Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

“Eco-Bagasse: Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Kulit Jeruk dengan Abu
Bagasse Sebagai Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Desa Kalisongo”

DISUSUN OLEH:
Muhammad Gading Budiman
NIM. 235090707111019

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
ABSTRAK
Desa Walisongo merupakan desa dengan mata pencarian penduduknya salah satunya
adalah petani. Di desa ini sangat banyak ditemukan produksi jeruk. Namun Akibat
produksi jeruk yang banyak tentu saja akan menghasilkan limbah produksi jeruk yang
banyak juga. Karena kurangnya edukasi masyarakat setempat, tidak banyak yang tau
bagaimana cara mengolah limbah hasil panen jeruk ini dengan baik dan benar. Penulis
menemukan bagaimana cara mengelola limbah hasil panen jeruk yang baik dan benar.
Caranya adalah dengan membuat eco-bagasse yang berbahan dasar limbah jeruk dan
limbah tebu. Dengan ini penulis dapat membantu masyarakat setempat sekaligus
mengedukasi masyarakat setempat bagaimana cara mengelola limbah hasil panen jeruk
dengan baik dan benar
Contents
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................4
1.4 Manfaat..................................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................................................5
DASAR TEORI..........................................................................................................................................5
BAB III METODOLOGI..............................................................................................................................6
BAB IV.....................................................................................................................................................7
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................................................7
BAB V......................................................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut jurnal tersebut, Desa Kalisongo merupakan salah satu desa dengan penghasil
jeruk yang banyak. Namun disamping semua itu, desa ini memiliki masalah lain, yaitu:
harga pupuk anorganik yang mahal, serta pengolahan limnah hasil panen jeruk yang masi
belum bisa diolah dengan baik dan benar. Mengapa harus menggunakan pupuk organik?
Karena jika terlalu banyak menggunakan pupuk organik, akan menyebabkan
ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah. Oleh karena itu penggunaan pupuk organik
dan pupuk anorganik harus seimbang. Karena kurangnya edukasi yang didapatkan
masyarakat setempat, mereka juga belum dapat menemukan cara bagaimana cara
mengolah limbah jeruk hasil panen dengan baik dan benar. Oleh karena itu untuk
membantu mengurangi biaya pembelian pupuk anorganik, dan untuk membantu
mengedukasi masyarakat bagaimana cara mengelola limbah jeruk hasil panen dengan baik
dan benar, Penulis jurnal menuliskan beberapa cara, diantaranya: pada beberapa
penelitian, terdapat uji pupuk organik dari limbah menghasilkan pupuk berkualitas bagus
seperti eco-enzyme dan abu bagasse. Eco-enzyme yang bagus dihasilkan dari kulit jeruk,
serta abu bagasse yang bagus dihasilkan dari daun bambu. Ada dua proses dalam
pengolahan limbah ini, yang pertama adalah pembentukan eco-enzyme dari kulit jeruk dan
pembentukan abu bagasse dari daun tebu. Dari proses ini akan menghasilkan pupuk cair
dan pupuk padat. Penulis jurnal berharap, dengan dilakukannya penelitian ini dapat
membantu masyarakat setempat agar mendapatkan kualitas tanah yang lebih baik serta
dapat mengolah limbah hasil panen jeruk dengan baik dan benar, serta masyarakat
mendpatkan edukasi yang lebih baik lagi tentang tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengolah limbah kulit jeruk menjadi eco-enzyme?
2. Bagaimana cara mengolah daun tebu menjadi abu bagasse?
3. Apakah Eco-bagasse efektif dalam meningkatkan kualitas tanaman jeruk?

1.3 Tujuan
1. Membantu masyarakat dalam mengolah limbah kulit jeruk
2. Membantu masyarakat untuk mendapatkan kualitas tanah yang lrbih baik
3. Mengedukasi masyarakat tentang cara mengelolah limbah hasil panen jeruk
dengan baik dan benar serta bagaimana cara agar mendapatkan kualitas tanah yang
lebih baik.

1.4 Manfaat
1. Masyarakat mengetahui cara mengelola limbah hasil panen jeruk dengan baik dan
benar.
2. Masyarakat mendapatkan kualitas tanah yang lebih baik.
3. Masyarakat jadi lebih teredukasi.

BAB II
DASAR TEORI
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya merupakan hasil
dari bahan – bahan organik seperti hewan maupun tumhuhan yang sudah melalui proses
rekayasa, dapat berbentuk padat ataupun cair.
Eco-enzyme diambil dari bahasa inggris yaitu “eco” dan “enzyme”. “eco” berarti
lingkungan sementara “enzyme” berarti enzyme. Jika diartikan secara harfiah eco-enzyme
berarti hasil olahan dari lingkungan yang menghasilkan enzim. Hasil olahan dari lingkungan
ini dapat berupa limbah buah – buahan maupun limbah sayur – sayuran yang difermentasi
menggunakan gula merah.
Prinsip proses pembuatan eco-enzyme sebenarnya hampir sama dengan kompos,
bedanya pada proses pembuatan eco-enzyme ini menggunakan air sebagai media pertumbuhan
sehingga hasil akhir yang didapatkan berupa cairan yang lebih disukai karena cairan tersebut
lebih mudah untuk digunakan.
Abu bagasse atau ampas tebu adalah jenis limbah yang didapatkan dari hasil
pembakaran ketel uap yang bahan utamanya merupakan ampas tebu. Sebelum dibuang limbah
ini haru diolah terlebih dahulu menggunakan dust collector dengan jenis wet scrubber
sehingga akan menghasilkan sludge badge ash sebagai limbah padat. Abu bagasse inilah yang
nantinya akan menjadi arang aktif. Selain karena miudah didapatkan Abu bagasse ini jika
tidak diolah dengan baik dan benar akan menimbulkan masalah bagi kesehatan manusia.
Setelah menjadi arang aktif selanjutnya akan dijadikan briket yang dapat bermanfaat bagi
masyarakat sebagai sumber energi alternatif.
BAB III
METODOLOGI
Penulis jurnal melakukan penelitian secara daring dari rumah masing – masing.
Percobaan dilakukan disalah satu rumah anggota penulis yang dimulai pada tanggal 28 Maret
2022. Alat – alat yang digunakan penulis jurnal diantaranya: gelas ukur, centong pengaduk,
dan toples. Sementara bahan – bahan yang digunakan diantaranya: air sumur, gula merah, dan
kulit jeruk keprok. Metode yang dilakukan si penulis adalah dengan melakukan identifikasi
terlebih dahulu lalu bereksperimen untuk membuat pupuk dari eco-enzyme dan abu bagasse
untuk dijadikan pupuk padat dan cair.
Langkah – Langkah yang dilakukan sipenulis dalam melakukan eksperimen
diantaranya:
1. Pembuatan Eco-enzyme.
 Menyiapkan alat (gelas ukur, centong pengaduk, toples) dan bahan (limbah
kulit jeruk dan abu bagasse, air.
 Memasukkan air 2 cup masing-masing 500ml, sehingga total airnya adalah
1000ml.
 Memasukkan gula merah.
 Mengaduk gula merah dengan air hingga larut.
 Memasukkan kulit jeruk.
 Racikan eco-enzyme telah selesai, lalu ditutup rapat dengan toples dan
perlu difermentasi hingga 3 bulan lamanya, dengan pengecekan secara
berkala untuk membuang gas agar tidak meledak dan untuk pengecekan
jamur jahat.
2. Pembuatan Abu Bagasse
 Menyiapkan alat (tungku pembakar) dan bahan utama dalam pembuatan
abu bagasse yaitu limbah ampas tebu dari pabrik gula ataupun pedagang es
tebu kaki lima.
 Membakar limbah ampas tebu didalam tungku pembakar sampai
membentuk abu.
 Abu bagasse siap untuk digunakan.
3. Pembuatan Eco-Bagasse
Pembuatan eco-bagasse sebenarnya tergolong mudah. Campur 1 ml eco-
enzyme, 1000 mlm air sumur, dan 100 gram abu bagasse. Masukkan kedalam botol
plastic bekas lalu kocok sedikit agar semua bahan tercampur dengan merata. Eco-
bagasse siap digunakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Untuk membantu mengurangi limbah kulit jeruk yang terlalu banyak, penulis
memanfaatkan kulit jeruk untuk dijadikan eco-enzyme. Cara untuk mengolah limbah kulit
jeruk menjadi eco-enzyme diantaranya Menyiapkan alat (gelas ukur, centong pengaduk,
toples) dan bahan (limbah kulit jeruk dan abu bagasse, air. Memasukkan air 2 cup masing-
masing 500ml, sehingga total airnya adalah 1000ml. Memasukkan gula merah. Mengaduk
gula merah dengan air hingga larut. Memasukkan kulit jeruk. Racikan eco-enzyme telah
selesai, lalu ditutup rapat dengan toples dan perlu difermentasi hingga 3 bulan lamanya,
dengan pengecekan secara berkala untuk membuang gas agar tidak meledak dan untuk
pengecekan jamur jahat. Eco-enzyme yang sudah didiamkan selama 3 bulan akan berubah
warna menjadi kecoklatan dan berbau masa mini menandakan eco-enzyme siap digunakan.
Untuk membuat abu bagasse, caranya adalah ampas tebu (bagasse) yang diperoleh
dari ampas perasan tebu dibakar agar dapat digunakan sebagai pupuk organik.

4.2 Pembahasan
Eco-enzyme sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat terutama masyarakat yang
mempunyai kebun jeruk. Banyak perbedaan antara tanaman yang menggunakan eco-enzyme
diantaranya: lama tumbuhnya tumbuhan, lebar batang dan daun, serta hasil yang lebih
melimpah. Kenapa yang dipilih kulit jeruk? Selain karena didesa itu yang terbanyak adalah
produksi buah jeruk, kulit jeruk juga memiliki kandungan utama berupa minyak atsiri yang
memiliki khasiat sebagai antibakteri, antivirus, antiseptik, tonikum, restoratif dan
haemostatik. Dengan dikelolanya limbah jeruk sisa panen ini dengan baik dan benar selain
membantu untuk mengurangi sampah limbah, juga dapat membantu untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
Pengolahan limbah tebu yang dihasilkan oleh industri pembuatan gula juga kurang
maksimal, hal ini tentu saja akan mengotori dan merusak lingkungan. Untuk itu diperlukan
cara untuk mengelola limbah hasil penggunaan tebu dengan baik dan benar. Salah satunya
dengan membuat abu abase ini. Abu bagasse dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan
untuk membuat eco-enzyme. Abu bagasse sangat kaya akan zat hara hal ini tentu saja akan
meningkatkan tingkat kesuburan tumbuhan.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Limbah merupakan masalah yang sering terjadi hampir di seluruh kota Indonesia.
Salah satunya di Desa Kalisongo ini. Hasil panen jeruk sangat banyak di desa ini, serta
mahalnya pupuk anorganik juga menjadi salah satu masalah di desa ini. Oleh karena itu si
penulis jurnal menemukan cara untuk mengurangi biaya penanaman jeruk serta cara untuk
mengelolah limbah hasil panen jeruk yaitu dengan pembuatan eco-bagasse ini.

5.2 Saran
Penulisan jurnal sudah sangat bagus dan lengkap. Penjelasannya juga sangat jelas dan
tidak ada yang kurang.
Daftar Pusaka
Wahyu Abdul Wachid, D. N. (2022). Eco-Bagasse: Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Kulit Jeruk
dengan Abu Bagasse sebagai Bentuk Pemberdayaan Masyarakat Desa Kalisongo. 10.

Anda mungkin juga menyukai