Abstract
The goal to achieve in this study is to get to know the problems faced by people
in the field of brotherhood commonly known as Ukhuwah Islamiyyah. Metode
yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik meneliti dari ayat-ayat yang
tercantum di dalam Al- —” †ƒ• †ƒ”‹ •‹–ƒ„ –ƒˆ•‹”•›ƒ yang berkaitan dengan
Ukhuwwah Islamiyyah. This research quotes from several books of interpretation in
general and more specifically taken from the tafsir book of Taisirul Karim Ar-
Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan by Imam Abdurrahman Bin Nashir Bin
Abdirrahman As-Sa'di. Based on the results of the research, from the disputes that
will occur in the community by understanding the promises of Allah Subhanahu Wa
Ta'ala and the warnings of Allah Subhanahu Wa Ta'ala that have been mentioned in
the Qur'an, and from the stories mentioned in the Qur'an, which of course Ukhuwwah
Islamiyyah should be realized in the life of society in general and among Muslims in
particular. It should be realized from the point of view of how to make peace in
everyday life with good morals, and how to speak words with commendable morals.
Keywords: The Concept ; Ukhuwah Islamiyyah ; The Brotherhood ; The Qur 'an
Abstrak
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui
problematika yang dihadapi oleh masyarakat di bidang persaudaraan yang biasa
dikenal dengan sebutan Ukhuwah Islamiyyah. Metode yang digunakan adalah
kualitatif dengan teknik meneliti dari ayat-ayat yang tercantum di dalam Al- —”
dan dari kitab tafsirnya yang berkaitan dengan Ukhuwwah Islamiyyah. Penelitian
ini mengutip dari beberapa buku-buku tafsir pada umumnya dan lebih khususnya
diambil dari kitab Tafsir Taisirul Karim Ar- Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan
karangan dari Imam Abdurrahman Bin Nashir Bin Abdirrahman As- ƒï†‹ä
Berdasarkan hasil penelitian, dari pertikaian yang akan terjadi di khalayak
masyarakat dengan cara memahamkan janji-janji Allah —„Šƒ•ƒŠ— ƒ ƒïƒŽƒ dan
peringatan-peringatan Allah —„Šƒ•ƒŠ— ƒ ƒïƒŽƒ yang telah disebutkan di dalam
Al- —”ïƒ•á †ƒ• †ƒ”‹ •‹•ƒŠ-kisah yang disebutkan di dalam Al- —”ïƒ•á ›ƒ•‰ –‡•–—•›ƒ
Ukhuwwah Islamiyyah seharusnya terealisasi di kehidupan masyarakat pada
umumnya dan di kalangan umat Islam pada khususnya. Seharusnya terealisasi
dari sudut pandang bagaimana cara bermuamalah dalam kehidupan sehari-hari
dengan akhlak yang baik, dan bagaimana cara bertutur kata dengan akhlak yang
terpuji.
Kata kunci: Konsep ; Persaudaraan ; Ukhuwah Islamiyyah ; Al-Qur`an
45
© 2021 by the authors; This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License. (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited.
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 46
A. PENDAHULUAN
Ukhuwah artinya persaudaraan. Istilah ini menjadi tidak asing bila dikaitkan dengan
hubungan sosial sesama umat muslim yang ingin hidup berkelompok, pada dasarnya
sudah menjadi suatu ketetapan bagi umat manusia untuk hidup secara sosial atau
berserikat. Sebagaimana penjelasan menurut al-raghib dalam •—ˆ”ƒ†ƒ– ƒŽˆƒ†œŠ‹Ž “—”,
kata ukhuwah berasal dari kata akhun. Akhun mengandung arti berserikat dengan yang
lain karena kelahiran dari kedua belah pihak atau karena persusuan. Kata ini juga
menjelaskan seluruh mukmin bersaudara.
Sementara menurut Imam Hassan Al-Banna, ukhuwah bisa diartikan sebagai
keadaan mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa dengan ikatan aqidah. Ikatan inilah yang
mendefinisikan ukhuwah sebagai persaudaraan keimanan. Pernyataan tersebut selaras
dengan ’‡”•›ƒ–ƒƒ• ’ƒ”ƒ —Žƒ•ƒ –‡”†ƒŠ—Ž—á •‡”‡•ƒ •‡•‰ƒ–ƒ•ƒ•ã òukhuwah artinya jalinan
persaudaraan yang didasari dengan keimanan kepada Allah dan rosulnya. Dalam istilah
lain yang kerap kita jumpai adalah ò—•Š—™ƒŠ ‹•Žƒ•‹››ƒŠóä Sebagimana yang sudah
disebutkan ulama terdahulu bahwasanya ukhuwah yang didasari dengan keimanan dan
persatuan aqidah akan menciptakan persaudaraan yang lebih kuat dari persaudaraan
yang dilahirkan dari satu ibu. Atau istilah lainnya adalah ò—•Š—™ƒ–—• •ƒ•ƒ„ó
Sebagaimana yang sudah diterangkan dalam firman Allah, QS. Al- Hujurat ayat 10
yang berbunyi:
Ê È¢Èç Æ̈ »Ê¦ ÀÈ ºü÷ÊšøÌó¦ ¢Èvʦ
ËÙ ¦ ìÉ º«¦ÂÈ öÌ ðÉ Ì È »È Ȧ [
ÀÈ ÌÉgÈ ÂÌ ºÉ« öÌ ðÉ ôàÈ Èó ÈM¦ È ÌÈ¥ ¦Ì ¸É ôÏ
Ì È Ì ÌÉ ÌÉ
òSesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua
saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah ƒ‰ƒ” •ƒ•— †‹”ƒŠ•ƒ–‹äó
Akan tetapi realita yang terjadi pada khalayak umat Islam pada masa ini telah
menunjukkan tanda-tanda lemahnya suatu persaudaraan yang telah dibentuk oleh Allah
dan rasulnya (ukhuwah islamiyyah), seperti contohnya adalah terjadinya pertikaian yang
disebabkan oleh permasalahan yang sepele, hilangnya budaya silaturahmi antar sesama
umat muslim, merasa acuh terhadap sesamanya. Hal-hal semacam ini seharusnya tidak
terjadi dikehidupan orang-orang muslim karena Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ•
mengajarkan untuk selalu menjaga persaudaraan yang dahulu pernah beliau contohkan
kepada umatnya. Jika merujuk kepada kitab-kitab sejarah sudah pastinya hal yang paling
pertama dilakukan Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î laihi Wa Sallam ketika sampai dikota
madinah adalah mempersaudarakan antara kaum muhajirin dan kaum ansor.
Sesungguhnya didalam persaudaraan terdapat keutamaan dan pengaruh positif pada
masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata dan merapatkan barisan. Orang-
orang yang terikat dengan persaudaraan memiliki banyak keutamaan seperti
diantaranya adalah: kelak dihari kiamat mereka memiliki kedudukan yang mulia yang
dicemburui oleh para syuhada, wajah-wajah mereka bagaikan cahaya diatas cahaya,
seperti yang hadist yang bersumber dari umar bin khotob, nabi Shallahu î Žƒ‹Š‹ a
Sallam bersabdƒã ò esungguhnya dari hamba-hamba kami ada sekelompok manusia,
mereka bukan para nabi dan juga bukan para syuhada. Para nabi dan syuhada cemburu
kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah dihari kiamat. Para sahabat
bertanya: siapakah mereka wahai Rasulullah? Mereka adalah suatu kaum yang mencintai
karena Allah padahal tidak ada hubungan persaudaraan (persaudaraan sedarah) antara
mereka, dan tidak ada hubungan harta (waris), maka demi Allah sesungguhnya wajah-
wajah mereka bagaikan cahaya dan sesungguhnya mereka diatas cahaya, mereka tidak
takut Ketika manusia merasa takut, dan tidak pula sedih Ketika manusia sedih, kemudia
beliau membaca ayat ini:
penting bagi masyarakat islam untuk mengetahui konsep persaudaraan dalam Al-Qur`an
atau lebih mudahnya bisa disebut konsep persaudaraan dalam Islam sesuai Al- —”
dan al-sunnah.
Kedua, mereka berada dalam naungan cinta Allah SWT di akhirat. Allah SWT
berfirman,
ôÛ ¤ òÛ ¿ ôÛ ? ö ôÛ¢ ¿ ó¦ •E ] À ¥¢¸¬m¦ ú ¢
ò imana orang-orang yang saling mencintai karena-ku, maka hari ini aku akan
menaungi mereka dengan naungan kecuali dengan naungan-•—äó (HR. Muslim)
•ƒ•— †‡•‰ƒ• ’‡”ŒƒŽƒ•ƒ••—á †ƒ• •ƒ•— –‡ŽƒŠ •‡•†ƒ’ƒ–•ƒ• •ƒŽƒŠ •ƒ–— –‡•’ƒ– †‹•—”‰ƒäó
(HR. At-Tirmidzi).
Dan juga Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ• bersabda di dalam hadis yang
diriwayatkan Imam Muslim:
tali pengikat sesuatu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Jika masih dapat dipisahkan berarti belum ada pengikat dan sekaligus berarti
belum ada aqidahnya. Dalam pembahasan yang masyhur aqidah diartikan sebagai iman,
kepercayaan atau keyakinan.
Sedangkan secara istilah pengertian dari aqidah adalah: Keyakinan yang teguh
kepada Allah SWT, dan pada apa yang dituntut darinya dari tauhid, keyakinan kepada
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir, baik
dan buruknya. Dan tentunya keimanan tersebut harus terealisasi pada keyakinan
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 50
didalam hati, terucap pada lisannya dan diaplikasikan dalam perbuatan sehari-hari, jika
salah satu tidak ada pada diri seseorang maka batal-lah keimanan-nya.
Banyak salaf yang menyebut aqidah yang benar dengan nama sunnah, untuk
membedakannya dari aqidah dan pernyataan mazhab sesat, karena aqidah yang benar,
yaitu aqidah Ahlussunnah wal-jama'ah, adalah berasal dari Sunnah Nabi Shallallahu
î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ• yang dijelaskan untuk Al-Qur'an.1
Telah ditetapkan didalam Al- —” „ƒŠ™ƒ•ƒ•›ƒ ’‡”•ƒ—†ƒ”ƒƒ• †ƒŽƒ• ‹•ƒ–ƒ• ƒ“‹†ƒŠ
adalah konsep persaudaraan yang paling kuat sebagaimana yang telah disebutkan
didalam Al- —” •—”ƒŠ Ž-Hujurat ayat 10:
Ê È¢Èç Æ̈ »Ê¦ ÀÈ ºü÷ÊšøÌó¦ ¢Èvʦ
ËÙ ¦ ìÉ º«¦ÂÈ öÌ ðÉ Ì È »È Ȧ [
ÀÈ ÌÉgÈ ÂÌ ºÉ« öÌ ðÉ ôàÈ Èó ÈM¦ È ÌÈ¥ ¦Ì ¸É ôÏ
Ì È Ì ÌÉ ÌÉ
òSesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua
saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah ƒ‰ƒ” •ƒ•— †‹”ƒŠ•ƒ–‹äó
Di dalam ayat ini menunjukkan adanya kontrak dan ikatan yang dibuat oleh Allah
SWT di antara orang-orang yang beriman, bahwa jika ada orang, di timur atau barat bumi
dan di utara atau selatan bumi, beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, maka dia adalah saudara bagi orang-orang
yang beriman, suatu persaudaraan yang wajib dia cintai untuknya. Orang-orang yang
beriman, apa yang mereka cintai untuk diri mereka sendiri, dan apa yang mereka benci
untuk diri mereka sendiri, apa yang mereka benci untuk diri mereka sendiri.2
Ayat ini juga menunjukkan bahwasanya lebih kuatnya persaudaraan dalam ikatan
aqidah dibandingkan dengan persaudaraan dalam ikatan nasab, karena persaudaraan
dalam ikatan nasab akan terputus dengan melanggar urusan perkara agama, dan
sebaliknya persaudaraan dalam ikatan aqidah tidak akan terputus dengan melanggar
urusan perkara nasab, sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Al- —” •—”ƒŠ —†
ayat 46:
R Q R Q U Q Q U Q Q Uj U Q Q Q Q R U Q O Q Q [ f Q U Q U Q U Q [ f R U R Y Q Q
pQ }U b Q pU cQ LOS ŽVU rTS S oO hOS {Z S cQ f 9 ‹f m uS hL8 ºW sP MS ? A S jnO {q S v chS x umS 9‹f {q S &}s† d [
U
pQ U hS zS hY M uQ mS
1 Abdullah Al-Jibrin, Tashil Al-Aqidah Al-Islamiyyah, GDUXO ¶XVKDLP\ FHW MX] KDO
2 Abdurrahman bin Nashir Al-6D·GL Taisir Kariim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan %HLUXW PX·DVVDW DO-
risalah. Cet.1, 1420 H, juz.1. hal. 800
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 51
Ç Êó¢È× ªÈÈ ¢ ©
òÊ Ì ³È ªÈÈ ¢ Éý¾È üÌÊß ¾È ³È È ºÈç ó öôÇ þ ôß f ôÏ ó ÊM¦ ¾É ÇÉ °È ÉýÈ ¢³È É̈ ¢ÈçÈ Ìó¦ ¤ Ì ÂÈÔ
È ·È ¢øÈó
9ÈÊ ó öôÇ þ ôß f ôÏ ó ÊM¦ ¾É ÇÉ °È ¾¢È Èë • Ê̈ZÈ ÊäøÉ Ìó¦ úÊ Ì¥ È̈ ÷ÉÈ ¢ 9ÈÊ¢ úÈ Ì¥ ÊM¦ ¾È ¦ÌßÈ ÂÈ • ¿¢Ç ÌÈ ÿÊ úÈ Ì¥
ò ‡–‹•ƒ Abu Thalib hendak meninggal dunia, maka Rasulullah Shallallahu î Žƒ‹Š‹ Wa
Sallam mendatanginya. Di sisi Abu Thalib ada Abu Jahal bin Hisyam dan î „†—ŽŽƒŠ bin
Abi Umayyah bin Mughirah. Rasulullah Shallallahu î Žƒ‹Š‹ Wa Sallam berkata kepada
Abu Thalib, ò ƒŠƒ‹ pamanku! Katakanlah ƒ ilaaha illAllahïá suatu kalimat yang
dapat aku jadikan sebagai hujjah (argumentasi) untuk membelamu di sisi Allahóä Maka
Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata, ò ’ƒ•ƒŠ Engkau membenci agama
Abdul —–ŠƒŽŽ‹„ëó Maka Rasulullah terus-menerus mengulang perkataannya tersebut,
sampai Abu Thalib akhirnya tidak mau mengucapkannya. Dia tetap berada di atas
agama Abdul Muthallib dan enggan untuk mengucapkan ƒ ilaaha illAllahïäó (HR.
Bukhari no. 1360 dan Muslim no. 141).
Ê È •fÂ"
È üÌßÈ ÈþÌûÉ¢ ÌCÈ ¢÷È î
"î È Èó ÀÂÈèäÌ ºÈ¬ÇÈ
Ì
ò ‡•‹ Allahá ƒ•ƒ• •—•‘Š‘••ƒ• ƒ•’—• —•–—••— •‡Žƒ•ƒ ƒ•— –‹†ƒ• †‹Žƒ”ƒ•‰äó
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 52
Dan dengan itu Rasulullah Shallallahu î Žƒ‹Š‹ Wa Sallam ditegur oleh Allah SWT
didalam Al- —” dalam surah At-Taubah ayat 113:
Ê àº¥ úˆ ÷Ê 9ÙºÉë EÂÊ É¦ ¦ ɺû¢ïÈ Èó [ÊïÂÊ ÌÌ øôÌÊó ¦ÂÂèÊ äÌ º¬È ÀÌ È¦ ¦äºü÷Ù¦ ú ÀÊ ó¦Â SüôÊ
öÌÉ È¦ öÌÉnÈ [ ¦ º
È« ¢ ÷ ¾
È È È Ì È Ì Ì Ì äÌ Ì È È Ì É Ì É È Ì Ì É È È Ì È ËÊ Ê ó ÀÈ ¢ïÈ ¢÷È
öÊ Ì Ȩ̂ Èj¦
Ì ¤ Ì È¦
É ¸Ù Ï
ó ‹†ƒ• ada hak bagi Nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan
ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik sekalipun mereka ini kerabat(-
nya), setelah jelas baginya bahwa sesungguhnya mereka adalah penghuni (neraka)
ƒŠ‹•óä
Dan juga disebutkan didalam Al- —” senada dengan ayat teguran diatas, surah Al-
Qosos ayat 56:
Š Ê
úÈ Ì ¾Ê Ȭ Ì øÉ ÌóªÊ öÉ ÈôßÌ È¦ È ÿÉÂ‚È É ¢ÌÈ úÌ ÷È ÄÌ ¾Ê Ì ºÈ ÈM¦ Ê
ËÙ úðóÙÂÈ ª
Ê
È ¦ÌºÈ¦·Ì Ȧ úÌ ÷È ÄÌ ¾ÌÈ È îû
È ¦
þç » ôß ò ó¾ó¦ ¾® ¢÷ ¤ § ³ ôó Â÷ ¦ ? òÏ ¦
ó –—”ƒ• dalam hal ini adalah wajib, kecuali yang ditunjukkan dengan bukti yang
„‡”–‡•–ƒ•‰ƒ•ó
Kaidah tersebut menunjukkan bahwasanya wajib bagi setiap muslim untuk menjaga
persaudaraan dan mendamaikan jika terjadi pertikaian diantara kaum muslimin
sebagaimana yang dikatakan oleh Imam At-Thobary.
Jika mereka berperang atau berselisih dengan berpegang pada hukum Allah dan
hukum Rasul-Nya, maka arti kedua bersaudara dalam konteks ini adalah: semua yang
berperang atau berselisih adalah dari orang-orang yang beriman.3
Maksud yang dikatakan oleh Imam At-Thobary adalah Seperti yang dikatakan oleh
Ibnu al-Utsaimin dalam tafsirnya, di mana dia berkata: ò ‡”†ƒ•ƒ‹ŽƒŠ antara dua
•ƒ—†ƒ”ƒ•—áó artinya: Allah hanya memerintahkan perdamaian antara dua kubu yang
berselisih; Karena orang-orang mukmin itu bersaudara, dua kubu yang berperang adalah
saudara, dan kita juga bersaudara dengan mereka, bahkan dengan pertempuran itu4.
Mendamaikan pertikaian antara kaum muslimin adalah salah satu hak bersaudara
dalam ikatan iman, oleh sebab itu Rasulullah Shallallahu î Žƒ‹Š‹ Wa Sallam
memerintahkan untuk menjaga hak tersebut:
Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ• bersabda, "Maukah kalian aku beri tahu
tentang suatu amalan yang lebih tinggi derajat (keutamaannya) dari puasa, shalat,
maupun sedekah?" Para sahabat serentak menjawab "Ya". Beliau lalu
bersabda, "Mendamaikan hubungan persahabatan dan kekerabatan karena rusaknya hal
tersebut merupakan tanda kehancuran" (HR Tirmidzi).
Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ• sangat memperhatikan problematika
persaudaraan oleh sebab itu Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ• bersabda:
"Mereka (sesama muslim) itu adalah saudaramu. Oleh karena itu, damaikanlah yang
berselisih, mintalah bantuan mereka untuk menghadapi lawan yang tidak mampu
kalian kalahkan, serta sebaliknya bantulah mereka dalam menghadapi lawan yang
tidak mampu mereka kalahkan" (HR Ahmad).
Salah satu hak saudara muslim terhadap muslim lainnya adalah senatiasa mencitai
saudaranya sebagaimana dia mencitai dirinya tanpa mengharapkan imbalan apapun dan
3 $EX MD·IDU $W-Thobary, MDPL·XO ED\DQ IL 7D·ZLO $O-4XU·DQ PX·DVVDK $U-Risalah, cet. 1, 1420 H, Juz.22, Hal. 297
4 Ibnu utsaimin, tafsir Al-4XU·DQ $O-Karim, Hal. 13154
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 54
selalu menjaga kehormatan satu sama lain sebagaimana yang telah ditetapkan didalam
hadist Rasulullah ŠƒŽŽƒŽŽƒŠ— î Žƒ‹Š‹ ƒ ƒŽŽƒ• :
Dan dikatakan juga dalam firman Allah SWT didalam surat Al-Hujurat ayat 12
disebutkan:
• Ê Ê ~ Ê Ê Ê ¦ Éü÷Ù¦ ú ÀÊ ó¦ ¢ º È®äÙ
¢ÔÅ àÌ ºÈ¥ öÌ ðÉ Ô Ì È¬äÌ ºÈ ÈÂÈ ¦Ì ÈÉ ÈÈaÈ È Æ=Ì ¦ úÊË Üó¦ Ò
É àÌ º¥ ¤ È àÌ ºÈ¥ À¦ úÊË Üó¦ úÈ ÷Ë ¦ZÅ Ì °ïÈ ¦Ì ºÉ¦üȬ³¦
Ì È ÈÌ È
öÆ Ì·Ê° §¦ º« Ù
M¦ Àʦ• M¦Ù ¦ 캫¦Â ý• ø¬ÿÂÊ ðÈ Èç ¢¬º ÷ þÊ »Ê Ȧ ökÈ òïÉ Ìé ÀÌ È¦ öïÉ ¾É ·È¦ ¤yÊÉȦ
Æ ÈË ÈË É È É Ì É É Ì Å Ì È Ì È Ì È
È Ì È
ó ƒŠƒ‹ ‘”ƒ•‰-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di
antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat
Žƒ‰‹ ƒŠƒ ‡•›ƒ›ƒ•‰óä
Dilarangnya seorang muslim berburuk sangka terhadap muslim lainya adalah salah
satu menjaga kehormatan muslim lainya dan menjaga kehormatan seorang muslim
adalah hak muslim terhadap muslim lainya yang paling utama.
Oleh kerenanya diharpkan bagi setiap muslim untuk senantiasa menjaga lisannya
karena sesungguhnya lisan adalah salah satu anggota tubuh yang paling tajam lebih
tajam dari pada pedang,
Ê ÈÌû ÊÌ Êó ÀÈ ¢ïÈ úØÙ Ìó¦ Àʦ ö• ºÈüº º¥ ɹĺü̺ úØÙ Ìó¦ Àʦ ú• ȷȦ ÿÊ VÊ ó¦ ¦ Éó ìÉ º Ä®¢Ê ¦ÊàÊËó òÉëÂ
¢ÅüºÌʦ÷ ¦Â¾É ßÈ À¢ È È Ì Ì É ÌÈ È È È Ì ÉÈ Ì È Ì Ì È Ì È Ì È
ó ƒ–ƒ•ƒ• •‡’ƒ†ƒ Šƒ•„ƒ-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di
ƒ•–ƒ”ƒ •‡”‡•ƒä ‡•—•‰‰—Š•›ƒ •‡–ƒ• ƒ†ƒŽƒŠ •—•—Š ›ƒ•‰ •›ƒ–ƒ „ƒ‰‹ •ƒ•—•‹ƒóä
Menjaga persaudaraan dalam ikatan aqidah begitu banyak keutamaan yang akan
didapat oleh seorang muslim, berikut adalah keutamaan-keutamaan yang akan diperoleh
oleh seorang muslim:
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 55
òÌ°ÊÊ` î
È ÈóÂÈ •[ Ê Ê Ê ¾É ¦àó¦ ¢ß® ú÷
Ê ÌÈäÌó¦ ÂÊ Ì ÈÜÊ¥ þÊ »È
É ÈôøÈ Ìó¦ ¾¢È Èë ¤
È ÷¡ þ¥ òï m¦ î ÌÈ È È
”–‹•›ƒãó ’ƒ„‹Žƒ •‡‘”ƒ•‰ •—•Ž‹• „‡”†‘ƒ —•–—• •‡„ƒ‹•ƒ• •ƒ—†ƒ”ƒ•›ƒ –ƒ•’ƒ
sepengetahuan yang bersangkutan, maka malaikat mengamininya dan mendoakan,
"Semoga engkau mendapat hal yang serupa.(HR.Muslim)
Ì ÂÉÊŸ¢ÇÈ
øk¦Â  Èóª ¾ÈÈ Èj¦
ó ‡”—•’ƒ•ƒƒ• ‘”ƒ•‰-orang mukmin dalam persahabatan kasih sayang dan
persaudaraannya sama dengan satu tubuh; apabila salah satu anggotanya merasa
sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke seluruh tubuh menimbulkan demam dan
–‹†ƒ• †ƒ’ƒ– –‹†—” ‹•–‹”ƒŠƒ– ó (HR.Muslim)
Å àÌ ºÈ¥ ÉþÔ
¢Ô Ê ºü̺¦Ìó¢ïÈ úÊ ÷ÊšÌ øôÌÊó ú÷ÊšÌ øÌó¦
É àÌ ºÈ¥ ¾ÌÉ È •À¢ÈÉ É É É
”–‹•›ƒãó ”ƒ•‰ •—••‹• –‡”Šƒ†ƒ’ •—••‹• Žƒ‹••›ƒ „ƒ‰ƒ‹•ƒ• •ƒ–— „ƒ•‰—•ƒ•á •ƒ–—
sama lainnya saling kuat-•‡•‰—ƒ–•ƒ•ó.(HR.Muslim).
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 56
Disebut juga saudara dalam ikatan nasab walaupun tidak terlahir dari ibu yang sama
akan tetapi dari ayah yang sama sebagaimana yang telah ditetapkan didalam Al- —”
surah Yusuf ayat 59:
† Ê Ê Ê Ê ºÉ¬ºÌŸ¦ ¾¢È Èë öÿÊ±Ê ¢ È È]Ê öÿÉÄÈ ³È ¢øÈóÂ
ZÉ Ì »È -È È¦ÂÈ òÈ ÌðÈ Ìó¦ >ÊÂÌɦ äH Ê
ÌË È¦ ÀÈ ÂÌÂȺȫ ÈȦ ‚ öÌ ðÉ Ì¥È¦ úÌ ÷Ë öÌ ðÉ ó -Ç Èª H
ÌÌ Ì Ì È
Ê
È Ì óÄÊ üÌøÉ Ìó¦
[
ó ‡–‹•ƒ †‹ƒ —•—ˆ •‡•›‹ƒ’•ƒ• ’‡”„‡•ƒŽƒ• „ƒŠƒ• •ƒ•ƒ•ƒ• —•–—• •‡”‡•ƒá †‹ƒ
„‡”•ƒ–ƒá ò ƒ™ƒŽƒŠ •‡’ƒ†ƒ•— •ƒ—†ƒ”ƒ•— ›ƒ•‰ •‡ƒ›ƒŠ †‡•‰ƒ••— —•›ƒ•‹• ä
Tidakkah kamu melihat bahwa aku menyempurnakan takaran (gandum) dan aku
adalah sebaik-baiknya penerima tam—ëó
Dalam konteks ayat diatas Abdurrahman bin Nashir Al- ƒï†‹ †ƒŽƒ• –ƒˆ•‹”•›ƒ
•‡•Œ‡Žƒ••ƒ• „ƒŠ™ƒ•ƒ•›ƒá ò ƒ•‰ ƒŠƒ•—ƒ•ƒ •‡•‰ƒ–ƒ•ƒ• „ƒŠ™ƒ ‹ƒ •‡•…‹’–ƒ•ƒ• anak-
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 57
anak Adam dari satu asal dan satu jenis kelamin, dan semuanya laki-laki dan perempuan,
dan mereka semua kembali ke Adam dan Hawa, tetapi Allah Yang Mahakuasa mengutus
dari mereka banyak laki-laki dan perempuan, dan memisahkan mereka, dan menjadikan
mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, yaitu: suku muda dan tua, dan itu demi
saling mengenal, karena mereka Jika masing-masing berdiri sendiri, hubungan saling
mengenal ini tidak akan terjadi, yang akan menghasilkan nafkah, gotong royong, warisan,
dan hak-hak kerabat, tetapi Allah menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar terjadi hal-hal tersebut dan hal-hal lain yang tergantung pada hubungan
perkenalan dan hak-hak garis keturunan, tetapi kedermawanan adalah melalui
ketakwaan, jadi yang paling mulia Di antara mereka di sisi Allah-lah yang paling
bertaqwa di antara mereka, Dialah yang paling taat di antara mereka dan tidak mungkar,
bukan yang paling kekerabatannya dan kaumnya, bukan pula yang paling mulia di antara
mereka secara nasab, melainkan Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengetahui. Dia
mengetahui orang-orang yang mengamalkan ketakwaan Allah lahir dan batin, dan siapa
yang melakukannya secara lahiriah dan tidak batiniah, maka Dia memberi balasan
kepada masing-masing dengan apa yang pantas baginya.5
Dan dalam ayat ini terdapat pernyataan bahwa salah satu hak saudara adalah tidak
menyombongkan diri atau mencelakai saudara-saudaranya, karena sekalipun saudara
itu telah mencapai apa yang telah dicapainya dalam hal harta, harkat, atau selain
kebesaran, tetap saja dia berasal dari soliditas yang sama.
3. Saudara Sepersusuan
Disebutkan didalam Al- —” •ƒ—†ƒ”ƒ •‡’‡”•—•—ƒ• •—”ƒŠ •- ‹•ƒï ƒ›ƒ– t3:
Ê »É ̦ ªÙüº¥Â -Ê È Ì¦ ªÙüº¥Â öðÉ É¬ôÙ »Ù  öðÉ É¬øÙ ß öðÉ É« Ù »È¦Â öðÉ É¬Ùºüº¥Â öðÉ É¬ Ù ÷ɦ öðÉ Èôß ª
ª Ì É ÈÈ É ÈÈ Ì È Ì Ë È È Ì È È Ì ÈÈ Ì Ì Ì È Ì ÷ÈÂÊË·É
Š Š
úÌ ÷ËÊ öÌ ïÉ°Ê Ì ´É ·É ?Ì Ê VÌ ÊËóÙ ¦ öÉ ðÉ É¦FK ªÈ°ÈÂÈ öÌ ðÉ FK ¢ÈÈ Êû ª Ê̈ ÓÂó¦ ú÷Ê öðÉ É« Ù »È¦Â öðÉ ÈüàӰȦ VäÊËóÙ ¦ öðÉ É¬ Ù ÷ɦÂ
É Ù ÷ɦÂÈ ß¢ È È È Ë Ì È È Ì ÌÈ Ì Ì É È
Š Š
úÈ Ì ÀÊ ó¦ öÉ ðÉ FK ¢ÈüºÌ¥È¦ òÉ FK È ·È ÂÈ ~ öÌ ðÉ ÌÈôßÈ ¬¢ ü³ È ç
È úÊÊ ö ¬ Ì
ô » ® ¦ º
Éû É
ð «
È C À
Ì Ê¢Èç ú~ ÊÊ ö¬ôÌ »® VÊËóÙ ¦ öðÉ FK ¢Š ÈËÊû
È ÈÉ ÌÉ È È Ì Ì Ì ÌÉ È È Ì É È
ÙË Àʦ • æ ʦ [ • Ê
¢øÅ Ì·Ê° ¦°Å Ì èÉ ãÈ ÀÈ ¢ïÈ ÈM¦ È È ô
È Ç ¾
Ì ë
È ¢ ÷
È Ê ¬ » É Ì ¦ [ ¥ ¦ à ø aÈ À
Ì ¦
Ì È Ì È ÌÈ Ì É È Ì È Ì ðÉ ¥ È Ï
È ö Ì È¦ úÌ ÷
Ê
5 Abdurrahman bin Nashir Al-6D·GL Taisir Kariim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan, BeiUXW PX·DVVDW DO-
risalah. Cet.1, 1420 H, juz.1. hal. 802
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 58
diharamkan menyatukan antara keduanya, yang demikian itu karena akan menjadi salah
satu sebab di antara sebab-sebab putusnya tali kekeluargaan.6
Yaitu, ia menjadikan Luth seorang saudara bagi bangsanya, dan bukan keturunan
mereka, tetapi tamu di antara mereka, karena kaum Luth termasuk di antara penduduk
’ƒŽ‡•–‹•ƒá ‘”ƒ•‰ •ƒ•ïƒ•á †ƒ• —–Š ƒ†ƒŽƒŠ ‘”ƒ•‰ ‹„”ƒ•‹á ’—–”ƒ •ƒ—†ƒ”ƒ•— ‹„”ƒŠ‹•á –‡–api
apabila ia menetap di negeri mereka dan hidup bersama mereka, keadaan mereka, dan
penampilan mereka, ia menjadi saudara bagi mereka.7
Saudara-saudara di tanah air membuat saudara itu tinggal bersama saudara-
saudaranya di rumah mereka, memberikan kebaikan bagi mereka, menghilangkan
bahaya dari mereka dan bekerja sama dengan mereka, sebagaimana yang difirmankan
didalam Al- —” •—”ƒŠ Ž-Maidah ayat 2:
Š
ª º¦Ìó¦ [ ÊÙ¦ ä È ¾È FK Š È ìÈ Ìó¦ ÈÂ Ä¾Ì nÌ ¦ È ¿¦Âk¦
÷ Ì Â Ìó¦ Â
È ÊM¦Ù ÂFK ¢Š àËÈ ¦ ôbÊÉ È ¦ ºÉü÷Ù¦ ú ÀÊ ó¦ ¢ º È®äÙ
È ÌÈ È Ë ÈÌ È È È È È ÈÈ È Ì È Ë È È Ì Ì È ÈÌ È
Ç Ê
öÌ ïɾ
Ì Ï È ÀÌ È¦ ¿ Ì ºÈë ÀÉ Ù¢ÈüËÈ öÌ ðÉ ü÷ÈÂÊ xÌÈ ÈÂ•È ¦ÂÌ ®¢
É ÈØÏ¢Ì Èç öÌ É¬ôÌÈô·È ¦È̄ ¦Â•È -¦Å È Ó Ì °ÊÂÈ öÌ ÊÊË° úÌ ÷ËÊ Å Ô Ì Èç ÀÈ Ì ÉäºÈ¬º¦ÌºÈ ¿¦È ÂÈÈk¦
Ì
€
Ì ¾Ê Ế ÈÌ øÈ Ìó¦ úÊ ßÈ
¦ ìÉ º«¦Â~È À¦Ê ÂÈ ¾Ì ÉàÌó¦ÂÈ =ÊÌ Ê̦ ÈôßÈ ¦Ì ɺûÂ¢È àÈ ºÈ« ÈÂÈ Ã~ Ù ìÌ º¬ó¦ÂÈ PËÊ ÊÌó¦ ÈôßÈ ¦Ì ɺûÂ¢È àÈ ºÈ«ÂÈ ¦ÂÌ ¾É ȬàÌ ºÈ« ÀÌ È¦ ¿¦ÊÂÈÈk¦
Ê ìÈ ÊàÌó¦ ¾É Ì ¾Ê ËÈ M¦ Ê Ù
§¢ ÈËÙ À¦• ÈM¦
Ë
ó ƒŠƒ‹ ‘”ƒ•‰-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian)
Allah,) jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram,) jangan (mengganggu)
hadyu (hewan-Š‡™ƒ• •—”„ƒ• †ƒ• “ƒŽ¢ï‹† Š‡™ƒ•-hewan kurban yang diberi tanda)
dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka
mencari karunia dan rida Tuhannya!) Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan
ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu
6 Abdurrahman bin Nashir Al-6D·GL Taisir Kariim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan %HLUXW PX·DVVDW DO-
risalah. Cet.1, 1420 H, juz.1. hal. 173
7 Muhammad At-Thohir bin Muhammad bin Muhammad At-ThRKLU EL ¶$V\XU At-Tahrir wa At-Tanwir, tunus:
Penyerang membayar mereka, karena dia memiliki apa yang mereka miliki dan dia
berkewajiban kepada mereka, dan inilah yang mengingatkan Islam dalam perhatiannya
yang terbesar terhadap hak-hak tetangga, terutama jika mereka adalah kerabat Muslim.
C. SIMPULAN
Dari pembahasan tentang konsep persaudaraan dalam Al- —” †ƒ”‹ ’‡”–‹•Œƒ—ƒ•
beberapa pakar-pakar tafsir terhususnya tafsir Taisir Kariim Ar-Rahman Fii Tafsir Kalam
Al-Mannan, dapat disimpulkan bahwasanya menurut pakar-pakar tafsir seperti:
Abdurrahman bin Nashir Al- ƒï†‹á „•— î •›—”á †ƒ• Ž-Qurthubi, pesan-pesan yang
disampaikan oleh Allah SWT dalam Al- —” ›ƒ•‰ „‡”•ƒitan dengan persaudaraan yaitu
: Pertama, menjelaskan begitu pentingnya mempererat tali persaudaraan dalam ikatan
aqidah atau dalam ikatan iman. Kedua, mengarahkan masyarakat muslim untuk
senantiasa menjaga dan mendamaikan antara hubungan persaudaraan dalam ikatan
aqidah yakni, dengan menjaga tutur kata, perilaku terhadap saudaranya, dan selalu
menjaga tali silaturahmi antar umat muslim.
Zad Al-Mufassirin, Page 45-62, Vol. 3 No. 1, 2021 | 62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jibrin, Abdullah bin Abdul Aziz. Tashil Al-Aqidah Al-Islamiyyah, Dƒ”—Ž îUshaimy,
Riyadh: Markaz Al-Manhaj lil Isyrofi Watadribi Attarbawi, 1436 H.
Al- ƒï†‹á „†—””ƒŠ•ƒ• „‹• ƒ•Š‹”ä Taisir Kariim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan,
Beirut: M—•ƒ– Ar-Risalah. 1420 H
Al- ƒï†‹á „†—””ƒŠ•ƒ• „‹• ƒ•Š‹”ä Taisir Kariim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan,
Beirut: M—•ƒ– Ar-Risalah. 1420 H
Al- ƒï†‹á „†—rrahman bin Nashir. Taisir Kariim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan,
Beirut: M—•ƒ– Ar-Risalah., 1420 H
Al-Utsaimin, Muhammad bin Sholeh. Tafsir Al- —” Ž-Karim, Mesir: Ibnu Al-Jauzi,
1423 H
At- Š‘„ƒ”›á „— Œƒïˆƒ”ä Œƒ•‹ï—Ž „ƒ›ƒ• ˆ‹ ƒï™‹Ž Ž- —”á Beirut: M—•ƒŠ ”-Risalah,
1420 H
I„•— î •›—”á —Šƒ••ƒ† –-Thohir bin Muhammad bin Muhammad At-Thohir. At-Tahrir
wa At-Tanwir, Tunus: Darut Tunisiyyah, 1984 H