Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMBERIAN OBAT INJEKSI INSULIN


RUANG PUNAI 3
RSUD PARIKESIT
STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Bachtiar Safrudin, M.Kep.,Sp.Kom

DISUSUN OLEH :
MOHAMMAD RIZKY MAULANA
2411102412033

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TENGGARONG
2024
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan satu penyakit degeneratif,
penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup (PERKENI,
2011). Menurut survei yang dilakukan oleh World Health Organization
(WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika (Maulana, 2012).
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012), jumlah penderita diabetes
melitus di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta
jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030
mendatang.
Menurut PERKENI (2006) untuk menunjang peningkatan
kualitas hidup penyandang DM diperlukan 4 pilar yang sangat penting
dalam pengelolaan DM meliputi edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani dan intervensi farmakologis. Secara umum, pengelolaan
diabetes dimulai dengan perencanaan makan dan latihan jasmani yang
dipertahankan sampai 4-8 minggu. Apabila setelah itu kadar glukosa
darah masih belum terkendali baik perlu ditambahkan obat
hipoglikemikoral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi.
Salah satu cara mengendalikan kadar gula darah 2 jam setelah makan
pada penderita diabetes melitus adalah dengan memberikan injeksi
insulin yang benar: benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar
lokasi, (Thahir, 2008). Kesalahan dalam penyuntikan insulin oleh
petugas medis ataupun oleh penderita itu sendiri seringkali dijumpai,
studi mencatat kesalahan tersebut sebanyak 12-34% (Hendrata, 2010).
2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu
a. Mahasiswa mengetahui pengertian injeksi insulin
b. Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukan injeksi insulin
c. Mahasiswa mengetahui lokasi injeksi insulin
d. Mahasiswa mengetahui jenis insulin
e. Mahasiswa mengetahui komplikasi dilakukan injeksi insulin
f. Mahasiswa megetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam
injeksi insulin
g. Mahasiswa mengetahui prosedur injeksi insulin.

B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian Injeksi Subcutan (Insulin)
Penyuntikan insulin adalah terapi pemberian insulin kepada
klien atau pasien yang mengalami kekurangan hormon insulin di
dalam tubuhnya. Tetapi insulin umunya diberikan dengan suntikan
dibawah kulit (subcutan). Insulin merupakan terapi terakhir untuk
penderita DM (Diabetes Melitus). Terapi ini baru dilakukan bila
pankreas tidak bisa lagi memproduksi insulin. Pemberian insulin
terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih
dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin reguler).
Larutan yang keruh termasuk tipe lambat karena adanya penambahan
protein sehingga memperlambat absorpsi obat (Hidayat, 2008). Injeksi
subcutan adalah injeksi yang dilakukan dengan menempatkan obat ke
dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC
tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorpsi di
jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi
IM. Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi
normal (Potter & Perry, 2005). Pemberian obat melalui subkutan
umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang
digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
2. Lokasi dilakukan Injeksi Insulin
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di
sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta
sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat dengan
mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi
insulin secara mandiri (Potter & Perry, 2005). Pada daerah tersebut
dengan mudah kita mengambil/memegang lipatan kulit dan
memasukkan jarum ke dalam jaringan lemak dan jaringan pengikatnya
yang ada di bawah kulit. Tergantung juga pada panjangnya jarum, kita
masukkan ke dalam dengan sudut 90 derajat (pada jarum yang
panjangnya 1 cm) atau di bawah sudut 45 derajat (pada jarum yang
lebih panjang). Tempat yang lain meliputi daerah skapula di punggung
atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal (Potter & Perry, 2005).
Bagian perut (abdomen) menyerap insulin paling cepat dimana lokasi
tersebut paling sering digunakan kebanyakan orang (SDA, 2008).
Walaupun penting pada setiap pemberian injeksi di area berbeda dalam
satu lokasi (misalnya perut), itu tidak baik merubah tempat tanpa
didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter atau pembimbing Diabetes
Mellitus.
3. Indikasi injeksi insulin
Indikasi pemberian nsulin menurut (Perkeni, 2007)
a. Apabila kadar gula darah tak terkendali melalui pengobatan OHO,
dengan KGD puasa > 250 mg/dl, KGD acak menetap > 300 mg/dl,
dan HBA1C > 10%.
b. Ada riwayat operasi pengangkatan pankreas.
c. Apabila terjadi ketoasidosis dan keton keluar bersama urine
(ketonuria)
d. Pasien DM dengan gejala nyata masih mencolok yaitu: poliurie
(banyak kencing), polidipsi (banyak minum), poliphagi (banyak
makan), dan berat badan turun drastis.
e. Penyandang DM lebih dari 10 tahun dengan KGD fluktuatif.
f. Apabila diperlukan terapi kombinasi OHO – Insulin.
Indikasi pemberian insulin menurut Misnadiarly (2006) yaitu
a. Semua penyandang DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hampir tidak ada.
b. Penyandang DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin
bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
c. Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan
pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
d. DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan
insulin bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
e. Ketoasidosis diabetik.
f. Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
g. Penyandang DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori, untuk memenuhi kebutuhan
energi yang meningkat, secara bertahap akan memerlukan insulin
eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi
peningkatan kebutuhan insulin.
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
i. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemi oral
4. Jenis insulin
Berdasarkan lama kerjanya, insulin dibagi menjadi 4 macam
(Misnadiarly, 2006) yaitu
a. Insulin kerja singkat
Yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin /
CZI ). Saat ini dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk
asam dan netral. Preparat yang ada antara lain : Actrapid,
Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum
makan, mencapai puncak setelah 1– 3 macam dan efeknya dapat
bertahan samapai 8 jam. Contoh Novomix
b. Insulin kerja menengah
Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn
( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis ini awal kerjanya adalah
1.5 – 2.5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 – 15 jam dan efeknya
dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
c. Insulin kerja panjang
Merupakan campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan
lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan
cukup lam, yaitu sekitar 24 – 36 jam. Preparat: Protamine
Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard
d. Insulin infasik (campuran)
Merupakan kombinasi insulin jenis singkat dan menengah.
Preparatnya: Mixtard 30 / 40
Dosis pemberian insulin tergantung pada kadar gula darah, yaitu:
a. Gula darah < 60 mg % = 0 unit
b. Gula darah < 200 mg % = 5 – 8 unit
c. Gula darah 200 – 250 mg% = 10 – 12 unit
d. Gula darah 250 - 300 mg% = 15 – 16 unit
e. Gula darah 300 – 350 mg% = 20 unit
f. Gula darah > 350 mg% = 20 – 24 unit
5. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam injeksi insulin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membrikan injeksi subkutan
(Potter dan Perry, 2005) yaitu
a. Tempat yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan
parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar di bawahnya.
b. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksi
setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan
lipodistrofi (atrofi jaringan).
c. Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam
sampai tujuh minggu.
d. Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang
larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap
larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan
obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak
seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam injeksi insulin:
a. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
b. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya
perubahan warna).
c. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
d. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan
dalam 15 menit sebelum makan. Interval waktu yang
direkomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan waktu
makan adalah 30 menit.
e. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil
laboratorium (kadar gula darah).
f. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.
Khusus Untuk Insulin Pen :
a. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam
suhu 2 – 8 °C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam
freezer).
b. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan
dalam lemari pendingin. Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh
perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C)
selama 4 minggu.
c. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api,
sinar matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
d. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak
berwarna jernih lagi.
(Muttaqin, 2008)
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari pemberian injeksi insulin menurut
Misnadiarly (2006) yaitu
a. Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling berbahaya dan
dapat terjadi bila terdapat ketidaksesuaian antara diet, kegiatan
jasmani dan jumlah insulin.
b. Lipoatrofi yaitu terjadi lekukan di bawah kulit tempat suntikan
akibat atrofi jaringan lemak. Hal ini diduga disebabkan oleh reaksi
imun dan lebih sering terjadi pada wanita muda terutama terjadi di
negara yang memakai insulintidak begitu murni.
c. Lipohipertrofi yaitu pengumpulan jaringan lemak subkutan di
tempat suntikan akibat lipogenik insulin. Lebih banyak ditemukan
di negara yang memakai insulin murni. Regresi terjadi
bila insulin tidak lagi disuntikkan di tempat tersebut.
d. Reaksi alergi lokal terjadi 10x lebih sering daripada reaksi sistemik
terutama pada penggunaan sediaan yang kurang murni. Reaksi
lokal berupa eritem dan indurasi di tempat suntikan yang terjadi
dalam beberpa menit atau jam dan berlagsung.
e. Inflamasi lokal atau infeksi mudah terjadi bila pembersihan kulit
kurang baik, penggunaan antiseptik yang menimbulkan sensitisasi
atau terjadinya suntikan intrakutan, reaksi ini akan hilang secara
spontan. Reaksi umum dapat berupa urtikaria, erupsi kulit,
angioudem, gangguan gastrointestinal, gangguan pernapasan dan
yang sangat jarang ialah hipotensi dan shock yang diakhiri
kematian.
7. Prosedur pemberian injeksi subkutan
Peralatan
a. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
b. Vial insulin.
c. Kapas + alkohol / alcohol swab.
d. Handscoen bersih.
e. Daftar / formulir obat klien.
Tahap Pra Interaksi
a. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian
terapi injeksi insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis
insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan pendokumentasian).
b. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu
kerja, dan masa efek puncak insulin, serta efek samping yang
mungkin timbul.
c. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
d. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi
terhadap human insulin.
e. Mengkaji riwayat medik dan riwayat alergi.
f. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada
pengerasan atau penurunan jumlah jaringan.
b. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan
pemberian terapi insulin.
c. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan
yang telah dimakan klien.
Tahap Orientasi
a. Memberi salam pada pasien
b. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur
pemberian injeksi insulin.
c. Menutup sampiran (kalau perlu).
Tahap Interaksi
a. Mencuci tangan.
Mengurangi penularan mikroorganisme
b. Memakai handscoen bersih.
Rasional : injeksi dapat menyebabkan sedikit rembesan darah
pada tempat injeksi. Sarung tangan mengurangi risiko terpajan.
c. Penyuntikan insulin
Pemakaian spuit insulin
a. Megambil vial insulin sebanyak dosis yang diperlukan untuk
klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
b. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
Rasional : tempat injeksi harus bebas dari anomali yang dapat
memengaruhi absorpsi obat.
c. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
Rasional : mencegah terjadinya lipohipertrofi atau penebalan
jaringan.
d. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
Rasional : membebaskan area yang akan di injeksi dari
mikroorganisme
e. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus
dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang
tidak dominan.
Rasional : Jarum mempenetrasi kulit yang tegang dengan lebih
mudah daripada kulit kendur. Mencubit kulit mengangkat
jaringan subkutan dan mengurangi kepekaan tempat injeksi.
f. Menyuntikkan insulin secara subcutan pada sudut 45-90 derajat
dengan tangan yang dominan secara lembut dan perlahan.
g. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan
kapas alkohol.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan laju absorpsi insulin.
h. Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan
Rasional : CDC dan OSHA memandatkan jarum tidak ditutup
kembali untuk mencegah petugas tertusuk jarum dan penularan
penyakit.
Pemakaian Insulin Pen
a. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan.
Rasional : agar sesuai dengan dosis yang telah diorderkan
b. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
Rasional : mencegah penularan penyakit dan infeksi.
c. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar
dengan indikator dosis.
d. Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin
pen (bagian cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga
indikator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan
diberikan kepada klien.
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa
”klik” yang dirasakan perawat saat memutar cap Insulin Pen
menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
e. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
Rasional : tempat injeksi harus bebas dari anomali yang dapat
memengaruhi absorpsi obat.
f. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
Rasional : untuk mencegah lipohipertrofi atau penebalan jaringan.
g. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
Rasional : membuang mikroorganisme yang menempel di kulit.
h. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus
dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang
tidak dominan.
Rasional : Jarum mempenetrasi kulit yang tegang dengan lebih
mudah daripada kulit kendur. Mencubit kulit mengangkat
jaringan subkutan dan mengurangi kepekaan tempat injeksi.
i. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
dominan secara lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian
atas Insulin Pen sampai tidak terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan
tinggi Insulin Pen sudah kembali seperti semula (tanda obat telah
diberikan sesuai dengan dosis).
j. Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien
sebelum dicabut.
Rasional: supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
k. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan menggunakan
kapas alkohol.
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan laju absorpsi insulin
Tahap Terminasi
a. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
b. Membereskan alat
c. Cuci tangan
Tahap Evaluasi
a. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30
menit setelah injeksi insulin dilakukan.
b. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
c. Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau hematoma.
Tahap Dokumentasi
a. Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.
b. Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.
c. Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin
(Muttaqin, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012, Tahun 2030 Prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Jakarta.
Maulana, M. 2012, Mengenal Diabetes Melitus Panduan Praktis Menangani
Penyakit Kencing Manis, Kata Hati, Jogjakarta.
Misnadiarly, 2006, Diabetes Melitus Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenali gejala,
Menanggulangi, dan Mencegah komplikasi, Pustaka Obor Populer, Jakarta
Muttaqin, Arif., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Salemba Medika, Jakarta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2007, Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia, PB PERKENI, Jakarta
Potter, P.A dan Perry, A.G., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. edisi 4v olume 2. EGC, Jakarta.
Thahir, M.R., 2008, Pompa Insulin, Alat Mutakhir untuk Penderita Diabetes
Mellitus, Demedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai