Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS PENERAPAN PROGRAM BK DALAM MENINGKATKAN

PERILAKU KEAGAMAAN SISWA MTS PEMBAN AJIE PEJANGGIK

Oleh:

MAROLAN
NIM. 200303150

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023/2024
ANALISIS PENERAPAN PROGRAM BK DALAM MENINGKATKAN
PERILAKU KEAGAMAAN SISWA MTS PEMBAN AJIE PEJANGGIK

PROPOSAL SKRIPSI

Diujikan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram


Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Sosial

Oleh :

MAROLAN
NIM. 200303150
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal oleh Marolan , NIM 200303150 dengan Judul “ANALISIS PROGRAM BK


DALAM MENINGKATKAN PERILAKU KEAGAMAAN SISWA MTS PEMBAN
AJIE PEJANGGIK” telah memnuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 2023

Pembimbing,

Dr. Era Mutiara Pertiwi, M.Si


NIP.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIBINGAN.........................................................................iii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iv

A. Judul..................................................................................................................
B. Latar Belakang.................................................................................................
C. Rumusan Masalah...........................................................................................
D. Tujuan dan Mamfaat Penelitian....................................................................
E. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian.........................................................
F. Telaah Pustaka.................................................................................................
G. Kerangka Teori ...............................................................................................
1. Program BK..............................................................................................
a. Konsep Dasar program BK
b. Tahap-tahap program BK
c. Jeni-jenis program layanan BK ...........................................................
d. Tujuan pelaksanaan program layanan BK.............................................
2. Perilaku Keagamaan................................................................................
a. Pengertian perilaku keagamaaan...........................................................
b. Bentuk-bentuk perilaku keagamaan.......................................................
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku..........................................
H. Metode Penelitian............................................................................................
1. Pendekatan dalam Penelitian..................................................................
2. Jenis Peneliti..............................................................................................
3. Lokasi peneitian........................................................................................
4. Sumber Dan Jenis Data............................................................................
a. Data Primer ..........................................................................................
b. Data sekunder.......................................................................................
5. Teknik Pengumpulan Data......................................................................
a. Obervasi ...............................................................................................
b. Wawancara...........................................................................................
c. Dokumentasi ........................................................................................
6. Teknik Analisis Data................................................................................
a. Reduksi Data.........................................................................................
b. Penyajian Data......................................................................................
c. Kesimpulan dan Verifikasi Data...........................................................
7. Teknik Pemeriksaan Data........................................................................
I. Sitematika Pembahasan..................................................................................
J. Rencana Jadwal Penelitian.............................................................................
K. Daftar Pustaka ................................................................................................
A. Analisis Penerapan Program BK Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Siswa
MTs Pemban Ajie Pejanggik
B. Latar Belakang
Dalam menghadapi dinamika kompleks masyarakat kontemporer, pendidikan
memiliki peran krusial dalam membentuk karakter siswa secara holistik, termasuk aspek
perilaku keagamaan. Menyadari peran penting ini, layanan Bimbingan Konseling (BK) di
sekolah menjadi landasan yang strategis untuk memberikan dukungan dan bimbingan
kepada siswa dalam mengembangkan perilaku keagamaan yang positif. Seperti yang di
nyatakan Rizky Fernando dan Hudadiyah Pendidikan adalah sebuah aset atau rangkaian
proses pendewasaan manusia melalui pemberdayaan, baik secara akal, mental, maupun
moral, untuk menjalankan fungsi kemanusian.1 Ironis sekali jika penidikan yang memiliki
tujuan mulia justru menghasilkan output yang tidak diharapkan. Untuk menghindari
problem remaja yang prilakunya menyimpang kearah negatif maka layanan Bimbingan
Konseling sangat di perlukan di sekolah seperti yang di katakan Nanda Satriya Dkk, BK
juga merupakan suatu yang amat penting dalam kegiatan bimbingan di sekolah, layanan
Bimbingan merupakan aktifitas penting dalam merubah pemikiran, sikap, dan perilaku
individu yang dalam prosesnya harus dilaksanakan oleh seorang guru/konselor yang
profesional.2 Penting untuk memahami bahwa tantangan moral dan keagamaan yang
dihadapi oleh siswa tidak selalu terlepas dari pengaruh lingkungan sekolah dan
masyarakat. Oleh karena itu, analisis terhadap Program BK menjadi esensial untuk
mengevaluasi efektivitasnya dalam meningkatkan perilaku keagamaan siswa.
Di lingkungan keluarga, anak membutuhkan kasih sayang, serta dibiasakan
dengan perkataan, sikap, dan perbuatan yang baik melalui keteladanan orangtuanya.
Untuk itu, peranan orangtua sangatlah diperlukan. Akan tetapi, saat ini orangtua semakin
lemah dalam mengawasi pergaulan anaknya terutama ketika berada di lingkungan
masyarakat. Seperti yang terdapat pada siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik. Akibatnya,
akan banyak sekali faktor lingkungan yang akan memberikan pengaruh terhadap
kehidupan mereka dari setiap tempat yang mereka tempati. Dalam kondisi yang
demikian, lingkungan pendidikan yakni madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam
1
Riky Fernando & Hudaidah, “Degradasi Sistem Pendidikan Kontemporer di Indonesia”, Jurnal
Humanitas,Vol. 6, Nomor 2 , 2020, Hlm. 109.
2
Nanda Satria Dkk, “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Membimbing Siswa”, Jurnal Ilmiah
Multidisiplin, Vol. 1, Nomor 6, 2023, Hlm. 394.
perlu mengadakan program atau ekstrakulikuler yang bertujuan membentuk perilaku
manusia yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam.
Namun pada kenyataannya kedisiplinan peserta didik di MTs Pemban Ajie
Pejanggik terhadap aturan yang berlaku di madrasah masih sangat rendah. Hal ini dapat
kita lihat dari masih banyaknya peserta didik yang melakukan penyimpangan terhadap
aturan-aturan madrasah seperti, datang terlambat ke madrasah, berpakaian tidak sesuai
dengan aturan madrasah, bahkan ada beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan rutin yang
dilaksanakan madrasah, fakta yang lebih memilukan di lokasi penelitian peneliti
menemukan siswa dengan sikap yang tidak sopan pada gurunya. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan dan membiasakan pembentukan perilaku keagamaan anak, perlu adanya
kesadaran dan kerja sama dari berbagai pihak lembaga pendidikan, Guru BK, kepala
sekolah, guru-guru maupun praktisi pendidikan dalam membentuk perilaku keagamaan
siswa. Guru BK bersama dengan guru-guru lainnya dapat merancang berbagai kegiatan
yang bernuansa Islami seperti yang ada di MTs Pemban Ajie Pejanggik melalui berbagai
program kegiatan keagamaan. Karena melalui program ini siswa akan mendapatkan
tambahan bekal keagamaan dan kedisiplinan yang lebih.
Dari beberapa kegiatan terdapat program khusus BK yang di ikuti seluruh siswa
seperti pembinaan Imtaq setiap hari Jum’at yang meliputi Tadarus Al-qur'an,
Bersholawat, pembacaan Asmaul husna, Berdo’a dan Kultum inspirasi yang bertujuan
membangun akhlak siswa yang sesuai dengan kaidah-kaidah islami. Kemudian untuk
kegiatan lainnya seperti One Day One Juz di wajibkan untuk semua siswa mengikuti
secara bersamaan di dalam ruang kelas masing-masing. Program ini dimaksudkan untuk
membina dan membiasakan mereka menjalankan aktivitas yang bernuansa Islami,
karena pembiasaan dalam pendidikan sangat penting terutama dalam pembentukan
pribadi, akhlak dan agama pada umumnya. Semakin banyak pengalaman agama yang
didapatinya maka semakin banyak unsur agama dalam pribadinya dan semakin mudahlah
dalam membentuk perilaku keagamaan siswa yang akhirnya akan terbentuk menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa,mampu menunjukkan perilaku yang baik sesuai
dengan ajaran agama Islam. Sedangkan tujuan khusus dari pembinaan program Imtaq
adalah meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengenalan siswa terhadap syariat
Islam, dan nilai-nilai keimanan yang meliputi taqwa, syukur, sabar dan imani sehingga
menjadi teladan terbaik di masyarakat
Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis mendalam
terhadap penerapan Program layanan BK khususnya program imtaq dengan fokus pada
dampaknya terhadap peningkatan perilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie
Pejanggik. Melalui pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor yang
memengaruhi Program BK dan efektivitasnya dalam membentuk sikap dan perilaku
keagamaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi berharga bagi
pengembangan strategi BK yang lebih relevan dan mendalam di lingkungan pendidikan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan urain di atas maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan program BK hususnya program imtaq dalam meningkatkan
perilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik?
2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat penerapan program BK yang
hususnya program imtaq dalam meningkatkan perilaku keagamaan siswa di MTs
Pemban Ajie Pejanggik?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui bagaimana penerapan program BK husunya program imtaq dalam
meningkatkan perilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penerapan program BK
husunya program imtaq dalam meningkatkan perilaku keagamaan siswa di MTs
Pemban Ajie Pejanggik?
2. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa dan
sekolah, adapun manfaat teoritis dan praktisnya.
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
rangka menambah pengetahuan dalam ranah BK, dan wujud dari pengetahuan
tersebut ialah ditemukannya hasil penelitian baru tentang pengaruh program BK
dalam meningkatkan prilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik
sehingga para pembaca bisa bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan dan
keilmuan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan yang
berkaitan dengan program BK dan perkembangan perilaku keagamaan siswa MTs
Pemban Ajie Pejanggik
c. Bagi Guru
Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan masukan yang sangat
berguna bagi guru dalam melaksanakan penerapan program BK dalam
meningkatkan perilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik
d. Bagi Siswa/i
Siwa/i diharapkan mampu memahami bagaimana pentingnya mengikuti
pelaksanaan program BK yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku
keagamaan siswa/I.
E. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan pada penerapan Program BK
khususnya program imtaq dalam meningkatkan perilaku keagamaan siswa MTs
Pemban Ajie Pejanggik, Lombok Tengah.
2. Setting penelitian
Setting penelitian ini dilakukan di MTs Pemban Ajie Pejanggik, Kecamatan
Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah
F. Telaah Pustaka
a. Adinda Alvina Wahyuni, Yenti Arsini, Ayu Rahmawati Siregar, “Faktor Penghambat
Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling di SMP Muhammadiyah 57 Medan”,
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah guna mendapatkan informasi mengenai apa
saja yang menyebabkan faktor penghambat pelaksanaan program Bimbingan
Konseling di SMP Muhammadiyah 57 Medan. Pada penelitian ini peneliti memakai
pendekatan deskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya yaitu studi kasus.
Penggumpulan data dengan wawancara. Teknik analisis data pada penelitan ini
memakai miles and huberman dengan model reduksi data, presentasi, dan
menyimpulkan hasil penelitian. Responden untuk penelitian ini adalah guru BK di
SMP Muhammadiyah 57 Medan. Hasil penelitian ini menjelaskan adanya faktor
penghambat pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP Muhmmadiyah 57
Medan. Adapun faktor penghambatnya yaitu tidak adanya ruangan BK dan jumlah
guru BK tidak sebanding dengan jumlah siswa.
Perbedaan pada penelitian ini terletak pada fokus penelitian yang hanya
memfokuskan di factor penghambat pelaksanaan program BK, dan lokasi penelitian
yang dilakukan di SMP, sedangkan persamaan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode deskriftip kualitatif dan persamaanya juga terletak pada
pengamatan program BK.3
b. Triyana Lutfi Ariyanti, “Peran Majelis Taklim As-Sholihin Dalam Meningkatkan
Perilaku Keagamaan Pada Lanjut Usia”, Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah
kualitatif, data didapatkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan
dokumentasi. Adapun analisis data yang dilakukan adalah reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan. Subjek penelitian ini adalah 1 ketua majelis taklim, 2
ustaz, 6 ustazah dan 4 jemaah lansia sedangkan objeknya adalah peran majelis taklim
As-Sholihin dalam meningkatkan perilaku keagamaan bagi lansia. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa majelis taklim As-Sholihin berperan penting dalam
meningkatkan perilaku keagamaan pada lanjut usia. Keagamaan lansia dapat dilihat
dari keaktifan Jemaah lansia dalam mengikuti kegiatan mengaji di majelis taklim As-
Sholihin sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari seperti sadar akan
sholat adalah kewajiban, senantiasa berdoa kepada Allah, percaya kepada 6 rukun
iman, berpuasa, berzikir, berzakat, dan membaca Al-Quran. Adapun faktor yang juga
menjadi penghambat bagi para jemaah lansia yaitu kesehatan dan ekonomi yang
melemah. Dan factor pendukung yaitu jemaah lansia saling mendukung satu sama
lain untuk tetap mengikuti pengajian tersebut sehingga terciptanya semangat jemaah
lansia untuk mengaji.

3
Adinda Alvina Wahyuni, Yenti Arsini, Ayu Rahmawati Siregar, “Faktor Penghambat Pelaksanaan
Program Bimbingan Konseling di SMP Muhammadiyah 57 Medan”, Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Vol. 1, Nomor 6,
2023, Hlm 374.
Perbedaan penelitian ini yaitu pada cara untuk meningkatkan perilaku
keagmaan yang menggunakan Majelis Taklim As-Sholihin, dan subjek penelitian
yang menggunakan subjek penelitian lansia, sedangkan persamaannya terletak pada
tujuannya untuk meningkatkan perilaku keagamaan.4
c. Ilham Habib Hasbullah, “Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Permata Sholawat
Dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Mahasiswa di Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lamoung”, Metode penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan
pendekatan kualitatif dan berjenis penelitian lapangan. Strategi komunikasi yang
digunakan yaitu teori komunikasi Joseph A. Devito. Teknik pengambilan data
menggunakan teknik purposive sampling sumber data yang diperoleh yaitu sumber
data primer 5 anggota aktif UKM Permata Sholawat dan 5 pengurus aktif Permata
Sholawat, sumber data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, dan dokumen lainnya.
Metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
Teknik analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Hasil penelitian ini adalah terbentuknya kegiatan-kegiatan dalam
UKM Permata Sholawat UIN RIL yang bertujuan untuk membentuk perilaku
keagamaan yang baik bagi anggotanya. Media yang digunakan dalam menyampaikan
informasi adalah komunikasi interpersonal.
Perbedaan pada penelitian ini terletak pada kegiatan untuk pembentukan
perilaku keagamaan yang menggunakan UKM Permata Sholawat , subjek penelitian
juga yang memakai Mahasiswa bukan Siswa, sedangkan persamaannnya adalah pada
tujuannya yaitu untuk meningkatkan perilaku keagamaan dan sama-sama
menggunakan metode deskeriptif kualitatif.5
G. Kerangka Teori
1. Program BK
a. Konsep Dasar program BK
Program bimbingan dan konseling adalah satuan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada priode waktu
4
Triyana Lutfi Ariyanti, “Peran Majelis Taklim As-sholihin Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan
Pada Lanjut Usia”, (Skripsi, FDIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, Jakarta, 2023)
5
Ilham Habib Hasbullah, “Komunikasi Unit Kegiatan Mahasiswa Permata Sholawat Dalam
Membentuk Perilaku Keagamaan Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lamoung”, (Skripsi, UIN Raden Intan Lampung, Lampung, 2023)
tertentu. Seperti periode bulanan, caturwulan dan tahunan. Dengan demikian ada
program tahunan bimbingan dan konseling dan program caturwulanan bimbingan
dan konseling yang selanjutnya dijabarkan ke dalam bulanan, minguan dan
harian. Program ini memuat unsur-unsur yang terdapat di dalam berbagai
ketetentuan tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling dan diorientasikan
kepada pencapaian tujuan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah.6
Program bimbingan dan konseling disekolah adalah sejumlah kegiatan
bimbingan dan konseling yang direncanakan oleh sekolah, dan dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu. Program layanan bimbingan dan konseling,
mencangkup :
1) Bidang pengembangan pribadi
Bidang pengembangan pribadi adalah bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan
potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan kebutuhan. dirinya secara realistik. Bimbingan
pribadi adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (individu)
agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam
mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya secara baik.
2) Bidang pengembangan sosial
Bidang pengembangan sosial adalah bidang pelayanan yang
membantu peserta didik memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,
anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Bimbingan
sosial juga bermakna bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaualan, penyelesaian
masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya.
3) Bidang pengembangan kegiatan belajar
Bimbingan belajar adalah suatu bantuan dari pembimbing kepada
individu (peserta didik) dalam hal menemukan cara. belajar yang tepat, dalam

6
Dewa Ketut Sukardi, Manejemen Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Alfabeta, 2003), Hlm. 7.
memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran-
kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar diinstitusi
pendidikan.
4) Bidang pengembangan karier
Bimbingan karier adalah bantuan dalam mempersiapkan diri
menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan
(profesi) tertentu, serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut
dan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutandari lapangan
pekerjaan yang telah dimasuki. Untuk dapat merencanakan karir, siswa harus
dapat mengenali diri sendiri. Siswa perlu memahami diri, seperti memahami
kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian dan prestasi yang ada pada
dirinya. Setiap siswa pasti ingin memunyai masa depan yang baik, cerah dan
sesuai dengan impian. mewujudkan impian yang diinginkan harus memunyai
perencanaan karir yang matang. Perencanaan karir harus bisa disusun sedini
mungkin, karena tinggi minat siswa dalam memilih karir bisa menjadi faktor
persaingan berat terhadap siswa yang satu dengan siswa yang lain.
5) Bidang pengembangan kehidupan beragama
Bimbingan kehidupan beragama adalah bantuan yang diberikan
pembimbing kepada terbimbing agar mereka mampu menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah yang berkenaan dengan kehidupan beragama. 7
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan
implementasi program sesuai metode, waktu, personil, sasaran yang
dibutuhkan dalam mencapai tujuan program yang telah ditentukan.
Pelaksanaan ini juga didahului pengorganisasian seluruh komponen yang
diperlukan dalam implementasi program. Oleh karena itu pengorganisasian
personil, fasilitas, sarana-prasarana, metode, dan waktu perlu dilakukan
sehingga seluruh aspek itu siap digerakkan menuju pelaksanaan program
secara efektif dan efisien. Mengingat hal tersebut, maka program bimbingan
dan konseling khususnya dilingkungan pendidikan harus diarahkan kepada
usaha pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Dengan kata lain program
7
Irma Widiyanti, “Manajmen Program Bimbingan Dan Konseling Di MTs Darul Huda Bandar Lampung”,
(Tesis, Program Pasca Sarjana UIN Raden Intan Lampung, Lampung 2021), Hlm 42
bimbingan dan konseling merupakan salah satu keharusan sebagai salah satu
aspek pembaharuan yang dipandang penting bagi penunjang suksesnya proses
pembelajaran.8
Berdasarkan hal diatas, maka dalam menyusun program bimbingan
dan konseling di madrasah harus melibatkan berbagai pihak yang terkait
seperti: kepala sekolah, para guru, guru bimbingan konseling, tenaga
administrasi, komite sekolah, dan orang tua murid. Penyusunan program
bimbingan dan konseling ini harus merunjuk kepada kebutuhan sekolah secara
umum.
b. Tahap-tahap program BK
Menurut Tohirin Berikut tahapan-tahapan pemberian program BK antara
lain:
1) Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling
Penyusunan program bimbingan dan konseling dapat dikerjakan oleh
tenaga ahli bimbingan atau guru BK atau konselor sekolah dan madrasah atau
koordinator BK dengan melibatkan tenaga bimbingan yang lain. Penyusunan
program bimbingan harus merujuk kepada kebutuhan sekolah dan madrasah
secara umum artinya, program BK di sekolah dan madrasah disusun tidak
boleh bertentangan dengan program sekolah dan madrasah yang
bersangkutan.Selain itu, penyusunan program BK di sekolah dan madrasah
harus sesuai dan berorientasi dengan kebutuhan sekolah dan madrasah secara
umum.Hal itu mengingat program pelayanan bimbingan konseling di sekolah
dan madrasah merupakan salah satu program sekolah dan madrasah itu
sendiri. Seperti disebutkan di atas, pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan bagian integral dan tak terpisahkan dari program pendidikan di
sekolah dan madrasah. Oleh sebab itu, program pelayanan BK di sekolah dan
madrasah harus mendukung program pendidikan di sekolah dan madrasah
yang bersangkutan.Program utama sekolah dan madrasah adalah
menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran.
2) Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling

8
Anas Salahudin, Bimbingan Konseling, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2016), Hlm. 145-147
Pelaksanaan program satuan kegiatan yaitu kegiatan layanan dan
kegiatan pendukung merupakan ujung tombak kegiatan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan. Tahap-tahap yang perlu ditempuh adalah :
a) Tahap perencanaan, program satuan layanan dan kegiatan pendukung
direncanakan secara tertulis dengan memuat sasaran, tujuan, materi,
metode, waktu, tempat dan rencana penilaian.
b) Tahap pelaksanaan, program tertulis satuan kegiatan (layanan atau
pendukung) dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya.
c) Tahap penilaian, hasil kegiatan diukur dengan nilai.
d) Tahap analisis hasil, hasil penilaian dianalisis untuk mengetahui aspek-
aspek yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut.
e) Tahap tindak lanjut, hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan sebelumnya, melalui layanan dan atau kegiatan
pendukung yang relevan9
3) Evaluasi Program Bimbingan Konseling
Evaluasi terhadap layanan bimbingan dan konseling padi era sekarang
ini memiliki peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan program
Bimbingan dan Konseling. Evaluasi program layanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah perlu dipersiapkan dengan baik, persiapan penyusunan
program bimbingan dan konseling di sekolah adalah seperangkat kegiatan
yang dilakukan melalui berbagai bentuk survei, untuk menginventarisasi
tujuan, kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk
melaksanakan program bimbingan dan konseling. Sejalan dengan pentingnya
evaluasi dalam perbaikan layanan dan pengambilan keputusan, guru BK
sebagai evaluator dituntut memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
memilih dan mendesain evaluasi terhadap layanan yang diselenggarakan
kepada siswa. Meskipun penting, akan tetapi tuntutan menjadi evaluator
sendiri terhadap program bimbingan konseling yang diselenggarakan
bukanlah hal yang mudah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak
guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap program yang
9
Drs. Tohirin, M.Pd, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009),
Hlm. 261
diselenggarakannyaPelaksanaan program bimbingan dan konseling, para
konselor akan memegang peranan yang penting karena ini merupakan ujung
tombak pelaksanaan program. Konselor dituntut untuk memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan tugasnya, serta konselor harus memiliki
semangat kerja yang tinggi,ketekunan, rasa cinta serta kesediaan memberikan
layanan demi kepentingan siswa.10
Evaluasi dapat pula diartikan sebagai proses pengumpulan informasi
(data) untuk mengetahui efektivitas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
dalam upaya mengambil keputusan. Kemudian dalam bahasa Arab evaluasi
yang disebutkan dengan al-Taqwim,dan dalam bahasa indonesia berarti
penilaian.11 Pengertian lain evaluasi adalah suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan prilaku atau tugas-tugas
perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan evaluasi
bimbingan konseling adalah penilaian yang dilakukan oleh guru pembimbing
dari kegiatan yang telah direncanakannya untuk mengetahui efektivitas-
efektivitas yang telah dilaksanakan. Menurut Anas ada dua macam aspek
kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan
penilaian hasil. Penilaian proses yang dimaksudkan untuk mengetahui sampai
sejauh mana keefektifan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan
penilaian hasil yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan
layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
c. Jenis-jenis layanan BK
Menurut Ronny Gunawan Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki
tujuh jenis layanan, yakni:
1) Layanan Orientasi.
Layanan orientasi merupakan layanan yang diselenggarakan oleh
Bimbingan dan Konseling di sekolah untuk memperkenalkan kehidupan baru
siswa dilingkungan sekolah yang baru, biasanya layanan orientasi ini
10
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hlm. 7
11
Amirah Diniaty, Evaluasi Bimbingan Konseling, (Pekanbaru: Zenafa Publishing, 2012), Hlm. 31
diberikan dalam Masa Orientasi Sekolah (MOS) bagi siswa baru pada awal
tahun ajaran sebelum Proses Belajar Mengajar di mulai. Adapun tujuan
pemberian layanan orientasi ini adalah untuk memperkenalkan siswa
mengenai kehidupan sekolah yang baru dimasuki termasuk di dalamnya
lingkungan sekolah, tata cara belajar, siswa lainnya, para guru, staf sekolah,
dan tata nilai sekolah, sehingga layanan orientasi ini menjadi peta atau
kompas bagi siswa baru selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan layanan yang diberikan oleh guru
Bimbingan dan Konseling kepada siswa terkait dengan informasi-informasi
yang ada di sekolah maupun luar sekolah. Informasi yang ada di sekolah,
yakni mengenai tata cara atau aturan dalam sekolah dan kegiatan-kegiatan di
sekolah, sedangkan informasi di luar sekolah terkait dengan kehidupan di
masyarakat, isu-isu terkini tentang situasi sosial yang ada, informasi dunia
kerja dan karir.
3) Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan komunikatif
antara guru Bimbingan dan Konseling dengan siswa sehubungan dengan
minat, bakat, dan pemilihan karir yang berujung pada pada masa depan siswa.
Berbagai informasi mengenai pemilihan jurusan untuk masuk ke Sekolah
Menengah Atas (SMA) ataupun di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dapat
diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Demikian pula mengenai
informasi mengenai Perguruan Tinggi dan dunia kerja. Selain itu guru
Bimbingan dan Konseling melalui sekolah, sehubungan dengan layanan
penempatan dan penyaluran ini dapat bekerjasama dengan lembaga psikologi
untuk melaksanakan tes bakat dan minat bagi siswa dalam rangka
memperoleh data tentang bakat dan minat siswa yang akhirnya digunakan
sebagai referensi dalam bimbingan karir dalam hal penyaluran masuk jurusan
di SMA/SMK ataupun memilih program studi di Perguruan Tinggi. Melalui
layanan penempatan dan penyaluran ini setiap siswa diarahkan untuk memilih
jurusan ataupun program studi sesuai bakat dan minatnya, sehingga
memperkecil kesalahan dalam menentukan karir dan pilihan kerjanya.
4) Layanan Bimbingan Belajar
Layanan bimbingan belajar merupakan layanan yang diberikan oleh
guru Bimbingan dan Konseling yang berkaitan dengan kegiatan belajar siswa.
Guru Bimbingan dan Konseling dapat memberikan bimbingan pada siswa
mengenai teknik belajar yang efektif, cara membaca cepat, dan mengisi waktu
luang. Selain itu guru Bimbingan dan Konseling juga dapat melakukan
memberikan instrumen tes gaya belajar bagi siswa yang bertujuan agar siswa
dapat mengenal dan memahami gaya belajarnya, sehingga dapat menentukan
teknik belajar dan lingkungan yang tepat dalam belajar.
5) Layanan Konseling Perorangan.
Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang diberikan
kepada setiap individu berdasarkan data ataupun kerelaan siswa untuk hadir
bersama guru pembimbing atau konselor dalam wawancara tatap muka guna
membantu siswa yang ada dalam permasalahan untuk mengenal apa yang
menjadi masalahnya, kekuatan dirinya untuk mencari solusi atas setiap
masalahnya. Melalui layanan ini siswa dapat memiliki kelegaan pada fungsi
kejiwaannya, sehingga dapat tetap fokus pada sekolahnya dan memperoleh
hasil belajar dan prestasi maksimal.
6) Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok menurut Prayitn adalah layanan yang
membahas topik-topik berkenaan dengan perlunya mengambil keputusan
untuk berbagai hal yang penting secara berkelompok. Layanan bimbingan
kelompok ini dapat dilakukan melalui dinamika kelompok, di mana guru
Bimbingan dan Konseling dapat memberikan satu buah kasus yang sedang
“tren” di masyarakat untuk didiskusikan, misalnya mengenai bullying, siswa
dapat mendiskusikannya dan memaparkan hasil serta kesimpulannya tentang
pelajaran yang dapat diambil dari kasus tersebut, sehingga siswa mendapatkan
pembimbingan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
apabila menemukan hal serupa dalam kehidupan sehari-hari.
7) Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang diberikan guna
mengentaskan masalah-masalah yang indentik yang dialami oleh beberapa
siswa, sehingga melalui layanan konseling kelompok ini dengan bantuan
konselor, pserta didik yang mengalami masalah yang sama tersebut dapat
saling memberikan masukan untuk memperoleh jalan keluar atau solusi.12
d. Tujuan pelaksanaan program layanan BK
Tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya
adalah memberi bimbingan kepada individu atau sekelompok individu agar
mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Prayitno
mengemukakan bahwa pribadi mandiri itu memiliki lima ciri yaitu:
1) Individu memiliki kemampuan untuk memahami atau mengenal diri sendiri
dan lingkungannya secara tepat dan objektif.
Ciri pertama dari individu yang mandiri adalah ia dapat memahami
atau mengenal diri dan lingkungannya secara objektif. Pengenalan diri
maksudnya adalah mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya baik yang
menyangkut dengan aspek fisik maupun aspek psikis. Pemahaman atau
pengenalan diri yang menyangkut dengan aspek fisik meliputi pengetahuan
individu berkenaan dengan keadaan fisiknya seperti: bentuk badan, sifat
tubuhnya, hal-hal yang menyangkut dengan kekurangan fisik dan lain-lain.
Selanjutnya pemahaman atau pengenalan yang bersifat psikis/ mental meliputi
pengetahuan individu terhadap bakat, minat, sifat, sikap tentang sesuatu dan
lain-lain. Pengenalan diri yang menyeluruh hendaknya bersifat objektif yaitu
pengenalan yang benar benar sesuai dengan apa adanya diri tanpa ada kesan
untuk melebih-lebihkan atau mengurangi diri kondisi dan situasi baik fisik
maupun psikis.
2) Individu dapat menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis.
Individu yang mandiri secara umum dapat menerima keadaan diri dan
lingkungannya secara positif dan dinamis. Individu yang telah mengenali diri
12
Ronny Gunawan, “Peran Tata Kelola Layanan Bimbingan Dan Konseling Bagi Siswa Di Sekolah”,
Jurnal Selaras, Vol. 1, Nomor 1, 2018, Hlm. 7
dan lingkungan akan dapat bersikap wajar dalam berbuat baik untuk dirinya
maupun terhadap lingkungan sekitar. Selanjutnya penerimaan diri dan
lingkungan secara dinamis memberikan makna bahwa individu tersebut
sedikit demi sedikit mengusahakan dirinya untuk tetap bergerak kearah yang
lebih baik. Sebagai contoh individu yang fisiknya kurang menarik, dia
hendaknya berusaha agar penampilan fisiknya mengarah kepada sesuatu yang
diinginkan menjadi lebih segar dan sehat. Begitu pula sebaliknya, bila
individu mengetahui diri dan lingkunganya serba mendukung, diharapkan
individu dapat menjadikan situasi dan kondisi tersebut untuk kesuksesan
dirinya. Jadi salah satu tujuan dari penyelenggaraan bimbingan dan konseling
adalah bagaimana individu yang memiliki masalah tertentu dapat menerima
diri dan lingkungannya secara positif dan dinamis.
3) Individu dapat membuat keputusan tentang dirinya sendiri dan lingkungannya
secara tepat
Ciri individu yang mandiri adalah bila individu dapat mengambil
keputusan tentang dirinya atau lingkungannya secara tepat. Hal ini berarti
bahwa individu dituntut untuk dapat mengenal, menimbang dan akhirnya
membuat keputusan secara tepat. Sangat diharapkan bahwa keputusan yang
diambil individu hendaknya didasarkan kepada pengenalan diri dan
lingkungan secara positif dan dinamis. Tanpa memperhatikan kedua aspek
tadi dikhawatirkan individu tidak mampu mengambil keputusan tentang diri
dan lingkungannya secara tepat. Setiap keputusan yang diambil oleh individu
selaludiiringi oleh suatu resiko, yaitu resiko yangditimbulkan oleh keputusan
yang diambilnya itu.
4) Individu dapat mengarahkan dirinya sesuai dengan keputusan yang diambil
Hal ini berarti bahwa individu harus dapat mengarahkan dirinya sesuai
dengan keputusan yang telah diambilnya. Pengarahan diri ini akan muncul
bila keputusan yang diambilnya itu adalah keputusan yang tepat dan benar
serta siap dalam menanggung resiko dari keputusan yang diambil. Pemberian
bimbingan kepada individu kiranya dapat menimbulkan usaha pengarahan diri
yang sejajar dengan keputusan yang diambilnya itu.
5) Individu dapat mewujudkan dirinya sendiri.
Ciri terakhir dari individu yang mandiri adalah bahwa ia dapat
mewujudkan dirinya secara baik. Hal ini berarti individu dapat
mengembangkan segenap potensinya secara optimal. Usaha itu tentu saja bisa
terwujud bila individu dapat mengenali dirinya dan lingkungan secara positif
dan dinamis, dapat membuat keputusan tentang diri dan lingkungannya secara
tepat dan benar dan dapat pula mengarahkan dirinya sesuai dengan keputusan
yang diambilnya. Pada akhirnya usaha bimbingan mengarah kepada
perwujudan diri terhadap segenap potensi yang ada pada individu sehingga
semua bakat, kemampuan,minat dan cita-cita berkembang secara optimal.13
2. Perilaku Keagamaan
a. Pengertian perilaku keagamaan
Perilaku keagamaan terdiri dari dua suku kata yang digabung menjadi
satu, yaitu Perilaku dan Agama. Pengertian perilaku keagamaan dapat dijabarkan
dengan cara mengartikan perkata. Kata perilaku secara garis besar berarti
tindakan; perbuatan; sikap. Perilaku menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dari gerak (sikap) tidak
hanya dari badan ataupunmucapan. Sedangkan menurut Peter Salim dan Yenny
Salim pengertian perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah
segala tindakan atau reaksi yang terjadi akibat adanya rangsangan baik yang
berasal dari dirinya sendiri atau dari lingkungannya. Perilaku itu merupakan
cerminan dari kepribadian, yaitu gerak motorik yang terapresiasi dalam bentuk
perilaku ataupun aktivitas. Sedangkan kata keagamaan berasal dari kata dasar
agama yang berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Kata keagamaan
itu sudah mendapat awalan ‚ke‛ dan akhiran ‚an‛ yang mempunyai arti sesuatu
(segala tindakan) yang berhubungan dengan agama.14

13
Dra. Suhertina, M.Pd, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir
Sumatra, 2014), Hlm. 16
14
Abdul Azis, “Pembentukan Perilaku Keagamaan Anak”, JPIK, Vol. 1, Nomor 1, 2020, Hlm. 202
Lebih jelasnya, agama dimaknai sebagai sistem pengertian, simbol, dan
yang menimbulkan sebuah kekuatan bagi para pemeluknya untuk menghadapi
berbagai tantangan hidup yang dialami. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa perilaku keagamaan adalah segala bentuk tindakan atau sikap
yang dilakukan oleh seseorang yang didasarkan pada nilai-nilai agama atau
berhubungan dengan kepercayaannya kepada Tuhan yang diwujudkan dalam
bentuk ibadah sehari-hari, seperti Sholat, Puasa, membaca Al-Qur’an serta
pergaulan dengan orang lain. Perilaku keagamaan seseorang tidak hanya
berhubungan dengan hal-hal atau aktivitas yang nampak saja, tetapi juga
berhubungan dengan aktivitas yang tidak nampak, yang sulit dikaji secara
empiris. Oleh karena itu, perilaku keagamaan seseorang akan meliputi berbagai
sisi atau dimensi.15
Menurut Elizabeth K. Nottingham perilaku keagamaan adalah usaha-usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri dan keberadaan
alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang
sempurna. Meskipun perhatian melibatkan dirinya dalam masalah-masalah
kehidupan sehari-hari di dunia.16 Menurut Moh. Arifin perilaku keagamaan adalah
suatu perbuatan manusia baik tingkah laku maupun ucapan berdasarkan petunjuk
dalam agama. Sedangkan perilaku keagamaan menurut Mursal dan H.M. Taher
adalah perilaku secara sadar yang didasarkan tentang adanya Tuhan.17
Dari penjelasan diatas tentang perilaku keagamaan maka dapat
disimpulkan bahwa perilaku keagamaan ialah sesuatu tindakan atau perilaku
seseorang yang berlandaskan nila-nilai atau kepercayaan seseorang kepada
tuhannya serta usaha-usaha seseorang atau manusia itu sendiri untuk mengukur
bagaimana makna keberadaan diri dan keberadaan alam semesta.
b. Bentuk-bentuk perilaku keagamaan
15
Yunita Syafitri, Mahli Zainuddi n Tago, “Pengaruh Pendidikan Aika Terhadap Perilaku Keagamaan
Siswa di SD Muhamadiyah Sewon Bantul Yogyakarta”, Jurnal Studi Islam, Vol.22, Nomor 1, 2021, Hlm. 55
16
Maria Ulfa dan Yuli Marlina. “Perubahan Perilaku Beragama Masyarakat Pulau Tidung Kepulauan
Seribu Setelah Dijadikan Objek Pariwisata”, Jurnal Pendidikan Islam dan Bahasa Arab. Vol. I, Nomor 1, 2020.
Hlm.5
17
Binti Nurlizawati. “Perilaku Keagamaan Lansia (Studi Perbandingan Perilaku Keagamaan Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Asrama Tulungagung dan Pondok Pesulukan Thoriqoh Annaqsyabandiyyah
AlKholidiyyah Gentengan Ngunut” ( Skripsi Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung, 2019.
Hlm. 13
Menurut Ika Puspitasari bentuk-bentk perilaku keagamaan siswa di
fokuskan pada perilaku tanggung jawab, disiplin, dan kerjasama adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1) Tanggung jawab
Pengertian sikap tanggung jawab secara umum tidak terlepas dari
sesuatu hal yang harus dilaksanakan dan diimplementasikan dengan nilai-nilai
yang terikat didalamnya. Tanggung jawab merupakan sikap atau perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2) Disiplin
Ditinjau dari asal kata, kata disiplin berasal dari bahasa latin discere
yang memiliki arti belajar. Dari kata ini kemudian muncul kata disciplina
yang berarti pengajaran atau pelatihan. Disiplin bukan merupakan sikap
mental yang dibawa sejak lahir, tetapi banyak dipengaruhi oleh pengalaman di
lingkungan sekitar, khususnya pengalaman pendidikan, meskipun sifat-sifat
kepribadian yang dibawa sejak lahir juga akan ikut menentukan. Untuk itu
perlu adanya upaya-upaya untuk menanamkan disiplin sedini mungkin
terhadap siswa.
3) Kerjasama
Kerjasama merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia,
karena dengan kerjasama manusia dapat melangsungkan kehidupannya.
Kerjasama juga menuntut interaksi antara beberapa pihak. Menurut Soerjono
Soekanto, kerjasama merupakan suatu usaha bersama orang perorangan atau
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat tersebut sudah jelas
mengatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk hubungan antara beberapa
pihak yang saling berinteraksi untukmencapai tujuan bersama.18
Menurut Khoirudin Zuhri dalam penelitiannya mengatakan, secara
garis besar perilaku atau akhlak dibagi menjadi dua, yaitu perilaku kepada
Allah dan perilaku terahadap makhluk. Perilaku terahadap makhluk dapat
18
Ika Puspitasari M.Pd.I, Kontruksi Sosial Perilaku Keagamaan Siswa, (Surabaya: UMSurabaya
Publishing, 2019), Hlm. 7
dibagi menjadi dua, yaitu perilaku terhadap sesama manusia, dan perilaku
terhadap lingkungan. Berdasarkan keterangan di atas macam-macam perilaku
keagamaan dapat dikatagorikan menjadi sebagai berikut:
1) Perilaku terhadap Allah SWT
Manusia sebagai hamba Allah seharusnya mempunyai akhlak yang
baik kepada Allah. Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai mahkluk. Titik
tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan selain Allah, dan berusaha mendekatkan diri dengan berbagai cara
seperti mentauhidkan Allah SWT, bertaqwa kepada Allah, bertawakal kepada
Allah, bertaubat memohon ampun hanya pada Allah, dan syukur atas nikmat
yang di berikan Allah.
2) Perilaku terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia merupakan sikap seseorang terhadap
orang lain, sikap tersebut harus dikembangkan dengan cara menghormati
orang lain, memberi salam dan menjawab salam, suka memaafkan, memenuhi
janji, bermurah hati, selalu bersikap toleran di dalam bermuamalah (hidup
bermasyarakat), dan murah senyum. Di dalam masyarakat yang seperti itu kita
harus bertebaran sebagai manusia-manusia yang mulia yang terhormat
akhlaknya dan selalu berusaha melestarikan nilai-nilai kemanusiaan yang
luhur.
3) Perilaku terhadap diri sendiri
Sebagai seorang individu berkewajiban untuk memenuhi hak-hak
pribadinya dengan melakukan perilaku yang baik. Akhlak ini meliputi, jujur,
disiplin, pemaaf, dan hidup sederhana.
4) Perilaku terhadap lingkungan
Manusia merupakan bagian dari alam dan lingkungan, karena itu umat
Islam diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan
hidupnya. Lingkungan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di
sekitar manusia, yakni binatang, tumbuhan, dan benda mati. Akhlak yang
dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan di bumi, yakni untuk
menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan
fungsi ciptaan-Nya. Beberapa perilaku yang menggambarkan akhlak yang
baik terhadap lingkungan hidup antara lain, memelihara dan menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan sehat, menghindari pekerjaan yang
menimbulkan kerusakan lingkungan.19
c. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Marie Cornwall mencatat terdapat lima faktor yang saling terkait dengan
perilaku keberagamaan, yaitu:
1) Keterlibatan kelompok, seseorang dengan ikatan interaksi yang kuat dengan
kelompok luar dan ikatan interaksi yang lemah dengan kelompoknya sendiri
cenderung tidak dipengaruhi oleh kelompok tersebut dan pada akhirnya
mampu menarik diri.
2) Kepercayaan ortodoksi, para ilmuwan secara tradisional berasumsi bahwa
ortodoksi agama memiliki peranan terhadap perilaku. Berdasarkan penelitian-
penelitian terdahulu, asumsi dapat dilontarkan bahwa keterlibatan kelompok
dan ortodoksi kepercayaan memiliki efek langsung terhadap perilaku
keberagamaan. Namun, dapat juga diduga bahwa keterlibatan kelompok juga
memiliki efek tidak langsung terhadap perilaku.
3) Komitmen religius, keyakinan ortodoksi adalah dimensi kognitif religiusitas,
sedangkan komitmen adalah dimensi afektif dan merupakan ukuran dari arti
penting agama dalam kehidupan seseorang. Seiring dengan kepercayaan dan
perilaku, komitmen cenderung sangat bergantung pada ikatan yang kuat
dengan anggota kelompoknya, dan karenanya sangat dipengaruhi oleh sifat
hubungan masyarakat pribadi seseorang.
4) Sosialisasi keagamaan, sosialisasi agama lebih fokus pada tiga agen yaitu
keluarga, institusi keagamaan dan rekan sejawat. Biasanya orang tua
mensosialisasikan anak-anak mereka dengan menyalurkan mereka ke dalam
kelompok atau pengalaman lain (seperti sekolah dan pernikahan) yang akan
memperkuat (memiliki pengaruh tambahan pada) apa yang dipelajari di rumah
dan akan menyalurkannya lebih jauh ke dalam aktivitas orang dewasa.
19
Khoirudin Zuhri, “Korelasi Prestasi Belajar Akidah Akhlak Dengan Perilaku Leagamaan Siswa Di
Madrasah Aliyah Sunan Gunung Jati Gurah Kediri”, Jurnal Spiritualita, Vol. 1, Nomor 2, 2017, Hlm. 107
5) Karakteristik sosio-demografi, berbagai penelitian menunjukkan bahwa
dampak kelas sosial, pendidikan, dan pekerjaan berbeda di antara kelompok
agama dan bahwa dampak karakteristik demografis ini dapat berubah dari
waktu ke waktu. Secara umum diasumsikan bahwa karakteristik demografis
adalah indikator lokasi seseorang dalam struktur sosial, dan lokasi dalam
struktur sosial mempengaruhi religiusitas.20
H. Metode Penelitian
Penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara atau Langkah yang tepat
untuk melakukan sesuatu. Sedangkan suatu penelitian adalah untuk mencari, mencatat,
merumuskan, menganalisis dan Menyusun laporan. Penelitian juga dapat diartikan
sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menemukan suatu kebenaran atau menyelesaikan
masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi maupun kesenian. Jadi metode penelitian
adalah suatu cara, Teknik atau metode ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data
dengan tujuan atau fungsi tertentu.21
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut
Bogdan Taylor berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
hasilnya data deskriptif yaitu kata-kata tulisan maupun ucapan dari orang-orang dan
hal-hal yang diamati.22 Kualitatif adalah suatu model penelitian yang berusaha
mengungkapkan fenomena, secara holistic dengan cara mendeskripsikan melalui
Bahasa non-numarik dalam konteks dan paradigma alami.23
Adapun jenis pendekatandalam penelitian ini menggunakan deskriptif
kulitatif, yaitu mendeskripsikan data yang disimpulkan berupa kata-kata, gambar dan
bukan angka. Pendekatan deskriptif ini lebih focus dalam memanfaatkan konsep baru
secara logika dan ilmiah yang berfungsi klarifikasi bagi phenomena yang
dipermasalahkan.24 Pendekatan ini dipilih karena dalam pengumpulan data terkait

20
Asep Lukman Hakim, “Perilaku Keagamaan Masyarakat Kampung Naga Dalam Perspektif Teori
Religious Behaviour Marie Cornwall”, al-Afkar Journal for Islamic Studies, Vol. 1 Nomor 1, 2020, Hlm. 18-21.
21
Agung Widhi Kurniawan dan Zarah Puspitaningtiyas, Metode Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta:
Pandiva Buku,2016), Hlm. 11.
22
Farida Nugraha, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Surakarta: Akra
Books, 2004), Hlm. 8.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Hlm. 9.
24
Beni Achmad Syiabani, Metode Penelitian, (Bandung: CV,Pustaka Setia, 2008), Hlm 90.
dengan analisis penerapan program BK yang hususnya di program imtaq dalam
meningkatkan perilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik, peneliti
menggunakan tahap-tahap yang sesuai dengan penelitian kialitatif yaitu dengan cara
melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.
2. Jenis Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai Instrumen sekaligus
pengumpul data sehingga keberadaannya di lokasi penelitian mutlak di perlukan.
Untuk mendapatkan informasi data yang lebih valid, peneliti datang langsung ke
lokasi penelitian untuk dapat mengetahui lebih dekat dengan subyek, sehingga
peneliti dengan subyek menjadi lebih terbuka dalam menyampaikan beberapa
persoalan yang berkaitan langsung dengan data yang diteliti. Kehadiran peneliti di
lokasi penelitian sebagai instrument, yaitu secara langsung sebagai penanya atau
pewawancara. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan secara bersamaan,
yang dapat diartikan bahwa ketika melakukan wawancara, peneliti juga bisa
melakukan observasi atau pengamatan25.
Oleh karena itu pada saat melakukan penelitian, peneliti datang ke lokasi
penelitian dan secara langsung melakukan observasi, wawancara dengan pihak yang
bersangkutan, seperti guru BK, kepala sekolah, dan siswa/siswi yang ada di sana.
Kemudian tidak lupa peneliti melakukan dokumentasi yang tentunya peneliti
perlukan dalam penelitian yang berkaitan dengan Analisis Penerapan Program BK
Dalam Meningkatkan Perilaku Keagamaan Siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik yang
khususnya dalam pelaksanaan program Imtaq.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Mts Pemban Ajie Pejanggik, Desa Pejanggik,
kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. MTs
Pemban Ajie Pejanggik merupakan salah satu sekolah Swasasta yang terletak di Desa
Pejanggik, kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah.

25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2017), Hlm. 332
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di sekolah MTs ini dikarenakan
lokasi tersebut kita dapat temui persoalan yang sesuai dengan judul yang peneliti
angkat.
4. Sumber Data
Sumber data adalah dari mana data itu diperoleh yaitu data manusia yag seing
disebut dengan subjek.26 Jika dilihat dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif,
maka data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data asli, dalam
penelitian ini yang menjadi sumber data peneliti adalah Guru BK, kepala sekolah,
siswa/siswi MTs Pemban Ajie Pejanggik. Dalam penelitian ini ada beberapa
siswa yang menjadi objek dan sumber data primer peneliti yang sesuai dengan
permasalahan yang ingin peneliti teliti.
b. Data sekunder
Sumber data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.27
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian.
Tampa mengetahui data dengan baik dan benar, maka tidak akan diperoleh penelitian
yang memenuhi standar, valid dan reliable.
a. Obervasi
Observasi yaitu mengamati secara langsung tentang apa yang mau diteliti
oleh peneliti terkait dengan judul dan masalah yang akan diteliti, mengenai
bagaimana pelaksanaan program BK hususnya program imtaq dalam
meningkatkan perilaku keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik. Observasi
merupakan satu proses yang konfleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis.28

26
Leky J Moleong, Metode penelitian kualitatif (Remaja Rosdakatya, 2001), Hlm. 112
27
Ibid Hlm. 77
28
Ibid Hlm. 183
Ada dua jenis observasi yang digunakan oleh observer atau peneliti adalah
sebagai berikut:
1) Observasi Parsipatif, meerupakan strategi pelitian yang tujuannya adalah
untuk mendapatkan satu keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu
kelompok individu dan perilaku mereka melalui suatu keterlibatan yang
intensif dengan orang yang dilingkungan alamiah mereka. Observasi
partisipatif merupakan Teknik berpartisifasi yang sifatnya interaktif dalam
situasi yang alamiah dan melalui penggunaan waktu serta catatan observasi
untuk menjelaskan apa yang terjadi.
2) Observasi Non-Partisipatif adalah observasi yang dilakukan dimana si peneliti
mengamati dari jauh tanpa adanya interaksi dengan objek yang sedang diteliti,
observasi non-partisipatif sama dengan istilah pengamatan biasa. Dengan
demikian, peneliti menyimpulkan bahwa observasi adalah salah satu cara
untuk memperoleh data lapangan dengan melakukan pengamatan langsung,
berkaitan dengan apa yang akan diteliti.
Melalui Observasi ini dimana dalam penelitiannya peneliti akan
melakukan observasi partisipatif supaya peneliti dapat berintraksi secara
langsung dengan objek yang diteliti selain itu peneliti juga bisa berdiskusi
secara langsung dengan informennya, peneliti akan mengamati proses
penerapan program BK hususnya program Imtaq pagi setiap hari Jum’at yang
dilakukan guru BK kepada siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik. Selain itu juga
bagaimana siswa menanggapi guru BK ketika sedang memberikan penerapan
program tersebut.
b. Wawancara
Wawancara atau interview dipandang sebagai Teknik pengumpulan data
dengan cara tanya jawab lisan yang dilakukan secara sistematis guna mencapai
tujuan penelitian. Pada umumnya interview atau wawancara dilakukan oleh dua
orang atau lebih, satu pihak sebagai pencari data (interviewer) pihak yang lain
sebagai sumber data (interviewe) dengan memamfaatkan saluran-saluran
komunikasi dengan wajar dan lancar.
Wawancara adalah salah satu kaidah pengumpulan data yang paling bisa
digunakan daalam penelitian sosial.29 Wawancara atau interview merupakan
Teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara lisan yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan cara sistematis guna mencapai tujuan penelitian.
Wawancara dilakukan supaya peneliti mendapatkan informasi terkait dengan
judul yang peneliti teliti, hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan responden
yang lebih mendalam.
Ada tiga jenis wawancara yakni wawancara tersetandar dalam istilah
Esterbeg yang disebut dengan wawancara terstruktur, wawancara semi standar
(wawancara bebas terpimpin), dan wawancara tidak terstandar (terstruktur).
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan tehnik wawancara terstruktur
terstruktur sebagai tehnik pengumpulan data. Dalam Teknik ini peneliti
bermaksud menggunakannya dalam memperoleh data dari narasumber yakni
beberapa siswa, guru BK, dan Kepala sekolah, dan siswa/siswi di lokasi
penelitian, yang akan menjadi objek penelitian dengan cara menanyakan hal-hal
yang diinginkan peneliti sesuai dengan tujuan penelitian dan menanyakan secara
terstruktur karena dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan metode
wawancara terstruktur.30
Jadi peneliti menyimpulkan bahwa wawancara termasuk salah satu cara
untuk memperoleh informasi secara lebih detail, yang belum didapatkan dalam
tahap observasi. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh
informasi ataupun data dari sumber yang berkaitan dengan apa yang akan diteliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sumber informasi yang digunakan oleh peneliti
sebagai bukti dalam penelitian. Dukumentasi dilakukan untuk mengumoulkan
data seperti mengambil foto dan video ketika sedang melakukan penelitian. 31 Hal
yang perlu disiapkan ketika dokumentasi adalah membawa kamera atau hadphone
untuk mengambil gambar disaat penelitian. Biasanya dukumentasi sangat penting
sebagai sumber informasi yang digunakan peneliti sebagai bukti dalam penelitian.
29
Mita Rosaliza, “Wawancara, Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam Penelitian Kualitatif”, Jurnal Ilmu
Budaya, Vol. 11, Nomor 2, 2015, Hlm. 16
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Alfabeta; CV, 2016), Hlm. 137.
31
Ibid Hlm. 139
6. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian merupakan suatu proses pelacakan dan
pengaturan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi serta dengan cara membuat suatu kesimpulan, sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan teknik dalam
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, peneliti menganalisis data dari
jawaban narasumber.32 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis
data model Miles dan Huberman, yakni sebagai berikut:
a. Data Collection (Pengumpulan Data)
Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam
penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara,
dan dokumentasi atau gabungan dari ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data
biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama atau hingga data yang
diperoleh sudah cukup. Semakin lama peneliti di lapangan maka semakin banyak
pula informasi yang diperoleh. Adapun pada penelitian ini pula peneliti
menggunakan metode atau teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam
proses mengumpulkan data.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data merupakan suatu proses berpikir sensitif yang membutuhkan
kemampuan dalam memilih mana data yang diperlukan atau tidak untuk diambil.
Semakin lama peneliti di lapangan maka semakin banyak pula data yang
diperoleh. Oleh karena itu, untuk menghindari data-data yang tidak diperlukan
maka peneliti memilih mana data yang dipilih dan dikurangi atau direduksi.
c. Data Display (Penyajian Data)
Display data diartikan sebagai proses penyajian data dari hasil reduksi
yang berupa rangkuman, bagan, uraian singkat, maupun hubungan antar kategori.
Berdasarkan jenis metode penelitian, yakni metode penelitian kualitatif deskriptif
maka data yang peneliti sajikan dalam bentuk teks narasi atau deskriptif.
d. Verificaton (Verifikasi Data)

32
Nurul Zuriah, Metode Penelitian Sosial, Hlm. 217
Teknik yang terakhir yakni proses verifikasi data, yang di mana
kesimpulan awal dalam verifikasi data biasanya bersifat sementara dan bisa
berubah jika tidak ditemukan bukti yang mendukung pada saat mengumpulkan
data selanjutnya. Namun jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten ketika peneliti kembali ke
lapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan tersebut bisa dikatakan
sebagai kesimpulan yang kredibel.33
7. Pengecekan KeabsahanData
Untuk memperoleh tingkat keabsahan data, teknik yang digunakan antara lain:
a. Ketekunan pengamat, yaitu kegiatan yang dibuat secara terstruktur serta
dilakukan secara serius dan berkesinambungan terhadap segala realistis yang ada
di lokasi penelitian. Peneliti dapat mendeskripsikan data secara akurat dan
sistematis sesuai dengan peristiwa atau permasalahan yang dicari dengan
melakukan pengamatan secaa mendalam.34
b. Triangulasi data, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data yang terkumpul untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data-data tersebut. Hal ini dapat berupa penggunaan
sumber, metode penyidik dan teori.35
c. Kecakupan Referensi, kecakupan referensi merupakan hal sangat penting dan
harus dipenuhi dalam sebuah karya tulis ilmiah. Kecakupan referensi sangatlah
dibutuhkan sebagai suatu pendukung atau penunjang terhadap fokus penelitian
dan referensi yang dibutuhkan peneliti juga harus sesuai dengan fokus yang ingin
diteliti. Adapun referensi pendukung yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah buku, karya tulis ilmiah, jurnal atau penelitian terdahulu.
I. Sitematika Pembahasan
Sistematika penulisan proposal skripsi berjudul “Analisis Program BK Dalam
Meningkatkan Perilaku Keagamaan Siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik” terdiri
atas:

33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Hlm. 345.
34
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Zifatama: Sidoarjo, 2023), Hlm. 198
35
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Remaja Rosdakarya: Bandung, 2007), Hlm.135.
BAB 1 : Pendahuluan, BAB ini berisi tentang ringkasan secara umum dari
penelitian yang terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian, Telaah Pustaka, Kajian Teori,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Paparan dan Temuan Data, Pada BAB ini meliputi semua paparan data
dan temuan, gambaran umum tentang lokasi penelitian, Apa Itu Program BK. Selanjutnya
membahas terkait dengan rumusan masalah yaitu Bagaimana proses pelaksanaan
Program BK yang diberikan Kepada peserta didik MTs Pemban Ajie Pejanggik.
BAB III : Paparan Data, Temuan data dan pembahasan dalam BAB ini
memaparkan tentang Bagaimana proses pelaksanaan Program BK untuk meningkatkan
Perilaku Keagamaan siswa MTs Pemban Ajie Pejanggik, Lombok Tengah
BAB IV : Penutup, Merupakan BAB terakhir yaitu penutup, terdiri dari
kesimpulan dan saran. Kesimpulan memuat sebuah jawaban terhadap rumusan masalah
dari semua temuan dalam penelitian, dan mengklarifikasi kebenaran serta kritik dan
saran yang dirasa perlu untuk mengembangkan penelitian selanjutnya
J. Rencana Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan ke-

Nov Des Jan Feb Mar Apr

1 Penyusunan Laporan 

2 Seminar Proposal 

3 Memasuki Lapangan  

4 Tahap Seleksi dan Analisis 

5 Membuat Draf laporan 

6 Diskusi draf laporan 

7 Penyempunaan Laporan 
K. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai