Anda di halaman 1dari 11

OPTIMALISASI PERAN DANSATGAS YONARMED 12/AY/2/2 KOSTRAD DALAM

RANGKA MENDUKUNG TUGAS OPERASI PENGAMANAN PERBATASAN RI-RDTL


DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

Pendahuluan.

Negara Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulaunya mencapai


17.504 pulau dan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2, serta panjang garis pantai
yang mencapai 81.000 km2 1.
Dua pertiga dari wilayah Indonesia terdiri dari lautan,
implikasinya, hanya ada tiga perbatasan darat dan sisanya adalah perbatasan laut. Tiga
perbatasan wilayah darat Indonesia dengan negara lain tersebut, meliputi perbatasan
dengan Malaysia, Papua New Guinea, dan Timor Leste. Sedangkan perbatasan wilayah
laut berbatasan dengan sepuluh Negara, yang terdiri dari negara Malaysia, Singapore,
Filipina, India, Thailand, Vietnam, Palau, Australia, Timor Leste, dan Papua New Guinea.
Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92
pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. Beberapa diantaranya masih perlu penataan dan
pengelolaan yang lebih intensif karena mempunyai kecendrungan permasalahan dengan
negara tetangga. Wilayah perbatasan pada hakikatnya merupakan pijakan terdepan
dalam memproyeksikan sebuah kekuatan pertahanan Negara. Dalam konteks ini, wilayah
perbatasan tidak hanya berfungsi sebagai batas fisik wilayah kedaulatan Negara
(sovereignty’s boundary) yang harus ditegakan, namun sebagai frontier atau garda
terdepan untuk memperluas pengaruh (sphere of influence) dalam mengartikulasikan
kepentingan nasional, termasuk kepentingan nasional yang berdimensi pertahanan.
Tugas Pokok TNI berdasarkan Undang-Undang RI No.34 Tahun 2004 adalah
menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. TNI
AD sebagai bagian dari TNI yang merupakan komponen utama kekuatan pertahanan
negara di darat diharapkan dapat menunaikan tugas pokok sesuai dengan yang
diamanatkan oleh Undang-Undang tersebut. Mengacu pada UU No. 34 tahun 2004
tentang tugas pokok TNI, TNI AD mempunyai tugas OMSP yang harus senantiasa
diemban yaitu mengajaga keutuhan NKRI melalui Pengamanan Perbatasan. Dimana
dalam menjaga keutuhan tersebut yakni melalui pengamanan terhadap kawasan
perbatasan suatu negara, yang mempunyai peranan penting dalam penentuan batas
wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, serta keamanan dan keutuhan
1
Mabes TNI, Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI tentang Operasi Pengamanan Perbatasan,Mabes TNI,Jakarta, 2007,
hal 1
2

wilayah. Namun pada kenyataannya saat ini masih banyak terdapat pelanggaran-
pelanggaran keamanan tapal batas, keterbatasan infrastruktur wilayah perbatasan NKRI
masih jauh dari kata ideal hingga tuntutan peran para Dansatgas dalam memimpin
pasukannya di medan tugas.

Sehubungan dengan latar belakang di atas, permasalahan yang timbul pada


wilayah perbatasan disebabkan oleh beberapa faktor yang ada baik internal maupun
eksternal, seperti, kurangnya pengawasan dari unsur Komandan di Pos-Pos perbatasan,
masih adanya prajurit yang belum paham bahwa tugas yang diemban adalah menjaga
keutuhan NKRI, infrastruktur wilayah di perbatasan yang masih jauh dari kata ideal,
kesenjangan ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan dan banyaknya jalan tikus yang
tidak terjaga dengan baik serta kondisi geografis di perbatasan Indonesia yang sulit
dijangkau karena infrastruktur yang terbatas. Dari uraian di atas dapat diambil beberapa
persoalan yang harus dipecahkan, antara lain: pertama; pertama masih ditemukannya
kasus-kasus pelanggaran keamanan perbatasan seperti penyelundupan senjata illegal,
narkotika dan perdagangan manusia; kedua, keterbatasan infrastruktur & teknologi dan
masalah kesulitan logistik di sekitar daerah perbatasan; ketiga masih kurangnya
profesionalisme dan dedikasi dari prajurit dalam melaksanakan tugas pengamanan
perbatasan. Dari uraian permasalahan di atas dapat dirumuskan dalam satu pokok
permasalahan yaitu “Bagaimana upaya/optimalisasi peran Dansatgas Yonarmed
12/AY/2/2 Kostrad dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi Pamtas RI-RDTL
di wilayah Nusa Tenggara Timur?”. Untuk menjawab hal tersebut maka penulis
mencoba untuk menganalisa permasalahan tersebut dari sudut pandang yang berbeda.

Dari penjelasan tersebut di atas, maka pentingnya penulisan essai ini adalah agar
para Dansatgas dapat melaksanakan secara efektif dan efisien dengan harapan berhasi
di medan tugas dan menjamin keutuhan NKRI di wilayah perbatasan darat. penyelesaian
tugas dengan keberhasilan dengan hasil menyelesaiakan. Adapun metode yang
digunakan dalam penulisan essai ini adalah menggunakan metode deskriptif analisis
yang berdasarkan pengamatan di lapangan dan pendekatan secara empiris serta studi
kepustakaan.

Adapun nilai guna yang dapat diambil adalah agar pembaca dapat mengetahui
langkah dan upaya Dansatgas dalam rangka mendukung pelaksanaan operasi Pamtas.
Dan sebagai sumbang saran dan pikiran kepada komando atas dalam menyelesaikan
permasalahan pada saat pelaksanaan operasi Pamtas yang terjadi, sedangkan maksud
3

dan tujuannya adalah memberikan gambaran tentang pentingnya peran Dansatgas dalam
mendukung operasi Pamtas dan ruang lingkup meliputi pendahulaun.
Pembahasan

Masalah perbatasan memiliki dimensi yang kompleks. Terdapat sejumlah faktor


krusial yang terkait di dalamnya seperti yurisdriksi dan kedaulatan negara, politik, sosial
ekonomi, dan pertahanan keamanan. Penanganan berbagai permasasalahan pada tiga
isu utama diatas masih menghadapi berbagai kendala. Pengamanan wilayah perbatasan
pada hakekatnya merupakan bagian integral tugas yang diemban oleh Dansat Banpur.
Wilayah perbatasan mempunyai nilai strategis yaitu faktor sosial ekonomi perbatasan,
separatisme, dan lintas batas tradisional yang sulit ditangani. Selain menangani
pengamanan wilayah perbatasan, dalam Salah satu tugas pokok TNI AD adalah
menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah darat Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap Bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia di wilayah daratan dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan Bangsa dan Negara. Terkait dengan hal tersebut diantara tugas
Operasi Militer Selain Perang (OMSP), yang diemban TNI AD adalah mengamankan
wilayah perbatasan darat Negara RI dengan Negara tetangga, yaitu perbatasan RI-PNG,
RI-Timor Leste, dan RI-RDTL serta Pulau-pulau kecil terluar. Selain mengamankan
wilayah perbatasan, tugas yang diemban TNI AD ialah melaksanakan tugas pengamanan
daerah rawan.

Namun Permasalahan daerah perbatasan yang kompleks menuntut Dansatgas


sebagai ujung tombak dalam pengamanan negara. Oleh sebab itu diperlukan upaya –
upaya dalam pelaksanaan pengamanan wilayah perbatasan khususnya guna
menciptakan stabilitas keamanan wilayah yang pada akhirnya mewujudkan stabilitas
keamanan NKRI. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, dibutuhkan upaya –
upaya kongkrit yang perlu dilaksanakan oleh TNI AD dalam rangka pengamanan wilayah
perbatasan melalui optimalisasi peranan Dansatgas dalam pengamanan wilayah
perbatasan NKRI. Dengan meningkatkan rasa integritas dan kepedulian Dansatgas
terhadap semua aspek Pertama. Aspek Geografi. Kurangnya akses pemerintah baik
pusat maupun daerah ke kawasan perbatasan. Kedua. Aspek Politik. Kehidupan sosial
ekonomi di daerah perbatasan umumnya dipengaruhi oleh kegiatan di negara tetangga.
Ketiga. Aspek Ekonomi. Daerah perbatasan merupakan daerah tertinggal
(terbelakang). Keempat. Aspek Sosial Budaya. Akibat globalisasi dan perkembangan
4

ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Kelima. Aspek Pertahanan dan
Keamanan.

Kasus penyelundupan narkotika, penyelundupan senjata illegal dan perdagangan


manusia.

Secara khusus kawasan perbatasan NKRI mempunyai peranan penting dalam


penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumberdaya alam, serta keamanan
dan keutuhan wilayah, hal inilah yang menjadi tugas Dansatgas untuk menjaga keutuhan
dan kedaulatan NKRI, mengingat masalah perbatasan memiliki dimensi yang kompleks
dan perlu upaya dalam penanganannya, oleh sebab itu diharapkan nilai guna yang dapat
diambil dari tulisan ini yaitu menghasilkan suatu upaya yang dapat dijadikan pedoman
dalam penentuan peningkatan peran Dansatgas dalam penanganan masalah perbatasan.

Sebagai negara kepulauan terbesar dengan wilayah yang luas dan berbatasan
dengan sepuluh negara tetangga,2 Indonesia memiliki garis perbatasan yang panjang
dan memiliki karakteristik daerah perbatasan yang beraneka ragam. Kondisi tersebut
mengandung kerawanan-kerawanan yang harus ditangani. Khususnya pada aspek
pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai salah satu komponen pertahanan
negara, melaksanakan tugas pokoknya dengan menggelar Operasi Pengamanan
Perbatasan (Pamtas)3secara aktif dalam rangka menangani kerawanan-kerawanan
tersebut.4 Sasaran operasi pengamanan perbatasan yang digelar TNI meliputi ancaman
kriminalitas lintas negara, penyelundupan senjata, penyelundupan narkotika, pencurian
sumber daya alam, dan lintas batas ilegal.5 Ancaman-ancaman tersebut bersifat klasik
dan memiliki kesamaan karakteristik adanya aktivitas melintasi batas negara. Oleh
sebab itu, kapabilitas pasukan TNI dalam pengawasan lintas batas merupakan hal yang
penting dalam operasi pengamanan perbatasan, untuk dapat mengetahui secara dini
adanya suatu ancaman, sehingga dapat segera ditindaklanjuti dengan langkah
pencegahan dan penindakan. Berdasarkan uraian tersebut, kajian ini akan membahas
peran dan kapabilitas pasukan TNI dalam pengawasan lintas batas pada operasi
pengamanan perbatasan.
2
BNPP, Design Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan KawasanPerbatasanTahun 2011-2025, (Jakarta:
BNPP,2011), hlm 10.
3
Pasal 6 dan Pasal 8 Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
4
UU RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, 2004, Pasal 7 Ayat (2)
5

Pada umumnya kondisi saat ini di daerah pebatasan belum mendapat perhatian
secara proporsional. Kondisi ini terbukti dari kurangnya sarana prasarana pengamanan
daerah perbatasan dan aparat keamanan di perbatasan. Hal ini telah menyebabkan
terjadinya berbagai permasalahan seperti, perubahan batas-batas wilayah,
penyelundupan barang dan jasa serta kejahatan trans nasional (transnational crimes).
Berbagai permasalahan tersebut diakibatkan oleh beberapa kondisi antara lain:
kondisi geografis, dilihat dari kondisi geografisnya Pulau Batek termasuk wilayah
Kabupaten Kupang yang berbatasan dengan Negara Republik Dili Timor Leste di
sebelah barat. Pulau ini berada di sebelah timur laut dari kota Kupang dengan koordinat
9° 15′ 30″ LS, 123° 59′ 30″ BT. Pulau tersebut merupakan salah satu pulau tidak
berpenghuni yang masuk wilayah administratif Kabupaten Kupang, tepatnya di
Kecamatan Amfoang Timur, Nusa Tenggara Timur, dan berbatasan langsung dengan
Distrik Oecusse, Timor Leste.

Dengan posisi di perbatasan dengan Timor Leste, masyarakat Pulau Batek-


Indonesia memiliki kesempatan berinteraksi dengan pengaruh asing, baik secara
ekonomi maupun sosial budaya dan kekerabatan.5Interaksi tersebut berpengaruh
terhadap lalu lintas orang dan barang di titik-titik pemeriksaan lintas batas. Berdasarkan
data statistik kegiatan Pos Imigrasi Pulau Batek selama penugasan, pelintas batas
Warga Negara Indonesia (WNI) berjumlah antara 1.000 hingga 3.056 orang, sedangkan
pelintas batas warga Timor Leste tidak lebih dari 15 orang. Kegiatan lintas batas di Pulau
Batek hanya diperuntukkan bagi warga di sekitar perbatasan dengan menggunakan
dokumen keimigrasian Pas Lintas Batas (PLB).6 Berdasarkan hasil wawancara dengan
tokoh masyarakat setempat, aktivitas lintas batas masyarakat didominasi oleh kegiatan
niaga. Komoditi utama yang didatangkan dari Timor Leste adalah barang-barang industri
dan kebutuhan sehari-hari, sedangkan komoditi yang dikirim ke Timor Leste adalah hasil
pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Kemudian ditimbulkan oleh kondisi demografi, Masih menurut data tersebut,


wilayah Pulau Batek-Indonesia memiliki keadaan demografi yang heterogen. Penduduk
aslinya adalah suku Timor, tetapi sebagian besar penduduknya adalah suku Bugis,
sedangkan suku-suku lainnya merupakan pendatang. Dari segi mata pencaharian,

5
L. T. Suhartono, Panglima TNI Laksamana TNI AgusSuhartono :Penangananmasalahkeamanan di PropinsiPapua
dan PapuaBarat, penindakanhukumnyatelahdilakukanPolri, 28 Oktober 2011, wawancara RRI.

6
OECD. OECD DAC Handbook on Security System Reform; supporting security and justice.(Paris: OECD,
2007), hlm.151.
6

sebagian besar penduduk Pulau Batek bekerja di bidang pertanian, perkebunan dan
perikanan, sedangkan lainnya di sektor jasa, perdagangan, dan sebagainya.7

Kondisi yang terakhir yaitu kondisi sosial budaya, Dengan posisi di perbatasan
dengan Republik Dili Timor Leste, masyarakat Pulau Batek-Indonesia memiliki
kesempatan berinteraksi dengan pengaruh asing, baik secara ekonomi maupun sosial
budaya dan kekerabatan. Interaksi tersebut berpengaruh terhadap lalu lintas orang dan
barang di titik-titik pemeriksaan lintas batas. Meskipun wilayah Pulau Batek Indonesia
memiliki potensi ekonomi dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan,
kondisi perekonomiannya masih tergantung pada wilayah Timor Leste. Ketergantungan
ini disebabkan oleh jarak yang lebih dekat ke daerah pusat perekonomian di Timor Leste
daripada ke daerah pusat perekonomian di Indonesia.

Melihat kondisi tersebut, seorang Dansatgas diharapkan memiliki kepedulian


dalam mengetahui dan memahami mengenai kondisi geografis daerah yang dikuasainya,
dimana daerah tersebut berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Kemudian peran Dansatgas juga diperlukan dengan lebih peduli dalam melakukan
pemeriksaan dan pengecekan langsung di pos-pos pengamanan perbatasan yang
memiliki kerawanan yang tinggi untuk terjadinya kegiatan penyelundupan senjata,
penyelundupan narkotika dan perdagangan manusia antar negara.

Mencermati dari beberapa kondisi di atas, ditemukan kendala dalam


menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu; pertama, dalam pelaksanaan pemeriksaan
dan pengecekan hanya dilakukan pada waktu siang hari, dikarenakan kendala
pencahayaan saat malam hari. Kedua, masih kosongnya unsur-unsur personel
pendukung tiap-tiap posnya sehingga menghambat dalam pelaksanaan tugas
pengamanan perbatasan. Ketiga, kurang terjalinnya kerja sama yang baik antara
pasukan kita dengan pasukan tetangga. Untuk sisi kelemahan yaitu, ketiadaan prosedur
formal mengakibatkan permasalahan yang timbul dalam pemantauan tidak teratasi,
sebagai contoh Sebagai contoh, apabila tidak tersedia personel di pos-pos karena
melakukan tugas-tugas lain, maka kegiatan pemantauan di pelabuhan tidak
dilaksanakan, sehingga terjadi kekosongan pengawasan. Hal ini terjadi karena tugas
pemantauan di pelabuhan tidak ditempatkan sebagai prioritas dalam pengaturan operasi
di tingkat pos.

7
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kupang,(Kupang, 2009, hlm. II-1).
7

Berangkat dari analisa terhadap permasalahan yang ada dan kendala serta
kelemahan yang ditemukan, maka upaya yang dapat dilakukan guna menekan kasus-
kasus pelanggaran keamanan perbatasan seperti penyelundupan narkotika,
penyelundupan senjata illegal dan perdagangan manusia yang dilakukan oleh WNI atau
WNA negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia antara lain; pertama,
melaksanakan pengamanan perbatasan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
Tiap-tiap personel khususnya Dansat harus dapat memahami tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing dalam melaksanakan tugas pengamanan perbatasan. Jangan
sampai melaksanakan tugas-tugas lain diluar Pamtas, sehingga mengurangi tingkat
pengawasan. Kedua, sebagai Dansat harus mampu memberikan pemahaman dan
penyuluhan terhadap warga negara kita sendiri akan bahaya atau hukuman yang akan
diberikan apabila melaksanakan penyelundupan narkotika, senjata illegal dan
perdagangan manusia. Yang akhirnya akan memberikan efek jera kepada pelaku yang
melakukannya. Ketiga, apabila dalam pelaksanaannya, berhasil menggagalkan operasi
penyelundupan atau perdagangan manusia, maka Dansat harus segera melaporkan
kegiatan tersebut kepada Komando atas, dan untuk tindak lanjutnya diserahkan kepada
instansi yang berkaitan dengan kasus tersebut. Keempat, meningkatkan kerja sama yang
baik dengan pasukan tetangga dengan cara memelihara komunikasi antara pasukan kita
dengan pasukan tetangga. Lewat pertemuan antar masing-masing Dansat baik Dansat
kita maupun Dansat pasukan tetangga, sehingga akan terjalin komunikasi yang baik.

Keterbatasan infrastruktur dan teknologi sepanjang daerah perbatasan

Pembangunan infrastruktur memiliki peranan penting dalam mewujudkan


sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pembangunan infrastruktur
merupakan dinamika organisasi publik yang harus dilakukan untuk mendukung
pengembangan wilayah. Pembangunan infrastruktur merupakan determinan penting
untuk menunjang kelancaran kegiatan sosial ekonomi pada suatu daerah karena
tanpa adanya infrastruktur yang memadai kegiatan perekonomian kurang lancar dan
dapat menghambat pembangunan.

Secara geografis Kabupaten Kupang terletak di daerah pedalaman yang


berbatasan langsung dengan Timor Leste dimana Kabupaten ini merupakan
Kabupaten yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012
8

di gedung DPR RI tentang Rancangan Undang-Undang Daerah Otonomi Baru


(DOB). Kecamatan Semau merupakan salah satu kecamatan yang ada di
kabupaten Kupang yang terdiri dari beberapa kampung diantaranya adalah Desa
Batuinan, Desa Bokonusan, Desa Hansisi, Desa Huiletlot, dan Desa Letbaun. Dari
hasil Observasi di salah satu Kecamatan di Kabupaten Kupang yaitu di Kecamatan
Semau, masih terdapat beberapa permasalahan yang di hadapi pemerintah daerah
kabupaten Kupang dalam hal usaha pembangunan infrastruktur. Ditambah pada
tahun 2018 masih adanya keterbatasan sumber listrik yang tersedia di Kecamatan
Semau yang hanya memiliki Unit Listrik Desa (ULD) yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat selama 6 jam, dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 24.00
WITA listrik tersebut hanya bisa di rasakan oleh masayarakat desa Semau saja
berbeda dengan masyarakat desa lainnya yang masih menggunakan mesin genset
pribadi dikarenakan belum adanya PLN untuk mendukung adanya listrik. Jika mesin
genset di Kecamatan Laham mengalami kerusakan, pelayanan Kecamatan Laham
tidak dapat menggunakan komputer dan jangkauan transportasi, yang saat ini
transportasi yang digunakan hanya transportasi sungai mahakam.

Harapannya dengan adanya perbaikan infrastruktur yang ada di Kecamatan


Semau khususnya dalam penyediaan sumber listrik dapat membantu masyarakat
yang berada di perbatasan untuk mendapatkan listrik yang digunakan oleh mereka
dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat mendukung prajurit dalam pelaksanaan
pengamanan perbatasan.

Mencermati dari beberapa kondisi di atas, ditemukan kendala dan kelemahan


dalam memecahkan persoalan tersebut. Pertama, sulitnya prajurit melaksanakan
komunikasi antar pos menggunakan alat komunikasi dikarenakan menggunakan sumber
daya listrik. Kedua, sulitnya akses jalan di wilayah perbatasan sehingga menghambat
mobilitas transportasi. Ketiga, sinyal internet yang ada di daerah perbatasan masih jauh
dari kata ideal.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya dari


Dansatgas antara lain; pertama, bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Off-Grid. PLTS Off-Grid
menggunakan panel surya yang terbuat dari bahan konduktor untuk mengubah energi
matahari menjadi energi listrik. Indonesia sebagai negara tropis yang mendapatkan sinar
matahari hampir sepanjang tahun, menjadikan syarat tersebut tidak sulit untuk dipenuhi.
Kedua. Membantu Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan
9

akses jalan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Ketiga. Berkolaborasi dengan
Forkopimda untuk meningkatkan akses layanan dasar seperti Pendidikan

Meningkatkan Profesionalisme dan dedikasi prajurit agar dapat melaksanakan


tugas secara optimal.

Profesionalisme adalah sikap, perilaku, dan kompetensi yang diperlukan bagi


prajurit yang bertujuan untuk mencapai kesuksesan tugas, sedangkan dedikasi
prajurit merupakan komitmen yang kuat dan ketulusan hati yang dimiliki oleh
seorang prajurit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Profesionalisme
dan dedikasi merupakan variabel penting yang dapat menentukan tugas dapat
berjalan dengan optimal.

Namun, hasil pengamatan di daerah operasi masih banyak ditemukan prajurit


yang belum menguasai tugas dan tanggung jawabnya, tentunya ini sangat fatal
apabila dihadapkan dengan ancaman yang mungkin timbul di Daerah operasi
khususnya Daerah perbatasan. Selanjutnya sering ditemukan prajurit yang
mengalami demotivasi, demotivasi dapat berdampak kepada minimnya inisiatif
prajurit untuk keberhasilan tugas khususnya di akhir-akhir menjelang purna tugas
sebelum kembali ke Homebase. Berdasarkan pengamatan penulis penyebab masih
ditemukannya prajurit yang belum menguasai tugas dan tanggungjawabnya adalah
karena kurang maksimalnya pembekalan dan sosialisasi yang diberikan kepada
prajurit saat di Homebase dan kurangnya kepedulian unsur pimpinan untuk
memastikan apakah tugas sudah benar-benar dimengerti oleh seluruh prajurit.

Besar harapan Prajurit dapat memahami dan melaksanakan tugas dan


tanggung jawabnya bahwasannya tugas mereka ialah menjaga keutuhan wilayah
dan kedaulatan NKRI melalui pengamanan perbatasan.

Berkaca dari kondisi di atas, kendala dan kelemahan yang dialami


diantaranya pertama, jarak antar pos yang sangat jauh menyebabkan kelelahan
pada prajurit saat melaksanakan patroli. Kedua, masih kurangnya pemahaman dari
prajurit mengenai teknik dan taktik militer. Ketiga, kegiatan yang dilaksanakan di
pos-pos cenderung monoton sehingga menimbulkan rasa bosan.

Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu dilakukan beberapa upaya antara


lain ; pertama, memaksimalkan penggunaan alat komunikasi yang sudah diberikan,
kedua, di sela-sela waktu kosong, para unsur pimpinan agar memberikan materi
10

Teknik dan taktik militer untuk diaplikasikan di lapangan. Ketiga, membuat kegiatan
hiburan yang masyarakat setempat namun memperhatikan faktor keamanan.

Penutup

Dari pembahasan uraian di atas tentang Upaya Peningkatan Peran Dansatgas


Dalam Rangka Pengamanan Wilayah Perbatasan RI-RDTL dapat disimpulkan sebagai
berikut : Kondisi pelaksanaan pengamanan wilayah perbatasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia saat ini secara umum dapat dilihat kurang optimal apabila dihadapkan
dengan luasnya wilayah tanggung jawab Dansatgas dalam mengamankan perbatasan.
Pengamanan wilayah perbatasan negara selanjutnya yang dilaksanakan oleh satuan
perlu mendapatkan perhatian khususnya pada kemampuan dan kekuatan yang tergelar
hingga saat ini dihadapkan pada hakekat ancaman yang semakin kompleks. Upaya
peningkatan peran Dansatgas dalam rangka pengamanan wilayah perbatasan NKRI
memerlukan peningkatan dari aspek kemampuan dan kekuatan serta pengadaan
infrastruktur dan teknologi yang memadai dalam rangka menjaga keutuhan wilayah dan
menegakkan kedaulatan NKRI khususnya diwilayah perbatasan. Upaya peningkatan
peranan Dansatgas dalam rangka pengamanan wilayah perbatasan RI-RDTL tidak hanya
berorientasi pada operasi militer untuk perang (OMP) namun juga mengarah kepada
operasi militer selain perang sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta sehingga
penyiapan segenap sumber daya nasional menjadi ruang, alat, dan kondisi (RAK) juang
yang tangguh dan mampu diberdayakan sepenuhnya untuk mendukung pertahanan
negara khususnya di wilayah perbatasan. Untuk mewadahi upaya optimalisasi peran
Dansatgas dalam rangka pengamanan wilayah perbatasan RI-RDTL maka saran yang
dapat diberikan antara lain : personel yang bertugas diperbatasan harus diseleksi dan
terlatih sesuai dengan kebutuhan di lapangan jangan terkesan dari segi Kuantitas saja,
Sarana pendukung antar pos – pos perbatasan jangan hanya diberikan sarana
komunikasi yang asal bunyi padahal sangat rawan apabila terjadi kendala dalam
pelaporan serta sarana transportasi yang memadai disesuaikan dengan kondisi wilayah
bertugas, dan perlunya diintensifkan kembali program Transmigrasi kearah wilayah
perbatasan agar pemerataan penduduk dalam rangka ketahanan wilayah perbatasan
lebih optimal.
11

Demikian tulisan ini dibuat untuk dapat menjadi salah satu gambaran berupa
masukan kepada pimpinan dalam rangka menentukan kebijakan khususnya
mengamankan wilayah perbatasan.

Komandan Batalyon Artileri Medan 12

Tulus Widodo, S.E., M.Han.


Mayor Arm NRP 11050050190483

Anda mungkin juga menyukai