan memelihara perilaku,
kebiasaan-kebiasaan yang maladaptif dilemahkan dan dihilangkan, kemudian perilaku
adaptif ditimbulkan dan dikukuhkan. Positive reinforcement adalah suatu teknik yang
melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya
(yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul. Peristiwa yang dihadirkan
dengan segera yang mengikuti perilaku menyebabkan perilaku tersebut meningkat
frekuensinya. Peristiwa tersebut menjadi stimulus yang mengubah motivasi ekstrinsik
menjadi motivasi intrinsik siswa dikarenakan adanya kesadaran diri akan pentingnya
rasa percaya diri. Dengan begitu sehingga klien mengubah tingkah laku yang tidak
diinginkan dan membentuk tingkah laku yang diharapkan. Lebih lanjut berikut
diagram RAC-S :
R A C S
 Perilaku terus- Setiap ada tugas Negatif : Klien Perilaku muncul
menerus di kuliah langsung merasa cemas dan setiap hari dengan
depan laptop dikerjakan jika khawatir jika dihabiskan
hingga sekitar sudah selesai akan dirinya tidak waktunya di depan
18 jam di cek secara terus maksimal dalam laptop hingga 18
Selalu cek hasil menerus mengerjakan tugas jam
tugasnya berkali-
kali Positif : Klien
merai nilai terbaik
ketika UTS

V. INTERVENSI
a. Dasar Pemilihan Intervensi
Penguatan negatif ( Negative Reinforcement) adalah Penguat yang berasal
dari pemindahan atau pemghindaran suatu kejadian negative sebagai konsekuensi
dari perilaku. Walgito (2010), Penguatan negatif diartikan sebagai sesuatu yang
apabila ditiadakan dalam suatusituasi, akan meningkatkan probabilitas
respon.Penguatan negatif terjadi bilamana stimulus aversi (stimulus yang tidak
menyenangkanatau berbahaya bagi organisme) dihentikan atau tidak ditampilkan.
Ada dua jenis penguatan negative, yaitu escape and avoidance. Escape
conditioning yakni pengkondisian melarikan diri dan avoidance conditioning
yakni pengkondisian menghindar.

Dalam upaya menurunkan kecemasan klien, maka diberikan intervensi


berupa teknik escape and avoidance. Pendekatan modifikasi perilaku sering
digunakan untuk memunculkan atau memperkuat suatu perilaku yang lemah atau
kurang dan mengurangi perilaku yang berlebihan atau perilaku yang tidak sesuai,
modifikasi perilaku juga bertujuan untuk memunculkan perilaku baru dan
menghilangkan perilaku yang tidak dikehendaki (Martin & Pear, 2010). Ada
berbagai macam teknik di dalam modifikasi perilaku, namun dalam program ini
digunakan teknik escape dan avidance, sebagai salah satu usaha untuk
menghilangkan perilaku kecemasan melalui pemberian punishment. Modifikasi
perilaku merupakan sebuah intervensi yang dilakukan secara sistematis dari
prinsip-prinsip pembelajaran dan teknik untuk menilai dan meningkatkan perilaku
individu yang terlihat maupun yang tidak terlihat, modifikasi perilaku bertujuan
dalam meningkatkan fungsi sehari-hari (Kazdin, 2001).
Prosedur dalam modifikasi perilaku yaitu dengan mengubah lingkungan
untuk membantu fungsi individu secara lebih baik. Variabel fisik yang
membentuk lingkungan seseorang dalam memodifikasi perilaku disebut
rangsangann stimulus. Yang dimaksud dengan stimulus yaitu orang, objek, dan
peristiwa yang saat ini hadir di lingkungan klien secara langsung yang dapat
mempengaruhi perilaku klien (Martin & Pearl, 2010). Teknik escape dan
avoidance merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku dengan menggunakan
stimulus tidak diinginkan klien untuk mendapatkan perilaku target. Adanya
pemberian hukuman/punishment (stimulus tidak diinginkan klien) menimbulkan
keinginan kepada klien untuk terlepas dan menghindar (escape and avoidance)
dari stimulus yang tidak diinginkan klien sehingga membuat klien untuk
memunculkan perilaku target agar dirinya terhindar dari hukuman atau stimulus
tidak diinginkan.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diketahui bahwa modifikasi
perilaku dengan teknik escape dan avoidance dengan menggunakan stimulus
yang tidak diinginkan dapat mereduksi perilaku negatif seseorang, salah satunya
perilaku kecemasan. Maka dari itu intervensi yang akan diberikan pada klien
dalam mereduksi atau bahkan menghilangkan perilaku prokastinasi adalah dengan
modifikasi perilaku teknik escape dan avoidance.

b. Tujuan dan Sasaran Intervensi


Tujuan :
 Menurunkan kecemasan klien akibat perilaku terus menerus memikirkan
tugas yang merasa tidak maksimal
 Menurunkan perilaku terus-menerus berada di depan laptop
 Meningkatkan pola hidup sehat

Sasaran :
Menurunkan perilaku terus menerus di depan laptop dengan memberikan stimulus
yang tidak disukai klien
Tabel Perubahan RACS
R A C S
Setelah Saat alarm Negatif : Selesai atau Setelah 3 jam
mengerjakan penanda waktu tidak selesai tugas di hari berada di depan
tugas, klien untuk klien tersebut, klien dipaksa laptop, klien
menutup laptop beristirahat untuk istirahat sejenak beristirahat
tanpa cek selama 1 jam
berulang-ulang Positif : Klien memiliki
tugas yang sudah waktu untuk istirahat dan
dikerjakan meregangkan otot

c. Rancangan Intervensi
Berisi rancangan detail pelaksanaan intervensi, berisi jumlah sesi, tujuan & target sesi,
waktu pelaksanaan, kegiatan, alokasi waktu, alat dan bahan

Alokasi Subsesi Tujuan Kegiatan Media


Waktu
Sabtu, 29 Pre test Untuk Memberikan lembar pre test  Lembar
Mei 2021 mengetahui pretest
08.00- tingkat  Bolpoin
08.20 kecemasan klien
Membuat 1. Peneliti menjelaskan akan 
kontrak dilakukan modifikasi perilaku
untuk sesi dengan teknik escape and
modifikasi avoidance untuk menurunkan
perilaku perilaku kecemasan pada klien
Penetapan Klien dapat Bersama klien membuat list daftar  Woorshee
Tujuan memahami tujuan yang akan dicapai t
Perubahan goals yang akan penetapan
Perilaku dicapai dalam tujuan
perubahan  Bolpoin
perilaku
Penetapan Klien memilih Bersama klien merumuskan penguatan  Kertas
penguatan penguatan negative yang dapat memberikan  Bolpoin
yang sesuai positif yang dampak kepa klien  Workshee
dapat berdanpak t
bagi dirinya
SESI 2
08.20.09.0 Penetapan Klien memilih 1. Bersama klien merumuskan  Alat tulis
0 penguatan penguatan penguatan negatif  Laptop
yang sesuai negative yang 2. Hasil diskusi klien
mengenai  Workshee
dapat berdanpak stimulus yang tidak disukai adalah t Lembar
bagi dirinya olahraga sit up evaluasi
3. Peneliti menjelaskan bahwa akan
ada alarm yang menyala setiap 3
jam sekali. Setiap alarm berbunyi
yang harus klien lakukan adalah
mematikan laptop
4. Peneliti meminta klien untuk
menuliskan berapa kali klien
melakukan sit up jika tidak
mematikan laptop. Klien diminta
untuk menuliskan penyebab hal
tersebut terjadi. (Kegiatan ini akan
dievaluasi setelah 1 mingg
SESI 3
5 Juni 2021 50 menit Evaluasi Tujuan :  Alat tulis
bersama klien Melakukan evaluasi pada kemampuan  Laptop
klien dalam memenuhi kontrak yang  Workshee
sebelumnya telah disepakati. Berikut t Lembar
penjelasan lebih lanjut : evaluasi
1. Peneliti meminta Worksheet
Lembar evaluasi yang sebelumnya
telah ditugaskan klien untuk
dituliskan
2. Peneliti memberikan pertanyaan
terkait jumlah punishment yang
telah dilakukan
3. Peneliti melakukan evaluasi dan
diskusi dengan klien terkait
dengan progress klien apakah
punishment tersebut dapat
berdampak untuk klien
4. Jika modifikasi perilaku
berdampak nbagi klien, maka akan
di berikan worksheet baru untuk
melihat sejauh mana kemampuan
klien dalam mematuhi rules yang
telah dibuat

d. Prosedur Perubahan Perilaku Menggunakan Escape and Avoidance

1. Perilaku yang akan dimodifikasi : Menurunkan perilaku terus menerus di depan


laptop
2. Memilih perilaku awal sebagai modal : Bisa beristirahat setelah 3 jam berada di depan
laptop
a) Minggu ke 1 (target Awal)
Bila tidak mampu menyalakan laptop sesudah sarapan pagi
Stimulus : Klien harus berolahraga sit up sebanyak 5 kali
b) Minggu ke 2
Bila klien belum mampu setelah mengerjakan tugas dan telah mengecek 1 kali
langsung menutup laptop
Stimulus : Klien harus berolahraga sit up sebanyak 10 kali
c) Minggu ke 3 (Target Akhir)
Bila belum mampu memberikan waktu istirahat selama 1 jam untuk tubuh setelah 3
jam di depan laptop
Stimulus : Klien harus berolahraga sit up sebanyak 15 kali

DAFTAR PUSTAKA

Bimo, Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi

Kazdin, A.E. (2001). Behavior modification in applied settings (7th ed.). Illinois: Waveland
Press.
Nevid, Jeffrey S, dkk. (2005). Psikologi Abnormal edisi kelimaJilid 1. Jakarta: Erlangga.

Martin, G., & Pear, J. (2015). Modifikasi Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Holmes, D.S.(1991). Abnormal Psychology. New York:Harper Collins.

Komalasari, Gantina dkk.( 2011). Teori dan Teknik Konseling.Jakarta: PT Indeks.

Singh & Jha (2013). Anxiety, Optimism and Academic Achievement among Students of Private
Medical and Engineering Colleges: A Comparative Study. Journal of Educational and
Developmental Psychology, 3 (1)

Anda mungkin juga menyukai