Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT ILMU

“UJIAN TENGAH SEMESTER”

OLEH :
KELOMPOK 7

Ni Made Resita Purnama Dewi 1981621014

Anak Agung Gede Pradnyana Dwipa 1981621015

Kadek Gita Saraswati 1981621016

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
FILSAFAT ILMU

UTS- 2 April 2020

I Komang Gde Bendesa

SOAL

1. Jelaskan dari mana datangnya pengetahuan.


2. Jelaskan syarat-syarat untuk bisa disebut pengetahuan.
3. Jelaskan perbedaan antara traditional epistemology dengan naturalized epistemology.
4. Jelaskan pengertian ilusi, halusinasi, memory, dan imajinasi. Apakah memori dapat
digunakan sebagai sumber pengetahuan?.
5. Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan “Saya berpikir, karena itu saya ada” oleh
Descartes.
6. Pendekatan induktif memiliki kelemahan fundamental, jelaskan.
7. Di sebuah kota ada seorang tukang cukur, laki-laki, dimana dia mencukur semua
penduduk kota yang (mana mereka) tidak mencukur dirinya sendiri. Apakah laki-laki
tukang cukur tersebut mencukur dirinya sendiri? Jelaskan

Selamat bekerja
Jawaban:

1. Datangnya Pengetahuan adalah


Pengetahuan dasar yang dimiliki manusia adalah pengetahuan empiris, dimana sumber
pengetahuan yang mereka dapatkan berasal dari pengalaman inderawinya. Seiring
perkembangan zaman, sumber pengetahuan empirisme ini berkembang ke tahap berikutnya
menjadi pengetahuan yang bersumber pada akal. Sumber pengetahuan yang berasal dari akal
tentu masih sangat berhubungan dengan sumber dari pengalaman inderawi. Akal dapat
mengoreksi kelemahan inderawi, yaitu keterbatasan indera. Setelah indera menerima bahan,
akal mengatur dan mengelola bahan tersebut hingga tercipta pengetahuan yang benar.
Sumber pengetahuan juga didapatkan melalui inspirasi atau insting. Inspirasi atau insting ini
datang dari hati secara tiba-tiba pada orang yang berpikir keras. Sumber pengetahuan
demikian ini disebut dengan intuisi. Intuisi juga disebut dengan suprarasional yang
merupakan hasil dari revolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi ini berfungsi sebagai jalan
keluar jika rasio yang digunakan mengalami kebuntuan (Teguh Wangsa, 2011). Oleh sebab
itu, intuisi ini bersifat personal dan tidak bisa diramalkan kedatangannya. Pengetahuan juga
bisa datang dari Wahyu Tuhan.
2. Syarat-syarat untuk bias disebut pengetahuan yakni antara lain:

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dialami atau yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari
seseorang. Misalnya : kelaparan, kedinginan, kekeringan. Itulah yang disebut sebagai
pengetahuan, syarat syarat pengetahuan untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan :

1. Sistematis
Sistematis maksudnya adalah mempunyai bentuk susunan dan aturan permainan yang jelas
secara berurutan antara satu dengan yang lain.
Misalnya, suatu susunan koordinator suatu acara pernikahan atau suatu susunan struktur
organisasi.
2. Logis
Logis adalah suatu cara penjelasan yang dapat dicerna oleh akal sehat atau masuk akal dan
mungkin ada. Misalnya “mengapa air di sungai mengering?” “karena musim kemarau”
penjelasan tersebut masih bisa masuk akal dan logis, tetapi jika jawabannya “karena setan
yang meminumnya” maka penjelasan tersebut akan sangat sulit untuk diterima akal sehat,
sehingga penjelasan tersebut tidak logis.
3. Objektif
Objektif diberi pengertian bahwa kebenaran melekat pada bendanya dan bukan pada orang
yang menilainya. Misalnya, seseorang mengukur berat 1 ember air seberat 1 kg, edangkan
jika orang lain mengukur benda tadi juga maka akan didapatkan hasil yang sama. Kebenaran
tersebutlah yang disebut sebagai kebenaran yang objektif. Berbeda dengan ubjektif, yang
kebenarannya berdasarkan penilaian seseorang. Misalnya Cintya menilai Ananta sangat
tampan tetapi Rosi menilai Ananta tidak terlalu tampan. Sehingga penilaian tentang Ananta
bersifat subjektif, karena semua kebenarannya tergantung orang yang menilainya.
4. Prediktif
Prediktif berarti memiliki kemampunan untuk memperkirakan atau memprediksi kejadian
yang akan datang di kemudian hari. Prediksi didalam ilmu pengetahuan adalah prediksi yang
di dasarkan data yang dapat di percaya kebenarannya. Ilmu pengetahuan mempunyai
kemampuan untuk memprediksi waktu yang akan datang. Misalnya, prakiraan cuaca dari
BMKG untuk wilayah Indonesia.
3. Perbedaan antara traditional epistemology dengan naturalized epistemology antara lain:

a. Traditional epistemology difokuskan pada masalah keyakinan. Descartes dan Hume


mempertimbangkan apakah keyakinan kita tentang dunia dan tentang hal yang diamati
benar adanya. Mereka menawarkan argumen skeptis tertentu untuk memperoleh
kebenaran.
Quine mengklaim bahwa “masalah filosofis tradisional tidak dimaksudkan untuk diselesaikan”
(1985, hal. 465). Proyek Descartes dan Hume ini telah gagal dan tidak dapat dilanjutkan;
filsafat tradisional harus ditinggalkan dan kita harus melakukan pendekatan yang sama sekali
berbeda untuk pertanyaan tentang pengetahuan kita mengenai dunia ini. Oleh karena itu
kelemahan dari epistemology tradisional adalah hanya berfokus pada keyakinan saja tanpa
adanya sikap skeptis serta tanpa melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memperoleh
kebenaran. Sedangkan naturalized epistemology adalah sebuah pendekatan untuk teori
pengetahuan yang menekankan penerapan metode, hasil, dan teori-teori dari empiris ilmu
pengetahuan. Menurut naturalisasi Epistemologi kita perlu membangun pada ilmu pengetahuan
alam untuk memiliki teori yang memadai dan lengkap mengenai pengetahuan manusia.

b. Epistemologi Naturalisasi adalah kumpulan pandangan filosofis yang bersangkutan


dengan teori pengetahuan yang menekankan pada ilmu pengerahuan alam melalui
metode ilmiah.

Jawaban Soal No. 4


Perbedaan ilusi, halusinasi, memory, dan imajinasi
a) Ilusi : suatu persepsi panca indera dimana adanya rangsang panca indera yang ditafsirkan
salah.
b) Halusinasi : persepsi panca indera tanpa rangsang pada reseptor reseptor panca indera. Jadi
halusinasi itu adalah persepsi tanpa objek.
c) Memori : kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi dimasa
yang akan datang. Manusia dapat menyimpan informasi yang diterima melalui semua indera
yang akan diubah bentuknya sedemikian rupa sehingga bisa disimpan dalam otak.
d) Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan
gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang secara umum.

Memori bisa dijadikan sebagai pengetahuan karena melalui memori atau ingatan yang ada
dalam otak seseorang, orang tersebut akan mampu berpikir serta mengambil suatu keputusan
berdasarkan apa yang diketahuinya

Jawaban Soal No. 5


Manusia merupakan makhluk hidup yang cerdas karena dikaruniai kemampuan untuk berpikir
dan bertindak dengan cara yang benar, yang sama sekali tidak dimiliki oleh makhluk hidup lain
manapun. Keistimewaan ini membuat pola kehidupan manusia dengan makhluk hidup lainnya
begitu berbeda. Filsuf Prancis, Rene Descartes (1596-1650) menegaskan cogito ergo sum yang
artinya 'saya berpikir karena itu saya ada'. Pepatah kuno ini secara langsung menunjukkan
bahwa berpikir adalah sumber dari perilaku manusia. Manusia dikaruniai kemampuan berpikir
sehingga dapat merancang apapun demi kelangsungan hidupnya dan memiliki kemampuan untuk
membuat keputusan disaat yang dibutuhkan, bertindak dengan bijaksana dan mampu
mengutarakan perasaannya. Semua keistimewaan ini membuat kehidupan manusia menjadi
begitu bermakna. Manusia juga memiliki keinginan untuk belajar. Otak yang cerdas membuat
manusia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi akan segala sesuatu, keinginan untuk
memperoleh lebih banyak pengetahuan. Itulah sebabnya ilmu
pengetahuan bisa terbentuk. Ilmu pengetahuan melahirkan peraturan, hukum, nilai sebagai
aspek-aspek utama kehidupan manusia, beserta berbagai aspek penting lainnya. Nilai sebagai
salah satu aspek yang unggul dalam kehidupan didefinisikan sebagai ukuran tentang kebaikan
atau kebenaran yang dipraktekkan dalam kehidupan individu maupun organisasi.

Jawaban Soal No. 6


Pendekatan Induktif merupakan pendekatan yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke hal umum. Hukum yang disimpulkan pada fenomena yang
diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Berpikir induktif adalah bentuk dari
apa yang disebut generalisasi. Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof
Inggris Perancis Bacon yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan pada fakta-
fakta yang konkrit sebanyak mungkin, sistem ini dipandang sebagai sistem yang paling baik pada
abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai
bagitu saja tanpa diteliti secara rasional. Pada dasarnya berpikir induktif ialah suatu proses dalam
berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sagala (2010:77) yang mengatakan bahwa “Dalam
konteks pembelajaran pendekatan induktif adalah pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu prinsip atau
aturan”.
Sedangkan menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai
dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau
prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau
menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada
siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan
prinsip atau fakta yang pasti.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
a. Terdapat satu bukti rasional bahwa penalaran induktif bisa jadi menghasilkan
kesimpulan yang berbahaya dan salah kaprah. Pengetahuan kita yang bersumber dari
penalaran atau pemikiran induktif bisa jadi salah.
b. Pendekatan induktif memang membantu kita dalam memahami, memprediksi, dan
mengontrol sesuatu. Namun tidak semua hal bisa dipercaya dengan melakukan
pendekatan induktif
c. Memerlukan banyak waktu.
d. Sukar menemukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang
berbeda-beda
e. Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
f. Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk
memahaminya.
g. Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif
masih belum menjamin berlaku umum.

Jawaban Soal No. 7

Alkisah di suatu kota hanya ada seorang tukang cukur rambut serta di daerah itu ada aturan-
aturan yang harus ditaati.

1. Semua warga harus rutin mencukur rambutnya.


2. Semua warga tidak boleh mencukur rambutnya di kota lain.
3. Semua warga harus mencukurkan rambutnya pada tukang cukur.
4. Tukang cukur hanya mencukur orang yang tidak mencukur rambutnya sendiri.

Yang jadi pertanyaan adalah siapakah yang mencukur rambut si tukang cukur itu? Mari kita
belajar matematika di balik cerita…
Mengingat aturan kedua, sangat jelas kalau si tukang cukur hanya boleh mencukurkan
rambutnya di dalam wilayah kota. Sekarang kalau kita lihat aturan ketiga berarti si tukang cukur
hanya boleh mencukurkan rambutnya kepada seorang tukang cukur, yaitu dirinya sendiri.

Yang jadi masalah adalah seandainya si tukang cukur itu mencukur rambutnya sendiri maka itu
berarti dia telah melanggar aturan yang keempat, yaitu hanya mencukur orang yang  tidak
mencukur rambutnya sendiri. Tapi seandainya dia tidak mencukur rambutnya maka dia juga
harus mentaati aturan yang keempat, yaitu harus mencukur rambut orang yang tidak mencukur
rambutnya sendiri, yaitu termasuk si tukang cukur itu. Lalu, siapakah yang mencukur rambut si
tukang cukur itu?
Sebenarnya cerita di atas adalah suatu contoh dari Paradox Russell atau yang juga dikenal
dengan nama Russell’s Antinomy yang dicetuskan oleh Bertrand Russell. Russell mencetuskan
suatu notasi himpunan, “M adalah suatu himpunan dari A sedemikian sehingga A bukan elemen
dari A itu sendiri”.

Kalau dinotasikan sebagai berikut:

Jadi A adalah elemendari M jika dan hanya jika A bukan elemen dari A.


Yang jadi masalah adalah ketika kita memilih M sebagai elemen dari dirinya sendiri (M). Jika M
adalah suatu elemen dari M maka berdasarkan definisi M bukanlah elemen dari M. Dan
sebaliknya, jika M bukan elemen dari M maka M harus menjadi elemen dari M. Pernyataan “M
adalah suatu elemen dari M” dan “M bukan suatu elemen dari M” tidak bisa dua-duanya benar
dan berlaku secara bersamaan tetapi kedua pernyataan tersebut saling kontradiktif.

Mungkin lumayan rumit untuk memahami paradox Russell tersebut tapi dengan melihat kisah
tentang tukang cukur tadi kita bisa lebih mudah memahami paradox Russell.

Anda mungkin juga menyukai