Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MINIRISET

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK PADA SISWA KELAS IV


SEKOLAH DASAR SWASTA AT TAUFIQ MEDAN”

“Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas KKNI Mata Kuliah Strategi
Belajar Matematika”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd.

Kelompok 2
1. Theresia Damanik 4223311009
2. Andreas Tambubolon 4223111086
3. Dhea Amanda Nasution 4221111023
4. Aulia Eka Putri 4223311005

Kelas:
PSPM 2022 B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami selaku sekolompok 2 dapat menyelesaikan salah satu tugas wajib KKNI
yaitu Tugas Mini Riset dalam mata kuliah Strategi Belajar Matematika dengan mendatangi
sekolah Sekolah Dasar Swasta Attaufiq, untuk menjalankan model pembelajaran tematik
menggunakan lembar kegiatan peserta didik yang sudah kami buat dan mengumpulkan semua
lembar kerja pembelajaran yang telah dikerjakan oleh siswa. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Dosen pengampu di mata kuliah ini yakni, Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih,
M.Pd., yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan tugas Mini Riset ini.
Tugas Mini Riset ini disusun dengan harapan dapat meningkatan wawasan dan
pemahaman pembaca sekaligus penulis yang lebih mendalam mengenai model pembelajaran
tematik. Kami menyadari bahwa tugas yang dikerjakan ini masih jauh dalam hal
kesempurnaan. Maka dari itu apabila dalam hasil tugas ini masih ada kekurangan dan
kesalahan kami meminta maaf. Karena sesungguhnya pemahaman dan pengetahuan kami
hanya terbatas.
Kami berharap semoga tugas Mini Riset ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan
terlebih khusus bagi kami kelompok 2. Serta dapat digunakan sebagai instrumen penunjang
pendidikan. Untuk menyempurnakan tugas Mini Riset ini, kami mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca dan juga Bapak Dosen Pengampu yang bersifat membangun dan
memotivasi, agar kami dapat memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam tugas ini di lain
kesempatan.

Medan. 28 November 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................................................... 3
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................... 16
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 16
3.2 Metode Penelitian. ........................................................................................................ 16
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................................................. 17
3.4 Prosedur Penelitian ....................................................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 18
BAB V PENUTUP...................................................................................................................... 23
5. 1 Kesimpulan ................................................................................................................... 23
5. 2 Saran ............................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................................24
LAMPIRAN ...........................................................................................................................................26

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang
melibatkan beberapa mata pelajaran yang diikat dalam tema-tema tertentu. Model ini
menggunakan pendekatan tematik untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk mengaitkan materi dari beberapa mata
pelajaran, sehingga mereka dapat memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Dengan demikian,
pembelajaran tematik dapat meningkatkan motivasi siswa dan memberikan pengalaman
belajar yang lebih bermakna.
Mini riset terhadap siswa menggunakan model pembelajaran tematik dilakukan untuk
mengetahui masalah yang ada di sekolah terkait dengan pelaksanaan pembelajaran tematik.
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang
memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.
Menggunakan lembar kegiatan peserta didik dapat dilakukan untuk mengetahui
keefektifan pembelajaran tematik karena lembar kegiatan tersebut dapat digunakan untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Dengan
memberikan lembar kegiatan setelah pembelajaran tematik, siswa dapat menunjukkan sejauh
mana mereka memahami materi pelajaran tersebut. Hasil analisis lembar kegiatan peserta
didik dapat memberikan informasi tentang seberapa efektif pembelajaran tematik dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Mini riset terhadap model pembelajaran tematik ini dilakukan untuk memahami secara
lebih mendalam efektivitas, kelebihan, dan kekurangan model tersebut dalam konteks
pendidikan. Mini riset ini dapat dipicu oleh hasrat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, mendukung keputusan kebijakan pendidikan, atau mencari solusi inovatif
dalam proses pembelajaran tematik. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan spesifik tentang
implementasi, dampak terhadap pemahaman siswa, dan efisiensi waktu dapat menjadi
motivasi tambahan untuk melakukan mini riset dalam konteks ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran tematik dalam meningkatkan pemahaman
pembelajaran siswa di tingkat sekolah dasar?
2. Apakah model pembelajaran tematik dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran?
3. Apa dampak penggunaan model pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa?
4. Apakah model pembelajaran tematik memotivasi siswa untuk lebih aktif dan terlibat
dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui keefektivan model pembelajaran tematik dalam meningkatkan pemahaman
pembelajaran siswa di tingkat sekolah dasar
2. Mengetahui model pembelajaran tematik dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran
3. Mengetahui dampak penggunaan model pembelajaran tematik terhadap hasil belajar
siswa?
4. Mengetahui model pembelajaran tematik memotivasi siswa untuk lebih aktif dan
terlibat dalam pembelajaran

1.4 Manfaat Peneltian


1. Dapat mengidentifikasi cara untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran tematik, sehingga mereka lebih terlibat dan bersemangat dalam proses
belajar.
2. Dapat membuka peluang untuk menemukan inovasi atau pendekatan baru dalam
implementasi model pembelajaran tematik.
3. Melalui pemahaman lebih baik tentang kebutuhan siswa, guru dapat mengidentifikasi
strategi untuk meningkatkan kinerja akademis dan perkembangan siswa.
4. Dapat mengevaluasi metode pengajaran yang digunakan dalam model pembelajaran
tematik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Defenisi Pembelajaran Tematik


Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari pemikiran dua
orang tokoh pendidikan, yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner
dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik
merupan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa
aspek, baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik, peserta didik
akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar
matapelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran
tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk
pembuatan keputusan.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tama
tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai
contoh, tema ”Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi dan Matematika.
Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa, Agama dan
Seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum,
menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan
dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa
pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara produktif menjawab pertanyaan
yang dimunculkansendiri dan memuaKIan rasa ingin tahu dengan pengahayatan secara
alamiah tetang dunia di sekitar mereka. Adapun tujuan pembelajaran tematik anatara lain:
1. Memusatkan perhatian peserta didik mudah pada suatu tema materi yang jelas;
2. Mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang
sama;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Memudahkan guru dalam mempersiapkan dan menyajikan bahan ajar yang efektif.

3
2. 2 Ciri-ciri Pembelajaran Tematik
Hilda Karli dan Margaretha (2002: 15) mengungkapkan beberapa ciri-cri pembelajaran
tematik, yaitu sebagai berikut.
1. Holistik, sustu peristiwa yang menjai pusat perhatian dalam pembelajaran tepadu dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami sesuatu fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antaa konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep
yang dipelajari dan diharapkan anak mampumenerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpau dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat
memotivasi anak untuk belajar.

Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik


sebagai berikut:
1. Berpusat pada peserta didik
Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai
subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada
sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan peserta didik.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran Pembelajaran tematik menyajikan
konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan
demikian, Peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar

4
dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya
dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan peserta
didik berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik Peserta didik diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.

2. 3 Prinsip Pembelajaran Tematik


Berikut ini dikemukakan prinsip-prinsip dalam pembelajaran tematik yaitu meliputi:
1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran tematik, 3) prinsip evaluasi
dan 4) prinsip reaksi. Prinsip penggalian tema antara lain : 1) Tema hendaknya tidak terlalu
luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, 2) Tema harus
bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi peserta
didik untuk belajar selanjutnya, 3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologis anak, 4) Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat
anak, 5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar, 6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan
kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, 7) Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Prinsip pelaksanaan tematik di antaranya:
1) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “yang mendominasi pembicaraan dalam
proses belajar mengajar, 2) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, 3) guru perlu akomodatif
terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.
Prinsip evaluatif adalah: 1) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, 2) guru perlu mengajak peserta
didik untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak. Prinsip reaksi, dampak
pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh
guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
Guru harus bereaksi terhadap reaksi peserta didik dalam semua “event “yang tidak diarahkan
ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.
Waktu pembelajaran tematik bisa bermacam-macam yaitu: (1) pembelajaran tematik
yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali

5
diajarkan secara tematik; (2) Pembelajaran tematik bersifat temporer, tanpa kepastian waktu
dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur,
pelaksanaan pembalajaran tematik secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan
belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran.
Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar
pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran
tematik secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); (3) Ada pula yang melaksanakan
pembelajaran tematik secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan.
Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti; (4) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran
tematik sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada peserta
didik belajar dengan yang diinginkan. Peserta didik sibuk dengan urusannya masing-masing.

2. 4 Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik


1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran
filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran
progresivismememandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan
pengalaman peserta didik. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik
(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan
adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya
melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing peserta didik. Pengetahuan bukan sesuatu yang
sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan peserta didik
yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan
pengetahuannya. Aliran humanisme melihat peserta didik dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Peserta didik selain memiliki kesamaan juga
memiliki kekhasan.
2. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi
perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan
terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada peserta
didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan

6
peserta didik
3. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan
atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar.
Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya
(Pasal 9) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. (Bab V Pasal 1-b).

2. 5 Model-Model Pembelajaran Tematik


1. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu materi dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam
mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik. Penetapan tema dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Tema ditentukan dari lingkungan yang terdekat dengan peserta didik atau dimulai dari hal
yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari
hal yang konkrit menuju ke hal yang abstrak.
b. Setelah mempelajari kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran,
penetapan tema bias dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pembelajaran pada salah
satu mata pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada
beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan.
2. Model Keterhubungan (connected)
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadiu yang sengaja diusahakan
untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu
keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan
tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu
semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya didalam satu mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran (interdisiplin).
3. Model Terpadu (Integrated Model)
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran.
Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan

7
menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang
saling tumpang tindih didalam mata pelajaran.

2. 6 Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran Tematik


Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah
guru, peserta didik, sarana dan prasarana serta lingkungan, disamping ini bahwa faktor-faktor
ini juga dapat menghambat dan mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik.
A. Guru
Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi model
pembelajaran tematik. Keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik ini terutama
berhubungan dengan kualitas atau kemampuan yang dimiliki oleh guru. Berikut ini beberapa
aspek yang mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
tematik:
1. Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik
Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik akan sangat
mempengaruhi guru dalam penerapan pembelajaran tematik. Guru yang menganggap
mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru
yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta
didik. Kondisi ini pula yang banyak terlihat pada kelas tentang implementasi
pembelajaran tematik. Terdapat perbedaan keberhasilan pembelajaran baik dari sisi
proses maupun produk pembelajaran di sekolah. Kondisi ini terjadi dapat dipahami
karena guru di sekolah, memiliki pandangan yang berbeda terhadap mengajar dan
tujuan memberikan pengajaran kepada peserta didik untuk mengubah perilaku murid
ke arah yang lebih baik, pandangan yang berbeda terhadap tujuan mengajar untuk
memberikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum. Perbedaan ini akhirnya
mempengaruhi kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran. Guru
yang memiliki pandangan berorientasi pada materi cenderung menerapkan
pembelajaran dengan pola satu arah. Kurang memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk berkreasi dalam pembelajaran. Kondisi ini tentunya pula akan
mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
2. Latar belakang pendidikan guru Latar belakang pendidikan guru minimal memenuhi
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1)
seperti disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 bab VI pasal 28

8
tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan. Latar belakang pendidikan yang
dimiliki oleh guru saat ini tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan
model pembelajaran tematik. Apalagi mengingat kesempatan yang diberikan kepada
guru untuk menambah pengetahuan dan keterampilan tentang penerapan model
pembelajaran tematik masih sangat kurang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Wachidi (2000:183) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru akan
semakin mudah menangkap dan memahami esensi dan isi inovasi yang sedang
berjalan di sekolah.
3. Pengalamam mengajar. Pengalaman mengajar guru sangat mempengaruhi
keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Hal ini terutama berhubungan
dengan tingkat kepahaman guru akan karakteristik peserta didik SD/MI terutama di
kelas rendah dan penguasaan guru terhadap keterampilan mengajar. Diasumsikan
guru yang memiliki pengalaman mengajar lama akan memiliki tingkat kepahaman
akan karakteristik peserta didik dan penguasaan terhadap keterampilan mengajar yang
lebih jika dibandingkan dengan guru yang baru memiliki pengalaman mengajar yang
sedikit.
B. Faktor peserta didik
Peserta didik adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya,
akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak
selalu sama. Perbedaan perkembangan ini pula yang terlihat pada peserta didik yang menjadi
subjek penelitian di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang. menyatakan bahwa setiap
anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan
linkungannya (Teori Perkembangan kognitif). Kriteria pengelompokkan peserta didik yang
termasuk dalam kelompok berkemampuan rendah, sedang, dan kurang. Perbedaan-perbedaan
semacam ini tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan
atau pengelompokan peserta didik maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya
belajar.
C. Sarana dan Prasarana
Dalam penerapan model pembelajaran tematik tidak dibutuhkan sarana yang spesifik
untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Artinya dengan sarana yang
dimiliki oleh ketiga sekolah saat ini, model tersebut dapat diimplementasikan. Selain itu juga
sekolah telah dilengkapi dengan prasarana yang memadai, seperti penerangan dan jalan
menuju sekolah yang cukup baik. Dalam keadaan minimal, kondisi ini tentunya tidak

9
menghambat penerapan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat terlaksana dengan
baik pada sekolah kategori baik sedang maupun kurang, yang memiliki perbedaan secara
nyata dari sisi kelengkapan sarana prasarananya. Sekolah kategori baik memiliki kelengkapan
sarana prasarana yang sudah cukup memadai untuk menunjang keberhasilan penerapan
pembelajaran tematik. Hal ini juga disepakati oleh guru yang menyatakan bahwa
kelengkapan sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh guru di sekolah kategori baik saat
ini dirasakan sudah cukup memadai. Pendapat ini tidak sama dengan guru di sekolah kategori
sedang maupun kurang yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
sekolah mereka saat ini diarasakan masih kurang.

2. 7 Kebutuhan Bahan Ajar Dan Sarana Prasarana


A. Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki paran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam
pembelajaran tematik. Oleh karena pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan
perpaduan dari barbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam
pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensip dibandingkan
dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber
belajar yang sesuai dengan jumlah standar kmpetensi yang merupakan jumlah bidang kajian
yang tercakup di dalamnya lingkungan alam dan lingkungan sehari-hari. Sumber belajar
utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik dapat berbentuk teks tertulis seperti
buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan
sekitar. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan
bahan kepusakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk
menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula
memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti media dan internet.
B. Implikasi terhadap Pengaturan tempat belajar
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik, perlu dilakukan pengaturan ruang
kelas agar terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Pengaturan ruang kelas tersebut meliputi pengaturan meja, kursi, lemari, perabotan kelas,
alat, media, atau sumber belajar lainnya yang ada di kelas, diatur dengan fleksibel atau
mudah diubah-ubah disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan digunakan.
C. Implikasi terhadap Pemilihan bentuk kegiatan
Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak menjenuhkan, maka perlu
dilakukan variasi pembelajaran yang berkaitan dengan gaya mengajar guru (teaching style),

10
penggunaan alat dan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran, guru perlu juga
menggunakan berbagai bentuk kegiatan misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab,
demonstrasi, dan bercakap-cakap
D. Implikasi terhadap Pemberian respon/ penguatan
Pemberian penguatan perlu dilakukan untuk memberikan respons terhadap perilaku
atau perbuatan peserta didik yang dianggap positif agar perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau meningkat. Pemberian penguatan ini dapat dilakukan dalam bentuk verbal dan
non-verbal. Penguatan verbal berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan,
atau dorongan. Bentuk penguatan non-verbal ditunjukkan dengan cara-cara seperti: raut
wajah atau mimik muka, gerakan atau isyarat badan (gestural reinforcement), gerak
mendekati peserta didik (proximity reinforcement), sentuhan (contact reinforcement),
kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda (token reinforcement), dan penguatan
dengan benda/barang.
E. Sarana, Prasarana, Sumber Belajar dan Media
Dlam pembelajaran tematik diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran
yang pada dasarnya relaif sama dengan pembelajaaran yang lainnya, hanya saja dia memiliki
kekhasan ersendiri. Dalam pembelajaran tematik, guru harus memilih jeli media yang akan
digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimamfaatkan
dalam berbagai bidang studi yng tekait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk
pembelajaran konsep yang dirreekakan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran
dapat lebih efisien jika dibandingkan dnegan pemisahan bidang kajian
Media visual adalah media yang dapat dilihat, contohnya seperti gambar-gambar yang
disajikan secara fotografik misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek
lainnya. Selain itu, terdapat juga media grafis yaitu media pandang dua dimensi (bukan
fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan tema-tema
pembelajaran. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui
penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Jenis media ini adalah grafik,
bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media visual lainnya yaitu model dan realia.
Model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti
objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu
mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam
kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis media model diantaranya: model padat
(solid model), model penampang (cutaway model), model susun (buildup model), model
kerja (working model), mock-up dan diorama.

11
Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin persis sama, mungkin juga
lebih kecil atau lebih besar dengan objek sesungguhnya. Media realia merupakan alat bantu
visual dalam pembelajaran tematik yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct
experience) kepada peserta didik. Realia ini merupakan model dan objek nyata dari suatu
benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatang, dsb. Media audio yaitu media yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk mempelajari isi tema.
Penggunaan media audio dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar pada umumnya untuk
melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.
Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara
divariasikan dengan media lainnya.

2. 8 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik


Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai unsur inti
dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan ramburambu
yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran tematik
diterapkan kedalam tiga langkah pembelajaran yaitu (1) Kegiatan awal bertujuan untuk
menarik perhatian peserta didik, menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, dan
memberikan acuan atau ramburambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan (Sanjaya,
W., 2006:41) ; (2) kegiatan inti, merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dimana
dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan
menggunakan multi metode dan media sehingga peserta didik mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajian
sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah: 1988); (3) kegiatan akhir, dapat
diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan
maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari peserta
didik serta ketrkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan
peserta didik serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Menurut Dunkin (Sanjaya, 2006) ada sejumlah aspek yang mempengaruhi kualitas
proses pembelajaran dilihat dari faktor guru yaitu (1) Formative experience, meliputi jenis
kelamin serta semua pengalaman hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka, (2)
Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan
aktifitas dan latar belakang pendidikan guru, (3) training properties,segala sesuatu yang
berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap guru terhadap peserta didik,

12
kemampuan dan intelegensi guru baik dalam kemampuan guru dalam pengelola pembelajaran
maupun kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran.
A. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik ini mencakup pendekatan, metode, atau cara yang
dapat digunakan dalam menjabarkan silabus menjadi desain pembelajaran/rencana
pelaksanaan pembelajaran terpadu yang dkemas dalam kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan akhir/penutup atau tindak lanjut.
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan awal atau pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan
awal yang harus ditempuh gurudan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
tematik. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang
memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi
waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karma waktu yang tersedia relatif singkat.
Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal
pembelajaran dengan baik sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran tematik peserta didik
sudah siap mengikuti pembelajaran dengan baik. Kegiatan pendahuluan ini terdiri atas
beberapa langkah berikut ini:
a. Menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif.
b. Membangkitkan dan menarik perhatian peserta didik untuk menumbuhkan kesiapan
belajar peserta didik (readiness), antara lain mengecek atau memeriksa kehadiran
peserta didik (presence, attendance).
c. Membangkitkan motivasi, semangat dan minat peserta didik untuk siap menerima
pelajaran.
d. Menciptakan suasana belajar yang demokratis.
e. Melaksanakan apersepsi (apperception) dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
materi pembelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dalam memberikan komentar
terhadap jawaban peserta didik dilanjutkan dengan mengulas materi pembelajaran yang
akan dibahas.
f. Melaksanakan evaluasi awal (pre test) yang dapat dilakukan dengan cara lisan maupun
tertulis pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bias
juga evaluasi awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apresiasi.
g. Memberikan acuan topik yang akan dibahas.
Guru perlu mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan
prasyarat, dan karakteristik peserta didik yang akan belajar, sehingga akan terhindar dari

13
kemungkinan memberikan materi pembelajaran terlalu sulit atau terlalu mudah, dan materi
pembelajaran yang tidak perlu. Guru hanya akan memberikan materi pembelajaran yang
benar-benar diperlukan untuk membantu peserta didik agar dapat menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
2. Kegiatan inti
kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang
menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik (learning
experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan bentuk interaksi langsung antara peserta didik dengan guru maupun peserta
didik dengan peserta didik lainnya. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan
adalah peserta didik berinteraksi dengan sumber belajar lain diluar kelas atau luar sekolah
yang bukan kegiatan iteraksi tatap muka antara guru dengan peserta didik. Kegiatan inti
pembelajaran tematik bersifat situasional, dalam arti disesuakan dengan situasi dan kondisi
setempat dimana proses pembelajaran terpadu itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran tematik, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan inti pada awal pembelajaran:
Guru menyampaikan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta
didik beserta garis-garis besar materi pembelajaran yang akan disampaikan. Hal ini
perlu dilakukan agar peserta didik mengetahui semenjak awal kemampuankemampuan
apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang
cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut kepada peserta
didik bias dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duanya. Guru
menulikian tujuan/ kompetensi tersebut dipapan tulis dilanjutkan dengan penjelasan
secara lisan mengenai pentingnya kmpetensi tersebut dikuasai oleh peserta didik.
b. Menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik.
Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang harus ditempuh peserta didik dalam
mempelajari tema/topik atau materi pembelajaran yang telah ditentukan. Kegiatan
belajar hendaknya lebih berorientasi atau mengutamakan aktivitas peserta didik yang
berkadar tinggi. Guru hanya sebagai fasiliator yang memberikan kemudahan kepada
peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan
sendiri apa yang dipelajarinya, sehingga prinsipprinsip belajar sesuai dengan
‘konstruktifvisme’ hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran tematik.

14
3. Kegiatan akhir / penutup dan tindak lanjut
Kegiatan akhir atau penutup dalam pembelajaran tematik tidak hanya diartikan sebagai
kegiatan untuk proses pembelajaran, tetapi juga sebagai hasil belajar peserta didik dan
kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut ini harus dilakukan berdasarkan pada proses
dan hasil belajar. Guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu yang tersedia untuk
kegiatan akhir pembelajaran tematik yang cukup singkat ini sesfisien mungkin. Kegiatan
akhir/penutup ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Guru dengan peserta didik secara bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
yang telah diajarkan.
2. Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang
harus dikerjakan peserta didik dirumah, membaca materi pembelajaran tertentu,
memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
3. Menggemukkan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
4. Memberikan evaluasi-evaluasi lisan atau tertulis lalu mengkaji hasil evaluasi akhir
tersebut.
5. Menutup kegiatan pembelajaran. (Lukmanul Hakim, 2008: 203-205)

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Swasta At Taufiq Medan tepatnya di Jalan Jl.
Williem Iskandar No.126, Indra Kasih, Kec. Medan Tembung, Kota Medan,
Sumatera Utara 20371. yang berjumlah 25 siswa, pada kelas IV, Penelitian ini dilaksanakan
selama 2 Kali Pertemuan yaitu:
No Nama Hari/ Tanggal Waktu Penelitian
1 Pertemuan Pertama Sabtu/ 18 November 2023 2 x 35 Menit
2 Pertemuan Kedua Jum’at/ 24 November 2023 2 x 35 Menit

3.2 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan darı orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007). Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi (Sugiyono, 2009).
Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata,
laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami
(Creswell, 1998:15). Pada penelitian kuantitatif biasanya lebih menekankan kepada cara
pikir yang lebih positiv yang bertitik tolak dari fakta sosial yang ditarik dari realitas objektif,
disamping asumsi teoritis lainnya. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan
bersifat penemuan. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk
mengetahui makna yang tersembunyi untuk memahami interaksi sosial, untuk
mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.

16
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi tes instrumen yang digunakan
adalah tes berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Memahami Tema Indahnya
Kebersamaan, adapun objek penelitiannya adalah siswa kelas IV di SD Swasta At Taufiq
Medan.

3.4 Prosedur Penelitian


1. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran problem solving dengan
sintaks/langkah Langkah: tahap menyiapkan masalah, tahap menyajikan masalah,
tahap pengumpulan data untuk pemecahan masalah, tahap merumuskan hipotesis
(pemecahan masalah), tahap menguji hipotesis, dan tahap menyimpulkan.
2. Memberikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
3. Memeriksa jawaban dan mempresentasikan di depan kelas
4. Melakukan analisa terhadap jawaban siswa dan siswi.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran matematika Tematik


(Terpadu) kepada siswa pada saat proses belajar mengajar. Penelitian ini dilakukan sebanyak
2 kali pertemuan, di mana setiap pertemuan memiliki waktu 2 les pelajaran (1×35 menit).
Aktivitas yang telah dilakukan di ruangan kelas telah diatur pada RPP yang sudah
dirancangkan oleh peneliti. Adapun materi yang peneliti bawakan yaitu dengan Tema
Indahnya kebersamaan pada kelas IV SD Swasta At Taufiq Medan. Pada pertemuan pertama
dengan mengangkat sub tema Bersyukur atas Keberagaman dan pada pertemuan kedua
dengan Sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku. Dengan menggunakan pengelompokan
yang sudah dibuat oleh siswa.
Pertemuan Pertama
Pada pertemua pertama yaitu pada hari sabtu 18 November 2023, materi yang kami
bawakan mencakup tiga mata Pelajaran yang dilakukan riset tanpa memisahkan ketiga mata
Pelajaran tersebut: Matematika, Bahasa Indonesia, dan PPKn, Perlu di ingat bahwasanya
materi yang kami sampaikan ini sudah sesuai dengan kurikulum yang diterapkan oleh pihak
sekolah, yaitu kurikulum 13 (K-13), dimana pada kurikulum ini materi Segi banyak,
Menemukan gagasan Utama/ Membuat Paragraf, dan penerapan Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara pada siswa.
Di hari sabtu 18 november kami telah melakukan pembelajaran matematika tersebut dengan
model pembelajaran Tematik, kemudian membagikan 4 LKPD dimana kami membuat 4
kelompok, sehingga 1 kelompok menerima 1 LKPD, dengan hasil sebagai berikut:

Kelompok Masalah Masalah Masalah Masalah


1.1 1.2 1.3 1.4
Kelompok 1 Salah Benar Salah Benar
Kelompok 2 Benar Benar Benar Benar
Kelompok 3 Benar Benar Benar Benar
Kelompok 4 Benar Benar Salah Benar

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwasanya Dominan masalah dapat di jawab dengan benar,
kecuali pada masalah 1.1 dan 1.3 dimana ada 3 yang menjawab salah, namun selebihnya
jawabannya benar semua.

18
Bisa kita lihat pada gambar dibawah ini ketiga kelompok tersebut yaitu kelompok 1
dan 4 jawabannya salah dikarenakan terjadi kesalahan dalam pemecahan masalah, yang
dimana dalam memahami sola dan kosnepnya kurang teliti sehingga terjadi kesalahan dalam
pengisian Lembar Kerja Siswa , seperti yang kita tahu jika sudah salah maka akan berdampak
pada jawaban yang diberikan, karena ini adalah pelajaran yang mencakup tiga mata Pelajaran
maka diharapkan siswa membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dan konsentrasi dalam
menganalisa pertanyaan yang diberikan:

Jawaban Salah oleh kelompok 1 dan 4

Maka kesimpulan yang kita dapat, pada pertemuan hari pertama di hari sabtu 18
November 2023, model pembelajaran yang kami terapkan yaitu Model pembelajaran Tematik
berjalan lancar dan sesuai dengan sintaks nya, selain itu tujuan model pembelajaran ini juga
tercapai yang dimana para siswa dan siswi tersebut telah mengembangkan kemampuan
berfikirnya, walaupun dikerjakan dalam kelompok namun kerja sama yang dilakukan juga
bagus, sehingga menghasilkan jawaban yang benar , namun berjalan lancarnya tidak 100 %
hanya 85% saja, hal itu disebabkan karena para siswa dan siswi kebanyakan tidak
menjalankan tahap pengerjaan dengan rapi dan tepat pada LKPD yang diberikan.
Pada LKPD nya siswa pengerjaaan Individual langsung menuliskan jawabannya saja
tanpa menulis apa yang menjadi permasalahannya dan apa yang ditanyakan pada
permasalahannya, namun masih terdapat juga di setiap kelompok yang menuliskan apa yang
instruksikan dan apa yang ditanya namun tidak pada semua permasalahan. Dengan kata lain
kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan masalah LKPD yang diberikan sudah
terbentuk melalui model pembelajaran tematik ini sehingga prosesnya di jalankan tersebut
berjalan terpadu, Model pembelajaran Tematik telah terbukti efektif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa SD. Berdasarkan penelitian, penerapan model pembelajaran
Tematik dapat memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa. Selain

19
itu, metode pembelajaran Tematik juga berdampak positif terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik di berbagai mata pelajaran, seperti matematika, Bahasa Indinesia, dan
PPKn. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Tematik dapat
membantu mengembangkan proses belajar siswa dengan terpadu dan baik sesuai dengan rpp
yang diberikan.

Pertemuan Kedua

Berikutnya di hari Jum’at pada 24 November kami Kembali mendatangi sekolah


Dasar Swasta At Taufiq medan, untuk melaksanakan model pembelajaran Tematik pada
pertemuan berikutnya, pada pertemuan pertama membahas mengenai Sub Tema Bersyukur
atas Keberagaman dan pada pertemuan keduan ini dengan Sub tema Keberagaman Budaya
Bangsaku dengan tiga mata Pelajaran yang dilakukan secara terpadu yaitu: Matematika,
Bahasa INdinesia, dan PPKn tanpa memisahkan setiap mata Pelajaran melainkan
menggabungkan menjadi satu untuk model pembelajaran temtaik tersebut.
Jadi pada kurikulum 13 (K-13) ini, dimana pada buku tematik kelas 4 sesuai dengan
tema dan sub tema yang di angkat dengan materi Segi banyak (matematika), Menemukan
gagasan Utama/ Membuat Paragraf Bahasa Indonesia), dan penerapan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara pada siswa (PPkn). Dari ketiga mata Pelajaran ini seperti
yang sudah dijelaskan ketiga mata Pelajaran ini digabungkan mnejadi satu menjadi satu
pertanyaan atau permasalahan dalam soal LKPD tersebut.
Dengan langkah langkah yang sama kami membagi siswa kedalam 5 kelompok dan
membagikan 5 LKPD dengan 3 permasalahan, dan kami dapati hasil sebagai berikut:

Kelompok Masalah Masalah Masalah Masalah


1.1 1.2 1.3 1.4
Kelompok 1 Salah Benar Benar Benar
Kelompok 2 Benar Benar Benar Benar
Kelompok 3 Benar Benar Benar Benar
Kelompok 4 Benar Benar Benar Benar

Pada pertemuan yang kedua ternyata hasilnya meningkat dari pertemuan pertama
dimana hanya ada 1 kelompok yang menjawab salah pada masalah 1.1 masalah dengan
mari kita lihat jawaban mereka:

20
Jawaban salah oleh Kel. 1

Maka kesimpulan yang kita dapat, pada pertemuan hari Kedua di hari Jum’at 24 November
2023, model pembelajaran yang kami terapkan yaitu Model pembelajaran Tematik berjalan
lancar dan sesuai dengan sintaks nya, selain itu tujuan model pembelajaran ini juga tercapai
yang dimana para siswa dan siswi tersebut telah mengembangkan kemampuan menganalisis
soal dan mengaplikasikannya, walaupun dikerjakan dalam kelompok namun kerja sama yang
dilakukan juga bagus, sehingga menghasilkan jawaban yang bena, namun berjalan lancarnya
tidak 100 % hanya 95 % saja , hal itu disebabkan karena para siswa dan siswi kebanyakan
tidak menjalankan tahap pengerjaan dengan rapi pada lembaran pengerjaan individual yang
menyamakan hasilnya sesuai dengan LKPD yang diberikan.
Sehingga kesimpulan yang dapat kita tarik dalam pelaksanaan model pembelajaran
Tematik pada pertemuan kedua itu berjalan dengan lancar, karena tujuan dari model
pembelajaran ini tercapai. Jika kita lihat pada pertemuan pertama dan pertemuan ke dua
terlihat jelas perbedaan yang terjadi, dimana pada pertemuan 1 pelaksanaan model
pembelajaran tematik ini terlaksana dengan lancar juga andai saja untuk kelompok yang
menjawab salah lebih banyak dari pada kelompok pada pertemuan kedua dengan
perbandingan persentasi antar pertemuan pertama dan kedua adalah 85% dan 95% dan
mencapai tujuan dari model pembelajaran ini sendiri, sementara pada pertemuan 2
pelaksanaan model pembelajaran tidak berjalan dengan lancar karena tujuan model
pembelajaran ini tidak tercapai.
Hal itu mungkin disebabkan karena :
1. Materi baru yang di berikan belum di pahami sepenuhnya, walaupun sudah
dijelaskan tentang materi yang diberikan namun hanya sebagian siswa atau
seperempat siswa saja yang paham dan selebihnya tidak. Hal itu disebabkan karena
kurangnya percaya diri saat guru menanyakan apakah semua sudah paham terkait

21
materi yang diajarkan, namun semua ikut menjawab sudah padahal aslinya belum
paham terkait materi baru tersebut.
2. Kurangnya Keterlibatan Siswa, Ketika siswa tidak merasa termotivasi atau terlibat
dalam proses pembelajaran, kemungkinan mereka untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis akan menurun. Motivasi internal dan eksternal
memainkan peran penting dalam proses pembelajaran.
3. Ketidak fokusan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan, ketidak fokusan
dapat menjadi salah satu penyebabnya bisa kita lihat ada jawaban yang salah karena
tidak teliti tentu hal itu disebabkan karena gagalnya focus dalam memecahkan
masalah tersebut.
Namun berdasarkan penelitian penelitian yang telah dilakukan selama ini dan juga penelitian
yang kami lakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Tematik sudah terbukti
efektif untuk membentuk daya analisis siswa terkait dengan pembelajaran tematik terpadu.

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian penerapan model pembelajaran tematik untuk anak SD menunjukkan bahwa
pembelajaran tematik memberikan kesempatan pada siswa untuk memunculkan dinamika
dalam pendidikan. Model ini memungkinkan siswa secara produktif menjawab pertanyaan
yang mereka ajukan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang dunia di sekitar
mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dengan memperhatikan aktivitas, kreativitas, rasa senang,
dan interaksi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dengan persentase 85%
da 95% yang dimana proses pembelajaran dengan model tematik berlangusng secara lancer
dan efektif.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, disarankan agar:
1. Guru sebaiknya lebih menekankan pada proses memahami masalah sehingga siswa
mampu menggunakan informasi diberikan dalam melakukan pemecahan masalah
dengan baik.
2. Guru sebaiknya lebih sering memberikan soal yang menuntut penalaran berfikir siswa
dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga tidak hanya terfokus pada
keterampilan prosedural yang dilakukan siswa.
3. Dalam setiap pembelajaran tematik guru hendaknya selalu melibatkan penggunaan
media pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat memberikan kemudahan terhadap
peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu,
serta mampu memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
4. Hendaknya sekolah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengupayakan
pelatihan bagi guru agar dapat menggunakan media pembelajaran yang tepat dan
tersistem sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Angi St. Anggari, d. (2017). Indahnya Kebersamaan Buku Teamatik Kurikulum 2013.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dr. Ahmad Sulhan, S. A. (2019). Konsep Dasar Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.
Mataram : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.

Muzaky, Muhammad F. "Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika


pada Materi Segitiga dan Segiempat." Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 1, no. 1,
2017, pp. 21-27, doi:10.37150/jp.v1i1.1105.
Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Sudiono, Eri. "Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Persamaan
Garis Lurus Berasarkan Analisis Newman." Union, vol. 5, no. 3, 2017,
doi:10.30738/.v5i3.1282.

24
LAMPIRAN

LKPD PERTEMUAN 1

LKPD PERTEMUAN 2

DOKUMENTASI KEGIATAN DI KELAS

25
26

Anda mungkin juga menyukai