UTC-2 (Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan Untuk Profesional Adiksi)
UTC-2 (Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan Untuk Profesional Adiksi)
Panduan Peserta
Ucapan terima kasih khusus diucapkan kepada Thomas Browne, Deputy Director dari Office
of Anti Crime Programs, dan Gregory R. Stanton sebagai Program Officer, untuk bimbingan
dan kepemimpinannya melalui pengembangan proyek. Suzanne Hughes sebagai Project
Director dari M.A., CASAC, Alvarez & Associates, dan Sara Lee sebagai Senior Demand
Reduction Coordinator dari M.S.W., LICSW, Alvarez & Associates. Dari JBS, Candace L. Baker,
sebagai Project Director and Lead Curriculum Developer dari M.S.W., CSAC, MAC, dan Larry
W. Mens, M.Div., sebagai Curriculum Developer. Anggota staf JBS lainnya, termasuk Wendy
Caron, sebagai Senior Editor; Frances Nebesky, M.A. sebagai Associate Editor; dan Claire
Macdonald sebagai Senior Graphic Designer.
Anggota staf dari NAADAC, The Association for Addiction Professionals, yang berkontribusi
secara signifikan pada pengembangan publikasi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Cynthia Moreno Tuohy, Executive Director dari NCAC II, CCDC III, SAP; Shirley Beckett
Mikell, Director of Certification and Education and Certification Commission Staff Liaison
dari NCAC II, CAC II, SAP; Donovan Kuehn, Director of Operations and Outreach; dan Misti
Storie, M.A., Education & Training Consultant. Para kontributor lain, termasuk Suzanne Hall-
Westcott, M.S., Director of Program Development dari Daytop International; Diane Williams
Hymons, M.S.W., LCSW-C, LICSW, Principal dari Counseling-Consulting-Training-Services;
Phyllis Mayo, Ph.D., Psychologist; dan Donna Ruscavage, M.S.W., Ruscavage Consulting.
Beberapa materi di dalam kurikulim ini sebelumnya telah dikembangkan oleh JBS for Family
Health International (Hanoi, Vietnam) dengan kontrak yang didukung oleh the U.S. Agency for
International Development.
Panduan ini diterjemahkan dan disesuaikan oleh Tim Kerja Dewan Sertifikasi Konselor Adiksi
Indonesia (DSKAI) untuk digunakan sebagai bahan pelatihan konselor adiksi professional oleh
tenaga instruktur Indonesia.
Ucapan terima kasih khusus seluas-luasnya kepada para konsultan internasional dan
anggota pilot-test group (lihat Appendix C), yang menyediakan banyak masukan berharga.
Partisipasi antusiasme dan kreativitisme mereka telah memberikan kontribusi yang besar bagi
penyelesaian publikasi ini.
Sangkalan
IIntervensi terapi gangguan penggunaan dijelaskan di sini tidak mencerminkan posisi resmi
dari INL atau the U.S Department of State. Panduan dalam dokumen ini tidak boleh dianggap
pengganti untuk perawatan klien individual.
Publikasi 2011
II
ii
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Bagian III—Lampiran
Lampiran A—Daftar Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 392
Lampiran B—Sumber Rujukan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 395
Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 400
III
iii
Tujuan utama dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah kesehatan,
sosial dan ekonomi secara signifikan yang terkait Gangguan Penyalahgunaan Zat
(GPZ), dengan membangun kapasitas terapi bertaraf internasional melalui pelatihan,
menumbuhkan sikap profesional, dan memperbanyak s tenaga kerja terapi global.
Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
professional dalam tahap dasar dengan menyediakan informasi terkini tentang GPZ
dan terapi , dan memfasilitasi aktivitas secara langsung untuk mengembangkan
keahlian, kepercayaan diri dan kompetensi.
Selamat karena telah meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak lagi mengenai
pekerjaan anda!
Pelatihan
Kedelapan modul di rangkaian pelatihan ini kemungkinan dapat diselesaikan dalam
waktu hari efektif atau mungkin ditawarkan melebihi kursus selama beberapa minggu
atau bulan. Instruktur anda telah menyediakan anda jadwal spesifik.
Pendekatan yang digunakan di dalam pelatihan ini mencakup:
Presentasi yang dipimpin oleh instruktur dan diskusi;
Seringnya penggunaan metode belajar kreatif dan aktivitas langsung, seperti
dalam kelompok kecil, latihan dengan sesama rekan dan presentasi;
Latihan menulis reflektif;
Review berkala untuk meningkatkan retensi pembelajaran; dan
Latihan pembelajaran asesmen.
Partisipasi aktif dari anda menjadi bagian penting untuk membuat pelatihan ini
menjadi pengalaman belajar yang positif dan produktif!
Partisipasi aktif Anda sangat penting untuk membuat pelatihan ini menjadi pengalaman
belajar yang positif dan produktif!
1
Panduan Peserta: Orientasi Peserta
Objektif Pembelajaran
Peserta yang telah menyelesaikan penuh Kurikulum 2 mampu untuk:
Menyebutkan dan menjelaskan dua tujuan keseluruhan dari rawatan;
Menyebutkan enam tahapan dari perubahan dan menjelaskan setidaknya satu
karakteristik dari klien di dalam tiap tahapan;
Menyebutkan setidaknya delapan prinsip efektif rawatan dari NIDA (National
Institute on Drug Abuse).
Menjelaskan komponen-komponen terapi;
Mendefinisikan dan memberikan contoh dari rawatan berkelanjutan;
Menjelaskan dengan singkat sembilan teori-teori konseling;
Menjelaskan dengan singkat lima intervensi rawatan berbasis bukti; dan
Menyebutkan setidaknya lima faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan
seseorang dalam menjalani rawatan.
Materi Pelatihan
Materi pelatihan termasuk:
Manual Peserta ini
Lembar PowerPoint yang dicetak (di print) menjadi tiga bagian di dalam satu
halaman dengan ruang bagi anda untuk menulis catatan;
2
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Apa standar professional yang harus membimbing konselor bekerja dengan orang
yang memiliki GPZ?
Apa cakupan yang layak dari lingkup praktek konseling GPZ?
Kompetensi mana yang berhubungan dengan hasil perawatan postif?
Apa pengetahuan, keahlian, dan perilaku yang harus dimiliki oleh professional
dalam perawatan GPZ secara umum?
TAP 21 dapat diberikan sebagai referensi yang berguna untuk anda. Simpan dalam
ingatan anda, bagaimanapun juga, membutuhkan waktu untuk dan pengalaman
untuk membangun kompetensi konseling. TAP 21 merepresentasikan sebuah tatanan
ideal dari tujuan, bukan menjadi sebuah titik awal. Jangan berkecil hati! Anda akan
mencapai kesana.
3
Panduan Peserta: Orientasi Peserta
4
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sasaran Pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan modul 1 mampu untuk:
Menjelaskan tentang tujuan dari keseluruhan pelatihan dan setidaknya empat
sasaran dari 5 hari pelatihan;
Menyatakan setidaknya satu tujuan personal; dan
Menjelaskan dengan singkat tujuan keseluruhan dari terapi GPZ.
7
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.2
8
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.3
9
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.4
Masalah Global
Sumber: UNODC. (2011). World Drug Report 2010. New York: United Nations.
1.5
10
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.6
11
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.7
1.8
12
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.9
Sumber UNODC (2011) Word Drug Report 2011 New York. United Nations
13
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Sumber: UNODC. (2011). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.10
Masalah Global
Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.11
14
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sumber: UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
1.12
15
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.14
16
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.15
17
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
Serial Kurikulum
1.17
18
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.18
19
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.19
Serial Kurikulum
1.20
20
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.21
21
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.22
Serial Kurikulum
1.23
22
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.24
23
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.26
24
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1.27
25
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
1.28
26
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
27
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
• Sekitar 18% dari mereka yang menyuntik tersebut terinfeksi HIV positif.
1 UNODC. (2010). World drug report 2010. New York: United Nations.
2 American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (4th ed., text
revision). Washington, DC: Author.
3 WHO. (2007). International statistical classification of diseases and related health problems, 10th revision. Geneva: Author.
4 UNODC. (2011). World drug report 2011. New York: United Nations.
28
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Serial Pelatihan
Kurikulum ini menjadi bagian dari rangkaian pelatihan yang dilakukan melalui
pendanaan dari The U.S Department of State kepada The Colombo Plan for the Asia
Center for Certification and Education of Addiction Professionals.
Tujuan keseluruhan dari rangkaian pelatihan adalah untuk mengurangi masalah
kesehatan, sosial dan ekonomi yang terkait GPZ dengan membangun kapasitas terapi
internasional melalui pelatihan, membangun keprofesionalan-, dan memperbanyak
tenaga kerja terapi global.
Pelatihan ini mempersiapkan para konselor-konselor untuk mendapatkan sertifikat
professional dalam tahap awal (entry level) dengan menyediakan informasi yang
penting diketahui dan pelatihan keterampilan khusus.
Kurikulum dari serial ini meliputi:
Kurikulum 1: “Fisiologi dan Farmakologi Adiksi untuk Profesional Adiksi” , merupakan
pelatihan yang memberikan ikhtisar komprehensif mengenai adiksi, pemahaman
mengenai fisiologi adiksi sebagai sebuah penyakit otak, dan farmakologi zat psikoaktif.
Kurikulum 2: “Terapi untuk Gangguan Penggunaan Zat—Rawatan Berkelanjutan dari
Profesional Adiksi”; merupakan pelatihan dasar selama 5 hari yang memberikan dasar
atau landasan untuk mempelajari konseling GPZ. Kurikulum ini tidak mengajarkan latihan
keterampilan, namun lebih pada konteks kurikulum berbasis keterampilan pada kurikulum
lain di dalam serial pelatihan ini. Kurikulum 2 menjelaskan tentang ikhtisar pemulihan,
manajemen pemulihan, tahap perubahan, prinsip-prinsip efektif dari terapi, komponen-
komponen dari terapi, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil terapi dan praktek-praktek
berbasis bukti, termasuk didalamnya konseling keluarga dan pasangan.
29
Panduan Peserta: Modul 1 - Introduksi Pelatihan
30
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Objektif pembelajaran
Peserta yang menyelesaikan Modul 2 mampu untuk:
Mendefinisikan pemulihan;
Mendefinisikan abstinensia dalam konteks pemulihan;
Menyebutkan dan menjelaskan secara singkat setidaknya enam prinsip-prinsip
panduan pemulihan;
Mendefinisikan manajemen pemulihan; dan
Mendefinisikan rawatan berorientasi sistem pemulihan.
33
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
2.2
34
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sumber: U.S.Center for Substance Abuse Treatment (2007). National Summit on Recovery :Conference Report. HHS Publication No.(SMA) 07-4276. 2.3
Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Serviices Administration.Retrieved July 12, 2011, from http://www.pfr.samhsa.gov/docs/Summit.Rpf.1.pdf
35
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
2.4
2.5
36
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
2.6
37
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
2.7
Kesejahteraan
2.8
Sumber gambar: http://definitionofwellness.com/
38
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Fisik
Emosi
Sosial
Intelektual
Spiritual
Lingkungan
Okupasional
2.9
39
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
Sumber : U.S. Substances Abuse and Mental Health Services Administration Blog.(2011, May 20). Retrieved July 12,2011, 2.10
from http://blog.samhsa.gov/2011/05/20/recovery-defined-a-unified-working-definition-and-set-of-principles/
Tugas :
Kelompok 1 : Prinsip 1,2, dan 3
Kelompok 2 : Prinsip 4,5, dan 6
Kelompok 3 : Prinsip 7,8, dan 9
Kelompok 4 : Prinsip 10,11, dan 12
Siapkan presentasi setiap prinsip yang
ditugaskan
Gunakan kreativitas Anda! Gunakan gambar,
cerita, contoh nyata, dll agar lebih menarik
2.11
40
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
2.12
41
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
Tugas :
Kelompok 1 : Prinsip 1,2, dan 3
Kelompok 2 : Prinsip 4,5, dan 6
Kelompok 3 : Prinsip 7,8, dan 9
Kelompok 4 : Prinsip 10,11, dan 12
Siapkan presentasi setiap prinsip yang
ditugaskan
Gunakan kreativitas Anda! Gunakan gambar,
cerita, contoh nyata, dll agar lebih menarik
2.13
Manajemen Pemulihan
2.14
42
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Pemberdayaan klien
Asesmen
Pengembangan sumber daya pemulihan
Pelatihan dan edukasi pemulihan
Monitoring dan dukungan secara berkelanjutan
Advokasi pemulihan
Terapi berbasis-bukti dan layanan dukungan
2.15
43
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
2.16
Asesmen
2.17
44
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
45
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
2.19
2.20
46
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
2.21
47
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
2.22
48
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Ada banyak jalan menuju pemulihan. Setiap individu adalah unik dengan berbagai
macam kebutuhan spesifik, kekuatan, tujuan, kesehatan sikap, perilaku, dan harapan
untuk pemulihan. Jalan menuju pemulihan sangat lah pribadi dan umumnya
melibatkan pencarian kembali akan identitas dalam menghadapi krisis atau proses dari
perkembangan perubahan. Lebih dari itu, jalan atau cara yang dilalui sering bersifat
sosial, didasarkan pada keyakinan budaya atau tradisi. Jalan menuju pemulihan
melibatkan sumber daya-sumber daya masyarakat informal, yang menyediakan
dukungan untuk abstinensia. Jalan yang dilalui dapat mencakup satu atau lebih
episode terapi psikososial dan / atau farmakologis. Untuk beberapa kasus, pemulihan
tidak melibatkan terapi atau keterlibatan dengan kelompok-kelompok bantu diri.
Pemulihan adalah proses perubahan yang memungkinkan individu untuk membuat
pilihan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Pemulihan mengenai pengarahan-diri dan pemberdayaan. Jalan menuju pemulihan
dapat melibatkan satu atau lebih periode ketika diarahkan atau dipandu menuju ke
sebuah tingkatan substansial oleh pihak lain. Namun, pemulihan secara fundamental
adalah proses mengarahkan diri. Orang dalam pemulihan merupakan agen pemulihan
dan memiliki kewenangan untuk melaksanakan pilihan dan membuat keputusan
berdasarkan tujuan pemulihannya. Proses pemulihan mengarahkan seseorang
terhadap tingkat otonomi tertinggi yang mereka mampu. Otonomi berarti kapasitas
seorang individu untuk menjadi mandiri dan untuk membuat informasi, keputusan
yang tidak dipaksa. Melalui pemberdayaan diri, individu menjadi optimis tentang
tujuan hidup.
Pemulihan melibatkan pengakuan pribadi tentang perlunya perubahan dan
transformasi. Individu harus menerima bahwa masalah itu ada (terjadi) dan bersedia
mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya; hal ini biasanya melibatkan langkah-
langkah dalam mencari bantuan untuk menanggulangi gangguan penggunaan zat.
Proses perubahan dapat melibatkan aspek fisik, emosional, intelektual, dan spiritual
dari kehidupan seseorang.
Pemulihan adalah holistik. Pemulihan adalah proses dimana seseorang secara
bertahap dapat mencapai keseimbangan yang lebih besar dari pikiran, tubuh, dan
semangat (jiwa) dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain dari kehidupan seseorang,
termasuk keluarga, pekerjaan, dan masyarakat.
Pemulihan memiliki dimensi-dimensi budaya. Proses pemulihan Setiap orang
adalah unik dan dipengaruhi oleh keyakinan budaya dan tradisi. Pengalaman budaya
seseorang sering membentuk jalan pemulihan yang tepat baginya.
Pemulihan merupakan sebuah proses berkelanjutan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan. Pemulihan bukan sebuah proses yang linear. Hal ini
didasarkan pada pertumbuhan yang berkelanjutan dan peningkatan fungsi. Ini mungkin
melibatkan kekambuhan (relapse) dan kemunduran lainnya, yang merupakan bagian
alami dari kontinum (proses berkelanjutan) yang tidak terelakkan. Kesejahteraan
adalah hasil dari meningkatnya perawatan dan keseimbangan pikiran, tubuh, dan jiwa.
Ini adalah hasil dari proses pemulihan.
1 U.S. Center for Substance Abuse Treatment. (2007). National Summit on Recovery: Conference report. HHS Publication No. (SMA) 07-4276.
Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration. Retrieved July 12, 2011, from http://www.pfr.samhsa.gov/docs/
Summit_Rpt_1.pdf
49
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
50
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 International Network of Drug Dependence Treatment and Rehabilitation Resource Centres. (2008). Drug
dependence treatment: Sustained recovery management. Vienna: UNODC.
51
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
1 Istilah “algoritma” diambil dari bidang matematikan. Pada dasarnya mengandung arti sebuah prosedur langkah demi langkah untuk
menyelesaikan masalah dalam jumlah langkah yang terbatas.
52
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 Center for Substance Abuse Treatment. (2007). National Summit on Recovery: Conference report. HHS Publication No. (SMA) 07-4276.
Rockville, MD: Health and Human Services Administration. Retrieved May 9, 2011, from http://www.pfr.samhsa.gov/docs/Summit_Rpt_1.pdf
53
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
Manajemen Pemulihan
Manajemen pemulihan adalah konteks di mana kita akan memeriksa kontinum
rawatan atau rawatan berkelanjutan (continuum of cara). Model rawatan ini
mengubah tujuan dari episode terapi terpisah atau tersendiri, atau rawatan akut,
menuju pemulihan jangka panjang yang sesuai dengan pandangan klien.
William White, seorang penggagas pemikiran dalam bidang terapi GPZ, dan
para rekan-rekannya, mengidentifikasi tujuh elemen program komprehensif dari
manajemen pemulihan:2
• Pemberdayaan klien;
1 SAMHSA Blog. (2011, May 20). Retrieved July 5, 2011, from http://blog.samhsa.gov/category/ community-andrecovery-support/
2 White, W.L., Boyle, M.G., Loveland, D.L., & Corrington, P.W. (2005). What is behavioral health recovery management? A brief primer.Retrieved
June 23, 2011, from http://www.bhrm.org/papers/BHRM%20primer.pdf
54
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
55
Panduan Peserta: Modul 2 - Introduksi Motivasi Dan Tahapan Perubahan
1 International Network of Drug Dependence Treatment and Rehabilitation Resource Centres. (2008). Drug dependence treatment: Sustained
recovery management. Vienna: UNODC.
56
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang menyelesaikan modul 3 akan mampu untuk:
59
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
60
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Karakteristik Individu
Sifat alami dan keparahan dari masalah
Proses terapi dan layanan yang tersedia
Kondisi sosial dan lingkungan
Interaksi diantara faktor
3.3
61
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
3.4
Kapital Pemulihan
Sumber: Cloud, W. & Granfield, R. (2001) Natural recovery from substance dependency: Lessons 3.5
for treatment providers. Journal of Social Work Practice in the Addictions, 1(1). 83-104.
62
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
3.6
63
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
Dukungan
Keluarga &
Sosial
Perumahan
Kesehatan yang Aman /
Mental &
Fisik Lingkungan
yang Sehat
Menemukan Dukungan
Kembali Kapital Berbasis
Makna dan Pemulihan Rekan
Tujuan Hidup Sebaya
Penyaluran
Integrasi
kerja &
Komunitas &
Resolusi
Dukungan
masalah
Budaya
Ketrampilan Legal
Vokasional/
Diadaptasi dari: International Network of Drug Dependence Treatment Edukasi
and Rehabilitation Resource Centres. (2008). Drug Dependence
Treatment: Sustained Recovery Management. Vienna: United Nations
3.7
Office on Drugs and Crime. P.18.
3.8
64
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
3.9
65
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
Kesehatan fisik
Aset finansial
Tempat tinggal yang aman dan kondusif untuk
pemulihan
Pakaian
Makanan
Akses transportasi
3.10
Klien mempunyai :
Nilai-nilai
Pengetahuan
Edukasi, Ketrampilan Vokasional dan Kredensial
(gelar, pengalaman teknis, dll)
Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Mawas diri (Self-awareness)
Keyakinan diri (Self-esteem)
Efikasi diri (Self-efficacy)
3.11
66
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Seorang klien:
Harapan yang tinggi dan optimisme
Persepsi akan masa lalu, sekarang dan masa
depan
Rasa akan makna dan tujuan dalam kehidupan
Ketrampilan interpersonal
3.12
67
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
3.13
Diindikasikan oleh :
Kemauan pasangan intim dan anggota keluarga
untuk ikut berpartisipasi dalam terapi
Kehadiran orang lain dalam pemulihan di dalam
keluarga atau diantara pihak sosial lainnya
3.14
68
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Diindikasikan oleh :
Akses ke program berbasis pemulihan –atau
setidaknya abstinensia—kegiatan rekreasi dan
fellowship
Koneksi kepada institusi: sekolah, tempat kerja,
tempat ibadah, organisasi masyarakat, dll
3.15
69
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
3.16
Mencakup:
Upaya aktif mengurangi stigma
Tokoh masyarakat lokal yang dapat menjadi
panutan pemulihan
Layanan pemulihan adiksi yang lengkap dan
berkelanjutan
Beragam kelompok pemulihan saling-bantu dan
sumber daya dukungan yang mudah diakses
(seperti program 12- langkah)
3.17
70
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Termasuk :
Institusi
Dukungan Pemulihan Lokal (pusat
pemulihan, clubhouses, dll.)
Sumber dukungan pemulihan yang terus
bertahan dan re-intervensi dini
3.18
71
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
3.19
Kapital Pemulihan
3.20
72
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
3.21
73
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
3.22
Identifikasi
faktor-faktor di dalam studi kasus
yang dapat berpengaruh terhadap hasil terapi
dari klien
Lakukan curah pendapat dan catat cara-cara
yang konselor dan program terapi dapat lakukan
untuk meminimalisir faktor negatif dan
memaksimalkan faktor positif
3.23
74
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
75
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
3.25
Identifikasi
faktor-faktor di dalam studi kasus
yang dapat berpengaruh terhadap hasil terapi
dari klien
Lakukan curah pendapat dan catat cara-cara
yang konselor dan program terapi dapat lakukan
untuk meminimalisir faktor negatif dan
memaksimalkan faktor positif
3.26
76
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Faktor-Faktor
Penelitian telah menemukan bahwa faktor-faktor berikut memiliki pengaruh pada
hasil terapi:
• Karakteristik individu dalam mencari terapi;
• Sifat dan tingkat keparahan masalah mereka;
• Proses perawatan dan layanan yang diberikan;
• Kondisi lingkungan dan sosial (termasuk keluarga), baik selama dan setelah
terapi, dan
• Interaksi diantara faktor-faktor di atas.
Kapital Pemulihan
Ungkapan “kapital pemulihan” diciptakan oleh Cloud dan Granfield1, yang
didefinisikan sebagai:
“…penjumlahan dari sumber daya personal dan sosial pada satu wadah untuk
menghadapi ketergantungan zat dan, utamanya, meningkatkan kapasitas
dan kesempatan seseorang untuk pulih”
Konsep kapital pemulihan melibatkan pengidentifikasian dan pembangunan atas
aset sosial dan pribadi klien. Beberapa aset mungkin masih berfungsi dengan
baik, dan beberapa mungkin telah dikembangkan pada awal kehidupan klien
dan kemudian hilang melalui kecanduan. Kapital pemulihan yang tidak pernah
ada dalam kehidupan klien juga dapat dikembangkan: Dukungan sosial dapat
diarahkan, dan klien dapat mempelajari keterampilan baru yang mendukung
pemulihan
Dokumen praktek yang disebutkan dalam Modul 2 ini, diterbitkan oleh United
Nations Office on Drugs and Crime (UNODC)2, mengidentifikasi delapan domain,
atau wilayah hidup atau kapital pemulihan:
• Kesehatan fisik dan mental;
• Tempat tinggal yang aman dan lingkungan yang sehat;
• Dukungan keluarga, sosial dan kegiatan rekreasi;
1 Cloud, W., & Granfield, R. (2001). Natural recovery from substance dependency: Lessons for treatment providers. Journal of Social Work
Practice in the Addictions, 1(1). 83–104.
2 International Network of Drug Dependence Treatment and Rehabilitation Resource Centres. (2008). Drug dependence treatment: Sustained
recovery management. Vienna: UNODC.
78
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
White mengidentifikasi tiga jenis modal pemulihan yang dapat dipengaruhi oleh
professional di bidang adiksi:1
• Individu (personal);
Kapital pemulihan individual dapat dibagi lagi menjadi kapital fisik dan manusia.
Sebuah kapital pemulihan fisik klien termasuk antara lain:
• Kesehatan fisik;
• Aset finansial;
• Pakaian;
• Makanan; dan
• Akses transportasi.
• Tata nilai;
• Pengetahuan;
• Kesadaran diri;
1 1White, W. L., & Cloud, W. (2008). Recovery capital: A primer for addiction professionals. Counselor Magazine, 9(5). 22–27.
79
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
80
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
81
Panduan Peserta: Modul 3 - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Terapi
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang menyelesaikan modul 4 akan mampu untuk:
85
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
Perubahan
4.2
86
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
4.3
87
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
Perubahan terjadi :
Dalam kehidupan sehari-hari
Pada semua orang
Dalam banyak perilaku
Dengan atau tanpa intervensi profesional
4.4
88
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
4.6
89
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
4.7
Motivasi
Dinamis
Bertujuan
Disengaja
Positif
Berubah-ubah
4.8
90
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
91
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
Tingkat emosi
Tujuan kehidupan
Persepsi tentang risiko dan keuntungan dari
perilaku
Penilaian kognitif terhadap situasi (apa yang
klien pikirkan tentang situasi tertentu)
4.10
4.11
92
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Pra-kontemplasi
Kekambuhan
Rumatan Kontemplasi
Aksi Persiapan
4.12
93
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
Peningkatan Motivasi
4.14
94
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
4.15
95
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
Prakontemplasi
Dalam tahap prakontemplasi, pengguna zat mempertimbangkan perubahan dan
tidak berniat untuk mengubah perilaku pada masa mendatang. Orang dalam tahap
ini cenderung mempertahankan atau membenarkan perilaku penggunaan zatnya.
Mereka mungkin sedikit sadar atau sepenuhnya tidak menyadari akan adanya
masalah atau diperlukannya perubahan. Mereka mungkin memerlukan bantuan untuk
berubah. Mereka kemungkinan akan bersikap defensif ketika ditekan untuk berhenti
menggunakan. Mereka juga mungkin tidak berkenan mengubah perilaku mereka.
Individu dalam tahap ini mungkin belum mengalami konsekuensi merugikan atau
krisis dalam kehidupan akibat penggunaan dan seringkali mereka tidak yakin bahwa
penggunaan zat adalah sebuah masalah atau bahkan berisiko. Bahkan orang yang
sebelumnya telah menyadari adanya masalah dan telah berupaya untuk berubah dapat
kembali dalam tahap prakontemplasi. Mereka mungkin berkata pada dirinya sendiri,
“Hal ini tidak seburuk yang dikatakan orang.”
Orang-orang di tahap prakontemplasi harus meningkatkan kesadaran diri mereka
sebelum mereka dapat mempertimbangkan perubahan.
Kontemplasi
Dengan individu semakin menyadari akan adanya masalah, mereka mulai memikirkan
adanya penyebab dan alasan untuk berubah. Khas pada tahapan ini mereka ambivalen,
secara bersamaan mengakui alasan untuk berubah dan juga alasan untuk tidak
berubah. Mereka masih menggunakan zat namun telah berpikir untuk berhenti atau
mengurangi penggunaan dalam waktu dekat. Pada tahap ini, mereka mungkin mencari
informasi yang relevan, mengevaluasi kembali perilaku penggunaan zat, atau mencari
pertolongan akan kemungkinan untuk mengubah perilaku. Mereka mempertimbangkan
aspek positif dan negatif dari membuat perubahan (“saya tahu saya harus berhenti,
tetapi ...”). Seseorang seringkali berada dalam tahap ini untuk periode panjang, sering
bertahun-tahun, berjuang antara ingin dan tidak mau berubah.
Orang-orang ditahap kontemplasi membutuhkan bantuan untuk mengatasi ambivalen
dan memilih perubahan yang tepat atas situasi yang mereka hadapi.
Preparasi
Ketika seseorang mulai berencana untuk berubah, ia masuk dalam tahap preparasi,
saatnya untuk memperkuat komitmen. Preparasi memerlukan perencanaan spesifik untuk
berubah, seperti menentukan kebutuhan terapi, jenis terapi jika diperlukan. Preparasi
juga melibatkan penilaian persepsi kemampuan untuk berubah. Individu dalam tahap
preparasi masih menggunakan zat, tetapi mereka sudah ingin berhenti dalam waktu
sangat dekat. Mereka mungkin bereksperimen mengubah perilaku sedikt-sedikit seiring
meningkatnya keinginan untuk berhenti. Mereka mungkin telah berupaya dengan cara
sendiri untuk menurunkan atau menghentikan, atau mungkin mereka bereksperimen
mengenai cara-cara untuk berhenti atau mengurangi. Mereka mulai menetapkan tujuan
bagi dirinya dan membuat komitmen untuk berhenti menggunakan, dan menyampaikan
niatnya kepada orang dekat disekitarnya. Seringkali, orang meloncati tahap ini; mereka
mencoba langsung dari kontemplasi menuju aksi/tindakan dan tidak berhasil, karena
mereka tidak mempertimbangkan atau mengkaji dengan cukup mengenai apa yang
dibutuhkan untuk membuat perubahan besar dalam kehidupan.
96
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Aksi
Individu dalam tahap ini memilih strategi perubahan dan mulai untuk mengikutinya.
Dalam tahap ini, klien percaya mereka dapat mengubah perilakunya dan secara aktif
memodifikasi kebiasaan dan lingkungannya. Mereka membuat perubahan gaya hidup
dengan drastik dan mungkin menghadapi situasi penuh tantangan, dan mengalami
situasi tantangan besar, juga mengalami dampak fisiologi dari gejala putus zat. Dalam
tahap ini individu membangun rencana menghadapi tekanan baik dari personal
maupun eksternal, yang mungkin membuat mereka ‘slip’. Mereka mulai mengevaluasi
kembali citra diri ketika mereka beranjak dari pemakaian berbahaya ke abstinen
atau penggunaan aman. Orang dalam tahap ini cenderung menerima bantuan dan
mencari dukungan dari orang lain. Tahap aksi dapat berlangsung 3-6 bulan setelah zat
dihentikan atau diturunkan.
Orang-orang ditahap aksi membutuhkan bantuan untuk menjalani dan mengikuti
strategi-strategi perubahan dan belajar untuk mencegah kekambuhan.
Pemeliharaan
Dalam tahap pemeliharaan, orang mencoba mempertahankan perbaikan yang telah
dicapai pada tahap aksi. Mereka bertahan abstinen dan mencegah kambuhan. Mereka
perlu kehati-hatian lebih guna menghindari perilaku bermasalah. Individu belajar
mendeteksi dan melindungi diri dari situasi berbahaya dan pencetus yang dapat
membuat mereka kembali menggunakan. Orang dalam tahap ini melihat bagaimana
mereka menjalani kehidupannya. Mereka berjuang meraih ketrampilan baru untuk
mengatasi tantangan dan menghindari kambuhan. Seringkali ini artinya adalah
mengubah rutinitas, mencari teman baru, dan mencoba aktivitas baru. Orang dapat
mengantisipasi situasi kambuh dan menyiapkan strategi untuk mengatasinya. Pada
kebanyakan kasus, seseorang yang mencoba perubahan perilaku jangka panjang
paling tidak satu kali kembali menggunakan dan mundur ketahap sebelumnya.
Kembalinya simtom/gejala merupakan bagian dari proses belajar. Pengetahuan
tentang tanda-tanda pribadi penggunaan zat dapat membantu upaya perubahan
dimasa datang. Pemeliharaan membutuhkan perubahan perilaku jangka panjang –
dengan tetap abstinen atau mereduksi konsumsi ke tingkat penggunaan yang dapat
diterima, yang ditargetkan – dan tetap meneruskan kewaspadaan minimum 6 bulan
sampai dengan beberapa tahun.
Orang-orang ditahap pemeliharaan mungkin membutuhkan bantuan untuk
mengembangkan ketrampiran dan jaringan sosial untuk mempertahankan gaya hidup
pemulihan.
Kambuh
Kebanyakan orang tidak demikian saja dapat mempertahankan perubahan baru
yang telah dibuatnya, langkah mundur ke perilaku sebelum abstinen lebih sering
terjadi daripada yang dapat langsung bertahan abstinen. Pengalaman kambuh dapat
memberikan informasi yang membantu atau menghalangi kemajuan dalam tahapan
perubahan. Kekambuhan, seringkali disebut sebagai relapse, merupakan kejadian
yang menjadi pencetus/pemicu bagi individu untuk kembali ke tahap sebelumnya
97
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
98
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Motivasi
Konsep motivasi penting untuk dipahami, karena motivasi untuk berubah berkaitan
erat dengan tingkat kemungkinan seseorang dengan gangguan penggunaan zat
untuk :
• Memasuki terapi;
• Melanjutkan terapi; dan
• Mematuhi strategi perubahan spesifik.
Motivasi seringkali dianggap sesuatu yang statis, sesuatu yang dimiliki atau tidak.
Pandangan motivasi sebagai sesuatu yang bersifat statis:
• Pengaruh konselor sangat kecil terhadap motivasi klien; dan
• Jika klien tidak memiliki motivasi untuk berubah, maka itu adalah masalah klien
itu sendiri (atau bahkan salahnya sendiri).
• Namun telah di temukan bahwa motivasi bersifat dinamis, bukan statis, dan:
• Bertujuan;
• Disengaja;
99
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
100
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 Prochaska,J.,NorPKoss,J.,& DiClemente,C. (1994). Changing for good. New York: William Morrow and Company)
101
Panduan Peserta: Modul 4 - Introduksi Pada Motivasi Dan Tahapan – Tahapan Perubahan
102
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang menyelesaikan modul 5 akan mampu untuk:
Dapat menjelaskan sekurang-kurangnya empat cara dalam memandang terapi;
Dapat menyebutkan setidaknya enam prinsip terapi efektif; dan
Dapat mengidentifikasikan cara-cara untuk dapat menerapkan ketiga prinsip yang
disebutkan di atas, ke dalam program terapi yang dijalankan atau terdapat di
daerah masing-masing peserta.
105
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
5.2
106
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Tatanan (Seting)
Intensitas dan durasi
Modalitas (Bagaimana program terapi
dilakukan)
Komponen-komponen dari terapi
Terapi / rawatan berkelanjutan
Model-model terapi atau praktik
5.3
107
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
Dimana
Drop-in center
Rumah Sakit
Terapi Rawat Jalan
Terapi Residensial /Rawat Inap non-rumah sakit
5.4
Seberapa sering
Untuk berapa lama
5.5
108
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Bagaimana caranya
Pertemuan tatap muka dengan konselor (One-on-
one with counselor) atau konseling individu
Kelompok dengan teman sebaya
Anggota keluarga
5.6
109
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
Asesmen
Konseling
Edukasi
Aktivitas lainnya
5.7
Rawatan Berkelanjutan
Penjangkauan
Terapi
Layanan lainnya seiring dengan berjalannya
waktu
Dukungan pasca terapi
5.8
110
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Teori
Teknik
5.9
111
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
5.10
Rehat
15 menit
5.11
112
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
5.12
113
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
http://www.who.int/substance_abuse/publications/
principles_drug_dependence_treatment.pdf
5.13
Asesmen Pembelajaran
5.14
114
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Intervensi
Modalitas
Durasi
TERAPI
Berkelanjutan
Rawatan
Intensitas
Tatanan
Intervensi
Model
116
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Tatanan (dimana)
Tatanan terapi mengacu pada lokasi layanan ditawarkan. Layanan terapi disediakan
dalam bermacam tatanan, yaitu:
Lingkungan terkendali (rawat inap atau program residensial), lebih intensif dibanding
yang lain karena klien-klien pada umumnya menghabiskan sebagian besar harinya
terlibat didalam aktivitas terapi.
Program-program rawat jalan bisa kurang lebih intensif.Terapi rawat jalan harian
atau program rawat inap parsial bisa menawarkan jam layanan aktifitas terapi yang
sama dengan program residensial atau rawat inap,biasanya 5 hari per minggu.
Program-program rawat jalan intensif yang menawarkan aktivitas terapi 9 sampai 20
jam per minggu.
Program-program rawat jalan lain yang membuat pertemuan sekali seminggu selama
1 atau 2 jam.
117
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
Detoksifikasi;
Asesmen;
Pendidikan tentang gangguan penyalahgunaan zat untuk para klien dan keluarga;
Konseling;
Terapi untuk masalah kesehatan jiwa;
Pembentukan kelompok khusus bagi kelompok-kelompok khusus atau jasa lain
untuk populasi-populasi tertentu, seperti wanita atau narapidana di penjara;
Pelatihan pencegahan kekambuhan (relapse prevention);
Medikasi;
Orientasi kepada kelompok dukungan;
Manajemen kasus;
Pelatihan ketenaga-kerjaan dan pendidikan sekolah umum untuk anak remaja dan
orang dewasa muda; dan
Rawatan berkekelanjutan.
Modul 5 membahas tentang komponen-komponen terapi tersebut.
Pindah dari suatu bentuk terapi yang intensif kepada suatu terapi yang kurang
intensif (mis., dari terapi residensial ke rumah singgah atau dari program kehidupan
transisional kepada terapi rawat jalan); atau
118
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Kelompok
Penjangkauan Rumah Klinik Metadon xxxxxxxxxx
Singgah
Ведение пациента
120
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1. Tidak ada satu jenis terapi yang cocok untuk semua individu. Mencocokkan
lingkungan terapi, intervensi dan layanan bagi setiap masalah dan kebutuhan
individual pasien sangat penting bagi keberhasilan akhir pengembalian pasien ke
fungsi produktif dalam keluarga, tempat kerja dan masyarakat.
2. Terapi harus selalu tersedia setiap saat. Karena pecandu mempunyai perasaan
beragam mengenai keikutsetaan dalam terapi, maka mengambil kesempatan
segera ketika pecandu bersedia untuk menjalani terapi adalah suatu hal yang
penting untuk dilakukan. Potensi terapi dapat hilang apabila tidak senantiasa
tersedia atau tidak mudah dijangkau.
5. Retensi klien di dalam terapi untuk waktu yang cukup adekuat adalah hal kritis
untuk keefektifan perawatan. Durasi yang sesuai bagi individu tergantung pada
masalahnya, kebutuhannya dan sumber daya yang tersedia. Riset menunjukkan
bahwa ambang batas yang signifikan pada kebanyakan pasien bagi terciptanya
peningkatan, dicapai dalam waktu 3 bulan di dalam terapi. Karena orang sering
meninggalkan terapi secara prematur, maka program terapi harus mencakup
strategi untuk meningkatkan retensi klien dalam terapi.
1 Adapted from U.S. National Institute on Drug Abuse. (1999). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide (pp. 3–5).
Bethesda, MD: Author.
121
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
122
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 1United Nations Office on Drugs and Crime & World Health Organization. (2008). Principles of drug dependence treatment. Geneva:
Authors. Retrieved September 15, 2011 at http://www.unodc.org/documents/drug-treatment/UNODC-WHO-Principles-of-Drug-
Dependence-Treatment-March08.pdf
123
Panduan Peserta: Modul 5 - Terapi: Sebuah Ikhtisar
127
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang menyelesaikan modul 5 akan mampu untuk:
128
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
129
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.2
Rawatan Berkelanjutan
6.3
130
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.4
131
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.5
6.6
132
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Pra-terapi
Terapiutama
Manajemen kasus
Rawatan berkelanjutan, termasuk manajemen
pemulihan selanjutnya
6.7
133
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Penjangkauan
Skrining dan intervensi singkat (Brief
intervention)
Asesmen dan perencanaan terapi
Detoksifikasi
6.8
Definisi Penjangkauan
6.9
134
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.10
135
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Memapankan kontak.
Membangun kepercayaan.
Mengembangkan hubungan.
Menyediakan layanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan dan terkait (berjejaring)
dengan layanan lainnya.
Mengikat individu pada layanan intervensi
singkat atau terapi GPZ.
6.11
Mengapa Penjangkauan
6.12
136
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.13
137
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.14
Tujuan Skrining
6.15
138
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.16
139
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.18
140
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.19
141
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.20
Tujuan Asesmen
142
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Mengikatklien
Menetapkan riwayat klien
Mengumpulkan data klien
Mengamati klien dari semenjak kunjungan
pertama
6.22
143
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.23
6.24
144
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Statushukum
Kesiapan untuk melakukan perubahan
Dukungan alami dari keluarga, tempat kerja
dan komunitas
Relaps atau potensi terus menggunakan zat
Lingkungan pemulihan (misal situasi hidupnya,
hambatan dan dukungan pemulihan)
6.25
145
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Wawancara klinis
Intervensi asesmen
Sumber terkait, atas izin klien:
Keluarga
Teman
Karyawan
Sumber-sumber rujukan terkait
Tes urin dan tes penggunaan zat lainnya
6.26
Perencanaan Terapi
6.27
146
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.28
147
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Individual
Fleksibel
Realistik
Simpel
Bermanfaat
Fokus pada solusi
Jelas
Merespon perubahan dan kemajuan
6.29
Perencanaan Terapi
6.30
148
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.31
149
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Proses :
Menghentikan penggunaan zat
Membersihkan zat dari dalam tubuh
Mengelola kumpulan gejala (sindrom) putus zat
6.32
Putus Zat
6.33
150
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.34
151
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.35
6.36
152
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Detoksifikasi
HANYA langkah awal kearah
pemulihan; BUKAN merupakan sebuah
TERAPI UTAMA
6.37
153
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.38
REHAT
15 Menit
6.39
154
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.40
155
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.41
6.42
156
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.43
157
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.44
Asesmen
Perencanaan
Jejaringdan rujukan
Monitoring
Advokasi
6.45
158
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.46
159
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.47
6.48
160
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Bantuan perumahan
Bantuan finansial
Bantuan hukum
Layanan dan tes HIV, atau layanan medis
lainnya
Layanan edukasi atau vokasional
Dll.
6.49
161
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.50
Advokasi
6.51
162
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.52
163
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.53
6.54
164
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.55
165
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
166
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.58
167
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Ishoma
60 menit
6.60
168
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
169
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.62
6.63
170
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Konselor dapat:
Menanyakan masalah penggunaan zat
Menanyakan tentang masalah yang mendesak
Melakukan tinjauan rencana dan strategi coping
Menjawab ketakutan dan kecemasan terkait
perubahan
6.64
171
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.65
Konseling Individu
6.66
172
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Tespenggunaan zat
Farmakoterapi
Pengenalan kelompok saling-bantu
6.67
173
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.68
Tes Laboratorium
Point-of-care testing (POCT)
6.69
174
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.70
175
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.71
6.72
176
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.73
177
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.74
Farmakoterapi
Farmakoterapi
Konseling &
Layanan
Lainnya
6.75
178
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.76
179
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.77
6.78
180
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.79
181
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Marijuana Anonymous
Cocaine Anonymous
Nicotine Anonymous
Crystal
Meth Anonymous
Gambling Anonymous
Dll.
6.80
6.81
182
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.82
183
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.83
6.84
184
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
185
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.86
Celebrate Recovery
6.87
186
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.88
187
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.89
188
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.91
189
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.92
Rehat
15 menit
6.93
190
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
191
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Mempertahankan abstinensia
Mengembangkan dukungan pemulihan
berkelanjutan
Meningkatkan kehidupan di masyarakat
6.96
192
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Memilikiketrampilan kerja
Meraih pendidikan
Mendapatkan pekerjaan atau sekolah
Memberikan konseling pada masalah
gangguan mental yang menyertai
6.97
193
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
6.98
194
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.100
195
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Institusikeagamaan/spiritual
Tradisi budaya dan tatanilai yang mendukung
pemulihan
Kunjungan rumah berkala atau sesi
pendorong
Dukungan dan monitoring manajemen kasus
yang intensif
Pelatihan kerja
Sekolah atau kursus lainnya
6.101
MODUL 6
KOMPONEN TERAPI: RAWATAN BERKELANJUTAN
196
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
6.103
197
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Rehat
15 menit
6.105
198
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
C2_Indonesia.indd 200
Halaman Penjelasan 6.1: Instrumen-Instrumen Skrining
AUDIT Dewasa, remaja Alat skrining dengan 10-butir, dikembangkan http://www.who.int/ substance_abuse/actiivities/
oleh WHO untuk mengidentifikasi orang yang sbi/en/index.html
menggunakan alkohol yang membahayakan AUDIT: The Alcohol Use Disorders Identification Test
kesehatannya. Tersedia dalam bahasa Inggeris, Guidelines for Use in Primary Care, Second Edition
Slovenia dan Spanyol
http://whqlibdoc.who.int/hq/2001/WHO_MSD_
MSB_01.6a.pdf
Alcohol, Smoking, Dewasa, remaja Alat skrining dengan 8- butir dikembangkan http://www.who.int/substance_abuse/activities/
and Substance untuk WHO oleh kelompok riset assist/en/
Involvement penyalahgunaan zat Internasional untuk
Screening Test mendeteksi dan mengelola penggunaan zat
ASSIST: Guidelines for Use in Primary Care :
(ASSIST) dan masalah terkait pada tatanan layanan
medik primer dan umum. Tersedia dalam http://www.who.int/ substance_abuse/actiivities/
bahasa China, Parsi, Perancis, Jerman, Hindi, en/Draft_The_ASSIST_Guidelines.pdf
Portugis, Spanyol, Indonesia
10/1/12 11:09 AM
C2_Indonesia.indd 201
Instrumen Populasi Deskripsi Akses/Informasi selanjutnya
CRAFFT (Car, Relax, Remaja Instrumen skrining dengan 6- butir pertanyaan http://www.projectcork.org/clinical_tools/pdf/
Alone, Forget, yang meliputi penggunaan alkohol dan narkoba PKAFFT.pdf
Family or Friends, serta situasi yang relevan bagi remaja
Trouble)
Drug Abuse Dewasa Merupakan adaptasi dari Michigan Alcohol Instrumen dengan 28 butir pertanyaan: : http://
Screening Test SPKeening Test, terdiri dari 28 dan 20 butir, www.projectcork.org/clinical_tools/html/DAST.html
(DAST) mendeteksi konsekuensi terkait penyalahgunaan
narkoba yang tidak spesifik untuk zat
Instrumen dengan 20 butir pertanyaan: hhtp://adai.
tertentu,sehingga tidak harus menggunakan
washington.edu/instruments/pdf/Drug_Abuse_
instrument lain yang spesifik bagi setiap zat
Screening_Test_105.pdf
MAST (Michigan Dewasa, remaja. Instrumen dengan 22- butir pertanyaan yang Original MAST:
Alcohol Screening Orang usia lanjut secara umum mengukur masalah keparahan http://www.ncadd-sfv.org/downloads/mast_test.pdf
Test) masalah penggunaan alkohol semasa hidup
Short MAST dengan 13 butir pertanyaan:
agar dapat memilihkan intensitas terapi dan
kebutuhan bimbingan untuk masalah-terkait http://www.projectcork.org/clinical_tools/html/
alkohol. Versi singkatnya terdiri dari 13 butir AhortMAST.html
(Short MAST) dan untuk masalah geriatri
(MAST-G) MAST-G:
http://www.ssc.wisc.edu/wlsresearch/pilot/P01-R01_
info/aging_mind/Aging_AppB5_MAST-G.pdf
10/1/12 11:09 AM
202
C2_Indonesia.indd 202
Instrumen Populasi Deskripsi Akses/Informasi selanjutnya
CRAFFT (Car, Relax, Remaja Instrumen skrining dengan 6- butir pertanyaan http://www.projectcork.org/clinical_tools/pdf/
Alone, Forget, yang meliputi penggunaan alkohol dan narkoba PKAFFT.pdf
Family or Friends, serta situasi yang relevan bagi remaja
Trouble)
Drug Abuse Dewasa Merupakan adaptasi dari Michigan Alcohol Instrumen dengan 28 butir pertanyaan: : http://
Screening Test SPKeening Test, terdiri dari 28 dan 20 butir, www.projectcork.org/clinical_tools/html/DAST.html
(DAST) mendeteksi konsekuensi terkait penyalahgunaan
narkoba yang tidak spesifik untuk zat
Instrumen dengan 20 butir pertanyaan: hhtp://adai.
tertentu,sehingga tidak harus menggunakan
washington.edu/instruments/pdf/Drug_Abuse_
instrument lain yang spesifik bagi setiap zat
Screening_Test_105.pdf
MAST (Michigan Dewasa, remaja. Instrumen dengan 22- butir pertanyaan yang Original MAST:
Alcohol Screening Orang usia lanjut secara umum mengukur masalah keparahan http://www.ncadd-sfv.org/downloads/mast_test.pdf
Test) masalah penggunaan alkohol semasa hidup
Short MAST dengan 13 butir pertanyaan:
agar dapat memilihkan intensitas terapi dan
kebutuhan bimbingan untuk masalah-terkait http://www.projectcork.org/clinical_tools/html/
alkohol. Versi singkatnya terdiri dari 13 butir AhortMAST.html
(Short MAST) dan untuk masalah geriatri
(MAST-G) MAST-G:
http://www.ssc.wisc.edu/wlsresearch/pilot/P01-R01_
info/aging_mind/Aging_AppB5_MAST-G.pdf
10/1/12 11:09 AM
Halaman Penjelasan 6.2: Manfaat dari Konseling
Kelompok dalam Terapi GPZ
Kelompok menyediakan dukungan sebaya dan tekanan sebaya yang positif untuk
berhenti dari penyalahgunaan zat.
Kelompok mengurangkan rasa terisolasi, yang banyak dialami oleh mereka yang
menggunakan zat.
Kelompok memampukan mereka yang masih menggunakan zat untuk menyaksikan
pemulihan orang lain.
Kelompok membantu anggotanya belajar mengatasi masalah penggunaan zat
dan masalah lainnya dengan melihat bagaimana orang lain mengatasi masalah
yang sama.
Kelompok menyediakan informasi yang berguna buat klien yang baru mengenal
pemulihan.
Kelompok menyediakan umpan balik perihal tatanilai dan kemampuan anggota-
anggota kelompok lain.
Kelompok menawarkan pengalaman seperti dalam sebuah keluarga.
Kelompok mendorong, melatih, mendukung dan menguatkan ketika anggotanya
mengalami tugas-tugas yang sulit dan menimbulkan rasa cemas.
Kelompokmenawarkan kesempatan belajar bagi anggotanya atau pembelajaran
kembali ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk copingmasalah sehari-hari
sebagai alihan dari menyalahgunakan zat.
Kelompok dapat secara efektif mengkonfrontasi anggotanya dalam hal
penyalahgunaan zat dan perilaku berbahaya lainnya.
Kelompok memungkinkan seorang terapis profesional membantu pemulihan
sejumlah orang pada waktu yang sama.
Kelompok menambahkan struktur dan disiplin yang dibutuhkan bagi kehidupan
mereka yang menggunakan zat yang biasanya ketika masuk dalam terapi hidupnya
kacau.
Kelompok menanamkan harapan dan perasaan – “kalau ia dapat melakukannya,
saya juga bisa”.
Kelompok membantu klien untuk mengidentifikasi sumberdaya dan hambatan di
masyarakat untuk pemulihan.
Kelompok mendorong individu untuk menilai dan membangun modal pemulihan
yang dimilikinya.
203
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Tinjauan umum
204
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
205
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
207
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
208
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
16. Kita mengakui bahwa kita tidak berdaya terhadap adiksi, sehingga hidup kita
menjadi tidak terkendali.
17. Kita tiba pada keyakinan bahwa kekuatan yang lebih besar dari kita sendiri dapat
mengembalikan kita kepada kewarasan.
18. Kita membuat keputusan untuk mengalihkan niatan dan kehidupan kita kepada
kasih sayang Tuhan, sebagaimana kita memahami Tuhan.
19. Kita membuat inventaris moral diri kita sendiri tanpa rasa takut.
20. Kita mengakui kepada Tuhan, kepada diri kita sendiri, serta kepada orang lain,
segala sifat-sifat sebenarnya dari kesalahan-kesalahan kita.
21. Kita menjadi siap secara penuh agar Tuhan menyingkirkan semua kecacatan
karakter kita.
22. Kita dengan rendah hati meminta Tuhan untuk menyingkirkan kelemahan-
kelemahan kita.
23. Kita membuat daftar nama-nama orang yang telah kita sakiti, dan menyiapkan diri
untuk melakukan penebusan atau memperbaiki kepada mereka semua.
24. Kita memperbaiki atau menebus kesalahan kita secara langsung kepada orang-
orang tersebut bilamana memungkinkan, kecuali bila melakukannya malah akan
justru melukai mereka atau orang lain.
25. Secara terus menerus melakukan inventaris pribadi kita, dan bilamana kita bersalah,
segera mengakui kesalahan kita.
26. Melakukan pencarian melalui doa dan meditasi untuk memperbaiki hubungan
sadar kita dengan Tuhan sebagaimana kita memahami Tuhan, berdoa hanya untuk
mengetahui kehendak Tuhan atas diri kita dan kekuatan untuk melaksanakannya.
27. Setelah memperoleh pencerahan spiritual sebagai hasil dari menjalankan langkah-
langkah ini, kita mencoba untuk membawa pesan ini kepada para pencandu-
pecandu lainnya, dan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam semua urusan
keseharian kita.
Dicetak ulang dengan izin dari NA World Services, Inc., dengan semua hak cipta.
Dokumen 12–Langkah dari Narcotic Anonymous ini dicetak ulang untuk adaptasi
dengan izin dari AA World Services, Inc.
209
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Ia tinggal bersama orangtua dan 2 orang abangnya. Ayah bekerja di swasta dan
seringkali keluarkota. Ibunya seorang ibu rumah tangga. Dua orang abangnya
lulus SMA dan bekerja. Dilip mempunyai hubungan dekat dengan abangnya,
tetapi tidak dengan ibunya. Ia sangat menghormati ayahnya.
Pada umur 16 tahun, ia mulai merokok tembakau dan ganja dengan kawan
sekolahnya dan minum alkohol di pub untuk bersosialisasi pada akhir minggu.
Enam bulan lalu, ia mulai menyuntik heroin melalui intravena. Kesehatannya
memburuk.
Dilip mulai masuk perguruan tinggi 6 bulan lalu, tetapi sering membolos. Jika ia
masuk kuliah, ia mengantuk dan terkantuk-kantuk di kelas. Pekerjaannya makin
menurun dan memburuk. Ia diberi beberapa peringatan. Orangtuanya mencoba
melakukan penanganan, tetapi perilakunya tidak berubah, akhirnya ia terancam
dikeluarkan.
Dilip tidak berbicara pada abang tertua tentang masalahnya. Namun abangnya
tersebut mengetahui kelakuan Dilip dan segala kemungkinan konsekuensi akibat
dari perilaku adiknya tersebut. Ia sadar bahwa Dilip perlu terapi dan memotivasi
Dilip untuk terapi.
Emosi (mood) Dilip mudah berubah; ia merasa sangat cemas dan tidurnya
terganggu.
Pacarnya yang telah dipacarinya selama 2 tahun, telah putus sebulan lalu karena
Dilip menggunakan zat, pada saat abangnya membawa Dilip menjalani terapi di
klinik rawat jalan.
Dilip hadir dalam sesi kelompok tetapi tidak mampu melawan sugestinya, dan
tetap menggunakan. Setelah dua bulan, ia mulai termotivasi untuk masuk dalam
program rawat inap.
210
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Perempuan, 25 tahun, pekerja seks sejak berumur 16 tahun. Ibunya juga pekerja
seks dan meninggal setahun lalu karena AIDS.
Ia tidak sepenuhnya dapat mempercayai staf atau relawan dari drop in center, dan
ia merasa putus asa.
211
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Sendy berusia 39 tahun dan sudah menikah. Bekerja sebagai akuntan pada sebuah
perusahaan swasta selama dua tahun terakhir ini.
Tiga tahun lalu, saat ia mengalami kehidupan stress tinggi di pekerjaan, Sendy
mulai menggunakan amfetamin yang didapatnya dari kawan, agar ia dapat
menyelasaikan pekerjaannya.
Isterinya tidak dapat mengatasi kebutuhan uang belanja dengan gaji gurunya.
Mereka sering bertengkar, anak perempuannya takut dan menghindar dirinya.
Ia berhutang pada kawan dan rentenir dengan bunga tinggi, sehingga menjadi
beban isterinya. Isterinya mengalami tindakan tidak menyenangkan dari para
pemberi hutang tersebut.
212
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Kita telah mempelajari biasanya seseorang tidak mengalami jalan yang lurus (jalan
yang dilalui berliku) dalam tahapan perubahan.
Begitu juga, seseorang tidak mengikuti layanan terapi secara linier dari awal
sampai selesai.
Komponen-Komponen Praterapi
Kita akan mengawali dengan komponen-komponen praterapi. Komponen-
komponen ini dilaksanakan sebelum terapi primer:
• Penjangkauan;
• Detoksifikasi
Penjangkauan
Penjangkauandapat didefinisikan sebagai tindakan menjangkau keluar untuk
membangun hubungan –hubungan dari satu kelompok atau program dengan
kelompok dan program lainnya. Dapat juga berarti meluaskan layanan atau
bantuan bagi orang atau kelompok yang sebelumnya tidak terlayani.
• Membina hubungan;
• Membangun kepercayaan;
• Mengembangkan hubungan-hubungan;
213
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
• Mengintimidasi;
• Terlalu mahal.
Upaya penjangkauan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan tatanan yang
berbeda, misal:
• Profesional atau mantan pecandu (orang yang dalam pemulihan GPZ), dapat
menawarkan edukasi dan skrining di sekolah, pusat-pusat pertemuan dan
klinik-klinik.
• Staf medis dari ruang gawat darurat, pusat ortopedi atau puskesmas dapt
memberikan intervensi singkat atau rujukan atau keduanya kepada profesional
gangguan penggunaan zat.
Skrining
Skrining merupakan proses mengidentifikasi individu dengan kemungkinan
GPZ. Skrining menyediakan kesempatan untuk memulai diskusi dengan individu
mengenai penggunaan zatnya.
214
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
215
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Asesmen
Individu yang sudah memiliki hasil skrining yang mengindikasikan suatu risiko
tinggi untuk menjadi gangguan penggunaan zat(GPZ) atau terindikasi adiksi aktif
harus dirujuk ke program asesmen dan perencanaan terapi.
Tujuan asesmen yang komprehensif adalah :
• Merupakan fondasi dari perencanaan terapi;
• Meletakkan dasar untuk mengukur progresi klien;
• Membantu membuat prioritas masalah klien;
• Membantu menetapkan prioritas untuk intervensi terapi dan intervensi
manajemen kasus;
• Mengidentifikasi kekuatan klien dan kapital pemulihan lainnya yang dapat
mendukung pemulihan.
Asesmen dimulaiketika sudah ada hubungan dengan klien, mendapatkan
riwayat klien, mengumpulkan data klien, dan mengamati klien selama kunjungan
pertama.Penting untuk diingat bahwa walaupun asesmen mulai dilakukan pada
awal kunjungan, sebenarnya asesmen merupakan proses yang berlangsung terus
karena kebutuhan klien yang berubah dengan berjalannya waktu.
Selama asesmen komprehensif, konselor harus mendapatkan sekurang-kurangnya
informasi dasar seperti berikut:
• Alasan klien mencari terapi dan opininya tentang masalahnya;
• Penggunaan zat sekarang dan masa lalu dan terapi penggunaan zat sebelumnya;
• Riwayat penggunaan zat dalam keluarga;
• Kondisi medikatau komplikasinya;
• Risiko putus zat dan kebutuhan untuk detoksifikasi tersupervisi;
• Asesmen risiko bunuh diri, kesehatan dan krisis lainnya;
• Status emosional/perilaku/kognitif, termasuk adanya gangguan mental
• Latar belakang pendidikan dan pekerjaan;
• Status hukum;
• Kesiapan berubah;
• Dukungan dalam keluarga, tempat kerja, dan masyarakat;
216
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Perencanaan Terapi
Asesmen yang menyeluruh merupakan dasar perencanaan terapi.Perencanaan
terapi merupakan kerangka individual untuk pelaksanaan terapi dan layanan,
berbasiskebutuhan spesifik klien yang diketahui dari proses asesmen.
Perencanaan terapi merupakan aktivitas bersama yang melibatkan konselor, klien,
penyedia layanan terapi lainnya, dan kadangkala anggota keluarga klien.
Perencanaan terapi yang efektif dapat mengenal dan dengan jelas dapat memilah-
milah kebutuhan yang:
• Akan ditanggulangiselama terapi;
• Memerlukan rujukan ke tempat layanan lain;
• Akan ditunda dulu untuk sementara.
Perencanaan terapi perlu :
• Bersifat individual;
• Fleksibel;
• Realistik dengan tujuan-tujuan perilaku yang dapat dicapai, diamati, dan diukur;
• Sederhana sehingga klien yang mendapat pelayanan, keluarga, dan anggota
staf dapat memahaminya;
• Bermanfaat, dengan indikator-indikator kemajuan yang dapat diukur;
• Fokus pada solusi dan kekuatan bukan pada faktor negatif;
• Jelas dalam mengidentifikasi tipe dan frekuensi intervensi; dan
• Responsif terhadap perubahan dan kemajuan.
Langkah pertama perencanaan terapiadalah memutuskan level rawatan yang
dibutuhkan klien dan yang dapat diterima klien, termasuk intensitas, durasi dan
tatanan. Langkah ini termasuk menetapkanapakah program cukup memadai
dalam memenuhi kebutuhan klien atau apakah klien seharusnya dirujuk kepada
program lain.
217
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Detoksifikasi
• Detoksifikasi merupakan proses:
Sindroma putus zat adalah tanda dan gejala yang dapat diprediksi yang terjadi
ketikan seseorang tiba-tiba menghentikan penggunaan zat psikoaktif atau
mengurangi dengan segera jumlah zat yang digunakan.
Tanda dan gejala tertentu, intensitasnya, dan risiko yang terjadi ketika putus zat
tergantung pada :
218
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Manajemen Kasus
Bagian berikutnya dari rawatan berkelanjutan adalah manajemen kasus.
219
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
220
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Terapi Primer
Konseling Kelompok
Meski konseling individual dan kelompoksama pentingnya dalam terapi primer
gangguan penggunaan zat, namun konseling kelompok merupakan modalitas
yang lebih sering digunakan.
Konseling kelompok dari sudut biaya menjadi murah karena memungkinkan
seorang terapis memberikan terapi pada banyak klien pada satu waktu. Diluar
alasan biaya, konseling kelompok memang tepat untuk terapi gangguan
penggunaan zat, karena:
• Memberi kesempatan kepada klien untuk mengembangkan ketrampilan
komunikasi dan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan—kegiatan-
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi individu yang selama ini hanya bergaul
terbatas di lingkungan pecandu narkoba saja;
221
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Konseling Individual
Meski konseling kelompok mempunyai banyak keuntungan, tetapi tidaklah cocok
untuk semua klien. Sebagai contoh :
• Klien yang sangat cemas berhadapan dengan banyak orang atau sangat
introvert tidak tahan mengikuti konseling kelompok. Klien ini perlu ditawari
konseling individu sampai mereka cukup nyaman dalam sesi kelompok atau
setidaknya ditempatkan dalam sesi kelompok intensitas rendah yang fokus
pada pelatihan ketrampilan coping.
• Beberapa klien dengan gangguan mental berat, seperti schizophrenia atau
gangguan kepribadian antisocial , tidak dapat berpartisipasi dalam kelompok
dan hanya dapat menghadiri konseling individu.
• Klien yang melanggar prinsip-prinsip terapi kelompok dengan tidak menghargai
persetujuan kelompok atau seringkali tidak mengikuti kelompok, dan klien
yang tidak mampu mengendalikan impuls, lebih baik masuk dalam konseling
individu.
222
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sesi individual juga merupakan waktu yang baik bagi konselor untuk:
Konselor sering memberi tugas individual kepada klien. Orang dalam terapi
dapat diminta untuk membaca hal tertentu (atau mendengarkan audiotape) untuk
menyelesaikan tugas (atau merekamnya); atau mencoba perilaku baru.
Sesi konseling biasanya diakhiri dengan simpulan rencana klien dan jadwal untuk
beberapa hari kedepan.
Komponen Lainnya
Sebagai tambahan dalam konseling kelompok dan individu, program juga
menawarkan komponen lain sebagai bagian dari terapi primer. Komponen utama
termasuk :
• Tes Narkoba;
• Farmakoterapi; dan
223
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
224
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Metadon dapat digunakan untuk jangka pendek, untuk terapi putus zat, atau
jangka panjang sebagai terapi rumatan metadon. Metadon bekerja di reseptor
opiat di otak, menghambat putus zat. Walaupun demikian tidak memberikan
ganjaran/reward seperti opiat atau morphin. Rumatan metadon dapat membantu
klien berfungsi baik dalam hidupnya.
Masih ada kontroversi tentang terapi rumatan metadon dan dibeberapa negara
tidak tersedia metadon walaupun ini obat legal.
225
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Sebagai tambahan, juga ada pertemuan khusus perempuan, laki-laki, gay, waria,
lesbian dsb.
Juga ada program 12-langkah untuk anggota keluarga dan teman-teman dari
mereka yang memiliki masalah GPZ. Program tersebut adalah:
• Al-Anon (untuk dewasa dan remaja lanjut dalam anggota keluarga dan teman);
Kelompok saling bantu lainnya berfokus pada tradisi kepercayaan khusus atau
tradisi budaya. Karena gereja lokal, pura, sinagog, atau kelompok spiritual lain
sering menjamu mereka, mereka juga menyediakan hubungan bagi peserta
kedalam jejaring dukungan yang lebih luas. Sebagai contohnya:
• Celebrate Recovery;
• Motivasi;
Millati Islami adalah paguyuban laki-laki dan wanita seluruh dunia, yang bergabung
bersama dalam “Jalan Damai” (Path of Peace). Millati Islami adalah pendekatan
agama khusus yang berbasis prinsip-prinsip spiritual yang ada dalam Al-Quran.
Kelompok ini mengintegrasikan persyaratan terapi yang ada dalam Islam dan
pendekatan 12 langkah kedalam pemulihan menjadi program yang secara
bersamaan mengatasi semua masalah penggunaan zat. Peserta dalam kelompok
berbagi pengalaman, kekuatan, dan harapan untuk pemulihan dari pecandu aktif
dengan berpaling kepada Allah untuk mendapat bimbingan agar tidak diperbudak
lagi oleh zat psikoaktif, orang yang negatif, tempat, benda-benda dan emosi.
Native American Wellbriety Movement diciptakan oleh White Bison Society, suatu
organisasi yang telah menghidupkan kepemimpinan dalam penanggulangan
penyalahgunaan zat dikalangan masyarakat Indian Amerika dalam beberapa
dekade belakangan ini.
Hal ini terjadi sebagai respon terhadap hasil penelitian yang membuktikan kurang
berhasilnya terapi bagi GPZ di kalangan Indian Amerika dalam program pemulihan
dan terapi yang bersifat umum. Pendekatan ini berakar pada ritual dan kepercayaan
spiritual kesukuan, dan memasukkan prinsip-prinsip kesehatan, hukum dan nilai-
nilai budaya tradisional. Model Wellbriety ini telah digunakan dalam dalam
kelompok AA dan NA dan sebagai pendekatan kesehatan masyarakat untuk
menciptakan masyarakat yang sehat dan waras (sober), dimana semua individu
berusaha untuk menjadi seimbang secara mental, emosional, fisik dan spiritualitas.
Banyak lagi kelompok saling bantu untuk populasi tertentu seperti kelompok
saling bantu bagi penderita gangguan mental dan medis penyerta. Walaupun
demikian belum ada penelitian yang membuktikan keberhasilannya.
228
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Rawatan Berlanjut
Rawatan berlanjut atau keberlanjutan rawatan dimulai ketika dibuatnya rencana
penghentian terapi (discharge planning). Rencana penghentian terapi diselesaikan
begitu hubungan teraputik dengan klien memasuki tahap akhir, walaupun
seharusnya sudah mulai sejak asesmen awal dan perencanaan terapi. Rencana
penghentian terapi diikuti dengan pengembangan rencana rawatan berlanjut.
229
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
Perencanaan berisi tujuan-tujuan yang tertulis, terkait terapi, dan dapat diukur
untuk klien, misalnya:
• Mempertahankan abstinensia;
• Memperoleh pendidikan;
230
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
231
Panduan Peserta: Modul 6 - Komponen-Komponen Terapi : Rawatan Berkelanjutan
235
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Objektif pembelajaran
Peserta-peserta yang menyelesaikan modul 7 akan mampu untuk:
236
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
237
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.2
238
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.4
239
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Atau
Praktik Berbasis Bukti
7.5
Sumber: U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus stAndards for the treatment of substance use conditions: Evidence- 7.6
based treatment practices (abridged version) (p. v). Washington, DC: Author.
240
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Terjadi
terapi GPZ dibawah standar
“Dibawah standar” didefinisikan bahwa terapi
TIDAK :
Aman
Efektif
Terpusat pada Pasien
Sesuai waktu
Efisien
Ekuitabel (adil)
241
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Source: McGlynn, E. A., Asch, S. M., Adams, J., Keesey, J., Hicks, J., DeCristofaro, A. et al.
(2003). The quality of health care delivered to adults in the United States. New England Journal of
Medicine 348. 7.8
7.9
242
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Prospek
Klinis &
Finansial
Ilmu
Keahlian
Klinikal
7.10
243
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.11
Berbasis Bukti:
Kelayakan Klinis dan Finansial
7.12
244
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.13
245
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Pertanyaan:
Mengapa kita harus tahu dan memperhtikan EBP?
7.14
Sumber: World Health Organization (WHO) and UNODC. (2008). Principles of drug dependence treatment: Discussion paper. 7.15
(http://www.unodc.org/documents/eastasiaandpacific//china/UNODC-WHO-Principles-of-Drug-Dependence-Treatment.pdf)
246
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
247
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Sumber: U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus stAndards for the treatment of 7.17
substance use conditions: Evidence-based treatment practices: A consensus report. Washington, DC: Author.
Sumber: U.S. National Quality Forum. (2004). Evidence-based treatment practices for substance use disorders: Workshop
proceedings. Washington, DC: Author
7.18
248
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.19
249
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Cognitive-behavioraltherapy
Motivational enhancement
Pendekatan keluarga tertentu
Therapeutic community
Farmakoterapi bagi ketergantungan opioid
7.20
Kombinasi dari :
Terapi kognitif, aslinya dikembangkan oleh
Aaron Beck dalam terapi depresi
Terapi Perilaku, aslinya dikembangkan dan
dikonsep oleh Ivan Pavlov, dimodifikasi oleh B.
F. Skinner dan Albert Bandura
7.21
250
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.22
251
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.23
Lebih baik …
7.24
252
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.25
253
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.26
Pendekatan Behavioral
7.27
254
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.28
255
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.29
Teknik CBT
7.30
256
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.31
257
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Pekerjaan rumah :
Tugas membaca
Menjaga perilaku dan pikiran tertentu tetap pada
jalurnya
Mempraktekan ketrampilan baru (pengulangan
perilaku)
7.32
U.S. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism. (1995). Cognitive-behavioral coping skills therapy manual: 7.33
A clinical research guide for therapists treating individuals with alcohol abuse and dependence. Project MATCH
Monograph Series, Volume 3. Bethesda, MD: Author.
258
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Topik area:
Mengelolapikiran tentang penggunaan zat
Menyelesaikan masalah
Mengembangkan ketrampilan menolak zat
Merencanakan koping dengan kedaruratan dan lapse
Menghadapi rantai keputusan tidak relevan
7.34
259
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Area Topik :
Menatalaksana pikiran menggunakan zat
Mengatasi problem
Membangun ketrampilan menolan zat
Perencanaan untuk kegawatan dan koping dengan
lapse
Menghadapi keputusan yang nampaknya tidak
relevan
7.35
7.36
260
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.37
261
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.38
Efektivitas CBT
Source: U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment:
A research-based guide, 2nd Ed. NIH Publication No. 09-4180. Bethesda, Maryland: Author. 7.39
262
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Tugas Kelompok–Kecil:
Kelompok 1: Teknik-teknik utama / Penerapannya
Kelompok 2: Tantangan-tantangannya
Kelompok 3: Ikhtisar / gambaran umum dari tiap
karakteristiknya
Kelompok 4: Kelebihan / kekuatan
7.40
263
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Ishoma
60 menit
7.42
264
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
265
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.44
Pendekatan Motivasional
Prakontemplasi
Rumatan Kontemplasi
Aksi Preparasi
7.45
266
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Terpusatpada klien
Memahami bahwa zat mempunyai sifat
menyenangkan yang dapat menyamarkan bahaya
dan memberi efek dalam jangka panjang
Membantu klien menyelesaikan perasaan
ambivalensi tentang terapi dan penghentian
penggunaan zat
7.46
267
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.47
Konselor
7.48
268
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Pendekatan FRAMES
Latihan menyeimbangkan pilihan
Mengidentifikasi kesenjangan
Irama
Kontak personal dengan klien yang sudah tidak
didalam program terapi
7.49
269
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.50
7.51
270
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.52
271
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.53
7.54
272
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.55
273
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.56
7.57
274
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.58
275
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.59
Identifikasi Kesenjangan
7.60
276
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.61
277
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.62
7.63
278
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.64
279
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
MET bertujuan:
Membantu klien membuat dirinya termotivasi untuk
berubah
Mengkonsolidasi keputusan klien dan merencanakan
perubahan
Pendekatan terfokus pada klien , namun sesi konseling
direncanakan dan diarahkan oleh konselor
7.66
280
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.67
281
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.68
Kesimpulan MET
7.69
282
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sumber: U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based
guide, 2nd Ed. NIH Publication No. 09-4180. Bethesda, Maryland: Author.
7.70
283
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Tugas Kelompok–Kecil:
Kelompok 1: Teknik-teknik utama / Penerapannya
Kelompok 2: Tantangan-tantangannya
Kelompok 3: Ikhtisar / gambaran umum dari tiap
karakteristiknya
Kelompok 4: Kelebihan / kekuatan
7.71
Latihan Kelompok–Kecil:
Pendekatan Motivasional
284
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.73
285
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Presentasi
7.74
Melibatkan Keluarga
7.75
286
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.76
287
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.77
7.78
288
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.79
289
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.81
290
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.82
291
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.83
Asumsi :
Pasangan intim dapat menguatkan abstinensia
Menurunkan stres dalam hubungan = menurunkan
perubahan untuk kambuh
7.84
292
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.85
293
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.86
Efektivitas BCT
Sumber: U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd 7.87
Ed. NIH Publication No. 09-4180. Bethesda, Maryland: Author.
294
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.88
295
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.89
Intervensi MST
296
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Fokus pada :
Pola asesmen dalam perilaku dan diantara elemen
kehidupan remaja yang mempertahankan problem
– keluarga, guru, kawan, rumah dan komunitas
Membangun relasi remaja sebaya
Membangun ketrampilan akademik dan vokasional
7.91
297
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Efektivitas MST
MST diakui :
Secara bermakna menurunkan penggunaan
zat oleh remaja selama—dan setidaknya
enam bulan sesudah terapi
Menurunkan jumlah penahanan dalam
lapas dan ditempat tahanan remaja
Sumber: U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd
Ed. NIH Publication No. 09-4180. Bethesda, Maryland: Author.
7.93
298
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.94
299
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.95
7.96
300
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sumber: U.S. National Registry of Evidence-based Practices and Programs. (2011). Multidimentional Family Therapy. Rockville,
Maryland: SAMHSA. (http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=16)
7.97
301
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.98
Teknik BSFT
302
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.100
303
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Sumber: U.S. National Registry of Evidence-based Practices and Programs. (2011). Multidimentional Family Therapy.
Rockville, Maryland: SAMHSA. (http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=16)
7.101
7.102
304
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.103
305
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Sampailah
kita pada hari
terakhir
pelatihan!
7.104
Latihan Kelompok–Kecil:
Pendekatan Berbasis Keluarga
Tugas Kelompok–Kecil:
Kelompok 1: Teknik-teknik utama / Penerapannya
Kelompok 2: Tantangan-tantangannya
Kelompok 3: Ikhtisar / gambaran umum dari tiap
karakteristiknya
Kelompok 4: Kelebihan / kekuatan
7.105
306
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
307
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.107
Struktur TC
7.108
308
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Penelitian membuktikan:
Merestorasi kehangatan, membalik relasi
interpersonal yang rusak karena otak yang
terganggu, fungsi dan strukturnya oleh kekerasan
serta pengabaian di masa kanak-kanak
Dengan peran TC yang spesifik, setiap peserta
diperhatikan dengan cinta dan penghargaan
sebagai bagian keluarga baru, seraya mengisi
kesenjangan yang efektif
Sumber: Personal communication: Gilberto Gerra, M.D., Chief, Drug Prevention and Health Branch, UNODC 7.109
309
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.110
Komponen Model TC
Perasaan bermasyarakat
Teman sebaya dan anggota staf berperan
sebagai model
Bekerja merupakan terapi dan edukasi
Pertemuan kelompok sebaya, latihan
menumbuhkan kewaspadaan dan emosi
7.111
310
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.112
311
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.113
Tahap Terapi TC
7.114
312
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.115
313
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.116
7.117
314
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Sumber: National Institute on Drug Abuse (2002). Research report series—Therapeutic community: What is a therapeutic community.
Bethesda, Maryland: Author. (http://www.nida.nih.gov/PDF/RRTherapeutic.pdf) 7.118
315
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Sumber: National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed. NIH
Publication No. 09-4180. Bethesda, Maryland: Author. 7.119
Latihan Kelompok–Kecil: TC
Tugas Kelompok–Kecil:
Kelompok 1: Teknik-teknik utama / Penerapannya
Kelompok 2: Tantangan-tantangannya
Kelompok 3: Ikhtisar / gambaran umum dari tiap
karakteristiknya
Kelompok 4: Kelebihan / kekuatan
7.120
316
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
317
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.122
7.123
318
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.124
319
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.125
Motivasi Ganjaran
7.126
320
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.127
321
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Berikut
ini adalah teknik-teknik unik, tetapi
semuanya berdasarkan prinsip-prinsip
pedoman:
Mengidentifikasikan perilaku yang dapat di
observasi dan diukur
Seleksi perubahan perilaku yang diinginkan yang
menjadi tujuan terapi
Beri ganjaran perubahan sekecil apapun
7.128
Prinsip-prinsip tambahan:
Pilihlahganjaran yang dirasakan penting oleh klien
dengan menanyakan apa yang paling dia inginkan
Segera berikan ganjaran bila target perubahan
perilaku berhasil
Berikan penguat berulang kali
Berikan ganjaran sesuai janji
Berikan ganjaran yang semakin meningkat untuk
mendapatkan hasil yang lebih besar
7.129
322
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.130
323
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.131
7.132
324
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.133
325
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.134
MenggunakanVouchers
Vouchers dapat diganti dengan barang-barang
yang terkait dengan gaya hidup bebas kokain
7.135
326
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Pendekatan CR terbukti :
Memfasilitasi keterlibatan klien dalam terapi
Memfasilitasi meningkatnya periode abstinensia
kokain
7.136
327
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
CR terbukti efektif:
Dengan berbagai populasi dewasa dan remaja
Dengan berbagai macam latar belakang etnis
Dalam beragam tatanan, seperti rawat jalan dan
program residensial, klinik metadon, dan program-
program khusus untuk remaja
7.137
Sumber: National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed. NIH
Publication No. 09-4180. Bethesda, Maryland: Author. 7.138
328
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Tugas Kelompok–Kecil:
Kelompok 1: Teknik-teknik utama / Penerapannya
Kelompok 2: Tantangan-tantangannya
Kelompok 3: Ikhtisar / gambaran umum dari tiap
karakteristiknya
Kelompok 4: Kelebihan / kekuatan
7.139
329
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.141
330
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
331
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.143
7.144
332
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.145
333
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.146
Buprenorphine (Subutex®)
7.147
334
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.148
335
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Metadon:
Mencegah gejala putus zat opioid
Memblok efek euforia dari penggunaan opioid
terlarang
Mengurangi sugesti opioid
Klien dalam masa stabiliasi mampu untuk:
Bekerja
Merawatkeluarganya
Menghindari kejahatan dan kekerasan
Menekan epidemi HIV
7.149
Tugas Kelompok–Kecil:
Kelompok 1: Teknik-teknik utama / Penerapannya
Kelompok 2: Tantangan-tantangannya
Kelompok 3: Ikhtisar / gambaran umum dari tiap
karakteristiknya
Kelompok 4: Kelebihan / kekuatan
7.150
336
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
337
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.152
7.153
338
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
7.154
339
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
7.155
340
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Salah satu usaha ambisius untuk merespon upaya terapi sub-standar terhadap
gangguan penggunaan zat di Amerika Serikat adalah himbauan tahun 2007 dari
U.S. National Quality Forum (NQF) tentang perlunya praktik berbasis bukti, yang
menyediakan pedoman untuk 400 organisasi di Amerika Serikat, yang mencakup:
Skrining sistematik untuk penggunaan alkohol, rokok, dan zat lainnya; dan
1 U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus standards for the treatment of substance use conditions: Evidence-based
treatment practices. Washington, DC: Author.
341
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Manajemen kontingensi;
342
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 Powers, E. J., Nishimi, R. Y., & Kizer, K. W., Eds. (2005). Evidence-based treatment practices for substance usedisorders: Workshop
proceedings (p. ix). Washington, DC: National Quality Forum.
343
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Ulasan umum
CBT (Cognitive-Behavioral Therapy) atau terapi kognitif-perilaku menggabungkan
2 model terapi---cognitive therapy and behavioral therapy.
Terapi kognitif, aslinya dikembangkan oleh Aaron Beck untuk mengobati depresi,
berdasarkan teori bahwa orang seringkali memiliki keyakinan,asumsi, dan pikiran-
pikiran otomatik yang mempengaruhiperilaku mereka tetapi mungkin tidak tidak
menolong dan tidak realistis.
Kognitif terapi mengemukakan bahwa pikiran-pikiran dan interpretasi seeorang
menyebabkan terjadinya perasaan dan perilaku.
Keyakinan inti dalam kognitif terapi adalah seseorang dapat memperbaiki cara
berpikirnya(dan merasa dan berbuat),bahkan walaupun setuasi tidak berubah.
Terapi perilaku, pertama kali dikonsep oleh Pavlov dan disempurnakan oleh
B.F.Skinner dan lainnya, menerapi gangguan emotional dan perilaku sebagai
sebuah respon yang dipelajari yang dapat diganti dengan sesuatu yang lebih
sehat dengan pelatihan yang cocok.
Terapi perilaku membantu seseorang mengenal perilaku yang tidak dapat
menolong dirinya sendiri dan mencoba cara-cara berperilaku baru.
Terapi perilaku dapat mencakup suatu rentang relaksasi dan teknik-teknik koping.
CBT berdasar keyakinan bahwa seorang klien dapat dibantu untuk mengenali dan
membuang pikiran, emosi dan perilaku yang merugikan sehingga menyebabkan
disfungsi dalam hidupnya.
Meskipun model-model terapi lain mencoba untuk mengatasi mengapa seseorang
melakukan apa yang dia lakukan, pertanyaan utama dalam CBT adalah:
Apa yang membuat mereka tatap melakukan hal yang sama ?
Bagaimana mereka dapat berubah ?
Pertanyaan “apa” tersebut menanggulangi penguat-penguat yang
mempertahankan pola-pola pikiran, suasana perasaan, dan perilaku. Pertanyaan
“Bagaimana” terkait dengan membangun keterampilan.
Pendekatan CBT untuk menerapi gangguan penggunaan zat (GPZ) fokusnya
adalah mengajarkan klien keterampilan-keterampilan yang dapat membantu
mereka mengenal dan mengurangkan risiko relaps, mempertahankan abstinen,
memyelesaikan masalah-masalah, dan menguatkan efikasi diri (kemampuan klien
untuk mengenal kekuatan-kekuatannya dan meyakini bahwa perubahan adalah
sesuatu yang mungkin).
1 Beck, A. T. (1976). Cognitive therapy and emotional disorders. New York: International Universities Press.
2 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). Principles of drug addiction treatment: A research guide—Evidence based approaches to drug
addiction treatment, Cognitive-behavioral therapy. Retrieved October 17, 2010, from http://www.nida.nih.gov/podat/Evidence2.html
344
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 U.S. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism. (1995). Cognitive-behavioral coping skills therapy manual: A clinical research guide
for therapists treating individuals with alcohol abuse and dependence. Project MATCH Monograph Series, Volume 3. Bethesda, MD: Author.
345
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Kekuatan Tantangan
CBT secara aktif mengikat klien dalam Klien yang sulit membaca atau
terapi dan pembelajaran eksperensial keterampilan kognitifnya buruk
(melalui penggalian pengalaman) membutuhkan alternatif-alternatif
untuk tugas-tugas tertulis
CBT cocok untuk klien dari pelbagai Pendekatan ini membutuhkan pelatihan
latarbelakang dan variasi riwayat konselor yang spesifik dalam prinsip-
penggunaan alkohol dan narkoba prinsip dan teknik-teknik CBT
346
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Ulasan umum
Pendekatan motivational (motivational interviewing–MI; motivational enhancement
therapy–MET) berdasarkan pada perspektif bahwa perubahan terjadi dalam tahap-
tahap, motivasi untuk berubah bervariasi dengan berjalannya waktu, dan motivasi
dapat diperkuat.
Pendekatan motivational berdasarkan prinsip-prinsip psikologi motivasi dan the
the trans-theoretical model of change, yang juga dikenal sebagai model tahapan
perubahan, yang dikembangkan oleh James Prochaska dan Carlos DiClemente,
dan diulas dalam Modul 2. (Halaman penjelasan 2.2 mengenai karakteristik klien
dalam setiap tahapan perubahan).
Pendekatan konseling motivational adalah metode-metode konseling yang
berpusat pada kebutuhan klien dan menggunakan metode-metode non direktif.
Pendekatan ini menggunakan strategi-strategi yang:
• Mengakui bahwa penyalahgunaan zat memiliki sifat-sifat yang menyenangkan
(rewarding properties) yang dapat menutupi bahaya-bahaya dan efek negatif
jangka panjang, meskipun hanya untuk sementara;
• Membantu klien mengatasi ambivalensi mengenai keterikatan dalam terapi
dan berhenti menggunakan zat;
• Menggunakan motivasi internal klien untuk membangkitkan dan
mempertahankan perubahan cepat; dan
• Tidak difokuskan pada penemuan konselor, interpretasi, dan bimbingan.
Pendekatan motivational dilakukab dengan keyakinan bahwa perubahan
diciptakan berdasarkan kemauan dan motivasi dari klien itu sendiri.
Pendekatan motivational seringkali mencakup pemecahan masalah lainnya atau
strategi berfokus pada solusi, yang dibangun atas keberhasilan-keberhasilan dari
masa lalu klien.
Konselor bertindak sebagai pelatih atau konsultan dibanding sebagai figur otoriter.
Teknik-Teknik Primer
Melalui mendengar empati dan keterampilan wawancara, konselor mendorong
klien untuk:
• Mengenal diskrepansi (kesenjangan) antara tujuan-tujuan hidup bermakna dan
konsekuensi-konsekuensi GPZ;
• Yakin akan kemampuannya untuk berubah;
• Memilih diantara strategi-strategi dan pilihan-pilihan yang tersedia; dan
• Mengambil tanggung jawab untuk memulai dan mempertahankan perilaku
personal yang sehat.
1 Miller, W. R., Zweben, A., DiClemente, C. C., & Rychtarik, R. G. (1994). Motivational enhancement therapy manual: A clinical research guide
for therapists treating individuals with alcohol abuse and dependence. Project MATCH Monograph Series, Vol. 2. Bethesda, MD: U.S.
National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism.
2 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). Principles of drug addiction treatment: A research guide—Evidencebased approaches to drug
addiction treatment, Motivational enhancement therapy. Retrieved on October 17, 2010, from http://www.nida.nih.gov/podat/Evidence2.
html
347
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
FRAMES
Singkatan FRAMES mengingatkan konselor akan peran dan tanggung jawabnya
selama melakukan terapi.
Pendekatan FRAMES pada awalnya dikembangkan sebagai intervensi singkat (brief
intervention), yang memiliki arti:
• Feedback – Umpan balik; tentang risiko personal atau hendaya yang disampaikan
kepada klien setelah asesmen pola-pola penggunaan zat dan masalah terkait.
• Responsibility – Tanggung jawab; untuk berubah jelas terletak pada klien (dan
bertanggung jawab dengan menghargai hak klien untuk membuat pilihan-pilihan
bagi dirinya).
• Advice – Saran; tentang perubahan (mengurangi atau berhenti) terhadap
penggunaan zat, secara jelas disampaikan konselor kepada klien dengan cara
yang tidak menghakimi.
• Menus – Pilihan menu’ tentang pilihan-pilihan perubahan yang mengarahkan diri
sendiri dan alternatif-alternatif terapi yang ditawarkan kepada klien.
• Emphatic counseling – Konseling empatik; menekankan pada memberikan
kehangatan, penghargaan, dan pemahaman.
• Self-efficacy – Efikasi diri; atau penguatan sikap optimis dalam diri klien, yang
dikembangkan untuk mendorong perubahan.
Wawancara Motivasional
Wawancara motivasional atau MI (Motivational Interviewing) adalah sebuah gaya
atau teknik konseling yang berfokus untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk
melakukan perubahan.
Inti dari MI adalah bersifat kolaboratif, berkomunikasi seperti dalam hubungan
kemitraan, di mana pewawancara berusaha untuk menciptakan suasana
interpersonal yang positif.
Ada lima prinsip dasar di MI. Ini bukan merupakan rangkaian langkah, tapi
merupakan konsep untuk dapat diterapkan setiap saat untuk meningkatkan
hubungan antara konselor dan klien. Prinsip-prinsip ini sering diistilahkan dengan
singkatan R E A D S:
349
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
350
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Kekuatan Tantangan
MI dan MET berpusat pada kebutuhan MI dan MET sangat tergantung pada
klien dan relevan terhadap minat kapabilitas klien dan taraf kesadaran
pribadi klien diri.
MI dan MET fokus pada tujuan yang Instrumen asesmen umum yang
realistik dan dapat dicapai. berorientasi pada faktor masalah,
tidak cocok dengan pendekatan
motivasional.
351
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Ulasan umum
Walaupun keterlibatan keluarga bukanlah model terapi yang spesifik, riset
menunjukkan bahwa keterlibatan keluarga dalam terapi menguatkan hasil terapi
itu sendiri.
Banyak program yang menawarkan pendidikan keluarga, kelompok dukungan
keluarga, konseling keluarga sebagai bagian pendekatannya. Beberapa program,
terutama yang fokus pada remaja, biasanya terutama menggunakan pendekatan
terapi sistem keluarga (family-systems therapy approach).
Layanan berbasis keluarga memastikan bahwa fungsi keluarga menyesuaikan dan
mempengaruhi pemulihan klien secara positif.
Satu tujuan utama melibatkan keluarga dalam terapi adalah untuk pemahaman
anggota keluarga akan gangguan penggunaan zat klien sebagai suatu penyakit
kronis.
Layanan berbasi keluarga dapat:
• Meningkatkan dukungan keluarga bagi pemulihan klien.Sesi keluarga dapat
meningkatkan motivasi klien untuk pulih, terutama begitu keluarga menyadari
bahwa gangguan penyalahgunaan zat yang dialami klien terkait dengan
masalah-masalah dalam keluarga.
• Mengenal dan mendukung perubahan pola-pola keluarga yang biasanya
mengganggu pemulihan.Pola-pola hubungan diantara anggota keluarga
dapat mengganggu pemulihan karena mendukung penyalahgunaan zat oleh
klien, konflik keluarga, dan koalisi yang tidak cocok.
• Persiapkan anggota keluarga tentang apa yang mereka harapkan pada awal
pemulihan.Anggota keluarga dapat memiliki harapan yang tidak realistic
untuk penghilangan semua masalah dengan cepat, yang kemudian dapat
meningkatkan kekecewaan dan mengurangkan kemungkinan dukungan
pertolongan terhadap pemulihan klien.
• Ajarlah keluarga untuk mengenal tanda-tanda peringatan relaps.Anggota
keluarga yang memahami tanda-tanda peringatan dapat membantu mencegah
relaps.
• Membantu anggota keluarga memahami penyebab dan efek gangguan
penggunaan zat dari perspektif/sudut pandang keluarga.
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed. NIH Publication No.
09-4180. Bethesda, Maryland: Author.
2 Edwards, J. T. (1990). Treating chemically dependent families: A practical systems approach for professionals. Minneapolis, MN: Johnson
Institute.
3 U.S. National Registry of Evidence-based Practices and Programs. (2011) Multidimensional family therapy. Rockville, Maryland: SAMHSA.
Retrieved August 30, 2011 from http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=16
4 U.S. National Registry of Evidence-based Practices and Programs. (2011) Behavioral couples therapy for alcoholism and drug abuse.
Rockville, Maryland: SAMHSA. Retrieved August 30, 2011 from http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=134
5 U. S. National Registry of Evidence-based Practices and Programs. Multisystemic therapy (MST) for juvenile offenders.(2007). Rockville,
Maryland: SAMHSA. Retrieved August 30, 2011 from http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=26
6 Edwards, J. T. (1990). Treating chemically dependent families: A practical systems approach for professionals. Minneapolis, MN: Johnson
Institute.
352
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Teknik-Teknik Utama
Beberapa pendekatan keluarga spesifik dipertimbangkan sebagai PBB untuk menerapi
GPZ.
BCT
BCT berdasarkan asumsi-asumsi bahwa:
• Pasangan yang intim dapat menghargai abstinen; dan
• Mengurangkan distres hubungan yang akan mengurangi risiko relaps
Pasangan memperoleh peran aktif dalam terapi, meminimalkan rasa putus asa
yang sering terjadi ketika hidup bersama seorang dengan GPZ
Komponen-komponen program meliputi:
• Kontrak pemulihan atau abstinen antara pasangan dan terapis
• Aktifitas dan tugas-tugas dirancang untuk meningkatkan perasaan-perasaan
positif, aktifitas-aktifitas bersama, dan komunikasi konstruktif; dan
• Perencanaan pencegahan relaps
Pasangan umumnya menghadiri 15 hingga 20 jam sesi selama 5 sampai 6 bulan.
Sesi-sesi mengikuti urutan tertentu:
• Terapis menanyakan penggunaan zat sejak sesi terakhir;
• Pasangan mendiskusikan kepatuhan pada kontrak pemulihan;
• Pasangan menyampaikan dan mendiskusikan pekerjaan rumah yang diberikan
pada sesi terakhir;
353
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
MST
MST adalah pendekatan intesif, dilakukan di rumah atau di komunitas, yang fokus
pada perubahan pikiran dan perilaku baik orang tua, maupun remaja.
Berkunjung kepada keluarga dapat mengatasi tingkat dropout yang tinggi pada
terapi-terapi lain,yang seringkali terjadi karena kesulitan yang dihadapi pengasuh
untuk membawa remaja menepati janji yang sudah dibuat.
Pendekatan ini terutama menggunakan strategi-strategi kognitif-perilaku dan
pengembangan-sosial (factor-faktor risiko dan protektif)
MST fokus pada kekuatan keluarga untuk memfasilitasi perubahan positif
Intervensi-intervensi dirancang untuk mempromosikan perilaku bertanggung
jawab dan mengurangkan tindakan yang tidak bertanggung jawab oleh anggota
keluarga.
Intervensi focus pada saat sekarang: apa yang terjadi sekarang dalam kehidupan
remaja.Konselor mencari tindakan yang dapat diatasi segera, menargetkan
masalah yang khas dan jelas dibanding untuk memperoleh insight masa lalu.
Intervensi menargetkan urutan-urutan perilaku akibat interaksi dalam dan diantara
berbagai elemen-elemen dari kenidupan remaja–keluarga,guru,teman,rumah,
sekolah dan masyarakat – yang mempertahankan masalah.
Penekanan perkembangan utama adalah membangun kemampuan remaja untuk
bergaul baik dengan teman sebaya dan mendapatkan keterampilan akademik dan
vokasional yang akan mempromosikan transisi yang berhasil menuju kedewasaan.
Konselor MST tidak memberi label keluarga sebagai resisten, tidak siap berubah,
atau tidak memiliki motivasi; pendekatan mereka menghindarkan menyalahkan
keluarga tetapi lebih kepada menempatkan tanggung jawab bagi suatu hasil
terapi yang positif pada tim MST.
Intervensi dirancang untuk memberdayakan pengasuh untuk menanggulangi
kebutuhan keluarga setelah terapi berakhir. Pengasuh dipandang sebagai kunci
bagai sukses jangka panjang.
MDFT
MDFT memandang remaja penyalahguna zat sebagai akibat pengaruh suatu
jaringan(individu, keluarga, mitra sebaya,masyarakat) and menegaskan bahwa
mengurangkan perilaku yang tidak disukai dan meningkatkan perilaku yang
diinginkan terjadi dalam berbagai cara dan di berbagai tatanan.
Terapi mencakup sesi-sesi individual dan keluarga yang diselenggarakan di pusat
terapi, di rumah, atau dengan anggota keluarga di sekolah, di pengadilan, atau
lokasi komunitas lainnya.
354
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Kekuatan Tantangan
Keterlibatan keluarga dalam terapi GPZ Melibatkan keluarga dalam terapi
memiliki kaitan yang positif dengan menjadi sulit karena adanya stigma dan
peningkatan kelekatan dalam terapi, rasa malu sehubungan penggunaan
mengurangi dropout selama terapi, zat.
dan hasil yang lebih baik dalam jangka
panjang.
355
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Ulasan umum
Therapeutic Community (TC) adalah model terapi residensial, intensif, terutama
berjangka panjang (hingga 1 tahun).
TC menggunakan pendekatan yang dikenal sebagai “community as method”;
pendekatan ini memandang komunitas secara keseluruhan – organisasi sosialnya,
staf dan kliennya, dan aktifitas hariannya – sebagai alat terapi.
Filosofi komunitas sebagai metode ini dan struktur terapeutik yang jelas menjadi
ciri TC.
Para peneliti telah mendokumentasikan bahwa memulihkan atau mengembalikan
hubungan interpersonal yang hangat, mengembalikan kerusakan pada susuna
otak, fungsi, dan struktur, yang diakibatkan oleh pengabaian dan pelecehan
selama masa kanak-kanak. Dalam TC, setiap peserta memiliki peran yang diakui
dengan baik, dianggap dengan cinta dan hormat, dan merupakan bagian dari
sebuah keluarga baru–yang semuanya mengisi celah afektif yang mungkin telah
terbentuk selama perjalanan riwayat hidupnya.
Rasa kemanusiaan dari pemberi layanan, hubungan yang hangat dan bersahabat
dengan rekan-rekan di lingkungan keseharian dari TC adalah mesin utama terapi
bagi perubahan yang terjadi dengan klien dalam tatanan ini.
Karena sifatnya yang intensif, dan berjangka panjang, TC terutama cocok untuk
klien yang memiliki riwayat gangguan penyalahgunaan zat yang berat dan perilaku
kriminal.
TC memiliki hari yang terstruktur, termasuk aktifitas-aktifitas rutin yang teratur
untuk melawan kehidupan klien yang tidak teratur dan untuk mengalihkan mereka
dari pikiran negatif dan kebosanan.
TC digunakan di banyak negara di dunia, dan setiap benua (kecuali Antartika),
serta memiliki asosiasi professional TC.
The Asian Federation of Therapeutic Community (http://www.asianfedtc.org/
about.html) memiliki 13 negara anggota.
Teknik-Teknik Utama
TC model memusatkan aktifitas-aktifitas hariannya pada sesi-sesi kelompok dan
“job functions” berhirarki yang mengajarkan residen keterampilan dan perilaku
spesifik.
1 National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed.NIH Publication No. 09-180.
Bethesda, Maryland: Author.
2 National Institute on Drug Abuse (2002). Research report series—Therapeutic community: What is a therapeutic community. Bethesda,
Maryland: Author. Retrieved August 29, 2011 from http://www.nida.nih.gov/PDF/RRTherapeutic.pdf
3 De Leon, G. (2000). The therapeutic community: Theory, model, and method. New York: Springer Publishing Company.
4 Personal communication: Gilberto Gerra, M.D., Chief , Drug Prevention and Health Branch, United Nations Office for Drug Control.
356
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
• Mitra sebaya dan anggota staf sebagai panutan – Residen TC dan staf melayani
sebagai panutan dengan mendemonstrasikan perilaku yang diharapkan dan
mencerminkan nilai dan ajaran-ajaran dari komunitas.cKekuatan komunitas
untuk pembelajaran sosial tergantung dari jumlah dan kualitas role model yang
positif.
• Tahap terapi: Dalam tahap terapi, residen tinggal dan bekerja dalam
situasi komunitas kecil dan, dengan dukungan dan dorongan staf dan rekan
sebaya,saling bantuuntuk mengembangkan keterampilan koping untuk hidup
konstruktif. Struktur social berupa hirarki posisi dengan tingkat tanggung
jawab tertentu. Aktifitas-aktifitas terpusat pada gaya hidup normal dengan
projek-projek kerja harian dan sasaran-sasaran kesenangan, yang didukung
oleh program terapi kreatif.Kehadiran pada pertemuan dukungan diluar TC
dapat dimulai pada tahap ini.
• Tahap komitmen: Komitmen adalah kaitan antara terapi dan mulainya tahap
reintegrasi ke masyarakat. Selama tahap ini, klien mulai untuk mengambil
tempatnya kembali di masyarakat. Penekanan diletakkan pada pengembangan
karir, hubungan sosial, dan keterampilan hidup praktis.Program menyediakan
bagi klien dengan dukungan dan reentri secara bertahap ke masyarakat —
pindah melalui kerja sukarela ke pekerjaan penuh waktu atau pendidikan.Begitu
klien pindah dari lingkungan terlindung ke rumah transisi dan kemudian ke
rumahnya sendiri di dalam masyarakat umum,kelompok dukungan mingguan
357
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Kekuatan Tantangan
Pendekatan TC efektif untuk orang Pendekatan TC bisa dirasakan terlalu
dengan riwayat penggunaan zat yang berat secara sosial bagi beberapa klien.
panjang dan perilaku antisosial.
358
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Ulasan umum
Manajemen Kontingensi (MK) berdasarkan pada teori operant conditioning dan
awalnya dikembangkan dari analisa perilaku terapan dan terapi perilaku.
Berakar pada hasil karya murid-murid B.F.Skinner tahun 1950, ketika mereka
menerapkan prinsip-prinsip operant conditioning untuk memberikan terapi
pada kondisi-kondisi serius (misalnya, skizofrenia, kenakalan remaja) dengan
menggunakan “token economy”.
Teori operant conditioning meyakini bahwa perilaku seseorang berdasarkan
konsekuensi positif atau negatif akibat perilaku yang lalu.
Misalnya, penggunaan zat dipertahankan oleh efek penguat positif dari zat
tersebut atau oleh penguat negatif dari bebasnya rasa nyeri akibat putus zat.
Penggunaan MK berdasarkan dalil bahwa “menarik” ketergantungan dan “reward”
dengan segera, sangat kuat pada klien dengan GPZ.
Proses menjadi abstinensia pada akhirnya mendapat ganjaran (reward) juga,
seperti:
• Gaya hidup sehat;
• Pekerjaan;
• Peluang pendidikan;
• Mempertahankan hubungan positif.
Walaupun demikian, membutuhkan waktu lama sebelum ganjaran internal bisa
dihayati oleh klien yang berusaha untuk membuat perubahan perilaku yang
bermakna.
Sehingga abstinensi saja , tidaklah cukup untuk menguatkan motivasi klien dalam
mempertahankan upaya memberhentikan penggunaan zat, terutama pada awal
abstinensia. Perlu ditemukan bentuk ganjaran lain harus yang dapat menguatkan
berlanjutnya abstinensia dan perubahan gaya hidup.
MK memotivasi perubahan perilaku klien dan menguatkan abstinensia secara
sistematis dengan memberikan ganjaran atas perilaku yang diinginkan dan
mengabaikan atau memberikan hukuman bagi perilaku lain.
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2010). Principles of drug addiction treatment: A research guide—Evidencebased approaches to drug
addiction treatment, Contingency management interventions/motivational incentives. Retrieved December 6, 2010, from http://www.nida.nih.
gov/podat/Evidence2.html.
2 U.S. National Addiction Technology Transfer Center. (2010). Successful treatment outcomes using motivational incentives. Retrieved November
5, 2010, from http://www.nattc.org/pami/PPT/PAMI_PolicyMakers.ppt.
3 Meyers, R. J., & Squires, D. D. (n.d.). The community reinforcement approach: A guideline developed for the Behavioral Health Recovery
Management Project. Albuquerque, NM: University of New Mexico Center on Alcoholism, Substance Abuse, and Addictions. Retrieved
September 16, 2011 from http://www.nida.nih.gov/podat/Evidence2.html
359
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Teknik-Teknik Utama
Ada beberapa bentuk KM, dengan teknik-teknik yang unik. Walaupun demikian,
setiap bentuk KM berdasarkan seperangkat prinsip-prinsip KM, seperti:
• Identifikasi perilaku yang dijadikan sasaran atau target terapi harus jelas dan
dapat diukur. Sebagai contoh, kalau targetnya adalah mencapai abstinensia,
perlu menggunakan pemeriksaan narkoba di tempat untuk dapat mengukur
penggunaan zat; maka laporan klien saja tidaklah cukup. Seandainya aktivitas
kerja merupakan target, tidaklah cukup hanya menanyai klien tentang
kehadirannya di pekerjaan atau produktifitasnya. Haruslah digunakan ukuran-
ukuran yang objektif dan dapat diverifikasi yang mencerminkan hasil kerja.
Kehadiran dan kepatuhan terhadap aturan-aturan program merupakan perilaku
yang mudah diukur.
• Pilihlah perilaku yang ingin dirubah yang akan memberikan kontribusi bagi
tujuan terapi. Dengan hanya menghadiri sesi konseling singkat saja, mungkin
tidak berpengaruh besar terhadap penggunaan zat seseorang.
• Hargailah perubahan-perubahan kecil. Sebagai contoh, mengharapkan klien
yang belum pernah menyerahkan sampel urin tes narkoba untuk mencapai
abstinensia secara cepat, tetap disikapi dengan optimis. Abstinensia dari satu
jenis zat tertentu, mengawali abstinensia dari semua zat.
• Karena insentif yang berharga dimata klien akan memberikan dampak terhadap
perilaku dibandingkan sesuatu yang dinilai tidak berharga, maka penting sekali
dalam memilih insentif tersebut ada masukan dari pasien tentang apa yang
diinginkannya.
• Karena insentif yang dianggap diinginkan oleh klien cenderung memiliki
dampak jauh lebih besar pada perilaku mereka, dibanding yang dianggap
berguna atau bernilai kurang, penting meminta masukan dari mereka hal atau
hadiah apa yang mereka inginkan. Sesuatu yang berharga bagi seseorang,
belum tentu berharga bagi yang lain.
• Berikan ganjaran terhadap perilaku yang ditargetkan sesegera mungkin.
• Berikan penguatan berulangkali. Penguatan yang diberikan berulangkali,
walaupun kecil, memiliki dampak yang lebih besar daripada ganjaran besar
tapi tidak berulang, dan lebih dari ganjaran terpisah atau hukuman-hukuman.
• Berikan ganjaran yang dijanjikan, sehingga terapi dapat dipercaya.
• Gunakanlah ganjaran yang semakin meningkat (ganjaran yang lebih besar
dan lebih baik, akan menguatkan perubahan perilaku yang lebih besar dan
berlangsung lama) untuk mempertahankan perilaku yang diinginkan.
Beberapa tipe dasar program insentif yang telah diteliti, seperti:
• Hak khusus akses ke klinik bila diperlukan: Di tatanan klinik, klien diizinkan
menggunakan hak khusus yang sudah ada disana; tingkatan sistem dirancang
sedemikian rupa sehingga ketika level tertentu dicapai, klien segera mendapat
semua hak khusus untuk level tersebut dan level-level dibawahnya.
360
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Penguatan Komunitas
Salah satu tipe KM adalah penguatan komunitas (PK), menggunakan penguatan
sosial, rekreasi, keluarga, dan vokasional daripada ganjaran material atau hak-
hak khusus untuk membuat gaya hidup abstinensia lebih dihargai dibanding
penggunaan zat.
KM berdasarkan dalil bahwa faktor lingkungan dapat lebih efektif dalam mengubah
perilaku penggunaan zat. Komponen manajemen kasus yang kuat penting untuk
menggunakan pendekatan PK.
Salah satu bentuk KM adalah pendekatan penguatan komunitas ditambah dengan
voucher, telah didokumentasikan sebagai sebuah Praktek Berbasis Bukti. Model
aslinya menggunakan metode terapi rawat jalan intensif dengan durasi 24-minggu
untuk terapi ketergantungan kokain dan alkohol. Ada dua tujuan utama terapi:
• Untuk mempertahankan peridoe abstinensia cukup lama bagi klien dengan
belajar keterampilan hidup baru untuk mempertahankan kewarasan (sobriety),
dan
• Untuk mengurangi konsumsi alkohol untuk klien yang menggunakan alkohol
dan terkait penggunaan kokain.
Dalam program ini, klien menghadiri satu atau dua kali sesi konseling individu
setiap minggu yang berfokus pada:
• Meningkatkan hubungan keluarga;
• Belajar berbagai keterampilan yang diperlukan untuk mengurangi penggunaan
narkoba dan alkohol;
• Menerima konseling vokasional; dan
• Mengembangkan kegiatan rekreasional baru dan jejaring sosial.
Voucher juga diberikan untuk sampel tes kokain dengan hasil negatif, dan nilainya
meningkat untuk setiap hasil sampel tes yang berturut-turut bersih. Voucher bisa
ditukar dengan pembelian barang-barang ritel (sembako, dll), yang sesuai dengan
gaya hidup bebas kokain.
361
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Kekuatan Tantangan
KM telah menunjukkan keberhasilan Klien mungkin kembali ke posisi awal
untuk meningkatkan kepatuhan terapi penggunaan zat, ketika insentif tidak
dan mengurangi penggunaan zat lagi diberikan.
secara bermakna jika diberikan insentif.
PK dan KM didukung oleh riset yang Banyak studi riset yang menampilkan
kuat dan luas baik di laboratorium keberhasilan PK dan KM dengan
maupun studi klinis. menggunakan sedikit sampel dan
memerlukan biaya besar untuk
insentifnya.
362
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Ulasan umum
Farmakoterapi secara singkat dapat didefinisikan sebagai penggunaan zat
psikoaktif yang diresepkan oleh dokter untuk memberikan terapi kondisi-kondisi
psikiatrik dan perilaku. Juga dikenal sebagai medication-assisted treatment (MAT).
Farmakoterapi dilaksanakan dengan beberapa cara:
• Untuk membantu putus zat akut atau untuk penurunan bertahap zat psikoaktif;
• Untuk mengganti zat psikoaktif, yang jangka pendek atau jangka panjang;
• Untuk menurunkan hasrat menggunakan zat dengan mengurangkan sifat
penguatnya atau dengan menciptakan efek negatif ketika zat digunakan; dan
• Untuk membantu pemulihan awal dengan mengurangi sugesti atau untuk
melawan beberapa gejala sindroma putus zat yang selalu ada dalam jangka
panjang;
Medikasi tersedia untuk menerapi ketergantungan alkohol, opioida, dan nikotin.
Medikasi ini umumnya perlu diresepkan oleh dokter, walaupun medikasi untuk
ketergantungan nikotin dapat dibeli tanpa resep;
Bentuk farmakoterapi yang paling banyak digunakan adalah terapi rumatan
metadon untuk ketergantungan opioid.
Farmakoterapi seharusnya digunakan bersama dengan konseling dan layanan
terapi lainnya, bukan sebagai pengganti mereka.
1 World Health Organization. (2009). Guidelines for the psychosocially assisted pharmacological treatment of opioid dependence. Geneva:
Author.
2 Center for Substance Abuse Treatment. (2005). Medication-Assisted Treatment for Opioid Addiction in Opioid Treatment Programs.
Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 43. DHHS Publication No. (SMA) 05-4048. Rockville, MD: U.S. Department of Health and Human
Services.
363
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
364
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Kekuatan Tantangan
Klien yang stabil dengan dosis metadon Metadon harus diresepkan dan
yang adekuat, dan bertahan dalam dimonitor dengan teliti oleh dokter.
dosis tersebut dapat berfungsi normal.
365
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Ulasan umum
Model fasilitas 12–Langkah berdasarkan konsep kelompok saling bantu 12–
Langkah, seperti Alcoholic Anonymous (AA), Narcotic Anonymous (NA), dan
Cocaine Anonymous (CA).
• Mencari pertolongan;
Model fasilitas 12–Langkah fokus dalam membantu klien untuk memahami prinsip-
prinsip AA/NA, mulai menjalankan 12 langkah pemulihan, mengkaji dan menerima
adiksi mereka, mencapai abstinen, dan terlibat aktif dalam kelompok 12–Langkah
di masyarakat.
Kerja kelompok fokus untuk menerima adiksi sebagai penyakit, mengambil tanggung
jawab atas proses pemulihan dan kegiatan yang dilakukan, memperbaharui
harapan, memantapkan trust, mengubah perilaku, mempraktekkan pengungkapan
diri, mengembangkan wawasan terhadap perilaku, dan menebus serta menyesali
perilaku lama.
• Menerima adiksinya;
Teknik-Teknik Utama
Model fasilitas 12–Langkah dipandu dengan pedoman dan waktunya terbatas;
diimplementasikan pada klien individual selama 12 hingga 15 sesi selama kira-kira 12
minggu. Sesi asesmen awal selama 1 1/2 jam, dan sesi regular berlangsung selama 1
jam.
1 U.S. National Registry of Evidence-based Programs and Practices. (2010). Twelve-Step facilitation therapy. Retrieved on November 24, 1010,
from http://www.nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=55
366
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
367
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Kekuatan Tantangan
Pendekatan 12 – Langkah menekankan Kesulitan memonitor secara akurat
serangkaian tugas-tugas pemulihan kepatuhan klien mengerjakan tugas-
dalam hal kognitif, spiritual dan tugas mengerjakan langkah yang
kesehatan. diberikan, termasuk menghadiri
pertemuan 12 – Langkah.
368
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Ulasan umum
Matrix model dikembangkan pada tahun 1980-an, sebagai sebuah cara yang
efektif untuk membantu seseorang yang memiliki masalah ketergantungan zat
stimulant, terutama jenis kokain dan metamfetamin.
Model ini juga sudah dimodifikasi untuk dapat menterapi seseorang yang
menggunakan zat lain, termasuk heroin, walaupun riset belum pernah dilakukan
untuk mengevaluasi keberhasilan pendekatan ini terhadap pengguna zat lain
selain stimulan.
Matrix merupakan program berbasis panduan (manual.-based). Panduan yang
dimaksud mencakup makalah untuk klien yang menjadi dasar dari sesi terapi,
yang dipilih melalui analisis behavioral dari tipe-tipe masalah yang dijumpai pada
pengguna kokain dan metamfetamin ketika mereka melewati periode-periode
menuju abstinensia.
Matrix model mengintegrasikan beberapa teknik berbasis riset (termasuk cognitive
behavioral, motivational enhancement, edukasi dan pendekatan keluarga) yang
menyasar pada isu-isu perilaku, emosional, kognitif dan jalinan hubungan.
Pendekatan Matrix mencakup:
• Menegakkan hubungan teraputik yang kuat antara klien dan konselor;
• Mengajarkan klien bagaimana mengatur waktu, hidup teratur dan gaya hidup
sehat;
• Menyediakan informasi mengenai adiksi yang akurat dan mudah dimengerti;
• Menyediakan peluang untuk belajar dan mempraktekkan pencegahan relaps
dan teknik koping (coping skills).
• Melibatkan keluarga dan orang lain yang signifikan dalam proses terapi
dan pendidikan untuk memperoleh dukungan—dan mencegah sabotase
terhadap—terapi;
• Mendorong klien untuk berpartisipasi dalam kelompok dukungan berbasis
komunitas; dan
• Menjalankan tes urin secara acak dan tes melalui napas, untuk menilai
(mengevaluasi) keberhasilan terapi.
Teknik-Teknik Utama
Manual terapi yang terinci berisi lembar kerja untuk sesi-sesi individual; komponen
lainnya mencakupk kelompok edukasi keluarga, early recovery skill groups, relapse
prevention groups, sesi-sesi kombinasi, tes urin, program 12-Langkah, analisis
relaps, dan kelompok dukungan sosial.
1 Rawson, R. A., Marinelli-Casey, P., Anglin, M. D., Dickow, A., Frazier, Y., Gallagher, C., et al. (2004). A multi-site comparison of psychosocial
approaches for the treatment of methamphetamine dependence. Addiction, 99(6), 708–717.
2 Obert, J. L., London, E. D., & Rawson, R. A. (2002). Incorporating brain research findings into standard treatment: An example using the Matrix
model. Journal of Substance Abuse Treatment, 23(2), 107–113.
369
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Kekuatan Tantangan
Model ini mengintegrasikan Beberapa materi perlu modifikasi untuk
pendekatan cognitive-behavioral klien dengan gangguan fungsi kognitif
dengan keterlibatan keluarga, edukasi yang parah.
psikososial,dukungan 12-langkah, dan
tes urin.
Model ini sudah digunakan secara luas Konten materi yang sangat terstruktur,
dengan orang yang ketergantungan mungkin tidak menarik bagi semua
stimulant dan telah memperlihatkan klien.
keberhasilannya.
370
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
• Aman;
• Efektif;
• Tepat waktu;
• Efisien; dan
• Setara (adil).
Sebagai contoh, IOM menemukan bahwa hanya sekitar 10 persen dari klien
dengan gangguan masalah alkohol menerima perawatan yang direkomendasikan,
mengakibatkan meningkatnya penyakit dan kematian.
Aspek lain dari definisi tersebut adalah istilah “praktek.” Meskipun PBB biasanya
berasal dari teori-teori konseling (misalnya seperti teori perilaku), namun mereka
lebih kepada seperangkat teknik dan pendekatan. Teknik-teknik dan pendekatan
ini dapat mencakup elemen-elemen dari beberapa teori-teori konseling.
1 U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus standards for the treatment of substance use conditions: Evidence-based
treatment practices (abridged version) (p. v). Washington, DC: Author.
371
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
• Sains;
• Keahlian klinis.
Bagian sains dari definisi ini memasukkan konsep adanya bukti empiris yang sahih,
yang berarti bukti yang berbasis imformasi yang diperoleh dengan cara:
• Observasi langsung;
• Pengalaman; atau
• Eksperimen.
Kelayakan klinis berarti praktek tersebut memiliki alasan yang kuat, dapat dicapai,
dan memungkinkan secara ekonomi untuk diimplementasikan dalam situasi
kehidupan nyata, tidak hanya dalam lingkungan penelitian.
Makalah tersebut menekankan, “Praktek berbasis bukti yang baik dan sejumlah
pengetahuan saintifik tentang ketergantungan narkoba haruslah menjadi
pedoman intervensi dan investasi dalam terapi ketergantungan narkoba. Standar
kualitas tertinggi yang menjadi syarat dapat diterimanya intervensi farmakologis
atau intervensi psikososial dalam semua disiplin medik lain haruslah diterapkan
dalam bidang ketergantungan narkoba.” (hal.9)
1 WHO and UNODC. (2008). Principles of drug dependence treatment: Discussion paper. Retrieved December 3, 2010, from http://www.unodc.
org/documents/eastasiaandpacific//china/UNODC-WHO-Principles-of-Drug-Dependence-Treatment.pdf
372
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Cognitive-behavior therapy;
Contingency management;
Istilah terapi tunggal penting untuk dicatat; laporan tersebut tidaklah menyatakan
bahwa praktek-praktek tersebut tidak mendapat tempat dalam terapi. Tetapi hanya
menyatakan bahwa mereka merupakan terapi yang tidak memadai jika dilakukan
tunggal atau tidak dikombinasikan dengan terapi PBB lainnya.
1 U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus standards for the treatment of substance use conditions: Evidence-based
treatment practices (p. 20). Washington, DC: Author.
2 Powers, E. J., Nishimi, R. Y., & Kizer, K. W., Eds. (2005). Evidence-based treatment practices for substance use disorders: Workshop proceedings
(p. ix). Washington, DC: U.S. National Quality Forum.
373
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Keyakinan utama (core belief) dalam cognitive therapy adalah seseorang dapat
mengubah cara dia berpikir (dan merasa dan bertindak), meskipun situasi tidak
berubah.
374
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 U.S. National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism. (1995). Cognitive-behavioral-coping skills therapy manual: A clinical research guide
for therapists treating individuals with alcohol abuse and dependence. Project MATCH Monograph Series, Volume 3. Bethesda, MD: Author.
376
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Latihan coping skill akan membantu Ahmad melihat setiap kaitan antara mata
rantai kejadian, yang membuat dia relaps, dan yang dapat membantu dia belajar
untuk mengenali keputusan-keputusan yang dapat menjadi awal dari terjadinya
proses relaps.
Alkohol;
Mariyuana;
Kokain;
Amfetamin; dan
Nikotin
Para klien juga telah terbukti konsisten dalam mempertahankan keterampilan baru
dan peningkatan lainnya, untuk masa setidaknya satu tahun setelah perawatan.2
Pendekatan-pendekatan motivasional
Pendekatan-pendekatan motivasional termasuk yaitu motivational interviewing
(MI) dan motivational enhancement therapy (MET). Namun sebelumnya, kita akan
membahas dahulu beberapa karakteristik umum dari pendekatan-pendekatan
motivasional ini.
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed. NIH Publication
No.09-4180. Bethesda, Maryland: Author. 46–47. Retrieved August 29, 2011 from http://www.nida.nih.gov/podat/Evidence2.html
2 Ibid.
377
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
378
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Wawancara Motivasional
Sekarang mari kita bahas bagaimana dua pendekatan motivasional menggabungkan
prinsip-prinsip tersebut ke dalam prinsip berbasis bukti. Kita mulai pertama dari
MI (motivational interviewing) atau wawancara motivasional.
380
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
381
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
382
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
383
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
384
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1 U.S. National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed. NIH Publication No.
09-4180. Bethesda, Maryland: Author. 46-47.
385
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
386
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Therapeutic Community
Therapeutic community (TC) adalah model residensial yang intensif, berjangka
panjang (hingga 1 tahun). TC menggunakan pendekatan “komunitas sebagai
metodenya” (community as method);2 Pendekatan ini memandang komunitas
secara keseluruhan—organisasi sosial, staf dan klien, dan kegiatan-kegiatan
hariannya—sebagai unsur teraputik. Filosofi “community as method” dan struktur
terapeutik yang jelas menjadi ciri TC.
1 U.S. National Registry of Evidence-based Practices and Programs. (2011). Multidimensional Family Therapy. Rockville, Maryland: SAMHSA.
Retrieved August 30, 2011, from http://nrepp.samhsa.gov/ViewIntervention.aspx?id=151
2 De Leon, G. (2000). The therapeutic community: Theory, model, and method. New York: Springer Publishing Company.
387
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
1 Personal communication: Gilberto Gerra, M.D., Chief , Drug Prevention and Health Branch, United Nations Office for Drug Control.
388
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
389
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
1 National Institute on Drug Abuse. (2002). Research report series—Therapeutic community: What is a therapeutic community. Bethesda,
Maryland: Author. Retrieved August 29, 2011, from http://www.nida.nih.gov/PDF/RRTherapeutic.pdf
2 National Institute on Drug Abuse. (2009). Principles of drug addiction treatment: A research-based guide, 2nd Ed.NIH Publication No. 09-
4180. Bethesda, Maryland: Author.
390
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Manajemen Kontingensi
Penelitian telah membuktikan keefektifan dari pendekatan terapi yang
menggunakan prinsip-prinsip manajemen kontingensi atau CM (contingency
management). Manajemen kontingensi berdasarkan pada prinsip perilaku
yang memberikan penghargaan pada penguatan perilaku, atau membuatnya
menjadi lebih mungkin untuk diulangi. Sebuah perilaku juga dapat diperkuat
dengan memindahkan konsekuensi negatifnya; yang disebut juga dengan istilah
penguatan negatif.
Manajemen kontingensi dalam terapi GPZ menandakan bahwa klien-klien diberikan
kesempatan untuk menghasilkan insentif berbiaya murah, atau penghargaan,
untuk perilaku yang diinginkan seperti mengikuti sesi-sesi kelompok, hadir tepat
waktu, mencoba perilaku baru, atau melakukan tes urin bebas narkoba. Insentif
ini dapat berupa hadiah yang diberikan saat itu atau voucher yang dapat ditukar
dengan makanan, tiket nonton bioskop, atau barang-barang pribadi lainnya.
Dari sudut pandang perilaku, penggunaan narkoba dianggap dapat bertahan
karena pengaruh penguatan positif dari zat (narkoba) itu sendiri, atau dari
penguatan positif untuk menyembuhkan rasa sakit dari efek putus zat. Oleh
karena itu, “penarikan” (putus zat) dari ketergantungan narkoba dan penghargaan
langsung, menjadi sangat kuat untuk klien GPZ.
Proses menuju abstinensia memiliki manfaat tersendiri pada akhirnya, sebagai
contoh:
• Gaya hidup lebih sehat;
• Pekerjaan dan kemandirian;
• Kesempatan pendidikan; dan
• Menjaga hubungan yang positif.
Namun, kata “akhirnya” adalah kunci; biasanya diperlukan waktu yang lama
sebelum penghargaan internal ini yang dialami oleh klien yang mencoba untuk
membuat perubahan perilaku yang signifikan. Jadi, karena abstinensia itu sendiri
mungkin tidak cukup untuk mempertahankan penguatan motivasi untuk berhenti
menggunakan alkohol atau obat-obatan, CM menggunakan hadiah yang lebih
cepat untuk memperkuat kedua tahap awal abstinensia dan perubahan gaya
hidup.
Lebih dari itu, CM memotivasi perubahan perilaku dari klien dan menguatkan
abstinensia dengan penghargaan perilaku sistematis yang diinginkan:
• Penghargaan yang diberikan biasanya positif, menyenangkan, dan merupakan
peristiwa bermanfaat atau objek; tetapi
• Beberapa penguatan negatif juga dianggap efektif, seperti menghapus denda
atau pembatasan tertentu setelah klien menyelesaikan suatu hal.
391
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
392
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
393
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
395
Panduan Peserta: Modul 7 - Praktik-Praktik Berbasis Bukti Untuk Intervensi Terapi
Objektif pembelajaran
Peserta yang menyelasaikan modul 7 akan mampu untuk mengembangkan rencana
integrasi praktek pribadi.
399
Panduan Peserta: Modul 8 - Mengintegrasikan Pembelajaran Ke Dalam Praktek
1. Hal terpenting yang saya pelajari dari pelatihan ini, dan tidak ingin dilupakan,
adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
2. Perubahan yang akan saya buat pada pekerjaan saya berdasarkan pada apa yang
telah saya pelajari adalah:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
3.Sesuatu hal yang dapat mengganggu rencana saya tersebut adalah (mis.antisipasi
hambatan):
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
4. Cara yang dapat saya lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, termasuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
5. Orang-orang berikut ini (termasuk supervisor, mentor potensial, dan lain-lain) dan
sumber-sumber (seperti pelatihan, membaca) dapat membantu saya dalam cara-
cara berikut ini:
400
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
1. U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus standards for the treatment of substance use conditions: Evidence-based
treatment practices (abridged version) (p. v). Washington, DC: Author.
401
Panduan Peserta: Lampiran A—Daftar Istilah
402
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
Center for Substance Abuse Treatment. (2006). Detoxification and substance abuse
treatment, Treatment Improvement Protocol Series 45, HHS Publication No. (SMA) 06-
4131. Rockville, MD: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK14497
Center for Substance Abuse Treatment. (2006). Substance abuse: Clinical issues in
intensive outpatient treatment, Treatment Improvement Protocol Series 47, HHS
Publication No. (SMA) 06-4182. Rockville, MD: U.S. Substance Abuse and Mental
Health Services Administration.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK14448
Center for Substance Abuse Treatment. (2005). Substance abuse treatment: Group
therapy, Treatment Improvement Protocol Series 41, HHS Publication No. (SMA) 05-
3991. Rockville, MD: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK14531
Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997). The transtheoretical model of health behavior
change. American Journal of Health Promotion, 12(1), 38–48.
http://www.uri.edu/research/cprc/Publications/PDFs/ByTitle/The%20
Transtheoretical%20model%20of%20Health%20behavior%20change.pdf
403
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
Alcoholics Anonymous
http://www.aa.org
Celebrate Recovery
http://www.celebraterecovery.com
Cocaine Anonymous
http://www.ca.org
Marijuana Anonymous
http://www.millatiislami.org
Millati Islami
http://www.ca.org
Nar-Anon
http://www.nar-anon.org/Nar-Anon/Nar-Anon_Home.html
Narcotics Anonymous
http://www.na.org
Rational Recovery®
https://rational.org/index.php?id=1
404
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi
U.S. National Quality Forum. (2007). National voluntary consensus standards for
the treatment of substance use conditions: Evidence-based treatment practices.
Washington, DC: Author.
http://www.rwjf.org/files/research/nqrconsensusreport2007.pdf
Topik-Topik Khusus
Terapi-kognisi perilaku
Association for Behavioral and Cognitive Therapies. (n.d.). Learn about CBT. New
York: Author.
http://www.abct.org/Professionals/?m=mPro&fa=learnCBT_menu
Pendekatan Motivasional
Center for Substance Abuse Treatment. (1999). Enhancing motivation for change
in substance abuse treatment, Treatment Improvement Protocol Series 35, HHS
Publication No. (SMA) 99-3354. Rockville, MD: U.S. Substance Abuse and Mental
Health Services Administration.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK14856/
Center for Substance Abuse Treatment. (2006). Enhancing motivation for change
inservice training, HHS Publication No. (SMA) 06-4190. Rockville, MD: U.S. Substance
Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.kap.samhsa.gov/products/manuals/tipcurriculum/pdf/p_complete_
manual.pdf
405
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
Pendekatan-Pendekatan Keluarga
Center for Substance Abuse Treatment. (2004). Substance abuse treatment and family
therapy, Treatment Improvement Protocol Series 39, HHS Publication No. (SMA) 04-
3957.
Rockville, MD: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK14505
Rockville, MD: U.S. Substance Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.kap.samhsa.gov/products/manuals/cyt
Multisystemic Therapy Services. (2010). What is multisystemic therapy? Mount Pleasant,
SC: Author.
http://www.mstservices.com/index.php/what-is-mst/what-is-mst
Therapeutic community
Center for Substance Abuse Treatment. (2006). Therapeutic community curriculum:
Trainer’s manual, HHS Publication No. (SMA) 06-4121. Rockville, MD: U.S. Substance
Abuse and Mental Health Services Administration.
http://www.kap.samhsa.gov/products/manuals/tcc/index.htm
U.S. National Institute on Drug Abuse. (2002). What is a therapeutic community? Research
report series, NIH Publication No. 02-4877. Bethesda, MD: U.S. National Institutes of
Health.
http://www.nida.nih.gov/PDF/RRTherapeutic.pdf
407
Panduan Peserta: Lampiran B—Sumber Referensi
Winona A. Pandan
Guidance Counselor
LaSalle College – Victorias
Philippines
Dr. V. Thirumagal
Consultant
TTK Hospital
India
409
Panduan Peserta: Lampiran C—Ucapan Terima Kasih Khusus
410
Terapi Gangguan Penggunaan Zat-Rawatan Berkelanjutan untuk Profesional Adiksi