Bab I Konsep Dasar Mutu Pelayanan Keseha
Bab I Konsep Dasar Mutu Pelayanan Keseha
BAB I
KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
A. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan pengertian mutu pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan
kebidanan.
2. Mampu menjelaskan tentang persepsi mutu pelayanan kesehatan dan pelayanan
kebidanan.
3. Mampu mendeskripsikan dimensi mutu pelayanan kesehatan dan kebidanan.
4. Mampu menguraikan manfaat program jaminan mutu pelayanan kesehatan dan
kebidanan.
B. Uraian Materi
1.1 Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan sangat melekat dengan faktor- faktor subjektivitas
individu yang berkepentingan dalam pelayanan kesehatan, seperti pasien,
masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan,
dan pemerintah daerah sehingga akan membentuk pendangan yang bereda dalam
definisi mutu pelayanan kesehatan.
1.1.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan
Definisi mutu menurut pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (total
quality management) adalah sebagai berikut:
1. Menurut Juran (V. Daniel Hunt, 1993:32), mutu produk adalah kecocokan
penggunaan produk (fitneess for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan.
2. Crosby (1979:58) menyatakan mutu adalah conformance to requirement, yaitu
sesuai dengan yang disyaratkan atau di standarkan.
3. Menurut Deming (1986:7), mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen.
1
2
2
3
dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud
serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan terhadap standar yang telah
ditetapkan. Dalam kenyataan sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah,
penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multi-
dimensional. Tiap orang, tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-
masing dapat saja melakukan penilaian dari dimensi yang berbeda. Misalnya
penilaian dari pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang dianut
ternyata sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun
dengan penyandang dana pelayanan kesehatan.
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
8. Kenyamanan (Amnieties)
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung
dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan
bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan
berikutnya (L.D. Brown et al, op.cit., hlm 2-6).
9
10
10
11
kode etik profesi yang telah ditetapkan melalui peningkatan yang berkelanjutan
atas semua proses.
11
12
12
13
13
14
C. Rangkuman Materi
Mutu pelayanan kesehatan/kebidanan adalah kesesuaian pelayanan kesehatan
/kebidanan dengan kebutuhan klien/konsumen/pasar atau melebihi harapan. Mutu
pelayanan kesehatan/ kebidanan memiliki banyak persepsi berdasarkan pengguna
pelayanan, pemberi pelayanan, penyandang dana layanan, penyelenggara layanan
dan administrator layanan kesehatan/kebidanan.
Program menjaga mutu dapat dilaksanakan, sehingga banyak manfaat yang
akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut: dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan, dapat lebih
meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan, dan dapat lebih meningkatkan
penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
14
15
D. Latihan/Tugas
1. Diskusikan persepsi mutu pelayanan kebidanan bagi klien, bidan, penyandang
dana, pemilik layanan keebidanan dana, dan administrator!
2. Uraikan manfaat jaminan mutu pelayanan kebidanan!
15
16
F. Daftar Pustaka
1. Depkes, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
2. Azrul Azwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke tiga, Binarupa
Aksara. Jakarta. hal. 44-7.
3. Tjiptono F.1998. Total Quality Manajemen.
4. Depkes RI, 1999. Program Jaminan Mutu, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
16
17
5. Wiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan
Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
6. Depkes. 2005. Quality Assurance.
7. -. 2005. Standar for the practice of midwifery.
8. Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit buku
kedokteran: EGC.Jakarta.
9. Vincent G. 2005. Total Quality Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
10. Sallis E. 2008. Total Quality Management, Jakarta: Gramedia.
17
18
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN
KEBIDANAN
A. Kompetensi Dasar
1. Mampu menguraikan bentuk program menjaga mutu perspektif yang meliputi:
Standarisasi; Lisensi; Sertifikasi; akreditasi.
2. Mampu menguraikan program menjaga mutu konkurent.
3. Mampu menguraiakan program menjaga mutu retrospektif yang meliputi:
Review Jaringan Rekam Medik; Review Jaringan; Survey Klien.
4. Mampu menjelaskan program menjaga mutu internal.
5. Mampu mendefinisikan program menjaga mutu eksternal.
B. Uraian Materi
2.1 Bentuk Program Menjaga Mutu
2.1.1 Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan
berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan
peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai
dengan standar layanan kesehatan yang disepakati.
Istilah jaminan mutu layanan kesehatan ini mencakup semua kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu. Contoh istilah tersebut meliputi total quality
management (TQM) atau manajemen mutu terpadu, continous quality improvement
atau peningkatan mutu berkesinambungan, quality management atau manajemen
mutu. Dengan demikian jaminan mutu layanan kesehatan mencakup kegiatan :
1. Mengetahui kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat yang menjadi pelanggan
eksternal layanan kesehatan.
2. Menggunakan semua kemampuan dan bakat orang yang terdapat dalam instansi
pelayanan kesehatan.
3. Membuat keputusan berdasarkan fakta atau data, bukan perkiraan atau dugaan.
18
19
4. Bekerja dalam kelompok yang terdiri dari setiap orang yang terlibat dengan
pengakuan bahwa semua tenaga kesehatan merupakan sumber daya mutu dan
produktivitas sehingga setiap tenaga kesehatan akan merasa bahwa kontrbusinya
kepada instansi pelayanan kesehatan layanan kesehatan dihargai.
5. Menghindarkan pemborosan setiap bagian instansi pelayanan kesehatan layanan
kesehatan, termasuk waktu, karena waktu adalah uang.
6. Mengelola semua proses untuk menghasilkan apa yang dianggap penting, tetapi
pada saat yang sama harus mendorong orang menjadi inovatif dan kreatif.
7. Semua kegiatan itu harus selalu dikerjakan, karena mutu adalah doing the right
things all the times.
Pada dasarnya tahapan pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan
dilaksanakan melalui :
a. Sadar mutu
b. Penyusunan standar
c. Mengukur apa yang dicapai
d. Membuat rencana peningkatan mutu layanan kesehatan yang diperlukan.
Semua langkah dalam siklus jaminan mutu layanan kesehatan atau lingkaran
mutu selalu berulang dan berkesinambungan serta tidak pernah berhenti, seperti
terlihat dalam gambar lingkaran mutu.
19
20
Total Quality
Management
Quality Assurance
(QA)
Inspection
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
g. Compasion (perasaan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki rasa simpati terhadap konsumen
eksternal terutama menyangkut kebutuhan dan harapan mereka, konsumen
internal (pegawai) menyangkut haknya.
h. Courtesy (kesopanan)
Instansi pelayanan kesehatan melalau para karyawan harus menunjukkan
sikap sopan kepada consumen terutam karyawan yang langsung berhubungan
dengan consumen.
i. Cooperation (kerjasama)
Instansi pelayanan kesehatan harus bisa menciptakan iklim kerja yang baik
antar karyawan maupun antara instansi pelayanan kesehatan dengan
kosumen.
j. Capability (kemampuan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki kemampuan untuk melakukan
pengambilan keputusan dan melakukan tindakan yang berkaitan dengan
pelayanan.
k. Confidence (kepercayaan)
Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki rasa percata diri bahwa instansi
pelayanan kesehatan mampu menyediakan produk atau layanan sesuai
kebutuhan dan harapan consumen. Rasa percata diri harus tertanam keseluruh
diri karyawan.
l. Criticism (kritik)
Instansi pelayanan kesehatan harus bersedia menerima kritican dari siapapun,
baik dari karyawan maupun dari eksternal terutama kritik dari konsumen.
Agar TQM berhasil menurut Heizer dan Render (2005) menyodorkan
beberapa aliran yang harus dilakukan oleh instansi pelayanan kesehatan seperti
disajikan pada gambar 2.3 dibawah ini. Keberhasilan implementasi TQM
diawali dengan lingkungan yang kondusif yang membantu perkembangan
kualitas diikuti pemahaman tentang prinsip-prinsip kualitas dan usaha untuk
meminta karyawan terlibat aktif mengikuti aktifitas yag diperlukan.
26
27
Organizational Practices
Quality principles
Employee fulfiilment
Customer Statisfaction
27
28
28
29
29
30
Employee
Employee Empowerment Quality
Involvement Measurement
Continuous Customer
Teamwork Training
Improvement Focus
Thinking
Statistically TQM Value
Improvement
Universal
Prevention
Responsibility
Supplier Bench-
Teaming marking
Sustained Root Cause
Management Corrective
Commitment Action
12
30
31
31
32
32
33
a. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung dapat menghindarkan berbagai kesulitan yang
berhubungan dengan rekonstruksi kejadian hasil pemeriksaan pencatatan
retrospektif dn dari jawaban terhadap wawancara atau kuesioner. Pengamatan
langsung mungkin merupakan satu-satunya cara untuk melihat rincian
penyelenggaraan layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan pengamatan langsung
terdapat syarat bagi pengamat yaitu:
• Harus mengerti terhadap apa yang akan diamati
• Harus low profile, tidak sok pintar
• Mempunyai latarbelakang yang berhubungan dengan apa yang sedang
diamati
• Harus dapat bersifat objektif.
Instrumen dalam melaksanakan pengamatan langsung dapat berupa
daftar tilik atau cheeklist. Daftar tilik merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk memudahkan pengaatan selama proses layanan kesehatan
dilakukan.
b. Penentuan sampel
Semua tehnik pengukuran memerlukan sampel pengamatan. Penentuan
berapa besar sampel dapat dibaca dala uku statistik khususnya kesehatan, tetapi
hal-hal berikut perlu diperhatikan:
• Pertama, sampel yang dipilih harus bebas bias sehingga sampel sama atau
hampir sama dengan populasinya.
• Kedua, sampel harus mengasilkan ukuran dalam jumlah yang dapat
dikerjakan secara realistis atau mudah oleh kelompok.
langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan atau berupa pandangan
pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah :
Record review, tissue review, survey klien dan lain-lain.
a. Review Jaringan Rekam Medik
Pemeriksaan dan penilaian catatan medik atau catatan lain merupakan kegiatan
yang disebut sebagai audit. Pemeriksaan rekam medik pasien atau catatan
lainnya sangat berguna sebagai kegiatan awal kelompok jaminan mutu layanan
kesehatan akan dengan mudah melakukan pemerikaan dan penilaian terhadap
hasil pemeriksaan tersebut.
b. Review Jaringan
Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan
sumber daya, laporan kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada
catatan-catatan. Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah
informasi memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan daripelayanan
yang diberikan.
c. Survey Klien
Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung
maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.
34
35
35
36
C. Rangkuman Materi
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan
berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta melakukan
peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai
dengan standar layanan kesehatan yang disepakati.
Jaminan mutu layanan kesehatan ini mencakup semua kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu. Contoh istilah tersebut meliputi total quality
management (TQM) atau manajemen mutu terpadu, continous quality improvement
atau peningkatan mutu berkesinambungan, quality management atau manajemen
mutu.
Secara umum mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui:
a. Pengukuran mutu perspektif yaitu stadarisasi, lisensi, sertifikasi dan akreditasi.
b. Pengukuran mutu konkruen yaitu pengamatan langsung dan penentuan sampel.
c. Pengukuran mutu retrospektif yaitu review jaringan rekam medik, review
jaringan dan survey klien.
d. Pengukuran mutu internal yaitu expert group and tim based.
e. Pengukuran mutu eksternal yaitu Badan Penyelenggara Akreditasi
Penyelenggaraan layanan kesehatan.
D. Latihan/Tugas
1. Diskusikan tentang cara pengukuran mutu layanan kebidanan!
2. Uraikan cara pengukuran mutu perspektif layanan kebidanan!
36
37
F. Daftar Pustaka
1. Depkes, 2001. Azrul Azwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke
tiga, Binarupa Aksara. Jakarta. hal. 44-7.
2. Tjiptono F.1998. Total Quality Manajemen.
3. Depkes RI, 1999. Program Jaminan Mutu, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
4. Wiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan
Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
5. Depkes. 2005. Quality Assurance.
6. Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit buku
kedokteran: EGC.Jakarta.
7. Vincent G. 2005. Total Quality Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
8. Sallis E. 2008. Total Quality Management.
9. Nasution. 2001. Mananjemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.
37
38
BAB III
STANDAR MUTU PELAYANAN KEBIDAAN
A. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan Standar Pelayanan Kebidanan Dasar yang meliputi:
pengertian standar; syarat standar
2. Mampu mendefinisikan standar pelayanan kebidanan.
3. Mampu menguraikan standar persyaratan minimal: Standar masukan; Standar
lingkungan; Standar proses.
4. Mampu menguraikan standar penampilan minimal.
B. Uraian Materi
3.1 Standar Pelayanan Kesehatan
3.1.1 Pengertian
Standar pelayanan kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu
sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah mutu
layanan kesehatan. Standar pelayanan kesehatan adalah suatu pernyataan tentang
mutu yang diharapkan, yang menyangkut masukan, proses, dan keluaran (outcome)
sistem layanan kesehatan.
Standar pelayanan kesehatan merupakan alat organisasi untuk menjabarkan
mutu layanan kesehatan ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang
yang terlibat dalam layanan kesehatan akan terikat dalam suatu sistem.
3.1.2 Klasifikasi Standar
Donabedian (1980) menganjurkan agar standar dan kriteria diklasifikasikan
ke dalam tiga kelompok. Anjuran Donabedian tersebut pada prinsipnya sama
dengan yang dianjurkan oleh WHO yaitu: standar struktur, standar proses dan
standar keluaran (outcome).
1. Standar Input atau Struktur
Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem, kadang
kadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk ke dalamnya
38
39
39
40
d. “Proses yaitu semua kegiatan sistem melalui proses akan mengubah input
menjadi output.
e. Pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi
menjadi keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa.
3. Standar Output/Outcome
Standar output merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan kesehatan.
Standar keluaran akan menunjukkan apakah layanan kesehatan berhasil atau
gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang diharapkan akan terjadi sebagai hasil
dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan
tersebut akan diukur. Tentang output/outcome, Donabedian memberikan
penjelasan bahwa outcome secara tidak langsung dapat digunakan sebagai
pendekatan untuk menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya
bermutu atau tidak, diukur dengan dengan standar hasil (yang diharapkan) dari
pelayanan medis yang telah dikerjakan.
KELUARAN
STRUKTUR
PROSES
• Tingkat kepatuhan
• Sumber daya
• Anamnesis meningkat
manusia
• Pemeriksaan fisik • Tingkat kesembuhan
• Perbekalan
• Pemeriksaan meningkat
• Peralatan
penunjang medic • Tingkat kematian
• Bahan
• Peresepan obat menurun
• Fasilitas
• Penyuluhan • Tingkat kecacatan
• Kebijaksanaan kesehatan menurun
• Standar • Merujuk pasien • Tingkat kepuasan
pasien meningkat
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
merujuk, bila tiba – tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya
melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
c. Standar Pertolongan Persalinan
Terdapat empat standar dalam standar pertolongan persalinan seperti berikut ini :
1. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala 1
Pernyataan standar :
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah selesai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung.
2. Standar 10 : Persalinan Kala 2 yang Aman
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan bersikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
3. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala 3
Pernyataan standar :
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar dan membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
4. Standar 12 : Penanganan Kala 2 dengan Gawat Janin melalui Episiotomi
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin pda kala II yang lama
dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar
persalinan diikuti dengan penjahitan perineum.
d. Standar Pelayanan Nifas
Terdapat tiga standar dalam standar pelayanan nifas seperti berikut ini :
1. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan standar :
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
atau menangani hipotermi.
48
49
49
50
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama / macet serta
melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
4. Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstrator
Pernyataan standar ;
Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara
benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya.
5. Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Pernyataan standar ;
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan
pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai
dengan kebutuhan.
6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama
setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan
pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan.
7. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan
postpartum sekunder dan melakukan pertolongan pertama untuk
penyelamatan jiwa ibu dan atau merujuknya.
8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Pernyataan standar :
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
9. Standar 24 : Penangan Asfiksia Neonatorum
Pernyataan standar :
50
51
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang
diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan.
51
52
STANDAR
LINGKUNGAN
Penyimpangan Penyimpangan
Gambar 3.2 Kedudukan dan peranan standar dalam Program Menjaga Mutu
Sumber: Pohan, 2007
52
53
Hasil
Pernyataan Standar
• Ibu memahami tanda dan gejala
Bidan melakukan kunjungan kehamilan
rumah dan berinteraksi dengan • Ibu, suami, anggota masyarakat
masyarakat secara berkala menyadari manfaat pemeriksaan
untuk memberikan penyuluhan kehamilan secara dini dan teratur,
dan memotivasi ibu, suami dan serta mengetahui tempat
anggota keluarganya agar pemeriksaan hamil
mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya
• Meningkatnya cakupan ibu hamil
yang memeriksakan diri sebelum
sejak dini dan secara teratur.
kehamian 16 minggu.
b. Prasyarat
1. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan
ibu hamil dan memastikan ahwa semua ibu hamil telah memeriksakan
kehamilannya secara dini dan teratur.
2. Bidan harus memahami:
• Tujuan pelayanan antenatal dan alasan ibu tidak memeriksakan
kehamilannya secara dini;
• Tanda dan gejala kehamilan; dan
• Ketrampilan berkomunikasi secara efektif.
53
54
3. Bahan penyuluhan kesehatan yang tersedia dan sudah siap digunakan oleh
bidan.
4. Mencatat hasil pemeriksaan pada KMS ibu hami/buku KIA dan kartu ibu.
5. Transportasi untuk melakukan kunjungan ke masyarakat tersedia bagi bidan.
c. Proses
Bidan harus:
1) Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan keamilan kepada ibu hamil, suami,
keluarga maupun masyarakat.
2) Bersama kader kesehatan mendata ibu hamil serta memotivasinya agar
memeriksakan kehamilannya sejak dini (segera setelah terlambat haid atau
diduga hamil).
3) Melalui komunikasi dua arah dengan beberapa kelompok kecil
masyarakat, dibahas menfaat pemeriksaan kehamilan. Ajak mereka
memanfaatkan pelayanan KIA terdekat atau sarana kesehatan lainnya utuk
memeriksakan kehamilan.
4) Melalui komunikasi dua arah dengan pamong, tokoh masyarakat, ibu,
suami, keluarga dan dukun bayi jelaskan prosedur pemeriksaan kehamilan
yang diberikan. Hal tersebut akan mengurangi keraguan mereka tentang
apa yang terjadi pada saat pemeriksaan antenatal, dan memperjelas
manfaat pelayanan antenatal dan mempromosikan kehadiran ibu untuk
pemeriksaan antenatal.
5) Tekankan bahwa tujuan pemeriksaan kehamilan adalah ibu dan bayi yang
sehat pada akhir kehamilan. Agar tujuan tersebut tercapa, pemeriksaan
kehamilan harus segera dilaksanakan begitu diduga terjadi kehamilan, dan
dilaksanakan secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melakukan
pemeriksaan antenatal paling sedikit 4 kal. Satu kali kunjungan pada
trimester pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali
kunjungan pada trimester ketiga.
54
55
b. Prasyarat
1. Mengijinan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran.
2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ketuban pecah.
3. Bidan telah terlatih dan trampil untuk:
• Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
• Penggunaan partograf dan pembacaannya
4. Adanya alat untuk pertolongan persalinan termasuk beberapa sarung
tangan DTT/steril.
5. Adanya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
seerti air bersih, sabun dan anduk yang bersih, dua handuk/kain hangat
yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi, yang lain untuk dipakai
kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat
mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih.
6. Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan.
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA, partograf dan kartu ibu.
8. Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetri yang efektif.
c. Proses
Bidan harus:
1. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses
persalinan dan kelahiran.
2. Segera mendatangi ibu hamil ketika diberitahu persalinan sudah
mulai/ketuban pecah.
3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yan mengalir, kemudia keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan
sesudah melakukan kontak dengan pasien. (Kuku harus dipotong pendek
dan bersih). Gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda
yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh. Gunakan sarung tangan
DTT/steril untuk semua pemeriksaan vagina.
4. Menanyakan riwayat kehamilan ibu secara lengkap.
56
57
57
58
58
59
G. Rangkuman Materi
Standar pelayanan kesehatan/kebidanan merupakan bagian dari layanan
kesehatan itu sendiri dan memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah
mutu layanan kesehatan. Standar ini terdiri dari pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yang menyangkut masukan, proses, dan keluaran (outcome) sistem
layanan kesehatan/kebidanan.
Standar pelayanan kebidanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar
pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses
dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. Suatu standar akan
59
60
efektif bila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah dilakukan dan
dibutuhkan.
Dalam pelayanan kebidanan terdapat standar persyaratan minimal dan standar
penampilan minimal kebidanan. Standar persyaratan minimal kebidanan meliputi
standar masukan, standar lingkungan dan standar proses. Standar penampilan
minimal (minimum performance standard) adalah yang menunjuk pada penampilan
layanan kesehatan yang masih dapat diterima. Standar ini karena menunjuk pada
unsur keluaran, disebut dengan nama standar keluaran (standard of output) atau
populer pula dengan sebutan standar penampilan (standard of performance).
H. Latihan/Tugas
1. Diskusikan tentang standar pelayanan kebidanan!
2. Uraikan tentang standar pelayanan minimal dalam pelayanan kebidanan!
60
61
b. Standar lingkungan
Standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan
yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, yakni garis-garis besar kebijakan, pola organisasi serta sistem
manajemen yang harus dipatuhi oleh setiap pelaksana pelayanan kesehatan /
kebidanan. Standar lingkungan ini sering disebut dengan standar organisasi dan
manajemen (standard of organization and management).
c. Standar proses
Pada standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, yakni tindakan medis dan tindakan non medis pelayanan kesehatan.
Standar proses ini dikenal dengan nama standar tindakan (standard of
conduct). Karena baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses maka haruslah
dapat diupayakan tersusunnya standar proses tersebut.
J. Daftar Pustaka
1. Depkes, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
2. Azrul Azwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke tiga, Binarupa
Aksara. Jakarta. hal. 44-7.
3. Tjiptono F.1998. Total Quality Manajemen.
4. Depkes RI, 1999. Program Jaminan Mutu. Dirjen Binkesmas, Jakarta.
5. Wiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan
Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
6. Depkes. 2005. Quality Assurance.PraktekKebidanan
7. Dekes. 2002. Standar Praktek Kebidanan.Jakarta: Depkes.
8. Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit buku
kedokteran: EGC.Jakarta.
61
62
62
63
BAB IV
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
A. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan indikator mutu pelayanan kebidanan.
2. Mampu menguraikan Standar Out Come: Kepuasan pelanggan; Ketepatan;
Efisiensi dan efektifitas.
3. Mampu menguraikan kinerja bidan dalam pelayanan kebidanan.
B. Uraian Materi
4.1 Disiplin dalam Standar Pelayanan Kebidanan
Mutu Pelayanan kesehatan adalah Penampilan yang pantas dan sesuai (yang
sesuai dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang
dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan,
ketidakmampuan dan kekurangan gizi.
Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang memuaskan harapan dan kebutuhan masyarakat melalui pelayanan yang
efektif oleh pemberi pelayanan dan kebutuhan pemberi pelayanan, pada institusi
pelayanan yang diselenggarakan secara efisien. Interaksi ketiga pilar utama
pelayanan kesehatan yang serasi, selaras dan seimbang, merupakan panduan dari
kepuasan tiga pihak, dan ini merupakan pelayanan kesehatan yang memuaskan
(satisfactory healty care).
Indikator utama untuk mengetahui standar rumah sakit adalah kepuasan
pasien terhadap pelayanan dari rumah sakit. Pelayanan yang baik dari suatu rumah
sakit akan membuktikan rumah sakit tersebut bermutu baik. Ini dapat dilihat dari
penanganan pasien yang cepat, tepat, dan ramah tamah dari petugas kesehatan.
1. Pengertian Indikator
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
63
64
64
65
2. Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat
yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu
banyak.
4. Spesifik (Specific) memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan
tidak tumpang tindih.
5. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh:
pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan
post-operasi.
2. Klasifikasi Indikator
a. Indikator input merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas, antara lain: personel, alat/fasilitas, informasi, dana,
peraturan/kebijakan.
b. Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
c. Indikator output : mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan,
sikap, dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan.
Indikator ini juga disebut indicator effect.
d. Indikator outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak
(impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan
status kesehatan masyarakat/penduduk.
Ilustrasi dari indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input meliputi
peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses adalah
kegiatan dalam melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi
cakupan pemberian meningkat adalah (output), dan outcome adalah dampaknya
sebagai efek output antara lain menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya
pencegahan penyakit melalui immunisasi(outcome).
65
66
66
67
serta reaksi terhadap data kinerja direncanakan dan diorganisir secara sistematik,
sehingga dapat memberikan makna terhadap perubahan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dalam suatu organisasi.
Ada enam sasaran kunci pengumpulan data kinerja:
1. Menata sistem informasi yang akurat yang mendasari keputusan mendatang,
2. Menghindari aspek hukum yang berkaitan dengan pengukuran dan hasil data
yang dikumpulkan,
3. Menemukan lingkungan tepat yang dapat memberikan peluang untuk
melakukan tindakan,
4. Menumbuhkan motivasi staf dan merencanakan peningkatan kinerja itu
sendiri,
5. Mengumpulkan data interval secara reguler terhadap proses-proses kritis,
dalam upaya mempertahankan kinerja yang sudah meningkat,
6. Mengumpulkan data obyektif dan subyektif.
Evaluasi data penyimpangan kinerja melalui indikator kinerja klinis adalah
satu bagian penting dari dalam peningkatan kinerja. Ada dua jenis
penyimpangan, yaitu :
1. Pertama penyebab umum terjadinya penyimpangan, erat kaitannya dengan
penyimpangan minor yang terjadi dalam suatu organisasi pelayanan
kesehatan tanpa memperdulikan sistem yang sudah mapan. Penyebab
penyimpangan kinerja staf juga bisa terjadi karena, sistem atau prosedur yang
tidak jelas, keterbatasan fasilitas. Oleh karena itu, keterbatasan sumber-
sumber untuk mendeteksi penyebab dalam setiap penyimpangan minor masih
dapat ditoleransi.
2. Kedua penyebab khusus: terjadinya penyimpangan kinerja disebabkan
karena, kesalahan staf itu sendiri, kurang pengetahuan dan ketrampilan,
kemampuan yang kurang dalam pemeliharaan peralatan.
Target suatu indikator adalah menggunakan deviasi standar untuk
mengidentifikasi penyebab penyimpangan. Penyebab khusus terjadinya
penyimpangan lebih mudah dikoreksi dari pada penyebab umum. Sebagai contoh:
67
68
keharusan mencuci tangan secara rutin mungkin meningkat drastis, apabila staf
menyadari dan menerima bahwa praktek cuci tangan penting untuk meningkatkan
mutu kinerja dan akan dimonitor atau dievaluasi. Indikator diarahkan sebanyak
mungkin pada tindakan. Pada banyak organisasi, informasi yang diperoleh dari
indikator akan memerlukan tindak lanjut melalui investigasi: seperti kunjungan
supervisi untuk mengumpulkan lebih banyak data kualitatatif, survey khusus
sebelum mengarah pada suatu pengambilan keputusan.
Mengukur kinerja bidan dengan menggunakan indikator kinerja klinis
merupakan suatu langkah yang mempunyai keuntungan ganda. Pertama, cara ini
akan memberikan kesempatan bagi bidan untuk melakukan "self assessment“
sehingga dapat mengetahui tingkat kemampuannya, dan berusaha untuk
memperbaikinya. Peningkatan kemampuan dan produktifitas individu-individu akan
memberikan kontribusi peningkatan mutu pelayanan pada organisasinya yang
bermuara. pada kepuasan pasen dan staf. Sistem penilaian kinerja dengan indikator
kunci akan memberikan kesempatan kepada pimpinan untuk melakukan komunikasi
interpersonal yang efektif, sehingga secara bersama.-sama dapat dilakukan evaluasi
dan perbaikan yang mengarah pada perbaikan kinerja dan bermuara pada
peningkatan mutu pelayanan.
68
69
69
70
hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan
periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Penilaian prestasi kerja (Performance appraisal) adalah seorang karyawan
melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”. Penilaian
pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi
yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai,
kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu (barang).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk
mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Di samping itu, juga
untuk menentukan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang
sesuai kepada karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di
masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi
jabatan atau penentuan imbalan.
70
71
(pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan
sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya akan
menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup
antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola
kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
Perilaku dan kinerja dibedakan menjadi tiga variabel yaitu meliputi:
(1)Variabel individu : pengetahuan, beban kerja, kepuasan, latar belakang,
karakteristik atau demografii yang terdiri dari: usia, jenis kelamin, masa kerja
dan pendidikan
(2)Variabel organisasi : sumber daya, kepemimpinan, supervisi, imbalan atau
insentif, kebijakan, struktur organisasi, desain pekerjaan (kerjasama tim)
(3)Variabel psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi
Kinerja (performance) dipengaruhi juga oleh tiga faktor, yaitu:
(1) Faktor individual yang terdiri dari: kemampuan dan keahlian, latar belakang,
demografi;
(2) Faktor psikologis yang terdiri dari: persepsi, attitude, personality,
pembelajaran, motivasi ;
(3) Faktor organisasi yang terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan,
penghargaan, struktur, job design
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja
individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja
(work effort) dan dukungan organisasi.
Dengan kata lain, kinerja individu adalah hasil:
(1)Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan sesuatu.
Atribut individu meliputi faktor individu (kemampuan dan keahlian, latar
belakang serta demografi) dan faktor psikologis meliputi persepsi, attitude,
personality, pembelajaran dan motivasi.
(2)Upaya kerja (work effort), membentuk keinginan untuk mencapai sesuatu.
71
72
72
73
C. Rangkuman Materi
Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi.
Indikator yang berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses-proses kunci
serta spesifik disebut indikator klinis. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas
sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan
berdampak terhadap pelayanan. Indikator tidak dipergunakan secara langsung untuk
mengukur kualitas pelayanan, tetapi dapat dianalogikan sebagai "bendera" yang
menunjuk adanya suatu masalah spesifik dan memerlukan monitoring dan evaluasi.
Donabedian (1980) memberikan penjelasan bahwa indikator outcome secara
tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan
kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu atau tidak, diukur dengan dengan
standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan medis yang telah dikerjakan.
Indikator outcome mupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, indikator
juga dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu profesi.
D. Latihan/Tugas
1. Diskusikan tentang indikator kinerja klinis kebidanan!
2. Sebutkan contoh kriteria outcome pelayanan kesehatan!
73
74
b. Denominator data penyebut adalah jumlah target sasaran atau jumlah seluruh
pasien yang menjadi sasaran pemberian asuhan/pelayanan. Contoh data
denominator di puskesmas: populasi sasaran dalam satu wilayah seperti:
jumlah balita, bumil, bayi baru lahir. Indikator yang meliputi denominator
sangat berguna untuk memonitor perubahan dan membandingkan tingkat
keberhasilan suatu area dengan area lain pada suatu wilayah
2. Kriteria outcome yang umum digunakan antara lain:
a. Kepuasan pasien
b. Pengetahuan pasien
c. Fungsi pasien
d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi, dan lain-lain.
F. Daftar Pustaka
1. Depkes, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
2. Azrul Azwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke tiga, Binarupa
Aksara. Jakarta. hal. 44-7.
3. Tjiptono F.1998. Total Quality Manajemen.
4. Depkes RI, 1999. Program Jaminan Mutu, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
5. Wiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan
Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
6. Depkes. 2005. Quality Assurance.
7. -. 2005. Standar for the practice of midwifery.
8. Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit buku
kedokteran: EGC.Jakarta.
9. Vincent G. 2005. Total Quality Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
10. Moehriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ghalia
Indah.
11. Hariandja. 2009.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
74
75
BAB V
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
A. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan penilaian mutu pelayanan kebidanan berdasarkan konsep
Plan, Do, Cek, Action (PDCA) yang meliputi; Perencanaan, Pelaksanaan,
Pemeriksaan dan Perbaikan.
2. Mampu menguraikan penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui: Observasi,
Wawancara dan Dokumentasi.
B. Uraian Materi
5.1 Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan
5.1.1 Model PDCA
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui
pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat
digunakan adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan
pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu
pelayanan kesehatan. Beberapa prinsip yang harus melandasi pola pikir dan pola
tindak semua pelaku manajemen kendali mutu berbasis PDCA adalah :
1. Quality first. Semua pikiran dan tindakan pengelola pelayanan kesehatan harus
memprioritaskan mutu;
2. Stakeholder- in. Semua pikiran dan tindakan pengelola pelayaan kesehatan harus
ditujukan pada kepuasan stakeholders;
3. The next process is our stakeholders. Setiap orang yang melaksanakan tugas
dalam proses pelayanan kesehatan harus menganggap orang lain yang
menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya sebagai stakeholder-nya yang harus
dipuaskan;
4. Speak with data. Setiap pelaksana pelayanan kesehatan harus melakukan
tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan analisis data yang telah
diperolehnya terlebih dahulu, bukan berdasarkan pengandaian atau rekayasa ;
75
76
76
77
Model USE PDSA, seperti terlihat pada gambar 4.1 adalah mode analisis
kebijaksanaan dan pengambilan keputusan untuk perbaikan terus menerus
(continuous improvemnet = Kaizen) yang didasarkan pada konsep Roda Deming
PDCA (Plan-Do-Check-Act) yang kemudian dikembangkan menjadi model USE
PDSA.
Masing-masing huruf pada model USE PDSA mempunyai arti sebagai berikut :
U = Understand the quality improvement needs (Memahami kebutuhan perbaikan
kualitas)
S = State the quality problem (s) (Menyatakan masalah kualitas yang dihadapi)
E = Evaluate the root cause (E) (Mengevaluasi akar penyebab masalah)
P = Plan the solution (P) (Merencanakan solusi masalah dalam perbaikan kualitas)
D= Do or implement the solution (D) (Melaksanakan rencana solusi atau kualitas)
S = Study the solution (S) result (mempelajari hasil-hasil solusi masalah atau
perbaikan kualitas)
A = Act to standardize the solution (A) (Menstandarkan hasil-hasil solusi masalah
atau perbaikan kualitas )
Adapun langkah-langkah penggunaan model USE PDSA dalam
memecahkan masalah kualitas adalah sebagai berikut :
77
78
masalah, tindakan perbaikan yang harus dilakukan, waktu pelaksanaan, biaya yang
dibutuhkan serta penanggung jawab pelaksanaannya
Langkah 5 : Do or Implement the solution (D)
Imlprementasi rencana perbaikan mengikuti Daftar Rencana Tindakan yang telah
disusun pada langkah 4.
Langkah 6 : Study the solution (S)
Setelah selang waktu tertentu, dilakukan studi berdasarkan data-data yang
dikumpulkan guna mempelajari apakah langkah-Iangkah perbaikan telah
menghilangkan atau menurunkan penyebab masalah kualitas yang dihadapi.
Langkah 7 : Act to standardize the solution (A)
Langkah terakhir dari model USE PDSA adalah menstandarisasikan hasil-hasil dan
merencanakan perbaikan terus menerus (Continuous Improvement atau KAIZEN)
Terdapat 7 alat statistik utama yang biasa digunakan sebagai alat bantu dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Tujuh alat tersebut adalah sebagai
berikut : 1. Diagram sebab dan akibat (cause effect diagram) 2. Check sheet 3.
Diagram Pareto 4. Run chart dan control chart 5. Histogram 6. Stratifikasi 7.
Scatter Diagram. Selain ketujuh alat tersebut, yang masih sering dipakai yaitu brain
storming, dan flow chart.
5.1.3 Observasi
Pengamatan langsung atau observasi dapat menghindarkan berbagai kesulitan
yang berhubungan dengan rekonstruksi kejadian hasil pemeriksaan pencatatan
retrospektif dan dari jawaban terhadap wawancara atau kuesioner. Pengamatan
langsung mungkin merupakan satu-satunya cara untuk melihat rincian
penyelenggaraan layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan pengamatan langsung
terdapat syarat bagi pengamat yaitu:
• Harus mengerti terhadap apa yang akan diamati
• Harus low profile, tidak sok pintar
• Mempunyai latarbelakang yang berhubungan dengan apa yang sedang diamati
• Harus dapat bersifat objektif.
79
80
5.1.4 Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara pengumpulandata dengan melakukan
tanya jawab pada seseorang atau sekelompok orang atau responden untuk meminta
pendapat atau keterangan mengenai sesuatu hal yang dianggap perlu dan penting.
Terdapat dua macam wawancara yaitu: perorangan dan kelompok.
Wawancara diakukan dengan pasien dan/atau keluarga/teman/petugas
kesehatan. Bergantung pada kriteria yang akan dinilai, wawancara dapat terstruktr
atau tidak terstruktur. Wawancara yang terstruktur terdiri dari pernyataan yag sudah
mempunyai jawaban. Peran pewawancara hanya untuk meyakinkan bahwa
pertanyaan benar-benar dimengerti oleh yang diwawancarai. Apabila wawancara
tidak terstruktur atau gabungan antara terstruktur dan tidak terstruktur maka
pewawancara akan mempuyai peran yang lebih besar karena pewawancara harus
mengerti dengan jelas apa yang ingin diketahui.
Keuntungan model wawancara meliputi:
a. Pertanyaan akan lebih jelas dan dimengerti sehingga jawabannyapun jelas.
b. Wawancara dapat memastikan bahwa pasien yang akan memberikan informasi.
c. Pasien merasa terlibat di dalam layaan kesehatan.
80
81
5.1.5 Dokumentasi
Pemeriksaan dan penilaian dokumen atau catatan lain merupakan kegiatan
yang disebut sebagai audit. Pemeriksaan rekam medik pasien atau catatan lainnya
sangat berguna sebagai kegiatan awal kelompok jaminan mutu layanan kesehatan
akan dengan mudah melakukan pemerikaan dan penilaian terhadap hasil
pemeriksaan tersebut.
Rekam medik pasien sering sekali tidak lengkap dan tidak akurat. Namun,
suatu rekam medik selalu dapat memberikan iformasi yang bermanfaat mengenai
mutu layanan kesehatan. Misalnya, kesalahan diagnosis, kesalahan pengobatan,
terhenti atau terputusnya suatu pengobatan, kegagalan pengobatan pada penyakit
kronis, gagalnya rencana pemeriksaan ulang atau tindak lanjut yang telah
dijadwalkan, kelengkapan data, dan tidak terlaksananya rujukan pasien.
81
82
82
83
Langkah 1
Pembuatan rencana
Langkah 10 Langkah 2
Pemecahan masalah Penyusunan standar
dan evaluasi
Langkah 9 Langkah 3
Penyusunan Penyebarluasan standar
pemecahan masalah
Langkah 8 Langkah 4
Analisis penyebab Pemantauan mutu
masalah
Langkah 7 Langkah 5
Penyusunan kelompok Penetapan masalah
pemecahan masalah dan prioritas
Langkah 6
Perumusan masalah
83
84
Keterangan:
1. Daftar tilik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan layanan antenatal
2. Isilah kotak jawaban dengan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
3. Kolom jawaban “Y” (Y= ya), apabila petugas kesehatan melaksanakan
4. Kolom jawaban “T” (T= tidak), apabila petugas kesehatan tidak melaksanakan
5. Kolom jawaban “TB” (TB= tidak berlaku), apabila pernyataan tidak berlaku untuk ibu hamil
tersebut
No Pertanyaan Y T TB
1. Nama?
2. Usia?
3. Nama suami?
4. Alamat?
5. Hari Pertama Haid Terakhir?
6. Usia Kehamilan?
7. Keluhan pusing hebat? Mata kabur?
8. Adanya perdarahan?
9. Keluhan bengkak kaki?
10. Keluhan demam tinggi?
11. Keluhan lain yang dirasakan?
12. G....P.....A.....?
13. Jumlah anak hidup?
14. Jumlah anak mati?
15. Kapan persalinan terakhir?
16. Penolong persalinan terakhir?
17. Cara persalinan yang lalu?
18. Penyakit yang diderita?
19. Status immunisasi saat ini?
Apakah petugas kesehatan melakukan pemeriksaan dan mencatat tentang:
No Pertanyaan Y T TB
20. Tinggi badan?
21. Berat badan?
84
85
No Pertanyaan Y T TB
30. Usia kehamilan?
31. Hari taksiran persalinan?
32. Risiko yang ditemukan?
33. Penyakit-penyakit lain yang ditemukan?
No Pertanyaan Y T TB
34. Immunisasi TT?
35. Tablet tambah darah?
36. Terapi/tindakan yang diperlukan?
No Pertanyaan Y T TB
37. Hasil pemeriksaan?
38. Pentingnya immunisasi?
39. Pentingnya tablet tambah darah?
40. Jenis risiko yang ditemukan?
41. Bahaya dari risiko kehamilan yang ditemukan?
42. Alasan ibu dirujuk bila ada indikasi dirujuk?
43. Kapan harus datang untuk periksa ulang?
85
86
Keterangan:
1. Daftar tilik ini digunakan untuk mengamati pelaksanaan layanan antenatal
2. Isilah kotak jawaban dengan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
3. Kolom jawaban “Y” (Y= ya), apabila petugas kesehatan melaksanakan
4. Kolom jawaban “T” (T= tidak), apabila petugas kesehatan tidak melaksanakan
5. Kolom jawaban “TB” (TB= tidak berlaku), apabila pernyataan tidak berlaku untuk ibu hamil
tersebut
No Pertanyaan Y T TB
1. Status imunisasi untuk menentukan imunisasi apa hari ini?
2. Kondisi kesehatan anak pada hari ini?
No Pertanyaan Y T TB
3. Menutup steriisator selama tidak melakukan vaksinasi?
4. Menggunakan satu jarum dan satu semprit untuk setiap kali
suntikan?
5. Menyimpan vaksin dlam termos berisi coldpack/es batu terbungkus
dalam plastik yang selalu tertutup selama layanan?
6. Memberi vaksin dengan dosis yang tepat?
7. Memberikan suntikan secara benar (BCG, Campak,
DPT/TT/Hepatitis B)?
8. Membersihkan permukaan kulit yang akan divaksinasi dengan
menggunakan kapas yang dibasahi dengan air bersih?
No Pertanyaan Y T TB
9. Hasil vaksinasi pada KMS?
10. Hasil vaksinasi pada buku desa?
No Pertanyaan Y T TB
11. Jenis vaksinasi yang diberikan hari ini?
12. Kemungkinan terjadi efek samping?
13. Keharusan ibu untuk berkonsultasi jika ada efek samping?
14. Anak dapat diimunisasi meskipun sakit ringan?
15. Pentingnya bayi mendapatkan imunisasi lengkap sebelum mencapai
umur 1(satu) tahun?
16. Kapan imunisasi berikutnya?
86
87
Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ya 22 23 21 20 18 16 14 21 20 18 14 18 21 4 6 8
% 88 92 84 80 72 64 56 84 80 72 56 72 84 16 24 32
Artinya dalam 25 pengamatan variabel no.1 tingkat kepatuhannya hanya 88%, variabel no. 2 92%,
variabel no.3 84%, variabel no.4 80% dst
= (22+23+21+18+16+14+21+20+18+14+18+21+4+6+8) x 100%
(25 x 26)
= 66%
C. Rangkuman Materi
Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui pelbagai
model manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan
adalah model PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang akan menghasilkan
pengembangan berkelanjutan (continuous improvement) atau kaizen mutu pelayanan
kesehatan.
PDCA merupakan empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif,
yaitu:
a. Merencanakan (PLANN)
Sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan dan apa kriteria
keberhasilan.
b. Pelaksanaan (DO)
Melaksanakan solusi sering melibatkan pelatihan, termasuk proses pengumpulan
data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi, dan mengamati tingkat
kemudahan atau kesulitan pelaksanaan solusi.
c. Cek (CHECK)
Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang diperleh dari
tindakan yang sudah dilakukan.
87
88
d. Bertindak (ACTION)
Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang diperoleh dari
tindakan yang sudah diambil.
Selain konsep PDCA, dalam penilaian mutu pelayanan kesehatan/kebidanan
juga digunakan tehnik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Observasi atau
pengamatan langsung ini dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: pengamatan langsung
dengan daftar tilik, pengamatan langsung tanpa daftar tilik dan mistery shapper.
Wawancara adalah salah satu cara pengumpulandata dengan melakukan tanya jawab
pada seseorang atau sekelompok orang atau responden untuk meminta pendapat atau
keterangan mengenai sesuatu hal yang dianggap perlu dan penting. Pemeriksaan dan
penilaian dokumen atau catatan lain merupakan kegiatan yang disebut sebagai audit.
D. Latihan/Tugas
Uraikan konsep PDCA dalam penlaian mutu pelayanan kesehatan/kebidanan!
88
89
d. Bertindak (ACTION)
Ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang diperoleh dari
tindakan yang sudah diambil.
K. Daftar Pustaka
1. Depkes, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
2. Azrul Azwar, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ke tiga, Binarupa
Aksara. Jakarta. hal. 44-7.
3. Tjiptono F.1998. Total Quality Manajemen.
4. Depkes RI, 1999. Program Jaminan Mutu, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
5. Wiyono DJ. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Strategi dan
Aplikasi, Universitas Airlangga, Surabaya.
6. Depkes. 2005. Quality Assurance.
7. -. 2005. Standar for the practice of midwifery.
8. Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Penerbit buku
kedokteran: EGC.Jakarta.
9. Vincent G. 2005. Total Quality Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
10. Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
89