Anda di halaman 1dari 4

ONTOLOGI

HAKIKAT APA YANG DIKAJI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Filsafat Ilmu”

OLEH

DWI WAHYU NINGSIH (G2O123004)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
RANGKUMAN ONTOLOGI

A. METAFISIKA

Metafisika adalah landasan peluncurannya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata
ini, Ternyata menimbulkan berbagai spekulasi filsafati tentang hakikatnya.

Beberapa tafsiran metafisika:

Yang pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat wujud-
wujud yang bersifat gaib atau supernatural dan wujud-wujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih
kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Hal ini disebut dengan animisme. Sebagai lawan
dari supranatural maka terdapat paham naturalisme yang menolak pendapat bahwa terdapat
wujud-wujud yang bersifat supranatural ini. Kemudian tafsiran yang kedua yaitu metarialisme
yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini, berpendapat bahwa gejala-gejala alam tidak
disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat
dalam ilmu itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

Lalu apa dengan pikiran dan kesadaran itu sendiri?

Secara fisiologis otak manusia terdiri dari 10 sampai 15 biliun neuron. Neuron adalah sel
saraf yang merupakan dasar dari keseluruhan sistem saraf. Cara bekerja untuk ini merupakan
obyek dari berbagai disiplin keilmuan seperti fisiologi, psikologi, kimia, matematika, fisika
teknik dan neuro-fisikologi. Sudah merupakan kenyataan yang tidak usah lagi diperdebatkan
bahwa proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat atau obyek yang
ditelaahnya. Namun, apakah kebenarannya hakikat pikiran tersebut apakah dia berbeda dengan
zat yang ditelaah nya, ataukah hanya bentuk lain dari zat tersebut?

Dalam hal ini maka aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara
pikiran dan zat mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun
mempunyai substansi yang sama. Ibarat satu dan energi, Dalam teori relativitas Enstein energi
hanya merupakan bentuk lain dari zat. Dalam hal ini maka proses berfikir dianggap sebagai
aktivitas elektrokimia dari otak.

B. ASUMSI

Marilah kita asumsikan bahwa hukum yang mengatur berbagai kejadian itu memang ada,
Sebab tanpa asumsi ini maka pembicaraan kita semuanya lantas sia-sia. Hukum disini diartikan
sebagai suatu aturan main atau pola kejadian yang diikuti oleh sebagian besar peserta, gejalanya
berulang kali dapat diamati yang tiap kali memberikan hasil yang sama, yang dengan demikian
dapat kita simpulkan bahwa hukum itu, berlaku kapan saja dan dimana saja.
Boleh saja, sahut seorang yang pikirannya sangat pragmatis, asalkan hukum disini jangan
ditafsirkan dalam pengertian moral, sebab ilmu tidak mempelajari kejadian yang seharusnya
melainkan kejadian alam sebagaimana adanya.

Berapa Asumsi dalam ilmu yaitu, dalam analisis secara mekanistik maka dapat empat
komponen analisis utama yakni, zat, gerak, ruang, dan waktu. Newton dalam bukunya
Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (1686) berasumsi bahwa keempat komponen ini
bersifat absolut.

C. PELUANG

Peluang secara sederhana dapat diartikan bahwa probabilitas untuk turun hujan besok adalah
8 dari 10 yang merupakan kepastian. Atau sekiranya saya merasa pasti 100% bahwa besok akan
turun hujan maka saya akan berikan peluang 10 atau dengan perkataan lain yang sederhana
peluang 8 Mencirikan bahwa pada 10 kali ramalan tentang akan jatuh hujan, 8 kali memang
hujan itu turun, dan dua kali ramalan itu meleset.

Jadi, Biar pun kita mempunyai peluang 8 bahwa hari akan hujan, namun masih terbuka
kemungkinan bahwa hari tidak akan hujan.

D. BATAS BATAS PENJELAJAHAN ILMU

Mengapa ilmu hanya membatasi daripada hal hal yang berbeda dalam batas pengalaman
kita? Jawabannya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia, yakni sebagai
alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah masalah yang dihadapinya sehari-hari.
ilmu diharapkan membantu kita memerangi penyakit, membangun jembatan, membikin irigasi,
membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan
sebagainya. Persoalan mengenai hari kemudian tidak akan kita tanyakan kepada ilmu, melainkan
kepada agama, sebab agama lah pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah seperti itu.
EPISTEMOLOGI
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Filsafat Ilmu”

OLEH

NURFADLIA FIRDAYANTI (G2O123003)

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023

Anda mungkin juga menyukai