Anda di halaman 1dari 70

BIOSISTEMATIKA DAN PEMODELAN

SUMBER INFORMASI MORFOLOGI BUNGA UNTUK


BIOSISTEMATIKA TUMBUHAN

ANDI NURHIQMAH DEWI


H052232001

DEPARTEMEN BIOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2024
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................................. 3

B. Tujuan .......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 69

A. Kesimpulan ................................................................................................. 69

B. Saran ........................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 70

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan di permukaan bumi selain berjumlah sangat besar juga

menunjukkan keanekaragaman yang sangat tinggi. Jumlah dan keanekaragaman yang

sangat tinggi mendorong manusia yang berkecimpung dalam studi tumbuhan

melakukan penyederhanaan obyek tumbuhan itu melalui klasifikasi (pengelompokan)

dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok yang terbentuk. Dua kegiatan

inilah yang merupakan tugas utama ilmu sistematik atau taksonomi tumbuhan.

Pada saat ini telah banyak dikenal berbagai macam tumbuhan termasuk di

antaranya tumbuhan yang bermanfaat. Tumbuhan tersebut perlu dibedakan agar tidak

salah penyebutannya, karena wujud dan macamnya berbeda. Karena itu perlunya

suatu pengetahuan mengenai cara atau metode untuk menguasai keseluruhan

tumbuhan. Dari tumbuhan yang sudah diketahui kemudian digolong-golongkan,

dikelompokkan, dikelas-kelaskan, disistematikkan atau diklasifikasikan. Klasifikasi

tumbuhan adalah penggolongan atau pengaturan tumbuhan dalam suatu tingkatan

kesatuan yang setiap unit pengelompokannya disebut sebagai takson. Pengetahuan

tentang sifat-sifat, ciri, nama-nama tumbuhan selanjutnya disusun dalam suatu sistem

yang dikenal sebagai ilmu tumbuhtumbuhan dan terkadang disebut juga sistematika

tumbuhan atau botani sistematika.

Pertelaan ciri atau deskripsi merupakan bagian yang sangat penting, sebab

pertelaan merupakan pengetahuan tentang takson. Pertelaan atau deskripsi adalah

3
pelukisan atau penggambaran dengan kata-kata tentang batasan, ruang lingkup dan

sifat-sifat suatu takson itu. Pertelaan merupakan kesimpulan dan perwujudan dari

pencirian takson. Bahan baku pencirian itu pada umumnya berupa sifat dan ciri yang

dirinci, dianalisis atau disintesis serta disajikan sebagai bukti taksonomi. Sifat dan ciri

inilah yang memungkinkan orang menggambarkan konsep dan mengenal suatu

takson. Hampir semua kegiatan taksonomi tumbuhan itu melibatkan sifat dan ciri

tumbuhan beserta variasinya. Pertelaan umumnya berisi sifat dan ciri, yang sebagian

besar bersumber pada sifat-sifat morfologi tumbuhan.

Setiap tumbuhan memiliki alat atau bagian yang digunakan dalam proses

perkembang biakan (organum reproduction) yang dibedakan dalam golongan yang

bersifat vegetatif dan generatif. Alat perkembangbiakan generatif itu bentuk dan

susunannya berbeda beda sesuai dengan jenis tanamannya, tetapi bagi tumbuhan yang

berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang sering kita sebut

bunga. Oleh sebab itu suatu tumbuhan biji, jika sudah tiba waktu baginya akan

mengeluarkan bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian bagian yang setelah terjadi

peristiwa peristiwa persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan

bagian tumbuhan yang kita sebut buah, yang didalmnya terkandung biji dan biji

inilah yang nanti akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.

Bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun daun) yang bentuk,

warna dan susunanya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada

bunga ini dapat berlangsung penyerbukan, pembuahan dan akhirnya dapat dihasilkan

alat perkembangbiakan. Tunas yang mengalami perubahan bentuk menjadi bunga itu

biasanya batangnya terhenti pertumbuhannya, merupakan tangkai dan dasar bunga,

4
sedangkan daun daunya sebagian tetap bersifat seperti daun, dan hanya bentuk dan

warnanya berubah, dan sebagian lagi mengalami metamorphosis menjadi bagian

bagian yang memainkan peranan masing masing dalam peristiwa yang akhirnya akan

menghaslkan calon individu baru.

Menyusun pertelaan, deskripsi atau diagnosis suatu tumbuhan harus

menggunakan suatu cara, sehingga hasilnya tertata dan sistematis, bentuknya singkat,

ringkas, dan padat serta mempermudah dalam mencari informasi dari tumbuhan

tersebut. Salah satu cara menyusun pertelaan tumbuhan yaitu dengan menggunakan

ciri morfologi dari tumbuhan tersebut. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang

sistem informasi morfologi bunga untuk biosistematika tumbuhan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui sistem informasi

morfologi bunga untuk biosistematika tumbuhan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bunga secara Umum

Bunga (flos) merupakan salah satu organ tumbuhan yang berfungsi sebagai

alat perkembangbiakan secara generatif yang memiliki bentuk dan susunan yang

berbeda-beda menurut jenisnya, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji alat tersebut

lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita sebut bunga. Bunga merupakan

batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh digasilkannya

sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Pembentukan

bunga dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi oleh perubahan

lingkungan seperti suhu rendah, lama pencahayaan dan ketersediaan air. Pada bunga

terdapat terdapat bagian-bagian yang etelah terjadi persarian (penyerbukan) dan

pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yaitu buah yang didalammnya

terkandung biji, biji inilah nantinya yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.

Berhubung dengan terhentinya pertumbuhan batang, maka ruas-ruas menjadi

amat pendek, sehingga bagian bunga yang merupakan metamorfosis daunnya

tersusun amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya bagian-bagian tadi tampaknya

seakan-akan tersusun dalam lingkaran-lingkaran. Bertalian dengan letak dan susunan

bagian-bagian bunga ini dibedakan :

1. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun menurut garis spiral (acyclis),

misalnya bunga cempaka Michelia champaka L.

6
2. Bunga yang bagian-bagiannya tersusun dalam lingkaran-lingkaran (cyclis),

misalnya : bunga terong Solanum melongena L., bakung

Hymenocallis littoralis Sallisb.

3. Bunga yang sebagian bagian-bagiannya duduk dalam lingkaran, dan sebagian

lain terpencar atau menurut garis spiral (Hemicylis), misalnya : bunga sirsak

Annona muricata L.

Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan, pada bunga terdapat sifat-sifat

yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan tugasnya sebagai penghasil alat

perkembangbiakan yang sebaik-baiknya. Umumnya, dari suatu bunga sifat-sifat yang

menarik adalah bentuk bungan seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya, warna, bau,

serta ada dan tidak adanya madu ataupun zat lain. Dengan karakteristik sifat-sifat

tersebut untuk setiap atau golongan tumbuhan, sehingga sifat-sifat bunga merupakan

tanda pengenal tumbuhan yang paling utama.

B. Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada suatu Tumbuhan

Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, misalnya

bunga coklat Zephyeranthus rosea Lindl. tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat

ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja

dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (Planta uniflora), sedang lainnya tumbuhan

berbunga banyak (Planta multiflora).

7
Gambar 1. (a) bunga tunggal dan (b) bunga banyak

Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu

terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi

terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-

cabang. Jadi menurut tempatnya pada tumbuhan, dapat dibedakan :

1. Bunga pada ujung batang (Flos terminalis), misalnya : bunga coklat

Zephyeranthus rosea Lindl., kembang merak Caesalpinia

pulcherrima Swartz.

2. Bunga diketiak daun Flos lateralis atau Flos axilaris, misalnya pada kembang

sepatu Hibiscus rosa-sinensis L., kembang telang Clitoria ternatea L.

Selain dari itu, pada suatu tumbuhan dapat kita lihat bahwa bunganya yang

besar jumlahnya itu dapat :

1. Terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi), misalnya pada bunga kembang

sepatu Hibiscus rosa-sinensis L.

8
2. Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan dari cabang yang

beraneka ragam, misalnya pada kembang merak Caesalpinia

pulcherrima Swartz.

Gambar 2. (a) bunga pada ujung batang serta berkumpul dan (b) bunga pada ketiak
daun serta terpisah-pisah

C. Bunga Majemuk (Anthoaxis, Inflorescentia)

Suatu bunga majemuk harus dapat dibedakan dari cabang yang mendukung

sejumlah bunga di ketiaknya. Pada suatu cabang dengan sejumlah bunga di ketiak

jelas kelihatan, bahwa di antara bunga-bunganya sendiri yang terdapat pada cabang

itu terdapat daun-daun biasa yang berguna untuk berasimilasi. Pada suatu bunga

majemuk, sumbu yang mendukung bunga-bunga yang telah berkelompok itu tidak

berdaun, atau jika ada daunnya, daun-daun tersebut telah mengalami metamorfosis

dan tidak lagi berguna sebagai alat untuk asimilasi. Walaupun demikian menurut

kenyataannya seringkali tidak mudah untuk membedakan suatu bunga majemuk dari

cabang yang mempunyai bunga-bunga di ketiak daunnya.

9
Pada suatu bunga majemuk lazimnya dapat kita bedakan bagian-bagian

berikut :

1. Bagian yang Bersifat Batang atau Cabang

 Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculuscomunis atau rhachis), yaitu

bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang

mendukung bunga majemuk tadi. Ibu tangkai ini dapat bercabang, dan

cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak bercabang,

 Tangkai bunga (pedicellus), yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung

bunganya,

 Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai bunga, yang mendukung

bagian-bagian bunga lainnya.

Gambar 3. Bunga majemuk dan bagian-bagiannya

2. Bagian yang Bersifat seperti Daun

 Daun-daun pelindung (bractea), yaitu bagian-bagian serupa daun yang

dari ketiaknya muncul cabang-cabang ibu tangkai atau tangkai bunganya,

10
 Daun tangkai (bracteola), yaitu satu atau dua daun kecil yang terdapat

pada tangkai bunga. Pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) biasanya

terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median,

sedang pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat

satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, di bagian atas

tangkai bunga,

 Seludang bunga (spatha), yaitu daun pelindung yang besar, yang

seringkali menyelubungi seluruh bunga majemuk waktu belum mekar,

 Daun-daun pembalut (bracteolainvoluclaris), yaitu sejumlah daun-daun

pelindung yang tersusun dalam suatu lingkaran,

 Kelopak tambahan (epicalix), yaitu bagian-bagian serupa daun yang

berwarna hijau, tersusun dalam suatu lingkaran dan terdapat di bawah

kelopak,

 Daun-daun kelopak (sepalae),

 Daun-daun mahkota atau daun tajuk (petalae),

 Daun-daun tenda bunga (tepalae), jika kelopak dan mahkota sama bentuk

dan warnanya,

 Benang-benang sari (stamina),

 Daun-daun buah (carpella).

C.1. Bunga Majemuk Tak Berbatas (inflorescentia recemosa botryoides

centripetala)

11
Gambar 4. Bunga majemuk (a) tak berbatas dan (b) berbatas

Bunga majemuk tak berbatas adalah bunga majemuk yang ibu tangkainya

dapat tumbuh terus, dengan cabang-cabang yang dapat bercabang lagi atau tidak, dan

mempunyai susunan “acropetal” (semakin muda semakin dekat dengan ujung ibu

tangkai) dan bunga-bunga pada bunga majemuk ini mekar berturut-turut dari bawah

ke atas. Jika ujung ibu tangkai tak mendukung suatu bunga, tampaknya seakan-akan

bunga majemuk ini tidak berbatas, lagi pula jika dilihat dari atas, nampak bunga

mulai mekar dari pinggir menuju ke pusat itulah maka bunga majemuk yang bersifat

demikian ini dinamakan: inflorescentia centripetal. Bunga majemuk tak terbatas

terdapat misalnya pada kembang merak Caesalpinia pulcherrima Swartz. dan

mangga Mangifera Indica L.

Dalam golongan ini dapat dibedakan lagi yang :

1. Ibu tangkainya tidak bercabang-cabang, sehingga bunga (bertangkai atau

tidak) langsung terdapat pada ibu tangkainya.

12
a. Tandan (racemus atau botrys), jika bunga bunga bertangkai yang duduk pada

ibu tangkainya, misalnya kembang merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz),

b. Bulir (spica), seperti tandan tetapi bunga tidak bertangkai , misalnya bunga

jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl),

c. Untai atau bunga lada (amentum), seperti bulir, tetapi ibu tangkainya hanya

mendukung bunga-bunga yang berkelamin tunggal dan runtuh seluruhnya

(bunga majemuk yang mendukung bunga jantan, yang betina menjadi buah),

misalnya bunga sirih (Piper betle L),

d. Tongkol (spadix), seperti bulir, tetapi ibu tangkai besar, tebal ,dan seringkali

berdaging, misalnya iles-iles (Amorphophallus variabilis Bl), jagung (Zea

mays L) tetapi hanya pada bunga betina.

Pada suatu bunga tongkol seringkali terdapat seludang bunga yang

indah dan menarik warnanya, yang selain berguna untuk menarik serangga,

juga merupakan perangkap bagi serangga yang mengunjungi bunga ini.

d.1. Bunga payung (umbella), yaitu suatu bunga majemuk tak berbatas, yang dari

ujung ibu tangkainnya mengeluarkan cabang-cabang yang sama panjangnya.

Masing-masing cabang mempunyai suatu daun pelindung pada pangkalnya,

dank arena pangkal daun sama tinggi letaknya, maka tampak seakan-akan

pada pangkal cabang-cabang tadi seperti terdapat daun pembalut. Misalnya

daun kaki kuda Cantella asiatica Urb.

d.2. Bunga cawan (corymbus atau anthodium), yaitu suatu bunga majemuk yang

ujung ibu tangkainya lalu melebar dan merata, sehingga mencapai bentuk

seperti cawan (adapula kalanya tidak begitu lebar dan rata, sehingga bentuk

13
cawan tidak begitu nyata) dan pada bagian itulah tersusun bunga-bunganya.

Pada pangkal bunga majemuk yang demikian ini biasanya terdapat daun-daun

pembalut (involucrum). Selain dari itu pada bunga cawan lazimnya kita dapati

dua macam bunga, yaitu :

d.2.1. Bunga pita : bunga yang mandul yang terdapat sepanjang tepi cawan,

oleh sebab itu dinamakan pula bunga pinggir (flos marginallis), yang

seringkali mempunyai mahkota yang berbentuk pita, oleh sebab itu

dinamakan pula bunga pita (flos ligulatus),’

d.2.2. Bunga tabung : bunga-bunga yang terdapat di atas cawannya sendiri (flos

disci), seringkali kecil kecil dan berbentuk tabung, oleh sebab itu

dinamakan bunga tabung. Bunga inilah yang mempunyai kedua macam

alat kelamin (benang sari dan putik) dan dapat menghasilkan buah.

d.2.3. Bunga bongkol (capitulum), suatu bunga majemuk yang menyerupai

bunga cawan, tetapi tanpa daun-daun pembalut, dan ujung ibu tangkai

biasanya membengkak, sehingga bunga majemuk seluruhnya berbentuk

bola, misalnya pada suku Mimosaceae, misalnya lamtoro Leucaena

glauca Benth .

d.2.4. Bunga periuk (hypanthodium). Bunga ini dapat dibedakan dalam bentuk,

yaitu:

 Ujung tangkai menebal, berdaging, mempunyai bentuk seperti gada,

sedang bunga-bunganya terdapat meliputi seluruh bagian yang menebal

tadi, sehingga tercapai bentuk bulat atau silinder.

14
 Ujung ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan yang

menyerupai periuk, sehingga bunga-bunga yang semestinya terletak

padanya lalu terdapat di dalam periuk tadi, dan sama sekali tidak tampak

dari luar, misalnya pada lo (Ficus glomerata Roxb), awar-awar (Ficus

septic Burn ) dan marga lo (Ficus sp) umumnya.

Gambar 5. Bunga dengan ibu tangkai tidak bercabang

15
2. Ibu tangkai bercabang-cabang, dan cabang-cabangnya dapat bercabang lagi,

sehingga bunga-bunga tidak terdapat pada ibu tangkainya. Dalam golongan

ini dapat disebut :

a. Malai (panicula) : ibu tangkainya mengadakan percabangan secara

monopodial, demikian pula cabang-cabangnya, sehingga suatu malai dapat

disamakan dengan suatu tandan majemuk. Misalnya bunga mangga

Mangifera indica L.

b. Malai rata (corymbus ramosus) : ibu tangkainya mengadakan percabangan,

demikian pula seterusnya cabangnya, tetapi cabang-cabang tadi mempunyai

sifat sedemian rupa sehingga seakan-akan semua bunga pada bunga majemuk

ini terdapat pada suatu bidang datar atau agak melengkung, misalnya bunga

asoka Ixora grandiflora Zoll., kirinyu Sambacus javanica Bl.

c. Bunga payung majemuk (umbella composita), yaitu suatu bunga payung yang

bersusun, dapat pula dikatakan sebagai bunga payung yang bagian-bagiannya

berupa suatu payung kecil (umbella). Bungapayung bertingkat atau majemuk

terdapat pada adas Foeniculum vulgare Mill dan wortel Daucus corota L.

d. Bunga tongkol majemuk, yaitu bunga tongkol yang ibu tangkainya bercabang-

cabang dan masing-masing cabang merupakan bagian dengan susunan seperti

tongkol pula, terdapat misalnya pada kelapa Cocos nucifera L. dan palma

(Palmae) umumnya.

16
e. Bulir majemuk, jika ibu tangkai bercabang-cabang dan masing-masing cabang

mendukung bunga-bunga dengan susunan sepeeti bulir, misalnya bunga

jagung Zea mays L. yang jantan dan berbagai jenis rumput (Gramineae).

Gambar 6. Bunga dengan ibu tangkai bercabang

C.2. Bunga Majemuk Berbatas (inflorescentia cymosa atau centrifuga

inflorescentia defitina)

17
Bunga majemuk berbatas adalah adalah bunga majemuk yang ujung ibu

tangkainya selalu ditutup dengan suatu bunga, jadi ibu tangkai mempunyai

pertumbuhan yang terbatas.Ibu tangkai ini dapat pula bercabang-cabang, dan cabang-

cabang tadi seperti ibu tangkainya juga selalu mendukung suatu bunga pada

ujungnya. Pada bunga majemuk yang berbatas bunga yang mekar dulu adalah bunga

yang terdapat pada sumbu pokok atau ibu tangkainya, jadi dari tengah ke pinggir (jika

dilihat dari atas) oleh sebab itu dinamakan : inflorescentia centrifuga.

Melihat jumlah cabang pada ibu tangkai, bunga majemuk berbatas dibedakan

lagi dalam tiga macam :

 Bersifat monochasial, jika ibu tangkai hanya mempunyai satu cabang, ada

kalanya lebih (dua cabang), tetapi tidak pernah diberhadapan, dan yang

satu lebih besar daripada yang lainnya, misalnya pada kapas Gossypium

sp.

 Bersifat dichasial jika dari ibu tangkai keluar dua cabang yang

berhadapan, terdapat pada tumbuhan dengan bunga berbibir (Labiatae),

misalnya pada kumis kucing Orthosiphon aristatus.

 Bersifat pleiochasial, jika dari ibu tangkai keluar lebih dari dua cabang

pada suatu tempat yang sama tingginya pada ibu tangkai tadi, misalnya

pada bunga oleander Nerium oleander L.

18
Gambar 7. Bunga majemuk berbatas (a) monochasial (b) dichasial dan
(c) pleiochasial

1. Anak payung menggarpu (dichasium), pada ujung ibu tangkai terdapat satu

bunga dan dibawahnhya terdapat dua cabang yang sama panjangnya, masing-

masing mendukung satu bunga pada cabangnya.

2. Bunga tangga atau bunga bercabang seling (cincinnus), yaitu suatu bunga

majemuk yang ibu tangkainya bercabang dan selanjutnya bercabang-cabang

lagi, tetapi setiap kali bercabang berbentuk satu cabang saja, yang arahnya

berganti ke kiri dan ke kanan.

3. Bunga sekrup (bostryx), ibu tangkai bercabang-cabang, tetapi setiap kali

bercabang juga hanya terbentuk satu cabang, yang semuanya terbentuk ke kiri

dan ke kanan dan cabang yang satu berturut-turut membentuk sudut 90°.

4. Bunga sabit (drepanium), seperti bunga sekerup tetapi semua percabangan

terletak pada suatu bidang, hingga bunga seluruhnya menampakkan bentuk

seperti sabit.

19
5. Bunga kipas (rhipidium), seperti bunga bercabang seling semua percabangan

terletak pada satu bidang dan cabang tidak sama panjang, sehingga semua

bunga pada bunga majemuk itu terdapat tempat yang sama tingginya.

Gambar 8. Bunga majemuk berbatas

20
C.3. Bunga Majemuk Campuran (Inflorescentia Mixta)

Bunga majemuk campuran adalah bunga majemuk yang memperlihatkan baik

sifat-sifat bunga majemuk berbatas maupun sifat bunga majemuk tak berbatas,

misalnya pada bunga asoka Ixora paludosa Kurz.

Gambar 9. Bunga majemuk campuran

1. Lain-lain Tipe Bunga Majemuk

a. Gubahan semu atau karangan semu (verticillaster), pada bunga ini tampaknya

seperti ibu tangkainya berbuku-buku.

b. Lembing (anthela), jika cabang-cabang ibu tangkai yang sebelah bawah jauh

lebih panjang daripada ibu tangkai dan cabang-cabang diatasnya , terdapat

pada Juncus dan Luzula.

c. Tukal (glomerulus), suatu bunga majemuk yang biasanya bersifat berbatas

(cymosus), terdiri atas kelompokan bunga-bunga kecil tidak bertangkai, yang

21
tersusun rapat pada cabang-cabang bunga majemuknya, misalnya pada rami

Boehmeria nivea Gaud.

d. Berkas (fasciculus), jika suatu bunga majemuk yang umumnya bersifat

berbatas (cymosus) dengan ibu tangkai yang pendek, bunga lebih besar dari

bunga tukal. Misalnya pada jadam Rhoe discolor Hance.

Gambar 10. Lain-lain Tipe Bunga Majemuk

D. Bagian-bagian Bunga

Bunga pada umumnya mempunyai bagian berikut :

22
Gambar 11. Bagian-bagian bunga

1. Tangkai bunga (pedicellus), yaitu bagian bunga yang masih jelas bersifat

batang, padanya seringkali terdapat daun-daun peralihan, yaitu bagian-bagian

yang menyerupai daun, berwarna hijau,yang seakan-akan merupakan

peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.

2. Dasar bunga (receptaculum), yaitu ujung tangkai yang seringkali melebar,

dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang mengalami

metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama

lain, bahkan biasanya lalu tampak duduk dalam satu lingkaran.

3. Hiasan bunga (perianthium), yaitu bagian bunga yang merupakan penjelmaan

daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat-

23
urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua

bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran.

Bagian-bagian hiasan bunga pada umumnya tersusun dalam dua

lingkaran:

a. Kelopak (calyx), bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar,

biasanya berwarna hijau, dan sewaktu bunga masih kuncup merupakan

selubungnya, yang melindungi kuncup tadi terhadap pengaruh-pengaruh dari

luar. Kelopak terdiri atas beberapa daun kelopak (sepala). Daun-daun kelopak

pada bunga dapat berlekatan satu sama lain, dapat pula terpisah-pisah.

b. Tajuk bunga atau mahkota bunga (corolla), yaitu bagian hiasan bunga yang

terdapat pada lingkaran dalam, biasanya tidak berwarna hijau lagi. Warna

bagian inilah yang lazimnya merupakan warna bunga. Mahkota bunga terdiri

atas sejumlah daun mahkota (petala), yang seperti halnya dengan daun-daun

kelopak dapat berlekatan atau tidak.

Pada suatu bunga sering kita dapati tidak ada hiasan bunganya. Bunga yang

demikian dinamakan bunga telanjang (flos nudus), atau hiasan bunga tidak dapat

dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya, dengan kata lain kelopak dan mahkota

sama, baik bentuk dan warnanya. Hiasan bunga yang demikian dinamakan tenda

bunga (perigonium), yang terdiri atas sejumlah daun tenda bunga (tepala).

4. Alat-alat kelamin jantan (androecium), bagian ini sesungguhnya juga

merupakan metamorfosis daun yang menghasilkan serbuk

sari. Androecium terdiri atas sejumlah benang sari (stamen). Pada bunga

24
benang-benang sarinya dapat pula bebas atau berlekatan, ada yang tersusun

dalam satu lingkaran ada pula yang dalam dua lingkaran. Bahwasanya bagian

ini merupakan penjelmaan daun.

5. Alat-alat kelamin betina (gynaecium), yang pada bunga merupakan bagian

yang biasanya disebut putik (pistillum), juga putik terdiri atas metamorfosis

daun yang disebut daun buah (carpella). Pada bunga ditemukan satu atau

beberapa putik, dan setiap putik dapat terdiri atas beberapa daun buah, tetapi

dapat pula hanya terdiri atas satu daun buah. Kalau ada beberapa daun buah,

maka biasanya semuanya akan tersusun sebagai lingkaran bagian-bagian

bunga yang terakhir.

Melihat bagian-bagian yang terdapat pada bunga (tangkai dan dasar bunganya

tidak diperhitungkan), maka bunga dapat dibedakan dalam :

1. Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completes), yang dapat terdiri atas:

1 lingkaran daun-daun kelopak, 1 lingkaran daun-daun mahkota, 1 atau 2

lingkaran benang-benang sari dan satu lingkaran daun-daun buah. Bunga

yang bagian-bagiannya tersusun dalam 4 lingkaran dikatakan:

bersifat tetrasiklik, dan jika bagian-bagiannya tersusun dalam 5

lingkaran: pentasiklik.

2. Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos in–completes), jika

salah satu bagian hiasan bunganya atau salah satu alat kelaminnya tidak ada.

Jika bunga tidak mempunyai hiasan bunga, maka bunga itu

25
disebut telanjang (nudus), jika hanya mempunyai salah satu dari kedua

macam alat kelaminnya, dinamakan berkelamin tunggal (unsexualis).

Bunga yang mempunyai tenda bunga (perigonium), jadi jika kelopak dan

mahkotanya sama bentuk maupun rupanya, seringkali dianggap sebagai bunga yang

tidak lengkap pula.

E. Kelamin Bunga

Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga,

dibedakan atas :

1. Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus), yaitu bunga yang

padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) dan putik (alat kelamin

betina). Bunga ini sering dikatakan bunga sempurna atau bunga lengkap,

kerena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas kelopak

dan mahkota, misalnya pada bunga terung Solanum melongena L.

2. Bunga berkelamin tunggal (unisexsual), jika pada bunga hanya terdapat salah

satu dari kedua macam alat kelamin bunga.

Berdasarkan alat kelamin yang ada pada tumbuhan dapat dibedakan lagi

dalam :

1. Bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari

tanpa putik, misalnya Bunga Jagung yang terdapat di bagian atas tumbuhan.

Bunga jantan seringkali ditunjukkan dengan lambang ♂.

26
2. Bunga betina (flos feminieus), yaitu bunga yang tidak mempunyai banang

sari, melainkan hanya putik saja, misalnya Bunga Jagung yang tersusun dalam

tongkolnya. Bunga betina ditunjukkan dalam lambang ♀.

3. Bunga mandul atau bunga tidak berkelamin, jika pada bunga tidak terdapat

benang sari maupun putik. Misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga

matahari Helianthus annuus L.

Penelitian mengenai jenis kelamin bunga menunjukkan bahwa satu batang

tumbuhan, misalnya sebatang tanaman jagung, dapat memperlihatkan dua

macam bunga, yaitu bunga jantan yang tersusun sebagai bulir majemuk pada

ujung tanaman dan bunga betina yang tersusun sebagai tongkol dan terdapat dalam

ketiak-ketiak daunnya. Berdasarkan jenis kelamin bunga yang terdapat pada

suatu tumbuhan, maka tumbuhan dibedakan menjadi:

1. Berumah satu (monoecus), yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan

dan bunga betina pada satu individu (satu batang tumbuhan). Misalnya pada

jagung Zea mays L.

2. Berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah

tempatnya, sehingga ada individu tumbuhan yang hanya mempunyai bunga

jantan saja dan ada individu tumbuhan yang hanya mempunyai bunga betina

saja. Misalnya salak Zalacca edulis Reinw.

3. Poligami (polygamus), jika pada suatu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga

betina, dan bunga banci bersama-sama, misalnya pepaya Carica papaya L.

27
F. Pembagian Tempat antara Bagian Bunga yang Satu dengan Bagian yang

Lain

Bagian bunga merupakan metamorfosis daun (kelopak, mahkota, benang sari,

dan daun buah) dapat kita jumpai dalam susunan yang berbeda-beda, yaitu:

1. Terpencar, tersebar, atau menurut suatu spiral (acyclis), misalnya bunga

cempaka Michelia champaca.

2. Berkarang, melingakar (cyclis), jika daun-daun kelopak, benang-benang sari,

dan daun-daun buah, masing-masing tersusun dalam suatu lingkaran,

misalnya bung terung Solamus melongena L.

3. Campuran (hemicylis), yaitu jika bagian-bagian bunga tadi yang duduk

berkarang, sedangkan sebagian lain duduk terpencar, misalnya bunga

sirsak Annona muricata L.

Dalam hubungannya dengan letak bagian-bagian bunga itu, selanjutnya

dengan penelitian yang seksama masih dapat lagi ditemukan kenyataan berikut.

Jika bagian-bagian bunga tadi duduknya berkarang, dan setiap lingkaran memuat

bagian bunga bunga yang sama jumlahnya misalnya ada 3 daun kelopak, 3 daun

mahkota, 2 lingkaran benag sari yang masing-masing memuat 3 benang sari, 3 daun

buah, maka letak bagian-bagian tadi pada bunga dapat :

1. Berseling (alteratio), yaitu jika bagian-bagian suatu lingkaran terletak diantara

dua bagian lingkaran dibawahnya atau atasnya,

2. Berhadapan atau tumpang tindih (superposition), jika masing-masing bagian

dalam setiap lingkaran berhadapan satu sama lain.

28
Pada umumnya bunga mempunyai bagoian-bagian yang duduknya berselang,

bahkan sifat berseling (alternatio) ini dianggap sifat mutlak. Jika pda suatu bunga

terdapat bagian-bagian yang berhadapan, ada kemungkinan besar bahwa pada bunga

itu ada bagian yang telah hilang (tereduksi).

G. Simetri pada Bunga

Simetri adalah suatu sifat benda atau badan yang juga biasa disebut untuk

bagian-bagain yubuh tumbuhan (batang, daun maupun bunga), jika benda tadi oleh

sebuah bidang dapat dibagi menjadi dua bagian, sedemikian rupa, sehingga kedua

bagian dapat saling menutupi. Jadi, seandainya bidang itu kita jadikan tempat untuk

melipat, maka benda itu dapat dijadikan suatu benda yang setangkup atau semetris.

Bunga sebagai suatu bagian tubuh tumbuhan dapat pula mempunyai sifat

tersebut diatas, dan bertalian dengan simetri itu dapat dibedakan bunga yang :

1. Asimetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang

simetri dengan jalan apapun juga, misalanya bunga tasbih Canna hybrida

Hort.

2. Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya

dapat dibuat satu bidang simetri saja. Sifat ini biasanya dapat ditunjukkan

dengan lambang ↑ (anak panah).

Bergantung pada letaknya bidang simetri, dapat dibedakan menjadi 3

macam yaitu :

a. Setangkup tegak, jika bidang simetrinya berimpit dengan bidang median,

misalnya bunga telang Clitoria ternatae L.

29
b. Setangkup mendatar, jika bidang simetrinya tegak lurus pada bidang

median dan tegak lurus pula pada arah vertikal, misalnya bunga Corydalis.

c. Setangkup miring, jika bidang simetrinya memotong bidang median

dengan sudut yang lebih kecil (lebih besar) dan 90°, misalnya bunga

kecubung Datura metel L.

3. Setangkup menurut dua bidang ( bilateral simetris atau disimetris), dapat pula

disebut setangkup ganda, yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang

setangkup menurut dua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain,

misalnya bunga lobak Raphanus satuvus L.

4. Beraturan atau simetri banyak (polysimetris, regularis), misalnya bunga lilia

gereja Lilium longiflorum Thunb., bunga beraturan sering ditunjukkna dengan

lambang * (bintang).

H. Letak Daun-daun dalam Kuncup

Baik dalam kuncup daun maupun dalam kuncup bunga, bagian-bagiannya

yang berupa daun-daun itu terletak sedemikian rupa, hingga bagian tumbuhan yang

bersangkutan dapat dijadikan tanda pengenal. Mengenai keadaan daun-daun dalam

kuncup itu dapat dibedakan dua hal, yaitu:

1. Pelipatan daun-daun dalam kuncup (vernatio)

a. Rata (vernatio plana), daun-daun dalam kuncup tidak memperlihatkan suatu

lipatan tetapi rata.

30
b. Terlipat kedalam sepanjang ibu tulangnya (vernatio conduplicata atau

vernatio duplicata).

c. Terlipat sepanjang tulang-tulang cabangnya (vernatio plicata).

d. Terlipat tak beraturan (vernatio corrugativa).

e. Tergulung kedalam menurut poros bujur (vernatio involuta).

f. Tergulung keluar menurut poros bujur (vernatio revoluta).

g. Tergulung ke suatu arah menurut poros bujur (vernatio convoluta).

h. Tergulung kedalam menurut poros lintang (vernatio circinatim involuta).

i. Tergulung ke luar menurut poros lintang (vernatio circinatim revoluta).

j. Terlipat kebawah dan kedalam (vernation inclinata).

k. Terlipat menurut poros lintang keluar (vernation reclinata).

2. Letak daun-daun dalam kuncup terhadap daun-daun lainnya (aestivatio)

Mengenai hal ini pun ada bermacam-macam susunan, diantaranya yang sering

dijumpai adalah:

a. Terbuka atau aperta, tepi daun-daun kelopak dan mahkota tidak bersentuhan

sama sekali.

b. Berkatup atau valvata, tepi daun-daun kelopak atau mahkota saling bertemu

atau saling bersentuhan tetapi tidak berlekatan.

c. Berkatup dengan tepi melipat kedalam atau induplicativa.

d. Berkatup dengan tepi melipat keluar reduplicativa

31
Gambar 12. Letak daun dalm kuncup

e. Menyirap, tepi saling menutupi seperti susunan genteng atau sirap atau

Imbricata. Susunan daun kelopak atau daun mahkota yang saling menutupi

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

32
Gambar 13. Imbricata

e.1.1. Yang terpuntir kesatu arah (convoluta), dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Terpuntir kekiri sinistrorsum-contortus

 Terpuntir kekanan dextrorsum-contortus

e.1.2. Mengikuti rumus 2/5 (quincuncialis), jika arah putaran menyebabkan letak

daun- daun kelopak atau mahkota.

e.1.3. Kohlearis (cohlearis), jika pada bunga dengan 5 daun kelopak atau 5 tajuk

bunga.

Susunan daun-daun kelopak dan daun-daun mahkota dengan tepi yang saling

menutupi dapat dibedakan lagi menurut asli atau tidakanya susunan yang demikian

tadi yang dibedakan atas :

e.2.1. Susunan yang etop (eutopus), yaitu letak daun-daun kelopak/mahkota saling

menutupi sesuai dengan urut-urutan pembentukannya.

33
e.2.2. Susunan yang metatop (metatopus), yaitu daun-daun kelopak.mahkota saling

menutupi itu merupakan akibat adanya perubahan-perubahan pada susunan

yang asli.

I. Dasar Bunga

Bunga dapat dianggap sebagai tunas yang mengalami metamorfosis dan dasar

bunga adalah tidak lain dari ujung batang yang terhenti pertumbuhannya, biasanya

menebal atau melebar dan menjadi pendukung bagian-bagian bunga yang merupakan

meramorfosis daun, yaitu kelopak, tajuk, bunga, benang sari, dan putik. Karena

terhentinya pertumbuhan batang, ruas-ruasnya menjadi amat pendek, oleh sebab itu

bagian-bagin bunga yang berasal dari daun lalu tersusun amat rapat satu sma lain,

misalnya bunga cempaka Michelia champaka.

Dasar bunga yang sering memperlihatkan bagian-bagian yang khusus

mendukung satu bagian bunga atau lebih, dan tergantung bagian bunga yang

mendukungnya, yang diberi nama :

1. Pendukung tajuk bunga atau anatofor, yaitu bagian dasar bunga tempat

duduknya daun-daun tajuk bunga seperti yang terdapat pada bunga anyelir

Dianthus caryophyllus.

2. Pendukung benang sari atau androfor, bagian dasar bunga yang seringkali

meninggi atau memanjang dan menjadi tempat duduknya benang sari, misalnya

seperti yang terdapat pada bunga maman Gynandropus pentaphylla D.C.

34
3. Pendukung putik atau ginofor, suatu peninggian pada dasar bunga yang khusus

menjadi tempat duduknya putik, seperti terdapat pada bunga cempaka

Michellia champaka.

4. Pendukung benang sari dan putik atau androgonofor, bagian dasar bunga yang

biasanya meninggi dan mendukung benang sari dan putik di atasnya,

misalnya terdapat pada bunga markisah Passiflora quandrangularis L.

5. Cakram (discus); peninggian atau bantalan berbentuk cakram yang seringkali

mempunyai kelenjar madu, misalnya terdapat pada bunga jeruk Citrus sp.

Gambar 14. Bagian dasar bunga

35
J. Bentuk Dasar Bunga

Bentuk dasar bunga ada bermacam-macam bentuk misalnya :

1. Rata, hingga semua bagian bunga duduk sama tinggi diatas dasar bunga,

misalnya bunga manggis Garcinia mangostana L.

2. Menyerupai kerucut, hingga putik yang berada ditengah-tengah duduknya

paling tinggi, dikatakan menumpang (superus).

3. Seperti cawan, daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya putik seakan-

akan pada tepi bangunan seperti cawan.

4. Bentuk mangkuk, kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi letaknya daripada putik,

dinamakan setengah tenggelam (semi inverus).

Dari uraian mengenai bentuk dasar bunga itu dapat kita lihat bahwa hiasan

bunga dapat lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan duduk bakal

buahanya, yang dapat dibedakan menjadi :

1. Hipogin (hypogynus), hiasan bunga duduk pada bagian bagian bawah bakal

buah, misalnya pda bunga johar Cassis siamea Lmk.

2. Perigin (perygynus), hiasan bunga dan bakal buah sama rata, misalnya pada

bunga bungur Lagestroemia speciosa Pers.

3. Epigin (epyginus), hiasan bunga duduk pada bagian atas bakal buah, misalnya

pada bunga kaki kuda Centella aciatica Urban.

36
Gambar 15. Bentuk dasar bunga

K. Kelopak (Calix)

Daun-daun hiasan bunga yang merupakan lingakaran luar, biasanya berwarna

hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam yang

dinamakan kelopak (calyx). Kelopak berguna melindungi bunga terutama waktu

bunga masih kuncup. Jika sudah mekar maka kelopak akan runtuh. Kelopak yang

tetap dan akhirnya ikut merupakan bagian buah misalanya pada ciplukan Physalis

minima L. dan terong Solanum melongena L.

Kelopak merupakan bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang

berasal dari daun. Pada bunga daun putri Musaenda frondosa L. salah satu daun

37
kelopaknya amat lebar, berbentuk daun biasa dan mempunyai warna yang menarik,

oleh sabab itu dinamakan daun pemikat. Daun ini juga terdapat pada bunga bugenvil

Bougenvillea spectabillis Willd.

Gambar 16. Daun memikat pada (a) Musaenda frondosa L. dan


(b) Bougenvillea spectabillis Willd.

Pada tumbuhan yang tergolong suku Malvaceae, seperti misalnya kapas

Gossypium sp, kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis, di luar lingkaran kelopak

bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak yang

disebut kelopak tambahan (epycalyx). Kelopak tersusun atas bagian-bagian yang

dinamakan daun kelopak. Pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat-sifat yang

berbeda.

1. Berlekatan (gamosepalus), menurut banyak sedikitnya bagian yang berlekatan

(panjang pendeknya pancung-pancung di bagian atas kelopak) dibedakan 3

macam kelopak yaitu:

a. Berbagi (partitus), jika hanya bagian kecil daun-daun saja berlekatan,

pancung-pancungnya memiliki panjang lebih dari separuh panjang kelopak.

38
b. Bercangap (fissus), jika bagian yang brelekatan kira-kira meliputi separuh

panjangnya kelopak, jadi kira-kira pancung-pancungnya separuhnya.

c. Berlekuk (lobatus), jika bagian yang berlekatan melebihi separuh panjang

kelopak, jadi pancung-pancungnya pendek saja.

Gambar 17. Kelopak tambahan pada (a) Gossypium sp. dan


(b) Hibiscus rosa-sinensis

2. Lepas atau bebas (polysepalus) jika daun-daun kelopak yang satu dengan

yang lainnya benar terpisah-pisah tidak berlekatan.

Menurut simetrinya bentuk kelopak yang bermacam-macam itu dapat

dibedakan menjadi 2 golongan:

1. Beraturan atau aktinomorf (regularis, actinomorphus) jika kelopak dapat

dibagi dua yang setangkup meliputi bentuk-bentuk: bintang, tabung, terompet,

mangkuk, piala, corong dan lonceng

2. Setangkup tunggal atau zigomorf (zigomorfus), kelopak yang demikian

bersifat:

39
a. Bertaji (calcaratus) seperti pada bunga pacar air Impatiens balsamina L.

b. Berbibir (labiatus) yaitu kelopak yang bagian bawahnya berlekatan berbentuk

tabung atau buluh, bagian atasnya berbelah dua seperti bibir atas dan bawah,

seperti pada bunga salvia Salvia splendes Ker.Gawl.

Gambar 18. Bentuk kelopak bunga (a) bertaji- Impatiens balsamina L. dan
(b) berbibir- Salvia splendes Ker.Gawl.

L. Tajuk Bunga atau Mahkota Bunga (Corolla)

Tajuk bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam kelopak,

umumnya lebih besar, dengan warna yang menarik, indah dan bentuk susunan yang

bagus, tidak jarang pula mempunyai bau yang harum atau berbau busuk. Selain

berfungsi sebagai alat yang mempunayai daya penarik, tajuk juga berfungsi

melindungi alat-alat persarian sebelum persarian dapat berlangsung.

Bagian-bagian tajuk bunga dinamakan daun tajuk atau daun mahkota (petala),

dan seperti halnya daun-daun mahkota bunga menunjukkan sifat yang berbeda pula:

1. Berlekatan (sympetalus, gamopetalus, atau monopetalus)

Tajuk bunga dapat dibedakan 3 bagain berikut:

40
a. Tabung / buluh tajuk

b. Pinggiran tajuk

c. Leher tajuk

2. Lepas atau bebas (choripetalus, dialypetalus, atau polypetalus) jika daun daun

terpisah satu sama lain sehingga dapat dibedakan menjadi :

a. Kuku daun tajuk (unguis), bagian bawah daun tajuk yang tidak lebar dan

seringkali lebih tebal daripada bagian lainnya.

b. Helain daun tajuk (lamina), bagian yang lebar dan biasanya tipis.

c. Daun-daun tajuk tidak ada atau sangat kecil. Bunga tanpa tajuk (apetalus)

sering juga dinamaan bunga telanjang (flos nudus).

Tajuk bunga pun sama halnya dengan kelopak mempunyai bentuk yang

bermacam-macam, berdasarkan simetrisnya dapa dibedakan menjadi :

1. Beraturan (regularis) atau bersimetri banyak. Tajuk bunga yang beraturan

meliputi :

a. Bintang (rotatus), pada bunga lombok Capsium annuum L.

b. Tabung (tubulosus), pada bunga matahari Helanthus annuus L.

c. Terompet (hypocrateriformis), pada bunga jantan pepaya Carica papaya.

d. Mangkuk atau buyung (urceolatus)

e. Corong (infundibuliformis), pada bunga kecubung Datura metel.

f. Lonceng (campanulatus), pada bunga ketela rambat Ipomoea batatas L.

g. Setangkup tunggal, bersimetri satu atau monosimerti (zigomorphus). Tajuk

bunga yang monosimetris mempunyai sifat yang khas yaitu :

41
g.1. Bertaji (calcaratus), berbentuk mirip taji pada kaki ayam, seperti pada bunga

larat Denrdobium phalaenopsis.

g.2. Berbibir (labiatus), jika tajuk seolah-olah dibelah dua, seperti pada bunga

kemangi Ocimum basilicum L.

g.3. Berbentuk seperti kupu-kupu (papilionaceus), memiliki tajuk yang terdiri dari

5 daun tajuk yang bebas, tetapi 2 diantaranya umumnya bersatu, merupakan

suatu badan berbentuk sekoci atau perahu, misalnya pada kacang tanah

Arachis hypongea L.

g.4. Bertopeng atau berkedok (personatus), tajuk bungan mempunyai dua bibir

seperti bunga berbibir, akan tetapi bibir yang bawah melengkung ke atas

menutupi lubang buluh tajuk, mpada bunga mulut singa Anthirrhinum

majus L.

g.5. Berbentuk pita (ligulatus), bagian bawah tajuk bunga berlekatan merupakan

buluh atau lubang yang kecil, bagian atasnya berbentuk pita, misalnya pada

bunga-bunga pinggir matahari Helianthus annuus L.

Tajuk bunga sungguh beraneka ragam rupa warnanya: merah, putih, biru,

kuning, merah jambu, ungu, dan lain-lain. Tajuk bunga bertugas sebagai daun

pemikat binatang, oleh sebab itu setelah kunjungan binatang pada bunga yang dapat

menyebabkan terjadinya persarian, bunga seringkali layu dan kemudian gugur.

Biasanya umur tajuk itu tidak berapa lama lagi, tetapi ada pula bunga yang tetap

bertahan sampai berbulan-bulan belum juga mati, seperti pada bunga anggerek bulan

Phalaenopsis ambilis Bl., bila tajuk bunga menjadi layu seringkali kita lihat adanya

perubahan warna, misalnya pada bunga kapas Gossypium sp. yang kalau layu

42
berwarana merah jambu, sedangkan dalam keadaan segar tajuk bunganya berwarana

kuning. Bunga yang telah layu umumnya tidak lagi menarik.

Gambar 19. Macam-macam bentuk mahkota bunga

M. Tenda Bunga (Perigonium)

Berbagai jenis tumbuhan mempunyai hiasan yang tidak lagi dapat dibedakan

mana kelopak mana tajuknya, dengan kata lain kelopak dan tajuknya sama, baik

43
bentuk maupun warnanya, inilah yang disebut tenda bunga (Perigonium). Bagian

penyusun tenda bunga atau daun tenda bunga (Tepala), dibedakan dalam dua

golongan :

1. Serupa kelopak (Calicinus), warnanya hijau seperti daun kelopak, biasanya

tak begitu besar dan tidak begitu menarik, seperti terdapat pada bunga

berbagai jenis palma (Palmae).

2. Serupa tajuk (Corollinus), warnanya bermacam-macam seperti warna pada

tajuk bunga, juga biasanya lebih besar dan seringkali bentuknya menarik,

bahkan lebih menarik dari tajuk yang sesungguhnya. Bunga anggrek

kalajengking (Orchidaceae), merupakan contoh bunga yang memiliki tenda

bunga yang menyerupai dengan tajuk.

Pada daun tenda bunga (serupa dengan tajuk) dapat pula dibedakan dua

bagiannya, yaitu kuku (unguis) dan helaiannya (lamina). Selain itu pula pada tenda

bunga terdapat alat tambahan sisik-sisik atau rambut-rambut seperti pada kelopak

atau daun tajuk. Bagian-bagian daun-daun tenda bunga ada yang :

1. Berlekatan (gamophyllus), tenda bunga yang berlekatan memperlihatkan

bentuk yang beraneka ragam seperti pada tajuk yang berlekatan.

2. Lepas atau bebas (pleiophyllus) satu sama lain, seperti halnya pada kembang

sungsang Gloriosa superba L.

Bentukan-bentukan seperti taji (calcar) dapat pula ditemukan pada tenda

bunga misalnya pada bunga larat Dendrobium phalaenopsis Fitzg.

44
Sementara orang beranggapan, bahwa bunga yang mempunyai tenda bunga

adalah bunga yang tidak lengkap, karena dipandang kekurangan satu bagian hisan

bunga. Untuk bunga yang memiliki tenda bunga serupa dengan kelopak dianggap

kurang tajuk, sedang untuk bunga dengan tenda bunga yang menyerupai tajuk

dianggap kurang kelopaknya.

N. Benang Sari (Stamen)

Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Benang sari

merupakan suatu metamofosis daun yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan

sebagai alat kelamin jantan. Pada bunga tasbih Canna sp. tajuk bunga pada bunga ini

tidak menarik, tetapi yang berwarna indah dan menarik adalah benang sarinya yang

bersifat seperti tajuk bunga.

Gambar 20. Benang sari Canna indica yang bersifat seperti tajuk bunga

Benang sari memiliki 3 bagian, yaitu:

1. Tangkai sari (Filamentum), yaitu bagian yang berbentuk benang dengan

penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat.

45
2. Kepala sari (Anthera), bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai

sari. Bagian ini biasanya mempunyai 2 ruang sari (theca) yang masing-

masingnya terdiri atas dua ruang kecil (loculus atau loculumentum). Dalam

ruang sari terdapat serbuk sari atau tepung sari (Pollen), yaitu sel-sel jantan

yang berguna untuk penyerbukan atau persarian. Ada kalanya serbuk sari

tidak mampu untuk mengadakan penyerbukan, benang sari demikian

dinamakan dengan benang sari mandul.

3. Penghubung ruang sari (Connectivum), merupakan bagian penghubung antar

tangkai sari dengan kepala sari.

Duduknya benang sari dibedakan menjadi 3 macam:

1. Benang sari jelas duduk pada dasar bunga. Tumbuhan dengan sifat demikian

oleh DE CANDOLLE dinamakan : Thalamiflorae, misalnya jeruk Citrus sp.

2. Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak, yang sering dapat kita lihat

pada bunga perigin atau epigin. Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE,

dinamakan Calyciflorae, misalnya pada mawar Rosa hybrid Hort.

3. Benang sari tampak duduk di atas tajuk bunga. Tumbuhan demikian

disebut Corolliflorae, anggota-anggota suku Boraginaceae, misalnya buntut

tikus Heliotropium indicum L.

Gambar 21. Benang sari dan bagian-bagiannya

46
Gambar 22. Letak duduk benang sari

Suatu sifat bunga yang penting yang berhubungan dengan benang sari, ialah:

jumlah benang sari pada bunga. Sifat ini dipandang sedemikian pentingnya. Sehingga

dalam masa silam pernah dijadikan dasar dalam pengklasifikasian tumbuhan

(LINNAEUS dengan system klasifikasi yang disebut systema sexual).

Mengenai jumlah benang sari pada bunga umunya dibedakan 3 golongan:

1. Benang sari banyak, yaitu jika dalam satu bunga terdapat lebih dari 20 benang

sari seperti terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae) , misalnya jambu biji

Psidium guajva L.

2. Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya. Dalam hal yang demikian,

benang sari yang biasanta tersusun dalam dua lingkaran, jika ada lingkaran

luar dan dalam . jika duduknya masing-masing benang sari kia teliti dengan

seksama, maka mengenai duduknya benag sari terhadap daun-daun tajuk ada

dua kemungkinan :

47
a. Diplostemon (Diplostemonus), yaitu benang-benang sari dalam lingkaran luar

duduk berseling dengan daun-daun tajuk, misalnya pada kembang merak

Caesalpinia pulcherrima Swartz.

b. Obdiplostemon (Obdiplostemonus), jika keadaan sebaiknya, artinya benang-

benang sari pada lingkaran dalamlah yang duduknya berseling-seling dengan

daun-daun tajuknya, misalnya pada bunga geranium Pelargonium

odoratissimum Hort.

c. Benang sari sama banyak dengan daun tajuk atau kurang, yang dalam hal ini

duduknya benang sari dapat dibagi:

c.1. Episepal (epipetalus), artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak, berrti

pula berseleing dengan daun-daun tajuk.

c.2. Epipetal (epipetalus), artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk, jadi

berseling dengan daun-daun kelopak.

Benang sari pada satu bunga dapat tidak sama panjang. Panjang pendeknya

suatu benang sari dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Benang sari panjang dua (didynamus), dalam satu bunga terdapat misalnya

empat benang sari, dan dari 4 benang sari itu, yang dua panjang yang duanya

lagi pendek, misalnya pada kemangi Ocimum basilicum L.

2. Benang saei panjang empat (tetradynamus), misalnya dalam satu bunga

terdapat 6 benang sari, dan dari 6 benang sari itu 4 diantaranya panjang dan

yang sisanya pendek , misalnya bunga lobak Raphanus sativus L.

48
Umumnya benang sari terpisah dengan putik tapi ada kalanya benang sari

berlekatan menjadi satu dengan putik membentuk satu badan

dinamakan: ginostomium (gynostemium), misalnya pada anggrek pada umumnya

(Orchidaceae).

O. Tangkai Sari (Filamentum)

Tangkai sari biasanya duduk terpisah-pisah di atas dasar bunga, akan tetapi

tidak jarang pula terdapat tangkai sari yang berlekatan satu sama lain. Cara perlekatan

dan panjangnya bagian tangkai sari yang berlekatan amat bermacam-macam, ada

yang berlekatan pada pangkalnya saja, ada yang lebih panjang bagian yang

berlekatan, bahkan mungkin perlekatannya hampir meliputi seluruh panjang tangkai

sari. Melihat jumlahnya berkas yang merupakan perlekatan benang-benang sari tadi,

dapat dibedakan :

1. Benang sari berberkas satu atau benang sari bertukal satu (monadelphus),

yaitu jika semua tangkai sari pada satu bunga berlekatan satu sam alain,

merupakan suatu berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung

tangkai sari yang mendukung kepala sari saja yang masih bebas sat sama lain,

misalnya pada kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis.

2. Benang sari berberkas dua atau benang sari bertukal dua (diadelphus),jika

benang sari terbagi menjadi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan

dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkai sari dalam masing-masing

kelompok tidak perlu sama, seperti pada bunga kupu-kupu (Papilionaceae),

yang dalam setiap bunga terdapat 10 benang sari yang tersusun dalam 2

49
berkas, yang terdiri atas 9 tangkai sari, sedang berkas yang lain hanya terdiri

atas 1 tangkai sari saja.

3. Benang sari berberkas banyak atau bertukal banyak, yaitu jika dalam suatu

bunga yang mempunyai banyak benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi

beberapa kelompok atau berkas, misalnya pada kelompok Ceiba

pentandra Gaertn. yang dalam satu bunga terdapat 5 berkas benang sari

dengan tangkai-tangkainya yang berlekatan dalam masing-masing berkas.

P. Kepala Sari (Anthera)

Kepala sari (Anthera) adalah bagian benang sari yang terdapat pada ujung

tangkai sari, merupakan suatu badan yang bentuknya bermacam-macam: bulat,

jorong, bulat telur, bangun kerinjal dan lain sebagainya. Dalamnya terdapat 2 ruang

sari (theca), tetapi dapat pula hanya satu atau lebih dari 2 ruang. Satu ruang sari

biasanya terdiri atas dua kantong sari (loculumentum), tetapi sekat yang memisahkan

kedua kantong sari itu akhirnya menjadi satu ruang saja.

Ruang sari merupakan tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung

sari (pollen). Setelah terjadinya persarian (serbuk sari jatuh pada kepala putik), maka

serbuk sari itu akan tumbuh merupakan suatu buluh menuju ke bakal biji, hingga inti

sperma yang terdapat dalam serbuk sari akhirnya dapat lebur (bersatu) dengan sel

telur yang terdapat di dalam kandung lembaga. Peleburan inti sperma dengan sel telur

itulah yang dinamakan dengan pembuahan.

Serbuk sari merupakan badan yang amat lembut, jika terpisah-pisah mudah

sekali beterbangan karena tiupan angin, adapula yang bergumpal-gumpal. Jika setiap

50
gumpalan terdiri atas 4 serbuk lazimnya dinamakan : pollen tetrad, tetapi adapula

yang tiap gumpalan itu terdiri atas sejumlah bsar serbuk sari, yang disebut pollinium,

seperti yang terdapat pada anggrek.

Butir-butir serbuk sari seringkali juga berperkat, sehingga mudah melekat

pada tubuh hewan, misalnya serangga yang mengunjungi bunga, dan serangga itulah

yang membawa serbuk sari ke bunga lain, dan dengan demikian dapat membantu

terlaksananya penyerbukan.

Dalam satu bunga umumnya kepala sarinya bebas satu sama lain, jarang

sekali menjadi satu. Contoh kepala sari yang berlekatan satu sama lain terdapat pada

bunga matahari Helianthus annuus L., yang karena bentuk kepala sari pada bunga ini

memanjang, maka perlekatan kepala-kepala sari itu merupakan suatu badan yang

berbentuk tabung.

Gambar 23. Kepala sari

Duduknya kepala sari pada tangkainya dapat bermacam-macam :

51
1. Tegak (innatus atau basifixus), yaitu jika kepala sari dan tangkainya

memperlihatkan batas yang jelas, dan kepala sari bersambungan pada

pangkalnya dengan tangkai sari dan sambungan ini tidak memberikan

kemungkinan gerak bagi kepala sarinya.

2. Menempel (adnatus), jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi

penghubung ruang sari, ata kepala sari sepanjang penghubung ruang sarinya

menempel pada ujung tangkai sari.

3. Bergoyang (versatilis), jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung

tangkai sari, sehingga kepala sari dapat digerak-gerakkan atau bergoyang,

seperti biasa terdapat pada bunga rumput umumnya (Graminae).

Jika serbuk sari sudah masak (sudah siap untuk mengadakan persarian), maka

kepala sari lalu pecah untuk memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi.

Agar serbuk sari keluar dari ruang sari, kepala sari dapat membuka dengan jalan

berbeda-beda, misalnya :

1. Dengan celah membujur (longitudinaliter dehiscens), yang menjadi jalan

keluarnya serbuk sari dapat :

a. Menghadap ke dalam (introsum), seperti terdapat pada tumbuhan yang

tergolong dalam suku Compositae, misalnya bunga matahari.

b. Menghadap ke samping (lateraliter), misalnya pada Begonia sp.

c. Menghadap keluar (extrosum), misalnya pada bunga semprit Belamcanda

chinensis Leman.

52
2. Dengan celah yang melintang (transversaliter dehiscens), yang tidak banyak

terdapat, contohnya pada beberapa tumbuhan dari suku Euphorbiaceae.

3. Dengan sebuah liang pada ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens),

seperti pada kentang Solanum tuberosum L.

4. Dengan kelap atau katup-katup (valvis dehiscens), yang jumlahnya satu atau

lebih, misalnya pada keningar Cinamomum zeylanicum Breyn.

Penghubung ruang sari (Connectivum), biasanya kecil saja, hingga seringkali

tidak begitu terang, dalam hal yang demikian, bagian ruang sari yang berlekatan satu

sama lain hanya sempit sama sekali, dan kepala sarinya seperti berbentuk silang,

seperti terlihat pada bunga rumput. Adakalnya penghubung ruang sari terlihat jelas,

lebar hingga ke dua ruang sarinya agak berjauhan satu sama lain. Penghubung ruang

sari dapat tidak sama lebar pada seluruh panjangnya, hingga dari luat nampak seperti

bangun segitiga sama kaki, biasanya menyempit ke atas.

Pada penghubung ruang sari ini terdapat alat-alat tambahan, misalnya pada

bunga biduri Calotropis gigantea Dryand. Uraian yang menyangkut benang sari akan

diakhiri dengan catatan, bahwa benang sari dapat memperlihatkan perkembangan

yang kurang sempurna, dalam hal yang demikian benang sari tidak lagi menghasilkan

serbuk sari yang mampu untuk menimbulkan persarian, bahkan seringkali berubah

bentuk dan fungsinya, misalnya berubah menyerupai tajuk atau berubah menjadi

suatu kelenjar madu. Benang sari yang tidak sempurna

53
perkembangannya dinamakan: staminodium, dan karena tidak menghasilkan serbuk

sari, ada yang menyebutnya sebagai benang sari yang mandul.

Dalam suatu bunga yang diharapkan akan memperlihatkan adanya benang

sari, sering kali benang sari tidak ada, hanya terkadang tampak sisa-sisanya saja

(rudimentum). Kita dapat pula mengatakan dalam hal yang demikian, bahwa bunga

itu mempunyai benag asri yang bersifat rudimenter. Pada bunga betina seringkali

masih kita temukan sisa-sisa benang sari, yang memberikan petunjuk, bahwa bunga

betina itu berasal dari bunga banci yang kehilangan alat kelamin jantannya (benang

sarinya).

Q. Putik (Pistillum)

Putik merupakan bagian yang terdalam letaknya, dan kalau benang sari alat

kelamin jantan pada bunga, maka putik merupakan alat kelamin betinanya. Putik pin

tersusun dari daun-daun yang telah mengalami metamorphosis, yang dinamakan

dengan daun buah (cerpellum), dan daun buah sebagai keseluruhan yang menyusun

putik itu dinamakan gynecium. Bahwasanya putik merupakan metamorphosis dari

daun sudah amat sukar untuk di buktikan, tetapi pada tumbuhan berbiji telanjang,

misalnya pada pakis haji Cycas rumphii Miq. hal itu masih kelihatan jelas.

Putik yang mengandung sel telur yang setelah dibuahi oleh inti sperma yang

berasal dari serbuk sari, akhirnya akan berkembang menjadi lembaga, dan lembaga

itulah yang nantinya akan merupakan tumbuhan baru. Bagian putik yang

mengandung sel telur itu namanya bakal biji (ovulum) yang akhirnya akan menjadi

54
biji (semen), dan sementara itu bagian putik yang di dalamnya terdapat biji tadi,

yaitu bakal buahnya (ovarium), akan berubah menjadi buah (fructus).

Pada setiap bunga lazimnya hanya ada satu putik saja, misalnya pada bunga

kapas (Gossypium sp), tetapi ada pula bunga yang memiliki lebih dari satu putik,

bahan ada yang banyak putik, contohnya pada bunga sirsak Annona muricata L.

Gambar 24. Putik dan bagian-bagiannya

Daun-daun buah penyusun putik merupakan bagian buah yang paling pinggir

(kulit buah). Menurut banyaknya daun buah yang menyusun sebuah putik, putik

dapat dibedakan :

1. Putik tunggal (simpleks), jika putik hanya tersusun dari satu helai daun buah

saja, misalnya pada buah polong, kacang-kacangan (Leguminosae).

2. Putik majemuk (compositus), jika putik tersusun dari dua atau lebih daun

buah, misalnya pada buah kapas Gossypium sp.

55
Banyaknya daun buah yang menyusun putik seringkali masih dapat kita lihat

dengan nyata, walaupun sementara itu putik telah berubah menjadi buah, yaitu

dengan melihat sudut-sudut atau alur-alur yang sering terlihat pada bagian kulit luar

buah, misalnya pada buah kelapa, dengan mudah dapat kita tentukan bahwa buah itu

berasal dari putik yang tersusun dari 3 daun buah.

Untuk mengetahui jumlah buah yang menyusun putik, dapat kita buat irisan

melintang pada putikmelalui bakal buah. Jumlah daun buah seringkali sesuai dengan

jumlah tembuni (placenta) atau jumlah ruang bakal buah tadi.

Pada putik dapat dibedakan bagian-bagian berikut :

1. Bakal buah (ovarium), yaitu bagian putik yang lazimnya kelihatan membesar

dan duduk pada dasar bunga.

2. Tangkai kepala putik (stylus), bagian putik yang sempit dan terdapat di atas

bakal buah, biasanya berbentuk buah.

3. Kepala putik (stigma), ialah putik bagian yang paling atas, terdapat pada

ujung tangkai kepala putik tadi.

R. Bakal buah (Ovarium)

Bakal buah adalah bagian putik yang membesarm dan biasanya terdapat

ditengah-tengah dasar bunga. Dalam bakal buah terdapat calon biji atau bakal

biji (ovulum), yang bakal biji itu teratur pada tempat-tempat tertentu dalam bakal

buah tadi. Bagian yang merupakan pendukung bakal biji, disebut tembuni (placenta).

Menurut letaknya terhadap dasar bunga kita membedakan :

56
1. Menumpang (superus), jika bakal buah duduk di atas dasar bunga sedemikian

rupa, sehingga bakal tadi lebih tinggi, lebih tinggi atau bahkan lebih rendah

dari pada tepi dasar bunga, tetapi bagian samping bakal buahtidak pernah

berlekatan dengan dasar bunga. Biasanya bakal buah yang menumpang

didapati pada bunga yang dasar bunganya cembung, rata, atau cekung seperti

cawan.

2. Setengah tenggelam (hemi inferus), jika bakal buah duduk pada dasar bunga

yang cekung, jadi tempat duduknya bakal buah selalu lebih rendah dari pada

tepi dasar bunga, dan sebagian dinding bakal buah itu berlekatan pada dasar

bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.

3. Tenggelam (inferus), seperti pada b, tetapi seluruh bagian samping bakal buah

berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.

Gambar 25. Letak duduknya bakal buah

Berdasarkan jumlah ruang yang terdapat dalam suatu bakal buah, bakal

buah dapat dibedakan dalam :

1. Beruang satu (Unilocularis) adalah bakal buah yang tersusun atas satu daun

buah saja, contohnya pada bunga yang berbuah polong.

57
2. Beruang dua (bilocularis) adalah bakal buah yang tersusun atas dua daun

buah, contohnya pada suku Brassicaceae (kubis dan sejenisnya).

3. Beruang tiga (triocularis) adalah bakal buah yang terjadi dari tiga daun buah

yang tepinya melipat ke dalam dan berlekatan, contohnya pada suku getah-

getahan.

4. Beruang banyak (multilocularis) adalah bakal buah yang tersusun tas daun

buah yang banyak yang berlekatan dan membentuk banyak sekat, contohnya

pada durian Durio zibenthinus Murr.

Ruang-ruang yang terdapat pada bakal buah menyebabkan adanya sekat,

sekat-sekat yang membagi bakal buah dibedakan menjadi:

1. Sekat yang sempurna (septum completus), yaitu jika sekat ini benar-benar

membagi bakal buah menjadi lebih dari satu sama lain. Sekat sempurna

dibedakan dalam dua macam:

a. Sekat asli (Septum), yaitu jika sekat berasal dari sebagian daun buah yang

melipat ke dalam yang lalu berubah menjadi sekat, misalnya pada durian

Durio zibethinus Murr.

b. Sekat semu (Septum spurius), yaitu jika sekat bukan merupakan sebagian

daun buah tetapi misalnya terdiri atas suatu jaringan yang terbentuk oleh

dinding bakal buah, misalnya pada bunga kecubung Datura metel L.

2. Sekat yang tidak sempurna (septum incompletus), yaitu sekat yang membagi

bakal buah menjadi beberapa ruang, tetapi ruang-ruang itu masih ada

hubungannya satu sama lain.

58
S. Tembuni (Placenta)

Di dalam bakal buah terdapat calon-calon biji yang dinamakan bakal biji,

yang berjumlah satu atau lebih. Bakal biji tersebut dalam bakal buah terdapat pada

bagian khusus yang menjadi pendukung bakal biji tadi. Bagian bakal buah yang

menjadi pendukung bakal biji atau menjadi tempat duduknya bakal-bakal biji

dinamakan: tembuni (placenta)

Letak tembuni (jadi juga bakal bijinya) di dalam bakal buah berbeda-beda.

Dalam menyebutkan letak tembuni seringkali diperha tikan pula letak tembuni itu

pada daun buah yang menjadi penyusun bakal buah tadi.

Menurut letaknya, tembuni dibedakan dalam yang:

a. Marginal (marginalis), bila letaknya pada tepi daun buah.

b. Laminal (laminalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya.

Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak

tembuninya adalah:

1. Parietal (parietalis), yaitu pada dinding bakal-bakal buah, yang jika

diperhatikan, dan menurut pula bagaimana letaknya pada daun buah, dapat

dibedakan lagi dalam dua macam:

a. Pada dinding di tepi daun buah (parietalis-marginalis).

b. Pada dinding di helaian daun buah (parietalis-laminalis).

2. Sentral (centralis atau i), yaitu di pusat atau di poros, bila tembuni terdapat di

tengah-tengah rongga bakal buah yang beruang satu, biasanya berbentuk

59
buluh atau silinder dengan bakal-bakal bijinya menghadap ke semua jurusan

(menghadap ke arah dinding bakal buah).

3. Aksilar (axillaris), yaitu di sudut tengah bila tembuni terdapat pada bakal

buah yang beruang lebih daripada dua, dan tembuni tadi terdapat dalam sudut

pertemuan daun-daun buah yang melipat ke dalam dan merupakan sekat-sekat

bakal buah. Jika ditinjau letaknya pada daun buah, maka tembuni yang aksilar

itu terdapatnya biasanya pada tepi daun buah, jadi bersifat marginal.

Gambar 26. Perlekatan daun-daun buah dan letak bakal biji

T. Bakal Biji (Ovulum)

Bakal biji atau calon biji duduk pada tembuni pada cara yang berbeda-beda.

berikut ini adalah bagian-bagian pada bakal biji :

60
1. Kulit bakal biji (integumentum), yaitu lapisan bakal biji yang paling luar, yang

kelak akan merupakan kulit biji. Bakal biji dapat prempunyai satu atau dua

lapisan kulit bakal biji.

2. Badan bakal biji atau nuselus (nucellus), yaitu jaringan yang diselubungi oleh

kulit bakal biji.

3. Kandung lembaga (saccus embryonalis), sebuah sel dalam nuselus yang

mengandung sel telur (ovum), dan kalau sudah terjadi pembuahan (peleburan

sel telur dengan inti kelamin jantan), akan menjadi lembaga (embryo) yaitu

calon individu baru.

4. Liang bakal biji (micropyle), yaitu suatu liang pada kulit bakal biji, yang

menjadi jalan inti kelamin jantan yang berasal dari buluh serbuk sari untuk

dapat bertemu dengan sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga,

sehingga dapat berlangsung peristiwa pembuahan.

5. Tali pusar (fimiculus), pendukung bakal biji, yang menghubungkan bakal biji

dengan tembuni.

Letak bakal biji pada tembuni dan jumlah kulit bakal biji merupakan sifat-

sifat yang penting dalam pengenalan (identifikasi) dan penggolongan (klasifikasi)

alam tumbuhan. Mengenai letak bakal biji pada tembuni dapat dibedakan lima posisi

utama, yaitu bakal-bakal biji yang:

1. Tegak (atropus), yaitu jika liang bakal biji letaknya pada satu garis dengan

talı pusar (funiculus) pada arah yang berlawanan.

2. Mengangak (anatropus), jika liang bakal biji sejajar dengan tali pusar, karena

tali pusarnya membengkok, sehingga liang bakal biji berputar 180,

61
3. Bengkok (campylotropus), bila tali pusar dan bakal bijınya sendiri

membengkok, sehingga liang bakal biji berkedudukan seperti pada bakal biji

yang mengangguk.

4. Setengah mengangguk (hemitropus, hemianatropus), yaitu jika hanya ujung

tali pusarnya yang membengkok, sehingga tali pusar dengan liang bakal biji

membuat sudut 90° satu sama lain.

5. Melipat (complotropus), jika tali pusar tetap lurus, tetapi bakal bijinya sendiri

yang melipat, sehingga liang bakal biji menjadi sejajar pula dengan tali

pusarnya.

Gambar 27. Kedudukan bakal biji (1) tegak, (2) mengangguk, (3) bengkok, (4)
setengah mengangguk dan (5) melipat

Di samping kelima posisi utama bakal biji itu masih banyak variasi yang lain

lagi, dengan melihat misalnya membengkoknya tali pusar, apakah pembengkokan itu

menyebabkan liang bakal biji mendekat ke arah tembuni atau malahan sebaliknya

menjauhi tembuni itu.

Dalam hal seperti diuraikan di atas, bakal biji terdapat dalam bakal buah, yang

merupakan badan yang tertutup, jadi bakal biji tidak tampak dari luar Dalam

perkembangan seterusnya bakal buah akan menjadi buah, bakal biji akan menjadi biji

62
dan tetap di dalam buah, yang baru dapat terlepas jika buah masak (pecah atau kulit

buah sudah busuk).

U. Tangkai Kepala Putik (Stylus)

Dalam menguraikan bagian-bagian putik, telah disebutkan, bahwa tangkai

kepala putik merupakan bagian putik yang biasanya berbentuk benang dan

merupakan lanjutan bakal buah ke atas. Tangkai kepala putik juga merupakan suatu

bagian daun buah, oleh sebab itu pada bakal buah yang tersusun atas beberapa daun

buah, seringkali tampak di atasnya sejumlah tangkai kepala putik yang sesuai dengan

jumlah daun buah penyusun bakal buahnya, karena tiap daun buah ke atas

membentuk satu tangkai kepala putik. Hal yang demikian ini tidak banyak kita

jumpai, umumnya semua daun buah penyusun putik hanya membentuk satu tangkai

kepala putik saja.

Tangkai kepala putik tersebut berbentuk benang atau buluh yang dalamnya

berongga, mempunyai saluran tangkai kepala putik (conalis stylimus) atau tidak.

Umumnya-tangkai kepala putik mudah dibedakan dari tangkai sari, karena

kebanyakan lebih besar. Ada kalanya tangkai kepala putik masih memperlihatkan

asalnya sebagai melamorfosis daun, yaitu mempunyai bentuk yang pipih lebar seperti

daun, misalnya pada bunga tasbih Canna sp.

Tangkai kepala putik ada yang bercabang ada yang tidak, dan jika bercabang,

tiap ujung cabang tangkai kepala putik itu mendukung satu kepala putik, jadi pada

tangkai kepala putik yang bercabang terdapat lebih banyak kepala putik daripada

tangkai kepala putiknya Jika dibandingkan dengan tangkat sari, tangkai kepala putik

ada yang lebih panjang, ada yang sama panjang, dan ada pula yang lebih pendek

daripada tangkai sarinya.

63
V. Kepala Putik (Stigma)

Kepala putik adalah kagian putik yang paling atas, yang dapat pada ujung

tingkat kepala putik atau ujung cabang yang epala putik itu. Bagian ini berguna untuk

menangkap scrouk sangkai Mempunyai peranan yang penting dalam penyerbukan.

Oleh sebab itu bentuk dan sifatnya disesuaikan pula dengan fungsinya untuk

menangkap serbuk sari tadi. Jika kepala putik sudah siap untuk diserbuki, maka

biasanya berperekat, dan dengan demikian serbuk sari yang oleh karena sesuatu sebab

jatuh padanya, tidak akan dapat terlepas lagi.

Bentuk kepala putik amat beraneka ragam, biasanya disesuaikan dengan cara

penyerbukan pada bunga yang bersangkutan:

a. Seperti benang, misalnya pada bunga jagung Zea mays L.

b. Seperti bulu ayam, pada bunga padi Oryza sativa L.

c. Seperti bulu-bulu, misalnya pada bunga kecipir Psophocarpus tetragonolobus

D.C.

d. Bulat, misalnya pada bunga jeruk Cytrus sp.

e. Bermacam-macam bentuk lain lagi, misalnya seperti bibir, seperti cawan,

serupa daun mahkota, dan sebagainya.

Gambar 28. Kepala putik berbentuk bulu

64
W. Kelenjar Madu (Nectarium)

Berbagai jenis tumbuhan mempunyai bunga yang menghasilkan madu, dan

oleh karenanya bunga itu lalu mendapat kunjungan berbagai macam binatang

(serangga, burung) untuk mendapatkan madu. Bunga yang dikunjungi binatang itu

umumnya bunga yang sudah siap untuk diserbuki, baik kepala sari maupun kepala

putiknya sudah masak untuk melakukan tugasnya. Dalam kunjungannya pada bunga

untuk mencari makan, pada binatang tadi akan melekat serbuk serbuk sarı, yang pada

kunjungannya pada bunga lain serbuk yang terbawa itu ada kemungkinan menyentuh

kepala putik, dan dengan demikian terjadilah penyerbukan.

Madu yang terdapat pada bunga biasanya dihasilkan oleh kelenjar madu

(nectarium)yang pada dasarnya dibedakan dalam:

a. Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus pada bunga.

b. Kelenjar madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah

mengalami metamorfosis dan telah berubah pula tugasnya.

Kelenjar madu yang merupakan metamorfosis salah satu bagian bunga dapat

berasal dari:

a. Daun mahkota.

b. Benang sari.

c. Bagian-bagian lain pada bunga.

X. Penyerbukan atau Persarian (Pollinatio) dan Pembuahan (Fertilisatio)

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari pada kepala putik (pada

Angiospermae) atau jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji (pada

65
Gymnospermae), sedangkan yang dimaksud dengan pembuhan ialah terjadinya

perkawinan sel telur yang terdapat dalam kandung lembaga di dalam bakal biji

dengan suatu inti yang berasal dari serbuk sari. Penyerbukan dapat dibedakan

menjadi beberapa macam:

1. Penyerbukan sendiri (Autogamy), yaitu jika serbuk sari yang jatuh di kepala

putik berasal dai bunga itu sendiri

2. Penyerbukan tetangga (Geitonogamy), jika serbuk sari yang jatuh di kepala

putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga.

3. Penyerbukan silang (Allogamy), jika serbuk sari yang jatuh dikepala putik

berasal dari tumbuhanlain, tetapi msih terglong dalam jenis yang sama.

4. Penyerbukan bastar (Hybridogami), jika serbuk sari berasal dari bunga pada

tumbuhan lain yang berbeda jenisnya, atau sekurang-kurangnya memiliki satu

sifat yang berbeda.

Penyerbukan sendiri dapat menyebabkan munculnya gejala degenerasi, hal

itu terbukti dari adanya :

1. Tumbuhan berumah dua (dioceus), artinya tumbuhan mempunyai bunga jantan

dan bunga betina yang letaknya pada dua individu yang berlainan, dengan

demikian satu-satunya cara penyerbukan yang dapat terjadi adalah

penyerbukan silang.

2. Adanya dikogami (dichogamy), yaitu pada satu bunga kepala sari dan kepala

putik masaknya tidak bersamaan waktu masaknya. Dalam hal ini masih ada

kemungkinan terjadinya penyerbukan tetangga (geitonogamy), yaitu jika

66
waktu masaknya kepala putik kepala sari yang tidak bersamaan itu tidak

serentak untuk semua bunga pada satu pohon, jadi masih ada kemungkinan

adanya bersamaan waktu masak kepala sari bunga yang satu dengan

masaknya kepala putik pada bunga yang lain pada individu yang sama. Jadi

dikogami pada bunga belum dapat mencegah sama sekali kemungkinan

terjadinya penyerbukan sendiri (dengan cara geitonogami). Berdasarkan

perbedaan waktu masak antara kepala sari dan kepala putik pada bunga yang

memperlihatkan dikogami, kita dapat membedakan:

a. Protandri proterandri (prolandry, proterandry), jika dalam satu bunga yang

masak lebih dulu adalah kepala sarinya, baru kemudian kepala putiknya.

b. Protogini atau proterogini (protogyny, proterogyny), jika yang masak lebih

dulu putiknya, baru belakangan kepala sarinya.

c. Adanya herkogami (hercogamy), yaitu jika pada bunga yang sempurna,

duduknya kepala sari dan kepala putik amat berjauhan satu sama lain, seperti

misalnya terdapat pada bunga tumbuhan yang berbunga kupu-kupu

(Papilionaceae) dan anggrek (Orchidaceae).

d. Adanya heterostili (heterostyly), yaitu suatu variasi herkogami, bila pada

beberapa individu tumbuhan sejenis (species) terdapat bunga- bunga dengan

benang sari dan tangkai putik yang berbeda sekali panjangnya, sehingga

dengan demikian penyerbukan sendiri tak mungkin dapat terjadi.

e. Adanya peristiwa kemandulan (Sterilitas). Bunga yang mempunyai sifat ini,

walaupun diserbuki, tetap tidak akan terjadi pembuahan.

67
Menurut vektor atau perantara yang menyebabkan dapat berlangsungnya

penyerbukan, dapat dibedakan menjadi :

1. Penyerbukan dengan perantara angin (Anemophyly). Tumbuhan yang

penyerbukannya menggunakan anemogami biasanya memiliki tangkai sari

yang panjang serta serbuk sarinya ringan, banyak, dan berbulu. Tumbuhan ini

juga biasanya tidak memiliki warna bunga yang mencolok, tidak memiliki

kelenjar madu, dan kepala putiknya besar.

2. Penyerbukan dengan perantaraan air (Hydropily), penyerbukan dengan cara

ini hanya mungkin terjadi pada tumbuhan yang hidup di air (hydrophyta), baik

yang hidup di air tawar maupun di laut, misalnya pada berbagai jenis

tumbuhan air yang biasa kita dapati di sawah-sawah, kolam-kolam, atau rawa-

rawa, yang biasanya disebut orang dengan bahasa daerah "ganggang". Nama

ganggang ini sesungguhnya tidak tepat, karena tumbuhan ini bukannya

ganggang yang secara ilmiah disebut Algae, tetapi suatu jenis tumbuhan yang

berbunga dan berbiji yang nama ilmiahnya adalah Hydrilla verticillata Presl.

3. Penyerbukan dengan perantaraan binatang (Zoidiophyly), Dalam alam banyak

sekali terjadi penyerbukan silang yang berlangsungnya karena adanya

pengaruh hewan. Juga pada penyerbukan ini jatuhnya serbuk sari di kepala

putik tetap merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Berdasarkan

golongan binatang apa yang dapat menjadi perantara penyerbukan,

penyerbukan zoidiofili dibedakan dalam:

a. Perantaraan serangga (entomophyly)

b. Perantaraan burung (oenithophyli)

c. Perantaraan kelelawar (chiropterophyly)

d. Peantaraan siput (malacophyly).

68
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Biosistematika tumbuhan adalah ilmu yang bermanfaat untuk kepentingan

hidup manusia maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan lain. Biosistematika

tumbuhan mencakup penamaan, pencirian, dan penggolongan tumbuhan.

Mempelajari morfologi bunga adalah salah satu cara yang digunakan untuk

menyusun penggolongan tumbuhan. Bunga adalah batang dan daun yang

termodifikasi. Modifikasi inidisebabkan oleh dihasilkannya sejumlah enzim yang

dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu. Ada tiga macam bentuk bunga

majemuk:

 Bunga majemuk tak berbatas (inflorescentia racemosa)

 Bunga majemuk berbatas (inflorescentia cymosa)

 Bunga majemuk campuran (inflorescentia mixta).

Bagian-bagian bunga: tangkai bunga, dasar bunga, hiasan bunga, alat-alat

kelamin jantan, alat-alat kelamin betina.

B. Saran

Morfologi tumbuhan tepatnya bunga perlu di pelajari lebih seksama untuk

lebih memahimanya. Namun semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu

para pembaca atau pendengar untuk mengetahui tentang materi bunga.

69
DAFTAR PUSTAKA

Pudjoarinto, A., S. Sabbithah, dan S. Sulastri. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Proyek


Pelatihan Tenaga Kependidikan Bidang Biologi. Yogyakarta: Fakultas
Biologi UGM.

Tjitrosoepomo, G. 2010. Prinsip-prinsip Biosistematik. Yogyakarta: Fakultas Biologi


UGM.

Tjitrosoepomo, G. 2012. Taksonomi Umum (Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan).


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tjitrosoepomo, G. 2014. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

70

Anda mungkin juga menyukai