Anda di halaman 1dari 12

Penggunaan Alat Peraga Gelas Dan Manik-Manik Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Sifat Perkalian Di Sd Anugrah Surabaya

Rizka Meireza1)
Rizki Nurhana Friantini2)
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi PGSD Universitas Terbuka

Abstrak
“Penggunaan Alat Peraga Gelas Dan Manik-Manik Untuk Meninkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Iii
Sd Dalam PenentuanSifat Pertukaran Dalam Perkalian Di Sd Anugrah Surabaya”. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peraga gelas dan mani-manik dalam
materi perkalian. Pelaksaan ini dilakukan secara 2 tahap diantaranya siklus 1 yang dilakukan pada
4 Mei 2023 dengan alat media pembelajaran dan siklus 2 pada 16 Mei 2023 dengan penambahan
soal perkalian dengan pengelompokan siswa. Hasil yang didapat dari penelitian di siklus 1 ini
terdapat peningkatan dari 8 siswa (40%) menjadi 14 siswa (16%). Sedangkan pada siklus 2
terjadi peningkatan lagi mencapai 17 siswa (85%) dan sisa 3 siswa yang masih belum mencapai
ketuntasan. Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa media pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga sangat berpengaruh bagi siswa.
Kata kunci : Matematika, Perkalian, Gelas dan Manik-manik

PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang makin maju, anak dalam belajar semakin kreatif dengan
didukung perkembangan teknologi yang semakin canggih. Sehingga perkembangan ilmu juga
harus mengikuti pola pikir anak-anak dalam mengembangkan kreatifitasnya. Dalam
perkembangan teknologi yang canggih terkadang anak malas untuk mengembangkan
kreatifitasnya karena setiap apa yang mereka inginkan dapat diwujudkan dengan teknologi
yang canggih itu salah satunya dalam pembelajaran matematika.

Matematika adalah mata pelajaran yang selalu ada di semua jenjang pendidikan mulai
dari tingkatan Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi (Ahmad Susanto,2013) .
Pelajaran matematika di tingkat SD diberikan agar siswa bisa menggunakan matematika
dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Pada tingkatan Sekolah Dasar,
matematika berguna untuk mengembangkan logika dalam menyelesaikan soal-soal yang
berbentuk aritmatika, geometri, analitik, maupun aljabar. Matematika juga berguna dalam
mengembangkan kemampuan berhitung, mengukur maupun membandingkan.

Dalam ilmu matematika ada beberapa materi mengenai perubahan. Perubahan yang
terjadi ini karena adanya proses hitung. Salah satu dasar dari operasi hitung salah satunya
adalah perkalian. Perkalian merupakan proses hitung dasar dimana satu bilangan akan dilipat
gandakan sesuai dengan bilangan pengalinya atau biasa disebut dengan penjumlahan secara
berulang (Wikibooks,2018). Pada zaman dulu, orang mempermudah perkalian dengan cara
menhafal namun di era seperti saat ini dibutuhkan pemahaman yang matang untuk
menjelaskan kepada anak-anak.
Pada pembelajaran dalam penentuan sifat pertukaran dikelas III SD Anugrah Surabaya
ternyata ada penilaian ulangan harian yang bahwasannya dari jumlah seluruh siswa kelas yakni
20 siswa dengan 16 siswa lelaki dan 4 siswi perempuan banyak yang belum mencapai nilai
KKM. Nilai KKM mata pelajaran matematika secara individunya ditetapkan SD Anugrah
adalah 70 serta nilai KKM klasikalnya adalah 75. Berdasarkan nilai ketuntasan hanya mencapai
40% (8 siswa ) sisanya belum mencapai sebanyak 60% yakni 12 siswa. Dengan permasalahan
seperti yang terjadi, guru kelas III akhirnya melakukan diskusi dengan supervisor 1 dan 2 dan
mendapatkan hasil siswa kelas III kurang memahami materi penentuan sifat dalam perkalian
yan disebabkan beberapa hal, diantaranya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah
materi pada siswa, dan kurangnya menjelaskan tujuan pembelajaran sehingga siswa masih
sedikit rancu akan menerima materi dan siswa juga merasa jenuh serta kurang antusias
menerima materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan analisis masalah yang dilakukan, ada beberapa alternatif pemecahan


masalah yang didapatkan diantaranya alternatif pemecahan masalah itu antara lain yakni guru
melakukan metode pembelajaran selain ceramah, hal ini dilakukan supaya siswa tidak merasa
jenuh sehingga guru harus mendampingi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Pada saat apersepsi juga harus disampaiakan dengan jelas tujuan pembelajaran agar siswa
mengetahui tujuan dan manfaat pembelajaran materi sifatpertukaran dalam perkalian.

Beberapa alternatif sebagai pemecah masalah yang didapat setelah diskusi, guru kelas
III SD Anugrah Surabaya menetapkan prioritas alternatif pemecahan masalah yaitu
menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih dapat memahami dengan benda konkrit.
Media pembelajaran ini dapat mempermudah siswa bisa belajar dengan bekerjasama dengan
teman yang lain.

Berdasarkan penjelasan diatas untuk memahami pertukaran dalam perkalian lebih


cepat dan tepat serta cepat teliti dalam menggunakan permainan dengan mengisi manikmanik
dalam gelas kosong, sehingga dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “
PENGGUNAAN ALAT PERAGA GELAS DAN MANIK-MANIK UNTUK
MENINKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD DALAM PENENTUAN SIFAT
PERTUKARAN DALAM PERKALIANDI SD ANUGRAH SURABAYA” .

Menurut Maryati dan Priatna (2017), matematika merupakan ilmu deduktif karena
didalam proses mencari kebenaran harus ada pembuktian dengan teorema, sifat, dan dalil
setelah dibuktikan. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan
nalar yang menggunakan istilah definisi dengan cermat, jelas dan akurat.

Pada dasarnya mata pelajaran matematika selalu identik dengan kegiatan


menghitung. Menghitung mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena
dalam menjalani kehidupannya manusia tidak bisa lepas dari kegiatan hitung-menghitung.
Matematika merupakan mata pelajaran penting dalam dunia pendidikan, hal ini dibuktikan
dengan diujikannya mata pelajaran matematika di Ujian Nasional. Selain itu, Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi (Susanto, 2013: 183). Matematika merupakan
salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta
memberikan dukungan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto,
2013). Artinya, peranan matematika tidak hanya untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, melainkan untuk mendukung perkembangan teknologi karena
matematika merupakan ilmu pasti. Matematika juga berperan penting dalam dunia kerja, oleh
karena itu matematika wajib dipelajari dan dikuasai oleh siswa guna menghadapi persaingan
dalam dunia kerja. Jadi matematika adalah ilmu pasti yang mempelajari besaran ruang, dan
perubahan pada suatu bilangan. Perubahan yang terjadi karena adanya proses operasi hitung.
Dasar darioperasi hitung salah satunya adalah perkalian.

Wikibooks (2013) mengatakan perkalian adalah proses aritmatika dasar dimana satu
bilangan dilipat gandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Dimana 5+5+5+5= 4x5
= 20.
Dari uraian diatas bisa kita simpulkan bahwa perkalian adalah suatu bilangan
penjumlahan berulang.

A. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika ada dalam jenjang pendidikan mulai SD sampai


SMA. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh siswa sebagai pebelajar dan guru sebagai pengajar atau pendidik
yang terlibat proses pembelajaran yang efektif (Novikasari, 2009: 2). Sehingga
pembelajaran matematika dapat berlangsung apabila ada siswa dan guru. Pembelajaran
matematika merupakan proses pembelajaran yang diciptakan oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir siswa serta meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir, membentuk, dan mengolah pengetahuan yang
sudah dimiliki atau pengetahuan baru (Susanto, 2016: 186).

Pembelajaran matematika dasar diajarkan di tingkat sekolah dasar yang dimulai


dari pembelajaran sederhana menuju kompleks dan konkret menuju abstrak.
Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD adalah matematika terdiri dari bagian-
bagian matematika yang penting dan dipilih untuk mengembangkan kemampuan
berpikir serta pribadi siswa (Amir, 2014: 77). Pembelajaran matematika di SD masih
bersifat abstrak sehingga dalam pembelajaran perlu dikonkretkan terlebih dahulu
supaya siswa memahami pelajaran yang dilakukan (Tegeh dkk, 2014). Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di SD memiliki tahap yakni
tahap sederhana menuju kompleks dan konkret menuju abstrak. Tahap tersebut
dilakukan karena siswa SD belum mampu untuk berpikir abstrak secara langsung.
Pembelajaran matematika di SD perlu diajarkan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir untuk membekali siswa dalam
menghadapi permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.

B. Perkalian

Perkalian merupakan topik bahasan yang penting karena perkalian sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Perkalian adalah penjumlahan berulang (Heruman, 2013: 22).
Perkalian dapat dikatakan sebagai salah satu operasi hitung bilangan. Operasi hitung
bilangan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Menurut
Haryono, dkk (2014: 4) perkalian adalah penjumlahan berulang dari bilangan yang sama
pada setiap sukunya. Definisi perkalian : jika a dan b bilangan, maka a x b = b + b + b + ...
atau ab adalah penjumlahan berulang yang mempunyai a suku dan tiap-tiap suku adalah b,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum mempelajari pembelajaran perkalian, siswa
harus terlebih dahulu menguasai penjumlahan. Perkalian dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari dan perkalian berguna alam memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Perkalian berguna dalam pemecahan masalah dalam kehidupan,
sehingga dalam pembelajaran perkalian bisa dimulai dari situasi dalam kehidupan sehari-
hari (Runtukahu, 2014: 114). Pembelajaran perkalian dibagi menjadi duayaitu perkalian
dasar atau perkalian dua bilangan satu angka dan perkalian lanjut atau perkalian yang
melibatkan lebih dari bilangan 2 angka (Haryono, dkk. 2014: 59).

Perkalian dasar atau perkalian dua bilangan satu angka, contoh Nadia menghitung
pensil yang terdapat dalam 11 kotak, masing-masing kotak berisi 7 pensil, maka kalimat
matematikanya adalah 11 x 7 = 77 pensil. Perkalian lanjut atau perkalian lebih dari bilangan
2 angka, contoh 10 x 16 = 160. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perkalian merupakan penjumlahan berulang sehingga syarat utama supaya bisa menguasai
perkalian adalah dengan menguasai penjumlahan terlebih dahulu. Pembelajaran perkalian
dapat dimulai dengan memperlajari dan mengaitkan pembelajaran dengan permasalahan
yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

C. Media (alat peraga)

Proses pembelajaran tidak akan lengkap dan berjalan secara efektif tanpa adanya
sebuah media. Media pembelajaran merupakan bagian atau salah satu unsur yang
sangat penting dan menentukan kelancaran proses pembelajaran (Kustiawan, 2017: 7).
Sehingga dapat dikatakan media berfungsi sebagai sarana pendukung berjalannya
proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan lebih mudah dicapai apabila terdapat
komponen pendukung yakni media.
Media merupakan sumber belajar yang mengandung materi intruksional yang
terdapat di lingkungan siswa dan dapat merangsang siswa untuk belajar (Sudayana,
2016: 5). Media berguna untuk menyampaikan materi pembelajaran agar lebih
dipahami oleh siswa dan membuat pembelajaran lebih menarik. Media harus dipilih
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan harus sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Apabila media sudah ditentukan, maka selanjutnya adalah
melihat apakah media tersebut ada di sekolah ataukah mengharuskan guru untuk
membuat atau membeli media yang akan digunakan. Media bukan hanya alat
pembelajaran yang dibuat saja, namun juga benda- benda lain yang dapat digunakan
untuk memperoleh pengetahuan (Sugita, 2014: 215).

Media tidak harus baru, media yang berasal dari alam maupun barang bekas
juga bisa digunakan. Media merupakan alat bantu pembelajaran yang bersifat konkret
berisikan bahan atau materi yang harus dipelajari oleh para siswa, baik pembelajaran
secara individual atau kelompok (Djamarah, 2013: 135). Pengunaan media dalam
pembelajaran bertujuan untuk membantu penyampaian materi kepada siswa dari
materi yang abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami oleh siswa.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat yang
digunakan dalam pembelajaran sebagai sarana penyampaian pesan materi kepada
siswa untuk menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan mampu mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan (Surya,2017). Media pembelajaran dapat menggunakan
bahan-bahan yang ada dilingkungan. Penggunaan mediadapat membuat pembelajaran
yang dilakukan menjadi lebih bermakna.

D. Fungsi Gelas dan Manik-manik dalam pembelajaran perkalian.


a) Gelas

Gelas sebagai wadah untuk pengoperasian perkalian. Gelas ini akan


menentukan berapa nilai yang akan dikalikan. Jika gelas ada 5 berarti 5 X A
(jumlah isi yang dimasukkan dalam gelas).

b) Manik – manik

Manik-manik berfungsi sebagai objek yang akan dihitung. Jika ada 5 gelas
dan setiap gelas berisi 4 manik maka 5X4 = 20 manik-manik.
METODE

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah siswa kelas III SD Anugrah
Surabaya yang berjumlah 20 siswa, terdiri dri 16 siswa laki-laki dan 4siswa perempuan.
Dengan menggunakan mata pelajaran matematika. Kelas tempat munculnya permasalahan
pada penelitian ini adalah tempat dimana peneliti mengajar yaitu di SD Anugrah Surabaya
yang berlokasi di JalanSimorejosaei A IX No 8-12 Surabaya. Waktu penelitian di siklus
yang pertama pada hari senin, 5 desember 2022 pukul 09.00-10.05 dan siklus kedua pada
hari senin , 12 desember 2022 pukul 09.00-10.05. Pelaksanaan perbaikan ini dengan
menggunakan penelitian tindakan kelas dengan prosedur sebagai berikut : perencanaan,
pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II

Tahap perencanaan melalui kegiatan diskusi dengan supervisor 1 dan 2 yang meliputi
sebagai berikut : 1) merancang pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan permainan,
2) merancang strategi pengumpulan data dan alat pengumpul data, dan 3) analisis data.

Tahap pelaksanaan, peneliti bertindak sebagai pengajar di kelas dengan


melaksanakan semua tindakan yang sudah dirancang agar pelaksanaan berjalan dengan baik
dan berhasil. Dan ada 2 siklus diantaranya siklus 1 dilakukan pada 14 Desember 2022 dan
siklus kedua dilakukan pada 16 desember 2023.

Tahap pengamatan berlangsung secara simultan dengan kegiatan pelaksanaan


tindakan. Pengamat adalah supervisor 2 dan penilai 2 dengan menggunakan instrumen
berupa lembar pengamatan pelaksanaan RPP sehinnga hanya tinggal membubuhkan tanda
(√) pada tempat yang disediakan.

Tahap refleksi berlangsung setelah tahap pelaksanaan dilaksanakan. Melalui refleksi,


guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dan yang belum dicapai.

Contoh penggunaan alat peraga

Jika 6 gelas ini diisi 2 manik-manik, maka kalimat operasi hitungnya adalah :
2+2+2+2+2+2= 6 X 2 = 12
Kegiatan inti disini dimulai dengan : Guru menjelaskan sifat pertukaran pada perkalian
dengan alat peraga gelas dan manik-manik. Gelas sebagai jumlah himpunan (wadah) , dan
manik-manik sebagai jumlah yang dikelompokkan (isi). Kedua, guru membagi kelompok tiap
kelompok 2 orang dan memberikan kesempatan kelompok untuk maju dan mempraktekkan
metode hitung dengan menggunakan alat peraga. Ketiga, setiap kelompok diberi alat peraga
dan soal serta jika selesai maka harus mempresentasikan hasil kelompoknya didepan kelas.
Terakhir, guru memberikan nilai sesuai kemampuan siswanya. Dalam penelitian ini guru
menggunakan 6 gelas dan 100 manik- manik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Anugrah
Surabaya dengan jumlah keseluruhan 20 siswa dengan 16 siswa laku-laki dan 4 siswi
perempuan. Nilai KKM yang diacu dalam mata pelajaran matematika adalah 70 dan nilai
klasikalnya 75. Berikut hasil pra sikluspada tes 1 dengan 10 soal.
No Nama siswa Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1 Adi Poday 60 V
2 A. Firmansyah 50 V
3 A. Fauzan 60 V
4 Aliyah C 95 V
5 Azzahra Naora 45 V
6 Danendra JM 50 V
7 Devana Putri 60 V
8 Edgar Rafi 35 V
9 Fajril Fatullah 50 V
10 Galih Bagaskoro 85 V
11 Habibus Sifa 95 V
12 Iqbal Maulana 45 V
13 Januar Reno 75 V
14 Kaila Wafa 50 V
15 Iqbal Nurjito 40 V
16 Adnando Yusron 80 V
17 M Faizal 85 V
18 Rifai Firmansyah 40 V
19 Oktavian Caesar 55 V
20 Zacky Firmansyah 60 V
Total 8 12

Dengan materi sifat pertukaran perkalian sebelum siklus 1 pencapaian dari hasil
diagram diatas yang menunjukkan bahwa nilai dibawah KKM ada 12 orang (60%) dan yang
mencapai hanya 8 orang (40%).
Adapun metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
yaitu dengan menggunakan metode alat peraga gelas dan manik-manik dimana siswa
memperagakan suatu perkalian dengan alat peraga tersebut. Dan hasil yang didapat pada
siklus 1 :
No Nama siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas
1 Adi Poday 70 V
2 B. Firmansyah 80 V
3 B. Fauzan 90 V
4 Aliyah C 65 V
5 Azzahra Naora 75 V
6 Danendra JM 70 V
7 Devana Putri 80 V
8 Edgar Rafi 85 V
9 Fajril Fatullah 80 V
10 Galih Bagaskoro 85 V
11 Habibus Sifa 65 V
12 Iqbal Maulana 85 V
13 Januar Reno 45 V
14 Kaila Wafa 100 V
15 Iqbal Nurjito 80 V
16 Adnando Yusron 60 V
17 M Faizal 55 V
18 Rifai Firmansyah 70 V
19 Oktavian Caesar 75 V
20 Zacky Firmansyah 60 V
Total 6 14

Dari tabel diatas yang didapat setelah dilakukan siklus pertama didapat hasil
peningkatan dengan siswa yang nilai mencapai ketuntasan ada 14 siswa dan siswa yang belum
mencapai ketuntasan ada 6 siswa dan jika dipresentasekan maka siswa yang sudah tuntas ada
70% dengan 14 siswa dan siswa yang belum tuntas ada 30% dengan 6 siswa. Jadi dari siklus
1 didapat hasil siswa mampu memahami tentang sifat pertukaran dalam perkalian. Soal yang
diberikan pada tahap ini adalah 12 soal secara acak dan siswa diminta untuk memperagakan
didepan kelas dengan menggunakan alat peraga. Untuk lebih memaksimalkan lagi, guru
melakukan tes lagi pada tahap siklus 2 dan mendapat hasil :
No Nama siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas
1 Adi Poday 70 V
2 C. Firmansyah 80 V
3 C. Fauzan 90 V
4 Aliyah C 65 V
5 Azzahra Naora 75 V
6 Danendra JM 70 V
7 Devana Putri 80 V
8 Edgar Rafi 85 V
9 Fajril Fatullah 80 V
10 Galih Bagaskoro 85 V
11 Habibus Sifa 65 V
12 Iqbal Maulana 85 V
13 Januar Reno 45 V
14 Kaila Wafa 100 V
15 Iqbal Nurjito 80 V
16 Adnando Yusron 80 V
17 M Faizal 95 V
18 Rifai Firmansyah 90 V
19 Oktavian Caesar 75 V
20 Zacky Firmansyah 90 V
Total 3 17

Dari tabel diatas yang didapat setelah dilakukan siklus pertama didapat hasil peningkatan
dengan siswa yang nilai mencapai ketuntasan ada 17 siswa dan siswa yang belum mencapai
ketuntasan ada 3 siswa dan jika dipresentasekan maka siswa yang sudah tuntas ada 85%
dengan 17 siswa dan siswa yang belum tuntas ada 15% dengan 3 siswa. Jadi dari siklus 2
didapat hasil siswa lebih mampu memahami tentang sifat pertukaran dalam perkalian
dibandingkan pada tahap siklus 2.
Pembahasan
Hasil dari metode pembelajaran siklus 1 terdapat peningkatan dari 8 siswa yang
tuntas menjadi 14 siswa. Kelebihan dari siklus 1 adalah siswa memahami sifat pertukaran
dalam perkalian dan meningkatkan kerjasama antar kelompok untuk saling membantu dalam
mengerjakan soal. Kelemahan siklus 1 adalah keterbatasan soal sehingga kurangnya siswa
dalam berlatih soal sehingga diperlukan siklus 2 dalam pemahaman lebih lanjut lagi pada
siswa. Hasil tes
pada tahap 2 mengalami peningkatan lagi hingga hanya sisa 3 siswa yang masih belum
tuntasdalam KKM.
Dari hasil pembelajaran ini bisa disebutkan bahwasannya media pembelajaran
sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa sesuai dengan pendapat
Muhsetyo (2017:2.3). “ Alat peraga adalah alat bantu pembelajaran yang sengaja diapkan atau
disediakan guru untuk media pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran matematika”.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga gelas
dan manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas III SD Anugrah Surabaya
dalam media pembelajaran matematika penentuan sifat pertukaran dalam perkalian.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
KencanaPrenadamedia Group
Amir, A. (2014). Kemampuan Penalaran dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Matematika.
Logaritma,Vol. II, No.01
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Haryono, A. D., dkk. 2014. Matematika Dasar untuk PGSD. Malang : Aditya Media
Publishing Kustiawan, Usep. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini.
Malang: Penerbit
Gunung Samudera.
Muhsetyo,Gatot dkk. 2017. “Pembelajaran Matematika SD”. Tangerang : Universitas
Terbuka Maryati, I. dan Priatna, N. 2017. Integrasi Nilai-Nilai Karakter Matematika melalui
Pembelajaran
Kontekstual. Jurnal Mosharafa, 6 (3), 333-344
Novikasari, Ifada. 2009. “Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui
Pembelajaran Matematika Open-Ended di Sekolah Dasar.” Jurnal Pemikiran
Alternatif Kependidikan 14(2): 346-364.
Sundayana, R. (2016). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugita. (2014). “Meningkatkan Kemampuan Perkalian Siswa Kelas 2 SDN 003 Rantau
Pulung Menggunakan Alat Peraga Kelereng dan Batu Kerikil” . Dinamika Ilmu,
214. 2015, h.9
Surya, Y. F. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN 016 Langgini
Kabupaten Kapar. Journal
Pendidikan Matematika, 1 (1). (Online), (http://jornal.stkiptam.ac.id), diakses tanggal
12 Oktober 2017.
Tegeh, I. M., dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wikibooks. 2013. Id.m.wikibooks.org/mekanika fluida. (Diakses 5 Mei 2023)
Wikibooks. 2018. “Materi Perkalian dan
Pembagian”.http://id.wikibooks.org/wiki/subjek:matematika/materi/perkalian_perkal
ian_dan_permb agian. akses tanggal 13 Mei 2023 pukul 6;18

Anda mungkin juga menyukai