Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMETAAN TEMA
Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Muatan Matematika
Diampu oleh Ibu Siti Mas’ula, S.Pd., M.Pd. dan Yuniawatika, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Aulia Nirmala Putri Firdaus (200151602895)

2. Kartika Arlianasari Nurrohmah (200151602923)


3. Novela Hayunda Purbadianti (200151603091)
4. Viona Salma Roheni (200151602921)
5. Weinty Anggraini (200151602971)
6. Yaffa Kalinda Sahara (200151603099)

Offering : G20

PROGRAM STUDI S1 PGSD


JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
C. Tujuan Pembelajaran................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5
A. Pemetaan Tema ........................................................................................................................... 5
B. Cara Menentukan Tema dalam Pembelajaran Tematik .............................................................. 5
C. Prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema .............................................................................. 8
D. Jaringan Tema ........................................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
Daftar pustaka..................................................................................................................................... 17
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran yang mengkolaborasikan
antara materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema.Dalam
pembelajaran ini siswa dapat mempelajari tentang tema-tema yang ada dalam lingkup
sekolah dasar mulai dari standar kompetisinya,kompetensi dasar dan indicator pada
setiap mata kuliah.Sehingga guru dapat menerapkan strategi,model,metode
pembelajaran yang cocok pada setiap temanya.
Pemetaan tema adalah suatu kegiatan mendapat gambaran secara menyeluruh dan
utuh dari semua standar kompetensi,kompetensi dasar dan indicator setiap mata
pelajaran.Pemetaan tema berguna untuk mempersingkat dengan jelas suatu tema
sehingga arah pembelajaran lebih jelas dan diadakan secara efektif.Guru dapat
mengetahui materi pokok yang ada dalam sebuah tema dan melakukan pemetaan tema
juga dapat digunakan juga untuk mengetahui tema apa yang dibutuhkan para siswa
untuk segeran dipelajarinya sehingga materi yang disampaikan guru akan tertanam
dengan maksimal.
Dalam pemetaan tema terdapat jarring-jaring tema yang berarti sebuah
petakonsep yang disusun sesuai dengan mata pelajaran yang berada pada tema yang
dipilih yang disusun sesuai keterpaduan.Kompetensi dasar dan indikatornya.Sehingga
hal ini dapat loebih memudahkan guru mengetahui tujuan pembelajaran yang akan
dicapai dalam tema tersebut dan menerapkan pembelajaran yang cocok di dalamnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian pemetaan tema?
2. Bagaimana cara menentukan tema pada pembelajaran tematik?
3. Bagaimana prinsip-prinsip pengembangan dan pemilihan tema?
4. Apa jaringan tema?

C. Tujuan Pembelajaran
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat disimpulkan tujuan pembelajaran
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pemetaan tema.
2. Untuk mengetahui cara menentukan tema pada pembelajaran tematik.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan dan pemilihan tema.
4. Untuk mengkaji dan mendiskusikan jaringan tema.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemetaan Tema
Tema pembelajaran tematik sebagai alat/wahana pemersatu dari standar kompetensi
setiap mata pelajaran yang dipadukan. Dalam penentuan tema dapat ditetapkan sendiri
oleh guru dan/atau bersama peserta didik. Pemetaan tema adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua kompettensi inti, kompetensi
dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
Pemetaan pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Pembelajaran
tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran
dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema (Trianto, 2011: 283).
Sukayati, (2004: 204) menjelaskan bahwa tema menjadi pengikat keterkaitan antara
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Pada model pembelajaran ini guru
menyajikan pembelajaran dengan tema dan subtema yang disepakati dan dihubungkan
dengan antar mata pelajaran sehingga peserta didik memperoleh pandangan dan hubungan
yang utuh tentang kegiatan dari mata pelajaran yang berbeda-beda. Sebagaimana Subroto
(1998: 38) menegaskan bahwa dalam pembelajaran tematik yang juga disebut
pembelajaran terpadu merupakan model terkait, pembelajaran dimulai dari suatu tema.
Tema diramu dari kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran yang
dijabarkan dalam konsep, ketrampilan, atau kemampuan yang ingin dikembangkan dan
didasarkan atas situasi dan kondisi kelas; guru-siswa dan lingkungan. Dengan demikian
menurut Sukayati (2004: 204) peserta didik mempunyai motivasi tinggi karena pelajaran
melalui tema ini akan memudahkan siswa dalam melihat bagaimana berbagai kegiatan dan
gagasan dapat saling terikat tanpa harus melihat batas-batas pemisah beberapa mata
pelajaran.

B. Cara Menentukan Tema dalam Pembelajaran Tematik


Menurut Tim Puskur dari Departemen Pendididkan Nasional (2006) menentukan
tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, guru mempelajari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam tiap-tiap mata pelajaran,
dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, guru menetapkan terlebih
dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut guru dapat
bekerja sama dengan siswa-siswi sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Perbedaan antara cara pertama dengan cara yang kedua terletak pada penentuan
tema. Cara yang pertama penentuan tema dilakukan setelah guru melakukan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar karena dalam indikator. Tema ditentukan setelah
melihat keterhubungan antara kompetensi satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya. Tema untuk pembelajaran tematik dapat berasal dari beberapa sumber. di
antaranya adalah: Isu-isu, Masalah-masalah, Event-event khusus, Minat siswa, dan
Literatur.
Tema-tema dalam pembelajaran tematik, sebagaimana dijelaskan Subroto dan
Herawati (1978) juga dapat dikembangkan berdasarkan kriteria berikut:
• Minat siswa-siswi yang pada umumnya dapat menarik untuk dijadikan kriteria
penentuan tema, seperti hari libur. Kegiatan hari libur sangat menyenangkan bagi
siswa-siswi. Banyak yang dapat dilakukan oleh siswa-siswi, seperti memain bola, ke
sawah, dan sebagainya.
• Minat guru yang berhubungan dengan sekolah, siswa-siswi atau proses pembelajaran
yang disesuaikan dengan pemahaman siswa-siswi. Misalnya, guru dapat memilih
tema koperasi sekolah. Guru dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan seperti
apa yang dijual di koperasi sekolah? Dan apa keuntungan koperasi sekolah?
• Kebutuhan siswa-siswi, seperti perkelahian antara siswa-siswi yang perlu pemecahan
dan jalan keluar. Siswa-siswi dapat dilibatkan dalam mengambil pemecahan
perkelahian antara siswa-siswi. Oleh karena itu, perkelahian dapat dijadikan sebagai
tema.
Dalam memadukan atau mengikat pelajaran-pelajaran menjadi satu tema perlu
diperhatikan sarat-syaratnya :
• Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
• Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
• Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri.
• Kompetensi dasar yang tidak tercakup dalam tema tertentu harus diajarkan baik
melalui tema lain maupun berdiri sendiri.
• Kegiatan ini ditekankan kepada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta
penanaman nilai-nilai moral.
• Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan,
dan daerah setempat.
Jika syarat-syarat tersebut telah diketahui, maka penentuan tema bisa dimulai dengan
tahapan persiapan terlebih dahulu berupa :
a. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dalam Tema
b. Penetapan Jaringan Tema
c. Penyusunan Silabus
d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Pemetaan tema juga dapat dijabarkan dalam tahapan berikut ini :
(a) Tahap Pertama
Perancangan oleh guru merupakan peringkat yang paling penting. Hal tersebut dapat
membantu guru dalam membentuk pengembangan tema dari perspektif kurikulum
berdasarkan tema yang dipilih.
(b) Tahap Kedua
Pada tahap ini, guru perlu mengambil permasalahan dan pengembangan dari tahap
pertama. Guru selanjutnya mengembangkan akitivitas-aktivitas pembelajaran
berdasarkan permasalahan tersebut.
(c) Tahap Ketiga
Setelah aktivitas pengembangan tema dan pemetaan tema telah dilakukan,
pembelajaran tematik dapat dikaitkan dengan ke mata pelajaran lain seperti: Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Pendidikan Agama, IPA, IPS, Pendidikan
Seni, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Setelah pemetaan, dapat dibuat jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi
dasar dengan tema pemersatu dan mengembangkan indikator pencapaiannya untuk setiap
kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara
tema, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran. Kompetensi dasar dan
materi yang luas dan tersebar pada masing-masing mata plejaran dapat mengakibatkan
pemahaman yang parsial dan tidak terintegrasi, padahal memiliki jaringan tema
keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu.
Menurut Tim Puskur Departemen Pendidikan Nasional, kegiatan pemetaan dapat
dilakukan dengan:
1. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari
setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indicator perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
✓ Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
✓ Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
✓ Dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.
2. Menentukan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara:
• Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam
masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.
• Menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan
tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
Penentuan tema dapat ditempuh dengan prosedur yang dikemukakan oleh Subroto dan
Herawati (1978) sebagai berikut:
(a) Menumbuhkan minat siswa-siswi pada suatu tema.
(b) Mempertimbangkan sumber-sumber yang diperlukan. Bila perlu guru
mempersiapkan rencana antisipasi, misalnya karya wisata.
(c) Mengidentifikasi apa yang telah diketahui oleh siswa-siswi dan apa saja yang ingin
diketahui.
(d) Menentukan fokus tema tertentu, pemahaman, nilai-nilai, pengetahuan, atau sikap.
(e) Menentukan cara-cara untuk melakukan eksplorasi pertanyaan-pertanyaan, dan
mempertimbangkan ketrampilan-ketrampilan yang harus dimiliki siswa-siswi.
(f) Mengumpulkan sumber-sumber belajar. Mengacu pada pertanyaan-pertanyaan
fokus.
(g) Penilaian yang dilakukan berulang-ulang dan mengkaji hasilnya pada kegiatan
akhir.

C. Prinsip Pengembangan dan Pemilihan Tema


Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,
mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-
masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua,
menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan
mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema
yang ada. Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
1) Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa
Tema yang dipilih sebaiknya tema-tema yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan
dialami anak (Sukandi dkk., 2003). Mengangkat realita sehari-hari dapat menarik minat
siswa-siswi dan meningkatkan keterlibatan siswa-siswi dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran tematik, anak belajar tentang dunia nyata sehingga pencapaian
kompetensi dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran lebih
bermakna karena mudah dipahami. Kebermaknaan pembelajaran sangat penting karena
dapat memberikan pencerahan (insight) pada anak, juga membuat anak termotivasi
dalam belajar sehingga mereka memiliki minat tinggi dalam pembelajaran (Samani,
2007).
2) Dari yang termudah menuju yang sulit
Dari yang sederhana menuju yang kompleks. Pada tahapan usia sekolah dasar, cara
anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal
yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman
materi (Tim Pusat Kurikulum Balitbang Departemen Pendidikan Nasional, 2006).
3) Dari yang sederhana menuju yang kompleks
Sederhana menuju kompleks, maksudnya bahan pelajaran harus dimulai dari yang
sederhana,baru diikuti yang kompleks.
4) Dari yang konkret menuju ke yang abstrak
Anak tidak belajar hal yang abstrak, tetapi belajar dari fenomena kehidupan dan
secara bertahap belajar memecahkan problem kehidupan. Menurut Sukandi (2003),
dunia anak adalah dunia nyata. Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai
dengan tahap berpikir nyata. Anak-anak biasanya melihat peristiwa atau objek yang
didalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Misalnya, dalam
berbelanja di pasar, anak-anak dihadapkan pada hitung-menghitung (Matematika),
aneka ragam makanan sehat (IPA), dialog tawar menawar (Bahasa Indonesia),
penggunaan uang (IPS), tata cara dan etika jual beli (Agama), dan mata pelajaran
lainnya. Anak belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat,
didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses
dari hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa-siswi dihadapkan
dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih
nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
5) Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa-
siswi dan membangun pemahaman konsep karena adanya sinergi pemahaman antar
konsep yang dikemas dalam tema.
6) Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk
minat, kebutuhan, dan kemampuannya
Dalam pembelajaran tematik, berbagai mata pelajaran dihubungkan dengan tema
yang cocok dengan kehidupan sehari-hari anak, bahkan diupayakan yang merupakan
kesenangan anak pada umumnya sehingga siswa-siswi tertarik untuk mengikuti
pelajaran. Ketertarikan siswa-siswi pada "apa" yang dipelajari merupakan "pintu"
pertama belajar dan menjadi "kunci" keberhasilan belajar. Sebaliknya, jika siswa-siswi
tidak tertarik belajar bisa menjadi faktor kegagalan dalam belajar bagi siswa-siswi
(Samani, 2007).
Tema yang dipilih, menurut Sukandi (2003) dapat mengembangkan tiga ranah
sasaran pendidikan secara bersamaan, yaitu kognitif (seperti gagasan konseptual tentang
lingkungan dan alam sekitar),keterampilan (seperti memanfaatkan informasi,
menggunakan alat, dan mengamati gejala alam), dan sikap (jujur, teliti, tekun, menghargai
perbedaan, dan sebagainya).
Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit.
Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya
lebih spesifik dan lebih kongkret. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat
dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran.

D. Jaringan Tema
1. Hakikat Jaringan Tema
Jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok
bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi terkait. Dengan terbentuknya jaringan
tema diharapkan siswa siswa memahami satu tema tertentu dengan melakukan
pendekatan interdisiplin berbagai ilmu pengetahuan. Selain untuk mempermudah
pemahaman, jaringan tema juga mengajari pembiasaan agar siswa siswi mampu berpikir
secara integrative dan holistic.
Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari model pembelajaran
terpadu yang banyak digunakan. Dalam pembelajaran terpadu, ekplorasi topik/tema
menjadi alat pemacu utama bagi pelakasananya. Untuk pemilihan topik atau tema serta
menghubungkan satu tema ke tema lainnya menjadi persolaan pentingyang harus
dikuasai oleh maupun siswa-siswi.
Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari model pembelajaran
terpadu yang banyak digunakan dewasa ini. Lebih spesifik lagi, pembuatan jaringan tema
merupakan implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model Webbed.
Pembelajaran terpadu model Webbed adalah pembelajaran yang menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menetukan tema
tertentu. Tema dapat ditentukan dengan negosisasi guru dan siswa, tetapi dapat pula
diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan sub-sub temanya
dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi (Trianto 2007). Pengembangan
tema menjadi sub-sub tema serta pola keterkaitannya inilah yang kemdian membentuk
jaringan tema.
Dari berbagai penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa jaringan tema
adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-sub pokok bahasan yang telah
diambil dari bidang studi terkait. Dengan terbentuknya jaringan tema siswa dapat
diharapkan memahami suatu tema tertentu dengan menggunakan pendekatan
interdisiplin berbagai bidang ilmu pengetahuan.
2. Prinsip Dan Kriteria Jaringan Tema
Dalam menentukan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
1. Memperhatikan lingkungan terdekat
2. Dari yang termudah menuju sulit
3. Dari yang konkret menuju abstrak
4. Tema yang dipilih harus mungkin terjadi proses berfikir pada diri anak
5. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa termasuk
minat kebutuhan dan kemampuan.
Sebuah jaringan tema dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi beberapa
kriteria. Diantaranya kriteria tersebut antara lain :
a) Simpel
Jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan perencanaan pembelaran
secara keseluruhan.
b) Sinkron
Jaringan tema terdiri dari dua komponen utama yaitu tema pngikat dan materi-
materi yang terkait dan bisa masuk dalam cakupannya. Untuk menyusun jaringan
tema yang baik, maka hal yang perlu diperhatikan adalah sinkronisasi antara tema
antara materi materi yang dijaring didalamnya.
c) Logis
Keterkaitannya anatara tema dengan materi yang diikat harus logis. Hal ini
mengandung penngertian bahwa yang dijaring betul-betul merupakan bagian dari
tema. Sehingga tidak bdibutuhkan tema-tema yang lain untuk menjaring materi-materi
tersebut.
d) Mudah dipahami
Jaringan tema yang baik adalah jaringan tema hyang mudah dipahami oleh semua
orang. Dengan demikian, siapapun dapat menyusun dan mengembangkan
pembelajaran pembelajaran tematik dengan berpegangan pada jaringan tema tersebut.
Jaringan tema diuoayakan tidak hanya dipahami oleh pembuatnya saja, akan tetapi
harus dapat digunakan oleh semua orang.
e) Kemenarikan
Tema hendaknya dipilih yang menarik sesuai dengan minat anak, tingkat
perkembangan anak dan bersifat konkrit.
f) Terpadu.
Tema dan materi-materi diikat oleh kesamaan substansi yang ingin disampaikan
kepada siswa-siswi. Oleh karena itu dalam pembuatan jaringan tema, asas
keterpaduan antara tema dan materi tidak diabaikan. Pembuatan jarinagan tema
diharapkan dapat menampilkan gambaran keterpaduan antara tema dan materi
menjadi satu bagian utuh yang akan dikembangkan menjkadi skenario pembelajaran
tematik.
3. Kekurangan Dan Kelebihan Jaringan Tema
Kelebihan jaringan tema yang mengikuti model pembelajaran terpadu milik Webber
adalah:
• Penyelaksian/penentuan tema sesuai minat akan memotivasi siswa-siswi unuk
belajar.
• Lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
• Memudahkan perencanaan.
• Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa-siswi.
• Memberikan kemudahan bagi siswa-siswi dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-
ide berbeda yang terkait.
Sedangkan kekurangan jaringan tema model pembelajaran terpadu Webber adalah,
• Sulit dalam menyeleksi tema.
• Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal.
• Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan daripada
pengembangan konsep.
4. Langkah-Langkah Membuat Jaringan Tema
Pembuatan jaringan tema dilakukan dengan cara menggabungkan kompetensi
dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat
kaitannya dengan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu yang
tgersedia untuk setiap tema.
Langkah langkah membuat jaringan tema:
1. Menentukan tema, dalam penentuan tema biasa dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Cara pertama: dengan cara mempelajari setandar kompetensi dan kopetensi
dasar yang terdapat dalam masing masing pelajaran, dilanjutkan dengan
menentukan tema yang sesuai.
b. Cara kedua: menetapkan terlebih dahulu tema tema pengikat keterpaduan untuk
menentukan tema tersebut, guru dapat bekerja sama dengan siswa siswi sesuai
dengan minat dan kebutuhan merekan.
2. Menginventarisasi materi materi yang masuk/ sesuai dengan tema yang telah
ditentukan. Langkah ini terlalu rumit karena pada pertemuan sebelumnya telah
dilakukan pemetaan tehadap materi materi yang akan diajadikan bahan pembuatan
jaringan tema.
3. Mengelompokkan materi yan telah diinventarisir kedalam rumpun mata
pelajarannya masing masing. Hal ini untuk mempermudah mmencari keterkaitan
tema dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang disajikan dengan menggunakan
model pembelajaran tematik.
4. Menghubungkan materi-materi yang telah dikelompokkan dalam rumpun mata
pelajaran dengan tema. Pola hubungan antara tema dengan rumpun materi
diilustrasikan dengan sebuah bagan .

5. Contoh Jaringan Tema


Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-
masing matapelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut
dapat dibuat dalam bentuk bagan dan/ atau matriks jaringan tema yang memperlihatkan
kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak
hanya itu, dalam pemetaan ini harus tampak juga hubungan tema pemersatu dengan
indicator-indikator pencapaiannya. Contoh pemersatu “ Tempat Umum” dalam bagan
dan matriks di bawah ini :
Tema : Tempat umum
Materi yang di padukan antara lain:
1. Bahasa Indonesia
• Mendengarkan: melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk
• Berbicara: mendiskripsikan benda-benda disekitar dengan kalimat sederhana
• Membaca: membaca nyaring kata dengan lafal dan intonasi yang tepat
2. Ips
• Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan di tempat umum, untuk
menjelaskan lingkungan yang sehat dan perilaku dalam menjaga kesehatan
ditempat umum
3. Ipa
• Mengenal cara menjaga lingkungan umum agar tetap sehat
• Membedakan lingkungan sehat dengan lingkungan tidak sehat serta
menceritakan perlunya merawat peliharaan dan lingkungan sekitar
4. Pkn
• Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah
• Melaksanakan aturan yang berlakudi masyarakat
5. Matematika
• Pengelompokkan bangun ruang
• Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas permukaan dan
volume bangun ruang
Jaringan Tema

Bahasa Indonesia IPS

• Mendengarkan: melaksanakan • Menunjukkan sikap hidup rukun dalam


sesuatu sesuai dengan perintah atau kemajemukan di tempat umum, untuk
petunjuk
menjelaskan lingkungan yang sehat dan
• Berbicara: mendiskripsikan benda-
perilaku dalam menjaga kesehatan
benda disekitar dengan kalimat
sederhana ditempat umum
• Membaca: membaca nyaring kata
dengan lafal dan intonasi yang tepat

Tema

Lingkungan

IPA PKN

• Mengenal cara menjaga lingkungan umum • Melaksanakan tata


agar tetap sehat tertib di rumah dan
• Membedakan lingkungan sehat dengan di sekolah
lingkungan tidak sehat serta menceritakan • Melaksanakan
perlunya merawat peliharaan dan aturan yang
lingkungan sekitar berlakudi
masyarakat

Matematika

• Pengelompokkan
bangun ruang
• Menyelesaikan
masalah
kontekstual yang
berkaitan dengan
luas permukaan
dan volume
bangun ruang
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemetaan tema dalam pembelajaran tematik berguna untuk memudahkan guru
dalam menerapkan pembelajaran yang efisien dan efektif,didalamnya terdapat jarring-
jaring tema yang berisi tentang tema yang akan dipetakan,KD,Indikator serta mata
pelajaran yang ada dalam tema yang dipilih. Dalam menetapkan tema perlu
memperhatikan beberapa prinsip yaitu memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan
siswa,dari yang termudah menuju yang sulit,dari yang sederhana menuju yang
kompleks,dari yang konkret menuju ke yang abstrak,tema yang dipilih harus
memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa,dan ruang lingkup tema
disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan
kemampuannya.Jaringan tema adalah pola hubungan antara tema tertentu dengan sub-
sub pokok bahasan yang diambil dari berbagai bidang studi terkait. Dengan terbentuknya
jaringan tema diharapkan siswa siswa memahami satu tema tertentu dengan melakukan
pendekatan interdisiplin berbagai ilmu pengetahuan. Selain untuk mempermudah
pemahaman, jaringan tema juga mengajari pembiasaan agar siswa siswi mampu berpikir
secara integrative dan holistic. Sebuah jaringan tema dapat dikatakan baik apabila telah
memenuhi beberapa kriteria. Diantaranya kriteria tersebut,antara lain
simple,sinkron,logis,mudah dipahami,kemenarikan,dan terpadu.

B. Saran
Guru harus dapat membuat pemetaan tema serta jering-jaring tema dengan baik
dan benar agar dapat menerapkan pembelajaran yang efektif dan efisien.Siswa pun akan
dapat dengan mudah memahami isi tema yang diberikan.
Daftar Pustaka

Rohman, Ahmad Fawzan. “Cara Membuat Tema dan Cara Memetakan Tema (Pembelajaran
Tematik),” 2013. https://www.alfawzy.com/2013/11/cara-membuat-tema-dan-cara-
memetakan.html.
Tarmizi, Ramadhan. “Pemetaan Pembelajaran Tematik,” 2008.
https://tarmizi.wordpress.com/2008/11/22/pemetaan-pembelajaran-tematik/.
Widyaningrum, R. (2012). MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI MI/SD. Cendekia: Jurnal
Kependidikan dan Kemasyarakatan, 10(1), 107. https://doi.org/10.21154/cendekia.v10i1.405

Haji, S. (2009). Dampak penerapan pendekatan tematik dalam pembelajaran matematika di


sekolah dasar. Jurnal Pendidikan, 10(Maret), 1–10.
Hernawan, A. H. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal
Sekolah Dasar. Jurnal Al-Tabany, 1(1), 1–14.

Nursobah, A. (2019). PERENCANAAN PEMBELAJARAN MI/SD. Duta Media.

Juanda, A. (2019). Pembelajaran Kurikulum Tematik Terpadu. Teori dan praktik Pembelajara
Tematik Terpadu Beroientasi Landasan Filosofis, Psikologis dan Pedagogis. Confident

Anda mungkin juga menyukai