Anda di halaman 1dari 9

KETERAMPILAN & NILAI KARAKTER ABAD KE-21:

AGILITY, FLEXIBILITY AND ADAPTABILITY


Oleh: Budi Hendrawan
NIM: 2310099
S3 Pendidikan Umum dan Karakter

A. Introduction
Abad ke-21 adalah jaman yang ditandai dengan adanya perubahan atau transformasi dalam
berbagai bidang. Perubahan tersebut seiring dengan kehidupan Masyarakat yang sangat
berkembang dengan cepat serta kebutuhan yang semakin kompleks. Lingkungan sosial
Masyarakat menuntut perubahan tersebut sebagai cara yang efektif dan efisien untuk membantu
dalam urusan kehidupannya, akan tetapi yang proses tranformasi yang paling identik dengan
perubahan di abad ke-21 ini terjadi dalam bidang pendidikan, kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran abad 21 mencakup penggabungan literasi,
pengetahuan, dan teknologi dalam ragka meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Abad
ke-21 dikenal sebagai era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang cepat,
memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pekerjaan dan pendidikan. Menciptakan
budaya-budaya baru dikalangan masyarat sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dengan demikian Masyarakat harus dapat mengikuti perubahan saat ini agar tidak
tertinggal dalam segala bidang, untuk mempersiapkan hal tersebut dibutuhkan keterampilan dan
nilai karakter di Abad-21. Tidak hanya itu, sebagai dampak dari terjadinya proses perubahan
tersebut maka akan terjadi juga perubahan dalam hal nilai karakter yang terjadi dimasyarakat,
sehingga diharapkan tidak hanya dituntut untuk terampil akan tetapi bagaimana mansyarakat
tetap menjunjung tinggi nilai dan tetap memiliki karakter yang baik.
Menurut beberapa ahli, ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki manusia di abad 21,
diantaranya:
1. Wagner (2008):
a. Critical thinking and problem solving
b. Collaboration across networks and leading by influence
c. Agility and adaptability
d. Initiative and entrepreneurialism
e. Effective oral and written communication
f. Accessing and analyzing information
g. Curiosity and imagination
2. Trilling & Fadel (2009):
a. Critical thinking and problem solving
b. Communication and collaboration
c. Creativity and innovation
d. Information literacy
e. Media literacy
f. ICT literacy
g. Flexibility and adaptability
h. Initiative and self-direction
i. Social and cross-cultural interaction
j. Productivity and accountability
k. Leadership and responsibility
3. Partnership for 21st Century:
a. Information and communication skills:
1) information and media literacy
2) visual literacy, and
3) communication skills;
b. Thinking, reasoning and innovation skills:
1) critical thinking,
2) systems thinking,
3) problem solving,
4) creating and innovating;
c. Personal and works place productivity skills:
1) Interpersonal and collaboration skills,
2) initiative and self-direction,
3) flexibility and adaptability,
4) ethical behavior,
5) social/personal and cross-cultural skills,
6) project planning and development, and
7) productivity and accountability.
4. National Council for the Social Studies (NCSS,2009):
a. Keterampilan berfikir kritis dan problem solving
b. Keterampilan belajar kontekstual
c. Komunikasi
d. Literasi informasi dan media
e. Keterampilan kreativitas dan inovasi
f. Keterampilan bekerja sama (kolaborasi)

Dari keterampilan yang diuraikan di atas, terdapat beberapa keterampilan yang memiliki
kesamaan dari beberapa pendapat yang disampaikan. Pada tulisan ini, akan difokuskan pada
keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21 yaitu Agility, Flexibility and Adaptability.

B. Pengertian Agility, Flexibility and Adaptability


1. Wagner
Secara harfiah, agility adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengubah
arah atau merubah posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan secara bersamaan dengan
Gerakan lainnya. Agility biasa dipakai untuk istilah dalam olahraga, seperti sepakbola.
Dalam sepakbola para pemain dituntuk untuk lincah, bisa berubah posisi tubuh, merubah
arah tubuh, dan dibarengi dengan keterampilan mengolah bola tanpa hilang keseimbangan
tubuhnya, karena pada dasarnya seseorang yang lincah biasanya memiliki kelentukan tubuh
yang baik, sehingga membuat pergerakannya lincah dan tidak kaku, selain itu penempatan
posisi juga diperlukan sebagai bagian dari kelincahan seorang pemain sepakbola
(fleksibility).
Sementara itu, menurut Wagner bahwa Agility merupakan salah satu keterampilan yang
wajib dilimiki di abad-ke21 ini, hal tersebut berdasarkan analisis dan pandangannya yang
dikaitkan dengan dunia kerja. Gambaran umum dunia kerja yang sedang muncul sekarang
sangatlah kompleks. Adanya peralihan dari otoritas hierarki yang memberikan kita informasi
tentang apa yang harus dilakukan menjadi lingkungan berbasis tim, hal tersebut terjadi
dengan cepat dan mendalam. Demikian pula, laju perubahan yang semakin intensif,
banyaknya data, dan meningkatnya kompleksitas masalah yang dihadapi individu dan tim
setiap hari dalam pekerjaan, merupakan tantangan baru yang dramatis bagi semua orang di
organisasi.
Semua perubahan ini menjelaskan pentingnya serangkaian keterampilan bertahan hidup
yang penting untuk pekerjaan saat ini: kelincahan (agility) dan kemampuan beradaptasi
(Adaptability). Keterampilan ini secara konsisten disebutkan dalam seluruh diskusinya
dengan para pemimpin dari berbagai jenis organisasi di dunia.
Clay Parker menjelaskan bahwa siapa pun yang bekerja di BOC Edwards saat ini “harus
berpikir, fleksibel, berubah, dan adaptif, serta menggunakan berbagai alat untuk
memecahkan masalah baru. Mengubah apa yang dilakukan sepanjang waktu, dalam sebuah
Perusahaan yang sudah berdiri cukup lama terus melakukan reorganisasi secara mendasar
setiap tahun karena adanya perubahan dalam bisnis. Begitupun dalam kehidupan sosial,
Masyarakat harus belajar beradaptasi, karena pekerjaan yang dikerjakan sekarang akan
berubah atau mungkin tidak ada di masa depan, jadi inilah mengapa kemampuan beradaptasi
dan belajar lebih penting dari pada keterampilan teknis.”
Karen Bruett menggemakan komentar Parker tentang tingkat perubahan ini. “Pekerjaan
masyarakat berubah dengan sangat cepat. Sudah lama bekerja di Dell dalam bidang
penjualan dan pemasaran, tetapi apa yang saya lakukan saat ini dibandingkan dengan apa
yang dlakukan lima atau enam tahun lalu sangatlah berbeda. Untuk bertahan hidup, kita
harus fleksibel dan mudah beradaptasi serta menjadi pembelajar seumur hidup. Bruett juga
khawatir dengan kenyataan bahwa tidak melihat adanya perubahan di sekolah: “Apa yang
terjadi di ruang kelas saat ini sama seperti lima puluh tahun yang lalu, dan itu tidak akan
berhasil.”
Disrupsi adalah kata yang digunakan Annmarie Neal untuk menjelaskan pentingnya
kelincahan dan kemampuan menghadapi lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat. Saat
ini yang menjadi sangat fokus yakni dalam hal keterampilan yang dibutuhkan para
pemimpin. Salah satunya adalah kemampuan mengelola setiap tantangan dan permasalahan,
seperti:
(1) Bagaimana para pemimpin menghadapi faktor-faktor dari luar yang akan
mempengaruhi mereda dalam berpikir (seperti peristiwa 9/11 dan apa yang terjadi di
belahan dunia lain)?
(2) Bagaimana seorang pemimpin menangani gangguan internal, inovasi dan perubahan
pada ranah manajemen?
(3) Bagaimana mereka memahami gangguan yang terjadi di ruang industri?”
Lebih lanjut, Mark Maddox menjelaskan betapa kelincahan dan kemampuan beradaptasi
juga penting dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam pekerjaan jalur
perakitan.
“Pegawai masa kini harus beradaptasi terhadap perubahan; mereka tidak bisa puas
dengan keadaan saat ini,” katanya. “Jika kita menangani 20.000 kasus hari ini, mengapa
kita tidak dapat menangani 21.000 kasus besok? Kita harus melawan rasa puas diri, jadi
kami mencari karyawan yang memiliki semangat untuk menerima ide-ide baru.”
Rob Gordon menjelaskan bahwa di West Point, “Kami telah menambahkan pengalaman
integratif di mana seluruh siswa harus menunjukkan bahwa mereka dapat menunjukkan
keterampilan kepemimpinan untuk memecahkan masalah di dunia yang terus berubah dan
tidak pasti.”
“Anda harus mampu menerima segala macam informasi baru, situasi baru, dan mampu
beroperasi dengan cara yangt idak biasa dan tidak dapat diprediksi,” jelas Ellen
Kumata. “Anda harus berkembang dalam lingkungan ini dan memberikan hasil.
Sistem pendidikan kami mengedepankan gagasan bahwa ada jawaban yang benar dan
akan mendapat imbalan jika mendapatkan jawaban yang benar. Namun agar merasa nyaman
dengan situasai dan lingkungan baru ini, kita harus memahami bahwa kita hidup di dunia
yang tidak memiliki satu jawaban yang benar, atau jika ada jawaban yang benar hanya
sesaat. Jika Anda takut, Anda tidak bisa berpikir jernih. Dengan kata lain, kita harus se
kreatif mungkin memiliki ide-ide kreatif, berinovasi yang tentu memiliki perbedaan dengan
yang lain.

2. Bernie Trilling & Charles Fadel (2009)


Trilling&Fadel, menyampaikan tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk kehidupan
abad-21 tentang adaptability dan flexibility dalam bidang pendidikan. Menurutnya saat ini,
kita berada dalam masa perubahan yang besar. Fleksibilitas (Flexibility) dan kemampuan
beradaptasi (Adaptibility) kini menjadi keterampilan penting untuk belajar, bekerja, dan
menjadi warga negara di abad ke-21. Pesatnya perubahan teknologi memaksa kita semua
untuk beradaptasi dengan cepat terhadap cara-cara baru dalam berkomunikasi, belajar,
bekerja, dan hidup. Kita lebih sering berganti pekerjaan atau karier, dan jenis pekerjaan baru
bermunculan berkat inovasi di banyak bidang.
Salah satu dari sedikit aspek yang tidak berubah dalam pengetahuan ekonomi abad ke-
21 adalah kebutuhan universal untuk mengorganisasikan pekerjaan proyek yang terdefinisi
dengan baik, yang dilaksanakan oleh tim dengan jadwal waktu yang ketat dengan sumber
daya yang terbatas hal ini menuntut seorang pekerja untuk memiliki sikap luwes dan mampu
beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan cepat, baik proyek yang ada di
sekolah, kantor, atau di sekitar rumah, kita semua tahu bahwa proyek ini dapat mengalami
perubahan yang tidak terduga sehingga memerlukan perubahan cepat pada rencana kita.
Menyesuaikan dan mengadaptasi strategi untuk mengakomodasi keadaan baru merupakan
“kemampuan fleksibel” penting yang harus dikembangkan setiap orang di masa yang
berubah dengan cepat. Kemampuan untuk beradaptasi seperti beralih ke cara baru dalam
memandang masalah yang ada dapat mengubah hal yang tidak terduga menjadi sebuah
keuntungan, sehingga menghasilkan solusi kreatif yang unik dan inovasi sejati yang dapat
membantu memenuhi ide-ide dan pendekatan baru di abad ke-21.
Keterampilan yang berkaitan dengan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dapat
dipelajari dengan mengerjakan proyek yang semakin kompleks yang menantang oleh siswa
secara tim, untuk mengubah arah ketika segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik,
beradaptasi dengan perkembangan baru dalam proyek, dan menggabungkan anggota tim
baik pada proyek saat ini maupun proyek baru. Siswa juga dapat mengembangkan
fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi tingkat tinggi sebagai bagian dari tim “dukungan
teknis” untuk proses pembelajaran di sekolah mereka, membantu guru mereka dengan cepat
memecahkan masalah yang muncul. Dengan demikian, dalam system pembelajaran di
Indonesia, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi menerapkan pembelajaran
berbasis project atau Project Based Learning (PjBL). Hal utama dari PjBL ini ada pada
tahap proses yang dilakukan oleh siswa pada saat menghadapi sebuah permasalahan, mampu
memecahkan masalah dengan ragam solusi yang berbeda, mulai dari proses sampai pada
tahap akhir, hal tersebut yang menjadi stimulus bagi siswa agar senantiasa mampu secara
rutin diasah kemampuan berpikirnya untuk bisa menyesuaikan dengan keadaan yang baru
serta perkembangan dalam segala bidang yang cepat berubah dan memiliki cara baru atau
strategi baru yang berkembang saat ini dalam menyelesaikan sebuah projek.
Secara spesifik contoh keterampilan Flexibility and Adaptability yang dibutuhkan
bahwa seorang pelajar harus mampu:
a. Adaptability: Beradaptasi dengan perubahan
• Beradaptasi dengan beragam peran, tanggung jawab pekerjaan, jadwal, dan konteks
• Bekerja secara efektif dalam iklim yang tidak menentu dan perubahan.
b. Flexibility: Bersikaplah fleksibel
• Memasukkan umpan balik secara efektif
• Menyikapi pujian, kemunduran, dan kritik secara positif
• Memahami, menegosiasikan dan menyeimbangkan beragam pandangan dan
keyakinanmencapai solusi yang bisa diterapkan, khususnya di lingkungan multi-
budaya

3. Partnership for 21st Century


Negara-negara maju bersaing dengan menghasilkan “produk dan layanan inovatif
tentang teknologi global dengan menggunakan metode paling canggih” (Porter, Ketels &
Delgado, 2007). Negara-negara berpendapatan tinggi memiliki kapasitas inovasi yang tinggi
dan memiliki strategi dengan cakupan global, seperti dalam dunia bisnis, memerlukan
tenaga kerja dengan keterampilan untuk “menerjemahkan model dan penawaran bisnis
Amerika ke pasar internasional,” menawarkan “perspektif dan solusi,” dan menerapkan
“keterampilan nyata seperti kemahiran bahasa” dan “keterampilan lainnya, termasuk
kepekaan yang lebih besar terhadap perbedaan budaya, keterbukaan terhadap ide-ide baru
dan berbeda, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.
Keterampilan beradaptasi diperlukan agar pelajar memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memang diperlukan oleh dunia kerja. Dunia kerja hadir karena kebutuhan
yang semakin kompleks, produk teknologi membawa manusia yang lebih komplek dan luas,
seperti contohnya pada kehidupan saat ini dengan ciri otomatisasi dan penggunaan internet
dalam segala bidang, Sekolah harus menyediakan fasilitas bagi siswa untuk belajar hal-hal
baru, sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan yang diperlukan
saat ini.

C. Pentingnya Agility, Fleksibility, dan Adaptibility


Berdasarkan pengertian dari beberapa pendapat di atas, keterampilan agilitu, fleksibility,
dan adaptability sangat diperlukan khususnya dalam menghadapi perubahan pada era digital
sekarang di abad 21. Mengapa penting? Karena setiap hari perubahan tersebut nyata terjadi
seperti contonya produk teknologi yang saat ini digunakan manusia mengalami perubahan dan
perkembangan begitu cepat, dalam proses pembelajaran di sekolah pada beberapa saat lalu
pembelajaran masih dalam tatap muka, namun seiring berjalannya waktu pendekatan dan strategi
pembelajaran mengalami perubahan yang begitu cepat dengan adanya pembelajara daring.
Meskipun di awal tahun 2020 dunia dilanda pandemi yang luar biasa, namun perubahan pola
pembelajaran adalah sebuah keniscayaan. Sekalipun pandemi itu tidak ada, namun kita tidak bisa
membendung setiap perubahan yang terjadi, dan hal ini dialami oleh bidang pendidikan.
Dengan pembelajaran daring menuntut tidak hanya peserta didik untuk menyesuaikan
dengan pola pembelajaran yang baru, lebih dari itu seorang pendidik/guru/dosen pun dituntut
untuk beradaptasi dengan harus memiliki keterampilan penggunaan dan pemahanan teknologi
yang baik. jika tidak, tentu hal ini akan menjadi sebuah permasalahan baru. Seseorang yang
dengan cepat beradaptasi memiliki kelincahan (agility) dan felksibel dalam menghadapi setiap
perubahan yang begitu cepat tentu akan dengan mudah dan cepat mengatasi setiap permasalahan
yang terjadi, tidak hanya itu intinya setiap harus harus berada pada fase aktif dan dipaksa untuk
terus belajar dengan sesuatu yang baru, yang akan mendukung bagi pekerjaan atau kariernya.
Berdasarkan hal tersebut, betapa agility, adaptability, dan fleksibility merupakan
kompetensi yang begitu penting di abad 21 ini, keterampilan tersebut tidak hanya menuntut
kepada peserta didik saja, akan tetapi bagi pendidik itu sendiri. Pernyataan tersebut didukung
oleh beberapa hasil penelitian salah satunya yang dilakukan oleh Rini (2023) yang menyatakan
bahwa learning agility merupakan karakter penting bagi guru yang berpengaruh pada performa
kerja, guru yang memiliki learning agility bersedia menghadapi tantangan, mampu
menyesuaikan diri, menghasilkan ide baru untuk mengatasi kesulitan, belajar dari pengalaman,
dan menerima masukan dan dalam bidang pekerjaan, agility merupakan sebuah nilai tambah
dibandingkan prestasi kerja dalam proses penilaian terhadap potensi seorang pegawai (Dries,
dkk., 2012), sehingga meskipun kinerja tinggi mungkin merupakan prasyarat untuk diidentifikasi
sebagai pegawai yang memiliki berpotensi besar, namun agility merupakan kriteria utama untuk
membedakan pegawai memiliki potensi besar dengan pegawai yang tidak. Hal ini
mengisyaratkan di beberapa lembaga Perusahaan, agility menjadi suatu kriteria penting dalam
mendukung sebuah institusi untuk terus maju dan berkemabang mengikuti setiap perubahan.
Proses belajar untuk pekerjaan di masa depan bukanlah berbicara tentang melakukan dengan
baik apa yang telah diajarkan kepada kita, akan tetapi tetapi melakukan dengan baik apa yang
belum diajarkan kepada kita (Papert dan Caperton 1999). Hal ini bukan tentang belajar terhadap
konten saja, melainkan kemauan dan kemampuan untuk belajar terhadap hal yang baru (Bourner,
Greener, & Rospigliosi 2011). Dengan memiliki agility yang baik, seorang guru akan dengan
antusias mempelajari hal yang tidak diketahui pada zaman pembelajaran mereka sebelumnya,
dengan pengajaran pada mata Pelajaran sebelumnya, dan ketika guru memiliki kemampuan
agility maka tidak memiliki kekhawatiran terhadap implikasinya dengan kemampuan guru yang
dimiliki sebelumnya.
Jika seorang guru dapat mengembangkan agility dan juga memiliki sikap terbuka terhadap
pengalaman serta kecenderungan kita untuk belajar dari pengalaman, guru dapat berperan dalam
gelombang perubahan bersama dengan para pembelajar atau peserta didik. Karena kita ketahui
bersama, kemampuan peserta didik di era digitalisasi sekarang kemampuannya sudah melebihi
dari orang dewasa yang berada pada era sebelumnya, peserta didik sekarang telah menuntut
mereka dengan segenap potensinya memiliki sikap adaptif terutama dalam perkembangan
teknologi, hal ini yang tentu menjadi tuntunan guru sekarang harus mampu adaptif.
Sementara itu, pentingnya keterampilan adaptasi dan fleksibel bagi siswa dengan mampu
mengadaptasi perubahan dan fleksibel dalam belajar dan berkegiatan dalam kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian Wijaya, dkk (2016) menyatakan bahwa sebanyak 92% kompetensi
adaptasi dan fleksibel sangat diperlukan dalam keterampilan hidup dan berkarir, karena adaptasi
menuntut keluwesan seseorang dalam mempertimbangkan bermacam-macam perspektif untuk
suatu situasi, dan bergantung pada ketangguhan emosi (Goleman, 1999:58). Sementara itu,
menurut Heerdjan (1987) dalam Sunaryo (2002) , penyesuaian diri merupakan sebuah usaha atau
perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan. Adaptasi adalah sebuah pertahanan
yang didapat manusia sejak lahir atau diperoleh karena belajar dari pengalaman untuk mengatasi
stress, lebih lanjut adaptasi merupakan perubahan yang dibentuk oleh individu-individu di dalam
sebauh identitas afektif dan kognitif mereka dan dalam perilaku interaktif yang berkaitan dengan
lingkungan budaya baru. Sehingga keterampilan beradaptasi sangat penting untuk menunjang
kehidupan saat ini dan masa yang akan datang, seiring dengan pesatnya perubahan teknologi
yang memaksa kita semua untuk beradaptasi dengan cepat terhadap cara-cara baru baik dalam
berkomunikasi, belajar, bekerja, dan juga cara hidup. Kita lebih sering berganti pekerjaan dan
karier, dan jenis pekerjaan baru bermunculan berkat inovasi di banyak bidang.
Istilah Fleksibilitas (Flexibility) merupakan kemampuan untuk beradaptasi dengan mudah
dalam situasi yang diluar perencanaan (efendi, 2023), hal ini sangat penting untuk keterampilan
di abad 21. Dengan menghadapi tantangan secara fleksibilitas menjadi kunci kesuksesan dalam
menghadapi perubahan yang cepat di lingkungan pribadi dan profesional. (Yusuf, 2023). Selain
itu, keterampilan fleksibility diperlukan karena Dinamika kehidupan di era revolusi industri 4.0
dan society 5.0 yang ditandai dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, telah membuka ruang baru bagi pengembangan berbagai ragam kegiatan dan
pemanfaatan media atau sumber daya pembelajaran digital, melalui perubahan layanan
konvensional menjadi aktivitas pembelajaran modern yang didasarkan pada prinsip nilai
fleksibilitas dan personal (Huang, et al, 2011; Lase, 2019; Potkonjak, et al, 2016). Selanjutnya
hasil penelitian Efendi (2023) menyatakan bahwa apabila setiap orang mahir menguasai
keterampilan abad 21 secara tidak langsung karakteristik masyarakat akan terbentuk mengikuti
era saat ini.
Selain itu, menurut Partnership for 21st Century (2008) sebagai contoh keterampilan
Adaptasi dan Fleksibility dibutuhkan pada abad ke-21 dalam konteks sebuah perusahaan bahwa
perusahaan terbaik di seluruh dunia akan mencari orang-orang yang paling kompeten, paling
kreatif, dan paling inovatif di muka bumi dan bersedia membayar mereka dengan harga mahal
untuk layanan mereka. Hal ini berlaku tidak hanya bagi para profesional dan manajer papan atas
saja, namun juga seluruh pegawai. Negara-negara yang menghasilkan produk dan layanan baru,
paling penting dapat memperoleh keuntungan di pasar dunia sehingga memungkinkan mereka
membayar upah yang tinggi kepada warganya. Adaptasi dan fleksibility secara langsung akan
memberikan jalan kepada seseorang untuk menuntut mereka mengembangkan ide yang inovatif,
menciptakan hal-hal baru yang menunjang bagi kehidupan seseorang baik bagi individu maupun
dalam konteks pekerjaan. Pelajar abad 21 harus fleksibel dan mampu beradaptasi dengan cepat
terhadap keadaan perubahan pasar kerja dan kebutuhan global (Toro, 2019). Karena jika peserta
didik sebagai generasi mudah sudah memiliki keterampilan fleksibel dan mampu beradaptasi
menurut Gioia dan Herman (2005), banyak orang-orang muda akan memiliki pekerjaan dalam
hidup mereka yang tidak ada saat ini. Para pengusaha mencari kandidat untuk dijadikan pegawati
dengan latar belakang yang luas dan interdisipliner.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan agility, adaptability, dan fleksibility merupakan
tiga keterampilan dari banyaknya keterampilan menurut para ahli yang wajib dimiliki oleh
seseorang dalam kehidupan abad-21 yang ditandati dengan era digital dan perubahan yang begitu
cepat. Situasi kehidupan menuntut manusia lebih banyak kebutuhan baru yang harus dipenuhi
hal tersebut tentu harus ditunjang dengan kemampuan manusianya dalam mengatasi setiap
kebutuhan tersebut. Kebutuhan yang semakin kompleks menuntut cara-cara baru juga untuk
memenuhinya, diperlukan keterampilan baru yang tidak sama dengan cara lama yang sering
digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup seperti dalam pekerjaan, proses pendidikan,
interaksi sosial, dan keadaan lainnya.
Selain itu, beragam permasalahan yang ada saat ini juga menuntut manusia untuk lebih
terampil dalam menyelesaikannya, dibutuhkan langkah dan cara-cara baru untuk mengatasi
problem kehidupan sekarang, seperti dengan pandemi covid yang melanda dunia pada tahun
2019 akhir sampai 2020 akhir memaksa seluruh proses kehidupan tidak bisa dijalankan
sebagaimana mestinya, menuntut manusia pada saat itu untuk lincah, adaptif, dan fleksibel
menghadapi perubahan kehidupan yang terjadi seperti bekerja dari rumah, bersekolah dari
rumah, dan menghabiskan waktu dan pekerjaan dari rumah, hal ini tentu harus dipenuhi dengan
keterampilan baru yang dimiliki setiap orang dengan literasi teknologi, penguasaan penggunaan
teknologi yang sebelumnya masih awam bagi Sebagian besar orang, dan hal tersebut adalah
sebuah keniscayaan. Sekarang dengan perkembangan digital seperti Virtual Reality, Augmented
Reality, dan kecanggihan Artificial Intelegency, semakin memperbanyak manfaat bagi manusia
dalam memenuhi setiap kebutuhan dan mengatasi permasalahan, namun permasalahan baru juga
muncul akibat perkembangan digital tersebut seperti kejahatan cyber, informasi palsu, penipuan,
dan lainnya, sehingga menuntut cara-cara baru juga dalam mengatasi permasalah tersebut.

Daftar Pustaka

About the Partnership for 21st Century Skills. 2008. 21st Century Skills, Education &
Competitiveness A Resource and Policy Guide. 177 N. Church Avenue, Suite 305 Tucson,
AZ 85701 520-623-2466 www.21stcenturyskills.or

Bernie Trilling and Charles Fadel. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times.
Published by Jossey-Bass A Wiley Imprint 989 Market Street, San Francisco, CA 94103-
1741—www.josseybass.com.

Bourner, T., Greener, S., & Rospigliosi, A. (2011). Kemampuan kerja lulusan dan
kecenderungan untuk belajar dalam pekerjaan: vokasionalisme baru. Tinjauan Pendidikan
Tinggi, 43, 5–30.

De Meuse, K. P., Dai, G., & Hallenbeck, G. S. (2010). Learning agility: A construct whose time
has come. Consulting Psychology Journal: Practice and Research, 62(2), 119-130 DOI:
10.1037/a0019988. Diunduh dari
https://www.kornferry.com/content/dam/kornferry/docs/articlemigration/Global%20Talent
%20Management-20Using%20Learning%20Agility%20to%20Identify%20High%20Poten
tials%20Around%20the%20World.pdf

Efendi, dkk. Keterampilan Abad 21 Kaitannya dengan Karakteristik Masyarakat di Era Abad 21.
Caruban: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 6(1), 78-88, 2023 DOI:
http://dx.doi.org/10.33603/.v6i1.8009 , p-ISSN 2615-1391, e-ISSN 2620-3219.

Gioia, J., & Herman, R. (2005). Career Planning for the 21st Century. The Futurist, 39(6), 51-55.

Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Huang, Y. M., Chiu, P. S., Liu, T. C., & Chen, T. S. (2011). The design and implementation of a
meaningful learning-based evaluation method for ubiquitous learning. Computers and
Education, Vol. 57(4), 2291–2302.

Lase, D (2019). Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0 Education in the Fourth Industrial
Revolustion Age. JURNAL SUNDERMANN. JCTES Vol 1(1): 28-43

Lase, D. (2019). Education in the Fourth Industrial Revolution Age. Jurnal Sundermann:
Sciences for Society. Vol 3 (2):124-142.

Papert, S., & Caperton, G. (1999). Visi pendidikan: Platform Caperton-Papert. Esai untuk
Pertemuan Tahunan Asosiasi Gubernur Nasional ke-91, St. Louis, Missouri, Agustus 1999
[Online]. Diperoleh dari http://www.papert.org/articles/Vision_for_ education.html

Parker, C. (Year). Title of the Work. Journal/Book Name, Volume (Issue), Page Range.
Retrieved from URL [1]

Potkonjak, V., Gardner, M., Callaghan, V., Mattila, P., Guetl, C., Petrović, V. M., & Jovanović,
K. (2016). Virtual laboratories for education in science, technology, and engineering: A
review. Computers and Education, Vol. 95, 309–327.

Rini, Hapsari Puspita. Urgensi Learning Agility Guru sebagai Ujung Tombak Pendidikan.
Journal of Education for All (EduFA), 1(2), 2023 | 163-169.

Sunaryo. 2002. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Kedokteran RGC.

Toro, William Xavier. 21st CENTURY LEARNING SKILLS IN EDUCATION AND


EMPLOYABILITY (2019). Theses and Dissertations. 74.
https://scholar.stjohns.edu/theses_dissertations/74

UNESCO-IBE, 2007; UNICEF, 2012; UNESCO & UNICEF, 2013.

Wagner, Tony. 2008. The Global Achievement Gap: Why Even Our Best Schools Don’t Teach
the New Survival Skills Our Children Need— and What We Can Do About It. Published by
Basic Books, A Member of the Perseus Books Group 387 Park Avenue South New York,
NY 10016.

Anda mungkin juga menyukai