Anda di halaman 1dari 35

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 18 Mei 2017

Ruangan :

1. Identitas klien

a. Nama : Tn. A

b. NO. MR : 453637

c. Umur : 60 tahun

d. Pekerjaan : Petani

e. Agama : Islam

f. Jenis kelamin : Laki-laki

g. Status Perkawinan : Kawin

h. Pendidikan : SMA

i. Alamat : Jln. Bayangkara

j. Tanggal masuk RS : 18 Mei 2018

k. Diagnosa Medis : Congestive Heart Failure (CHF)

l. Alasan masuk RS : Klien mengeluh sesak nafas

m. Cara masuk RS : Di bawa oleh keluarga ke RS

n. Penanggung jawab
a) Nama : Ny. B

b) Umur : 55 Tahun

c) Alamat : Jln. Bayangkara

d) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e) Hubungan dengan pasien : Istri

o. Riwayat alergi

a) Obat :-

b) Makanan :-

c) Dll :-

p. Alat bantu yang dipakai : -

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan pernah di rawat di RSSN Bukittinggi 11 tahun yang lalu

karena penyakit stroke. Klien memiliki riwayat hipertensi sejak 13 tahun

yang lalu. Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok sejak SMU.

Klien sering mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Mei 2017 pukul 08.49

WIB, klien mengeluh sesak nafas, frekuensi pernafasan : 25x/i, klien

tampak lemah dan gelisah, klien mengalami edema pada ekstremitas

bawah, tanda - tanda vital klien yaitu TD : 90/80 mmHg, HR : 58 x/i dan
suhu : 36,5 C. Klien
0
terpasang IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 jam,

terpasang oksigen melalui binasal dengan konsentrasi 5 liter/i.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama dengannya, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

keturunan seperti jantung, hipertensi, DM, asma.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum pasien

a) Berat Badan : 64 kg

b) Tinggi badan : 169 cm

b. Tanda - Tanda Vital

a) Tekanan Darah : 90/80 mmHg

b) Frekuensi Pernapasan : 25 x/i

c) Frekuensi Nadi : 58 x/i

d) Suhu : 36,5 0C

c. Head ToToe

a) Kepala

Bentuk kepala normal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada

nyeri tekan pada kepala.

b) Mata

Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik.
c) Telinga

Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada serumen dan

fungsi pendengaran baik.

d) Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung,

dan tidak ada sekret.

e) Mulut

Mulut bersih, tidak ada caries pada gigi.

f) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjer getah bening.

g) Paru - paru

a. Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

b. Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama

c. Perkusi : Terdengar sonor

d. Auskultasi : Bronkovesikuler

h) Jantung

a. Inspeksi : Iktus tidak terlihat

b. Palpasi : Iktus teraba di RIC V

c. Perkusi : Pekak, batas jantung 1 jari di bawah RIC VI

d. Auskultasi : Reguler, tidak ada bunyi tambahan


i) Ekstremitas

a. Atas : Terpasang infus pada ekstremitas atas kiri, akral dingin,

kemerahan pada telapak tangan, CRT < 2 detik,

b. Bawah : edema pada ekstremitas bawah, pitting edema derajat I

kedalaman 3 mm dengan waktu kembali 3 detik, akral dingin.

j) Genetalia

Bersih dan terpasang kateter.

4. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

No Data Pola Sehat Sakit

Kebiasaan Sehari –

hari

1. Nutrisi Makan : Makan :

a. Makan Sebelum sehat klien makan Selama di rumah sakit

3x sehari, dengan lauk dan klien makan dengan diet

sayur dengan porsi habis. DJ II 1800 kkal ML, 3x

Klien sering mengkonsumsi sehari berupa nasi lunak,

gorengan dan makanan sayur dan lauk. Klien

bersantan.Nafsu makan hanya menghabiskan

klien ada. setengah dari porsi

makan. Klien

mengatakan tidak nafsu


makan.

Minum Minum :

Sebelum sakit klien minum Selama sakit klien


b. Minum
7 gelas sehari (2000 cc) minum 6 gelas sehari

(1500 cc).

2. Eliminasi BAK : BAK:

a. BAK BAK lancar, frekuensi 6-7 Saat sakit klien buang air

b. BAB x/hari, urin berwarna kuning kecil melalui slank

dan berbau khas. kateter sebanyak 700

cc/hari, warna

kecoklatan.

BAB BAB :

Klien buang air besar 1x Klien buang air besar

sehari, warna kekuningan, 1x sehari warna

konsistensi padat sedikit kecoklatan, konsistensi

lembek. agak keras.

3. Istirahat dan Tidur Klien tidur siang 1-2 Selama di rumah sakit

jam/hari. Tidur malam 7-8 klien tidur siang 1-2

jam/hari dengan nyenyak. jam/hari dan tidur malam

hanya 4- 5 jam/ hari.

Klien mengatakan tidur


tidak nyenyak dan sering

terbangun di malam hari

karena sesak nafas .

4. Aktivitas sehari- Klien sebelum sakit bekerja Saat sakit klien bedres

hari sebagai petani di total di tempat tidur dan

kampungnya. Klien kurang harus di bantu oleh

berolahraga karena keluarga dan perawat.

kelumpuhan pada kaki dan

tangan sebelah kanan klien.

5. Data Sosial Ekonomi

Klien bekerja sebagai petani, klien bisa bersosialisasi dengan baik.

6. Data Psikososial

Klien tampak gelisah, klien selalu meminta untuk cepat pulang karena merasa

tidak nyaman di rumah sakit. Hubungan klien dengan keluarga baik.

7. Data Spiritual

Klien beragama islam. Klien melaksanakan sholat 5 waktu.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan tanggal 18 Mei 2017 :

a) Hemoglobin : 11,9 g/dl (N : 14-16)


b) Leukosit : 16.360/mm3 (N : 5.000-10.000)

c) Trombosit : 90.000/mm3 (N : 150.000-400.000)

d) Hematokrit : 36 % (N : 40- 48 )

e) Ph : 7,43 (N : 7,35- 7,45)

f) PCO2 : 30 mmHg (N: 35-45 mmHg)

g) PO2 : 140 mmHg (N : 95-100 mmHg)

h) HCO3 : 19,9 mmol/L

i) Gula darah sewaktu : 156 mg/dl (N : <200).

b. Diagnostik

Pemeriksaan dilakukan tanggal 17 Mei 2017

a) Rontgen toraks : Klien mengalami kardiomegali.

9. Penatalaksanaan

Program terapi pengobatan yang di dapatkan oleh Tn. A yaitu :

a) Pemberian O2 binasal 4 liter/i

b) IVFD Eas Pfrimmer 500cc/24 jam

c) Ceftriaxone 1x 2 gr

d) Lasix 1 x 20 gr

e) Eritromicin 1 x 500 gr

f) Bicnat 3 x 1 mg

g) As. Folat 1 x 5 mg

h) Candesartan 1 x 16 mg

i) Clopidogrel 1 x 75 mg
10. Analisa Data

N DATA MASALAH ETIOLOGI

1. Data Subjektif : Penurunan curah jantung Perubahan

1) Klien mengatakan sesak kontraktilitas

nafas

2) Klien mengatakan sesak

nafas pada malam hari

3) Klien mengatakan

memiliki kebiasaan

merokok

Data Objektif :

1) TD : 90/80mmHg

2) Klien tampak lemah

3) Klien tampak gelisah

4) Frekuensi Nadi :

58 x/i

2. Data Subjektif : Gangguan pertukaran gas Ketidakseimbangan

1) Klien mengatakan ventilasi -perfusi

sesak nafas
Data Objektif :

1) PCO2 : 30 mmHg

(menurun)

2) Klien tampak gelisah

3) Frekuensi Pernapasan :

25 x/i

3. Data Subjektif : Hipervolemia Retensi natrium

1) Klien mengatakan dan air

edema pada ekstremitas

bawah

2) Klien mengatakan sesak

nafas

3) Kilen mengatakan sesak

nafas pada malam hari

Data Objektif :

1) Hemoglobin 11,9 g/dl

(menurun)

2) Tampak adanya

pembengkakan pada

ekstremitas bawah klien


3) Urin klien 700 cc/hari,

warna tampak

kecoklatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

2) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi -perfusi

3) Hipervolemia b/d retensi natrium dan air

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA SLKI SIKI

O KEPERAWATAN

1. Penurunan curah Curah Jantung Perawatan jantung (I.02075)

jantung b/d perubahan (L.02008) Observasi

kontraktilitas 1) Identifikasi tanda/gejala


Setelah dilakukan
primer penurunan curah
intervensi
jantung (meliputi dispnea,
keperawatan 1x24
kelelahan, edema,
jam, maka curah
ortopnea, paroxysmal
jantung meningkat,
nocturnal dyspnea,
dengan kriteria
peningkatan CVP)
hasil :
2) Identifikasi tanda/gejala
1) Lelah sedang
sekunder penurunan curah
(skala 3) jantung (meliputi

2) Dispnea sedang peningkatan berat badan,

(skala 3) hepatomegalli, distensi

3) Paroxysmal vena jugularis, palpitasi,

nocturnal ronkhi basah, oliguria,

dyspnea (PND) batuk, kulit pucat)

sedang (skala 3) 3) Monitor tekanan darah

4) Tekanan darah 4) Monitor intake dan output

sedang (skala 3) cairan

5) Monitor nilai

laboratorium jantung

6) Periksa tekanan darah dan

frekuensi nadi sebelum

dan sesudah aktivitas

Teraupetik

1) Posisikan pasien semi

fowler atau fowler

dengan kaki ke bawah

atau posisi nyaman

2) Berikan diet jantung

yang sesuai (mis. batasi


asupan kafein, natrium,

kolesterol dan makanan

tinggi lemak)

3) Fasilitasi pasien dan

keluarga untuk

modifikasi gaya hidup

sehat

4) Berikan terapi relaksasi

untuk mengurangi stres,

jika perlu

5) Berikan dukungan

emosional dan spiritual

6) Berikan oksigen untuk

mempertahankan

saturasi oksigen >94%

Edukasi

1) Anjurkan beraktivitas

fisik sesuai toleransi

2) Anjurkan beraktivitas

fisik secara bertahap

3) Anjurkan berhenti
merokok

4) Ajarkan pasien dan

keluarga mengukur

intake dan output cairan

harian

Kolaborasi

1) Rujuk ke program

rehabilitasi jantung

2. Gangguan pertukaran Pertukaran Gas Terapi oksigen (I.01026)

gas b/d (L.01003)


Observasi
ketidakseimbangan
Setelah dilakukan
1) Monitor aliran oksigen
ventilasi -perfusi
intervensi
secara periodik dan
keperawatan 1x24
pastikan fraksi yang
jam, maka
diberikan cukup
pertukaran gas
2) Monitor efektifitas terapi
meningkat :
oksigen

1) Dispnea sedang 3) Monitor kemampuan

(skala 3) melepaskan oksigen saat

2) Gelisah sedang makan

(skala 3)
3) PCO2 sedang Teraupetik

(skala 3)
1) Pertahankan kepatenan
4) Pola napas
jalan napas
sedang (skala 3)
2) Siapkan dan atur peralatan

pemberian oksigen

3) Berikan oksigen tambahan

Edukasi

1) Ajarkan pasien dan

keluarga cara

menggunakan oksigen di

rumah

Kolaborasi

1) Kolaborasi penggunaan

oksigen saat aktivitas

3. Hipervolemia b/d Keseimbangan Manajeman hipervolemia

retensi natrium dan air Cairan (L.05020) (I.03114)

Setelah dilakukan Observasi

intervensi
1)Periksa tanda dan gejala
keperawatan 1x24
hipervolemia (mis.
jam, maka orthopnea, dispnea, edema,

keseimbangan JVP/CVP meningkat,

cairan meningkat refleks hepatojugular

dengan kriteria positif, suara napas

hasil : tambahan)

2)Identifikasi penyebab
1) Asupan cairan
hipervolemia
sedang (skala 3)
3)Monitor intake dan output
2) Keluaran urin
cairan
sedang (skala 3)
4)Monitor kecepatan infus
3) Asupan
secara ketat
makanan
Terapeutik
sedang (skala 3)
1) Batasi asupan cairan dan
4) Edema sedang
garam
(skala 3)
2) Tinggikan kepala tempat
5) Tekanan darah
tidur 30-400
sedang (skala 3)
Edukasi

1) Anjurkan melapor jika

haluaran urin < 0,5

Ml/Kg/jam dalam 6 jam

2) Anjurkan cara mengukur


dan mencatat asupan dan

haluaran cairan

3) Ajarkan membatasi cairan

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian

diuretik

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Intervensi yang akan di implementasikan dari diagnosa keperawatan utama

Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas yaitu memberikan

terapi oksigen karena klien mengeluh sesak nafas. (link video)

SPO PEMBERIAN OKSIGEN

A. Pengertian

Kegiatan memberikan kebutuhan oksigen kedalam paru – paru melalui

saluran pernapasan dengan menggunakan alat khusus.

B. Tujuan :

Memenuhi kebutuhan oksigen pasien yang tidak dapat dipenuhi sendiri

C. Indikasi

1. Pasien hipoksia

2. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal


3. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal

4. Oksigenasi cukup dengan paru normal sedangkan sirkulasi tidak normal

5. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi

6. Pasien dengan tekanan parsial karbondioksida (CO2) rendah

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian oksigen

2. Aliran yang sudah ditentukan dan tekanan oksigen dan lamanya pemberian

harus tepat dan benar sesuai dengan program pengobatan

3. Humidifier harus selalu terisi aquadesse batas garis bertulisan “batas aqua”

dan harus diganti/ dibersihkan setiap hari

4. Setiap pemberian oksigen harus selalu memakai humidifier yang berisi

aquades untuk mencegah kekeringan mukosa pada saluran pernapasan.

5. Perhatikan kemungkinan adanya tanda-tanda sianosis pada bibir, ujung jari-

jari tangan dan ujung jari-jari kaki.

6. Pada pasien yang sadar, anjurkan untuk tidak banyak bicara selama pemberian

oksigen

E. Persiapan

Persiapan pasien :

1. Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan

Persiapan alat :

1. Satu set terapi oksigen lengkap, terdiri dari :


1) Tabung oksigen lengkap dengan regulator

2) Humidifier berisi aquades lengkap dengan flowmeter dan slang

oksigen

3) Masker oksigen (sungkup muka)

2. Plester

3. Gunting balutan

4. Menghindari sumber api dekat dengan oksigen

5. Mengatur letak tabung oksigen untuk kelancaran kerja

F. Prosedur

a) Pemberian terapi oksigen dengan nasal kanul

Nasal kanul atau Kanula nasal merupakan peralatan sederhana. Kedua kanula

dengan panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang sekali pakai

dan diinsersikan ke dalam hidung.

Prosedur :

1) Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi

2) Posisi pasien diatur dengan kepalakekstensi

3) Masukkan nasal kateter kedalam hidung

4) Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan

5) Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan

6) Memfiksasi nasal kanul kateter di belakang kepala melewati bagian atas

telinga
7) Memberikan oksigen dengan nasal kateter dengan konsentrasi 2-

5 liter/menit

b) Pemberian terapi oksigen dengan memasang sungkup (masker oksigen)

Masker oksigen merupakan peralatan yang digunakan untuk memberikan

oksigen, kelembaban atau kelembaban yang dipanaskan.

Prosedur :

1) Membebaskan jalan napas dengan cara mengisap sekresi

2) Mengatur posisi pasien

3) Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan

4) Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan

5) Memasang masker oksigen pada daerah lubang hidung dan mulut

6) Mengikat tali sungkup di belakang kepala melewati bagian atas telinga

7) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali

pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

8) Memberikan terapi oksigen dengan masker oksigen mempunyai efektifitas

aliran 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen yang didapat 40-60 %.

c) Pemberian terapi oksigen dengan nasal kateter

Kateter nasal lebih jarang digunakan dari pada nasal kanula, tetapi bukan

berarti kateter nasal tidak digunakan. Prosedur pemasangan kateter ini

meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai nasofaring. Karena

fiksasi kateter akan memberikan tekanan pada nostril, maka kateter harus

diganti setiap 8 jam dan di insersi ke dalam nostril lain. Karena alasan ini,
kateter nasal menjadi metode yang kurang diminati karena klien merasakan

nyeri saat kateter melewati nasofaring dan karena mukosa nasal akan

mengalami trauma.
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,

perencanaan keperaawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

Pada BAB ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan

kenyataan yang ditemui pada perawatan Tn. A dengan kasus Congestive Heart

Failure (CHF) yang dirawat oleh penulis sejak tanggal 3 September 2021 sampai 6

September 2021 di ruangan ( ) yang dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses keperawatan, dari

pengkajian ini didapatkan perbedaan antara kasus dan teori yaitu :

1. Identitas

Identitas di dapatkan dari klien dan keluarga klien, penulis mendapatkan

respon yang baik dari klien maupun keluarga klien dari komunikasi yg

dilakukan.

2. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Dahulu

Menurut teori pada Bab II , dijelaskan jika klien memiliki riwayat

kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sitemik atau

pulmonal, peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, penyakit jantung


lain, faktor sistemik. Pada kasus Tn. A ditemukan klien pernah di rawat 11

tahun yang lalu karena penyakit stroke. Klien memiliki riwayat hipertensi

sejak 13 tahun yang lalu. Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok

sejak SMU. Klien sering mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan.

Berdasarkan uraian di atas ditemukan bahwa ada beberapa persamaan

antara teori dan kasus, yaitu adanya riwayat hipertensi.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Menurut teori pada Bab II klien mengalami dispnea, orthopnea,

paroximal nokturnal dispnea, batuk, mudah lelah, ronchi, gelisah, cemas,

oedema perifer, peningkatan BB, distensi jugularis, hepatomegalli, asites,

pitting edema, anorexia, mual, ekstremitas dingin, denyut jantung cepat, nafsu

makan berkurang, susah tidur, tidak toleran terhadap aktivitas dan panas,

berkemih saat malam hari. Pada kasus Tn. A ditemukan klien mengeluh sesak

nafas, klien tampak lemah dan gelisah, klien mengalami edema pada

ekstremitas bawah, klien sering terbangun pada malam hari karena sesak

nafas.

Berdasarkan uraian diatas ditemukan bahwa ada beberapa persamaan

antara teori dan kasus, yaitu : klien mengalami dispnea, paroximal nokturnal,

klien lemah dan gelisah.


3) Riwayat kesehatan keluarga

Menurut teori pada Bab II dijelaskan jika riwayat di dalam keluarga ada

yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, dan perokok.

Pada kasus Tn. A ditemukan tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama dengannya, tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi, DM, asma.

Berdasarkan uraian di atas ditemukan ada perbedaan antara teori dengan

kasus, dimana antara klien dan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit

yang sama.

3. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Menurut teori pada Bab II ditemukan rambut dan kulit kepala bersih,

rambut tidak rontok, tidak berminyak dan berbau. Pada kasus Tn. A

bentuk kepala normal, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada nyeri

tekan pada kepala. Berdasarkan uraian di atas terdapat ada persamaan

antara teori dan kasus.

b) Mata

Menurut teori pada Bab II dijelasakan bahwa mata simetris kiri dan

kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor kiri

dan kanan, palpebra tidak membengkak, dan penglihatan baik. Pada

kasus ditemukan mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik. Berdasarkan uraian di atas terdapat ada persamaan

antara teori dan kasus.

c) Hidung

Menurut teori pada Bab II dijelaskan bahwa lubang hidung simetris kiri

dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan,biasanya

pernafasan cuping hidung, penciuman baik. Pada kasus ditemukan

bentuk hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung,

dan tidak ada sekret. Berdasarkan uraian di atas terdapat ada persamaan

antara teori dan kasus.

d) Telinga

Menurut teori telinga simetris kiri dan kanan, pendengaran baik, tidak

ada serumen, tidak ada benjolan, bentuk normal. Pada kasus ditemukan

telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada serumen dan

fungsi pendengaran baik. Berdasarkan uraian di atas terdapat ada

persamaan antara teori dan kasus.

e) Mulut

Menurut teori pada Bab II ditemukan mulut bersih, tidak ada caries.

Pada kasus Tn. A mulut bersih, tidak ada caries pada gigi. Berdasarkan

uraian di atas terdapat ada persamaan antara teori dan kasus.


f) Leher

Menurut teori pada Bab II ditemukan terjadi pembengkakan pada vena

jugularis (JVP). Pada kasus ditemukan tidak ada pembesaran kelenjer

getah bening.

g) Thorax

Menurut teori pada Bab II dijelaskan inspeksi : bentuk dada simetris kiri

dan kanan, palpasi : vokal fremitus kiri kanan sama, perkusi : sonor,

auskultasi : ronchi. Pada kasus ditemukan inspeksi : simetris kiri dan

kanan, palpasi : fremitus kiri dan kanan sama, perkusi : terdengar sonor,

auskultasi : bronkovesikuler. Berdasarkan uraian di atas ditemukan ada

perbedaan antara teori dengan kasus, yaitu pada pemeriksaan auskultasi.

h) Jantung

Menurut teori pada Bab II dijelaskan inspeksi : ictus cordis tidak

terlihat, palpasi : ictus cordis teraba RIC V, line Midclavicalris sinitra 1

jari ke arah koodolateral, perkusi : hipersonor, auskulasi : S1, S2

menurun. Kontraksi miokard menurun. Bunyi S3 gallop, S4 dapat

terjadi, murmur terkadang juga terjadi. Pada kasus ditemukan inspeksi :

Iktus tidak terlihat, palpasi : iktus teraba di RIC V, perkusi : pekak,

batas jantung 1 jari di bawah RIC VI, auskultasi : reguler, tidak ada

bunyi tambahan. Berdasarkan uraian di atas ditemukan ada perbedaan

antara teori dengan kasus. Berdasarkan uraian di atas ditemukan

persamaan antara teori dan kasus.


i) Ekstremitas

Menurut teori pada Bab II dijelaskan kekuatan otot lemah, ada edema.

Pada kasus ditemukan terpasang infus pada ekstremitas atas kiri, akral

dingin, kemerahan pada telapak tangan, CRT < 2 detik, edema pada

ekstremitas bawah, pitting edema derajat I kedalaman 3 mm dengan

waktu kembali 3 detik, akral dingin.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada teori terdapat 6 diagnosa utama yang disebutkan yang mungkin

akan muncul pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF), yaitu :

1) Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas miokard

2) Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas

3) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/ vena

4) Defisit nutrisi b/d anoreksia, mual, muntah

5) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan

kebutuhan tubuh

6) Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi

Sedangkan pada kasus hanya 3 diagnosa yang diangkat yang sesuai dengan

data yang didapatkan, yaitu:

1) Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

Diagnosa ini diangkat karena adanya data yang mendukung yaitu : klien

mengalami sesak nafas, sesak nafas pada malam hari, klien memiliki
kebiasaan merokok, klien tampak lemah dan gelisah, TD : 90/80 mmHg,

frekuensi nadi 58x/i.

2) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi –perfusi

Diagnosa ini diangkat karena adanya data yang mendukung yaitu : klien

mengatakan sesak nafas, PCO2 : 30 mmHg (menurun), klien tampak

gelisah, frekuensi pernapasan : 25 x/i.

3) Hipervolemia b/d retensi natrium dan air

Diagnosa ini diangkat karena adanya data yang mendukung yaitu : klien

mengatakan sesak nafas dan sesak nafas pada malam hari, hemoglobin

11,9 g/dl (menurun), tampak adanya pembengkakan pada ekstremitas

bawah klien, urin klien 700 cc/hari dan berwarna kecoklatan.

Empat diagnosa lain yang tidak diangkat pada kasus Congestive Heart

Failure (CHF) Tn. A yaitu :

1) Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas

2) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/ vena

3) Defisit nutrisi b/d anoreksia, mual, muntah

4) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen

dengan kebutuhan tubuh

Diagnosa ini tidak diangkat atau dimunculkan pada kasus karena tidak

ditemukan data pendukung yang sesuai dengan diagnosa ini.


C. Intervensi

Intervensi keperawatan merupakan landasan seorang perawat untuk

melakukan implementasi keperawatan kepada seorang klien, sehingga dengan

tersusunnya intervensi yang akan akan dilakukan akan berdampak baik dalam

melakukan implementasi keperawatan yang akan diberikan kepada klien.

Rencana tindakan keperawatan pada ketiga diagnosa yang muncul pada

kasus Tn. A yaitu:

1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

Pada diagnosa penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

terdapat 1 slki dan 1 siki, dimana intervensi yang diambil yaitu :

Perawatan jantung (I.02075)

Observasi

1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi

dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea,

peningkatan CVP)

2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi

peningkatan berat badan, hepatomegalli, distensi vena jugularis,

palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

3) Monitor tekanan darah

4) Monitor intake dan output cairan

5) Monitor nilai laboratorium jantung


6) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah

aktivitas

Teraupetik

1) Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau

posisi nyaman

2) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium,

kolesterol dan makanan tinggi lemak)

3) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat

4) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu

5) Berikan dukungan emosional dan spiritual

6) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Edukasi

1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

3) Anjurkan berhenti merokok

4) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian

Kolaborasi

1) Rujuk ke program rehabilitasi jantung


2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi –perfusi

Pada diagnosa gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi –

perfusi terdapat 1 slki dan 1 siki, dimana intervensi yang diambil yaitu :

Terapi oksigen (I.01026)

Observasi

1) Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang diberikan

cukup

2) Monitor efektifitas terapi oksigen

3) Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan

Teraupetik

1) Pertahankan kepatenan jalan napas

2) Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen

3) Berikan oksigen tambahan

Edukasi

1) Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah

Kolaborasi

1) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas


3. Hipervolemia b/d retensi natrium dan air

Pada diagnosa hipervolemia b/d retensi natrium dan air terdapat 1 slki dan 1

siki, dimana intervensi yang diambil yaitu :

Manajeman hipervolemia (I.03114)

Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. orthopnea, dispnea, edema,

JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)

2) Identifikasi penyebab hipervolemia

3) Monitor intake dan output cairan

4) Monitor kecepatan infus secara ketat

Terapeutik

1) Batasi asupan cairan dan garam

2) Tinggikan kepala tempat tidur 30-400

Edukasi

1) Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 Ml/Kg/jam dalam 6 jam

2) Anjurkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan

3) Ajarkan membatasi cairan

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian diuretik


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada pengkajian Tn. A dengan Congestive Heart Failure (CHF) data yang

dibutuhkan oleh penulis seperti : identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan

fisik dapat dikumpulkan karena adanya hubungan kerjasama yang baik

antara klien, keluarga, dan perawat.

2. Diagnosa keperawatan

Dari 6 diagnosa yang disebutkan dalam teori pada kasus Tn.A penulis

hanya mengangkat 3 diagnosa yang sesuai dengan data pendukung yang

ada yaitu:

4) Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas

5) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi -perfusi

6) Hipervolemia b/d retensi natrium dan air

Sedangkan 4 diagnosa lain yang tidak mucul karena tidak ditemukan

data pendukung yang sesuai untuk diagnosa tersebut diangkat adalah:

1) Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas

2) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/ vena

3) Defisit nutrisi b/d anoreksia, mual, muntah


4) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen

dengan kebutuhan tubuh

3. Intervensi keperawatan

Pada teori yang dijelaskan pada BAB 2 terdapat 6 diagnosa yaitu :

1) Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas miokard

mempunyai 1 slki dan 1 siki

2) Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas mempunyai 1 slki

dan 1 siki

3) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/ vena

mempunyai 1 slki dan 1 siki

4) Defisit nutrisi b/d anoreksia, mual, muntah mempunyai 1 slki dan 1

siki

5) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai oksigen

dengan kebutuhan tubuh mempunyai 1 slki dan 1 siki

6) Hipervolemia b/d gangguan mekanisme regulasi mempunyai 1 slki dan

1 siki

Rencana tindakan keperawatan yang telah disusun di tinjauan teoritis pada

saat di dilakukan pada kasus nyata dipilih kembali sesuai dengan keadaan dan

penyakit pasien.
B. Saran

Adapun saran yang disampaikan penulis yaitu:

1. Bagi Penulis

Studi kasus ini agar dapat menambah pengetahuan dan kemampuan

penulis dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan

Congestive Heart Failure (CHF).

2. Bagi Pasien

Dengan adanya studi kasus tentang Congestive Heart Failure (CHF)

diharapkan klien dengan Congestive Heart Failure (CHF) mendapatkan

asuhan keperawatan yang baik dari tenaga kesehatan.

3. Bagi Institusi

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan akademi

untuk pengembangan pembelajaran studi kasus selanjutnya.

4. Bagi Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan bagi perawat untuk pengambilan dasar keputusan yang tepat

saat memberi Asuhan keperawatan pada klien dengan Congestive Heart

Failure (CHF).

Anda mungkin juga menyukai