Anda di halaman 1dari 2

Hajar Aswad, Batu Hitam Ka’bah Yang Mulia

Dzulhijjah adalah musim haji. Ratusan ribu umat muslim dari penjuru dunia berdatangan,
memenuhi bumi tempat berdiri gagahnya ka’bah. Meski sekarang, selain karena besar biaya,
untuk bisa sampai ke tanah suci, jama’ah haji Indonesia harus menunggu 11 sampai 47 tahun
masa penantian menurut CNBC. Sungguh sebuah perjuangan yang besar untuk bisa sampai ke
sana.
Dengan melihat lonjakan antrian para jama’ah haji yang tak pernah surut di setiap tahunnya,
sebenarnya alasan apa sih yang menjadikan umat muslim Indonesia untuk tetap ngebet berangkat
ke tanah suci? Tentu tak hanya sekedar untuk panggilan gelar haji atau hajah, bisa
berkesempatan memenuhi panggilan rukun islam yang kelima adalah sebuah anugerah yang luar
biasa. Selain karena besarnya ganjaran bertubi-tubi yang akan didapat dari setiap hal dalam haji,
sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Tanbihul Ghafilin,
‫من حج البيت ولم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته امه‬
“Barang siapa yang berhaji ke Baitullah, dan tidak mengeluarkan kata-kata keji, tidak fasik
(mencaci-maki atau berbuat melanggar), maka dosa-dosanya dilenyapkan seperti bayi yang lahir
dari (perut) ibunya.”
Selain itu, hal yang menjadi penuh tarik lainnya, merasa beruntungnya jika bisa sampai sholat di
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Karena di sana juga ada besar ganjaran dari Allah, pun
berkah rosulnya. Sebagaimana yang diuraikan dalam kitab Mauizhotul Mu’minin min Ihya
Ulumuddin,
‫صالة في مسجدي هذا خير من الف صالة فيما سواه اال المسجد الحرام‬
“Sholat di masjidku ini (Masjid Nabawi) itu lebih baik dari seribu sholat di tempat lain, kecuali
di Masjidil Haram.”
Banyak kebaikan yang bisa diraih dari setiap sudut tempat, juga rukun dan sunah-sunah dalam
melaksanakan haji. Di luar dari itu, sudah menjadi rahasia umum, setiap umat muslim tentu rela
berebut berdesak untuk sampai pada batu hitam yang berada di sudut tenggara ka’bah,
menciumnya, merasakan harum semerbak tanda nubuwah Al-Musthofa.
“Lalu, apa keutamaan dari hajar aswad hingga menyebabkan bertumpuk orang, meski hanya
sekedar menyentuhnya?”
Batu yang awalnya memiliki diameter 30 cm ini adalah salah satu batu surga berwarna putih.
Disampaikan melalui malaikat Jibril untuk pondasi awal ka’bah yang kurang akan satu potong
batu yang sedang dibangun oleh Nabi Ibrahim As dan anaknya, Nabi Ismail As. Bisa hitamnya
batu surga itu, konon karena dosa-dosanya manusia.
Dengan berjalannya waktu, ka’bah beberapa kali mengalami renovasi yang mengakibatkan hajar
aswad pun terkena dampaknya. Hingga terjadinya persitiwa akan bijaksananya nabi dalam
menyelesaikan perselisahan diantara suku Quraisy dan peletakan hajar aswad dengan lembar
sorban yang ujungnya saling dipegang oleh setiap pemuka suku.
Banyak keterangan yang menjelaskan keutamaan tentang hajar aswad, berikut beberapa di
antaranya;
1. Meniru Nabi.

Sahabat Umar bin Khattab berkata,

‫ َو َلْو َال َأِّني َر َأْيُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُيَقِّبُلَك َم ا َقَّبْلُتَك‬،‫ َال َتُضُّر َو َال َتْنَفُع‬،‫ِإِّني َأْعَلُم َأَّنَك َح َج ٌر‬

“Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun.
Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah shallahu alaihi wa sallam
menciummu, aku pun enggan menciummu.” (HR Bukhari)

2. Manivestasi tangan Allah.

‫ َفِإَّنَم ا ُيَفاِو ُض َيَد الَّرْح َمِن‬،‫َم ْن َفاَو َض ُه‬

“Barangsiapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman


dengan Allah yang maha pengasih.” (HR Ibnu Mâjah: 2957)

Lalu, jika berkesempatan melihat, menyentuh, mencium untuk pada hajar aswad, maka
Syekh Abu Bakar bin Muhammad Syato’ ad-Dimyâth dalam Hasyiyah I’anah Ath-
Tholibin dijelaskan,

‫ َو اِّتَباعًا ِلُس َّنِة َنِبِّيَك ُمَحَّمٍد َص َّلى هللا عليه وسلم‬، ‫ َو َو َفاًء ِبَع ْهِد َك‬، ‫ َو َتْص ِد يًقا ِبِكَتاِبَك‬، ‫ َو ُهللا َأْك َبر الَّلُهَّم ِإيَم انًا ِبَك‬، ‫ِبْس ِم ِهللا‬

Dengan menyebut nama Allah, Allah maha besar. Ya Allah, seraya iman kepada-Mu,
membenarkan kitab-Mu, menepati janji kepada-Mu, serta mengikuti sunah Nabi-Mu,
Muhammad shalLallahu ‘alaihi wa sallam

‫ َياَر َّبَنا َياَر َّبَنا‬# ‫َياَر َّبَنا َياَر َّبَنا‬


‫ ِلْلَح ِّج ِباْلَبْيِت اْلَحَر اْم‬# ‫َياَر َّبَنا ُك ْن َعْو َنَنا‬
‫ َس ِّهْل َلَنا ُحْس َن الَّطِرْيْق‬# ‫َياَر ِّب ِباْلَبْيِت اْلَعِتْيْق‬
‫ َح َّتى َنُحُّج ِبالَّسالْم‬# ‫َو اْج َع ْل َلَنا َخْيَر الَّر ِفْيْق‬

Anda mungkin juga menyukai