Qmix Proposal Tesis DR Tunjung Final
Qmix Proposal Tesis DR Tunjung Final
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyakit pulpa dan periapikal. Tahap perawatan saluran akar terdiri dari preparasi
irigasi dan disinfeksi saluran akar, dan tahap terakhir yaitu obturasi saluran akar
(Garg dan Garg, 2014). Tahap pembersihan dan pembentukan merupakan tahapan
yang paling penting untuk mencapai sterilitas saluran akar yang bebas dari mikroba.
Preparasi biomekanis yang didukung oleh irigasi saluran akar efektif untuk
menghilangkan debris dan jaringan nekotik di dalam saluran akar serta berfungsi
sebagai pelumas. Larutan irigasi saluran akar diantaranya juga memiliki aktifitas
antibakteri sehingga efektif membunuh bakteri di dalam saluran akar (Ingle, 2008).
smear yang merupakan suatu lapisan tipis tidak berbentuk yang melapisi
permukaan dinding saluran akar yang terpreparasi dan menyumbat orifices tubuli
dentinalis (Kandil, dkk.2014). Lapisan smear tersusun atas bahan organik dan
anorganik yang berasal dari dentin, prosesus odontoblas, jaringan pulpa dan bakteri.
Apabila lapisan ini tetap berada pada dinding saluran akar, bakteri akan tertinggal
dan bertahan di
1
dalamnya kemudian masuk ke dalam tubuli dentinalis. Adanya lapisan smear juga
akan menghambat penetrasi bahan medikamen intrakanal dan adhesi siler ke dalam
tubuli dentinalis sehingga akan mempengaruhi kualitas obturasi saluran akar (Bilge,
dkk.,2009).
Tabassum dan Khan (2016) menyatakan bahwa kualitas obturasi saluran akar
Menurut Hegde dkk (2017) kekuatan pelekatan antara bahan pengisi gutta percha
dan dinding saluran akar memegang peranan penting dalam keberhasilan perawatan
saluran akar. Guta perca sebagai bahan pengisi saluran akar tidak mampu untuk
Siler berbasis resin epoksi memiliki adhesi yang baik terhadap dentin saluran
akar. Siler berbasis resin epoksi dapat berpenetrasi dengan baik ke dalam tubulus
dentin saluran akar yang berbentuk microirregular serta ke dalam saluran akar
(Nunes dkk, 2008). Menurut Barbizam dkk (2011) adhesi yang baik antara siler dan
dentin merupakan syarat ideal dari suatu siler yang akan mempengaruhi kekuatan
partikel- partikel kecil dengan rasio massa-permukaan yang besar sehingga mudah
larut dalam asam dan bahan kelasi (Bhagwat, 2016). Terdapat beberapa bahan
2
maupun nekrotik serta memiliki efek antimikroba namun NaOCl tidak dapat
melarutkan komponen anorganik yang juga terdapat pada lapisan smear (Uzunoglu,
dkk 2012).
yang sangat kecil bahkan tidak berefek pada jaringan organik (Walton dan
Torabinejad, 2009). EDTA merupakan agen kelasi yang telah digunakan secara
luas dalam perawatan saluran akar dan menyebabkan demineralisasi dentin dengan
Efek dekalsifikasi pada EDTA dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
lamanya waktu aplikasi, pH larutan dan konsentrasi. Menurut Uzunoglu dkk (2012)
bahan irigasi yang paling efektif digunakan untuk menghilangkan lapisan smear
adalah EDTA 17%. Sen dkk. (2009) menyatakan bahwa kemampuan EDTA untuk
menghilangkan lapisan smear juga dipengaruhi oleh waktu aplikasi bahan irigasi.
EDTA selama 1 menit dapat menghilangkan lapisan smear dan tidak menimbulkan
efek erosi seperti pada aplikasi EDTA selama 10 menit. Menurut Poudyal dkk.
(2014) aplikasi EDTA 17% dan NaOCl 2.5% selama 1 menit hanya menghilangkan
sedikit lapisan smear, diperlukan waktu aplikasi 3 sampai dengan 5 menit untuk
yang dapat melarutkan bahan anorganik dan organik selain memiliki sifat
antimikroba. NaOCl sebagai pelarut bahan organik dan zat antimikroba yang kuat,
Menggunakan
3
kombinasi kedua bahan tersebut dapat mewakili protokol irigasi yang paling
optimal. Namun, NaOCl dan EDTA tidak dapat digabungkan secara langsung
sebagai larutan irigasi akhir setelah penggunaan EDTA menyebabkan erosi dentin
Larutan irigasi tunggal (QMix) merupakan bahan irigasi baru yang dapat
irigasi tunggal ini terdiri dari EDTA, klorheksidin (CHX) dan deterjen. Larutan ini
dirancang sebagai larutan irigasi akhir, dan digunakan selama 60-90 detik
menggantikan EDTA 17% (Uzunoglu dkk, 2015). Dalam penelitian Eliot dkk
(2012) penggunaan bahan irigasi tunggal (QMix) terbukti efisien dan efektif dalam
menyederhanakan protokol irigasi. Selain itu, bahan irigasi ini, QMix, tidak hanya
biomekanis pada dinding saluran akar, tetapi juga membunuh bakteri di dalam
tubulus dentin. Menurut penelitian Eliot dkk (2012) larutan irigasi tunggal (QMIx)
penggunaan EDTA 17% sebagai larutan irigasi akhir setelah penggunaan NaOCl
namun memiliki kekuatan push-out yang sama terhadap siler berbasis resin epoksi
4
Barbizam dkk. (2011) menyatakan bahwa keberadaan lapisan smear setelah
pelekatan siler pada dentin. Mozayeni dkk. (2013) menambahkan bahwa kebersihan
lapisan smear dapat meningkatkan kekuatan pelekatan siler pada dinding dentin.
mengukur kekuatan pelekatan pada dentin saluran akar, di antaranya dengan uji
micro tensile, uji pull-out dan uji push-out. Uji push out merupakan metode yang
saluran akar. Metode ini cukup reliabel, akurat, efektif dan mudah untuk dilakukan
pada dentin yang disebabkan karena penetrasi siler berbahan dasar resin epoksi
yang lebih baik pada tubuli dentinalis sehingga menghasilkan mikoretensi yang
out bahan pengisi saluran akar dengan bahan irigasi EDTA konsentrasi 15% sama
dengan konsentrasi 17%, sedangkan pada waktu aplikasi selama 3 menit didapatkan
mengenai larutan irigasi tunggal (QMix) sebagai larutan irigasi akhir dapat
kekuatan pelekatan siler pada dinding dentin setelah penggunaan bahan larutan
irigasi EDTA dan bahan irigasi tunggal (QMix) sebagai larutan irigasi akhir pada
interval waktu yang berbeda belum pernah dilakukan. Perbedaan waktu aplikasi
5
mempengaruhi dalam kemampuan bahan kelasi menghilangkan lapisan smear
B. Perumusan Masalah
perbedaan lama aplikasi bahan irigasi EDTA 17% dan bahan irigasi tunggal
pengisian saluran akar dengan guta perca dan siler berbahan dasar resin epoksi pada
C. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan penulis, penelitian yang pernah dilakukan adalah oleh Lear dkk
(2015) yaitu untuk mengetahui pengaruh bahan irigasi akhir EDTA 17% dan bahan
akar dengan guta perca dan siler berbahan dasar resin epoksi pada dinding saluran
akar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel pengaruh yang digunakan
yaitu waktu aplikasi EDTA 17 % dan bahan irigasi tunggal (QMix) 60 detik dan 90
detik terhadap kekuatan pelekatan push-out pengisian saluran akar dengan guta
perca dan siler berbahan dasar resin epoksi pada dinding saluran akar.
6
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan lama aplikasi antara
bahan irigasi EDTA 17% dan bahan irigasi tunggal (QMix) 60 detik dan 90 detik
pelekatan push-out pengisian saluran akar dengan guta perca dan siler berbahan
E. Rumusan Hipotesis
1. Terdapat perbedaan antara bahan irigasi EDTA 17% dan bahan irigasi tunggal
(QMix) terhadap kekuatan perlekatan push-out pengisian saluran akar dengan guta
perca dan siler berbahan dasar resin epoksi pada dinding saluran akar.
2. Terdapat perbedaan antara bahan irigasi EDTA 17% dan bahan irigasi tunggal
(QMix) dengan waktu aplikasi 60 detik dan 90 detik terhadap kekuatan perlekatan
push-out pengisian saluran akar dengan guta perca dan siler berbahan dasar resin
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
yang terinfeksi kemudian membentuk saluran akar agar dapat diisi dengan baik
sehingga mencegah bakteri masuk kembali ke dalam saluran akar (Peters dan
Peters, 2010). Menurut Krasner dkk. (2010) tujuan utama dalam perawatan saluran
terdiri dari tiga tahapan yaitu: preparasi biomekanis saluran akar yang meliputi
pembersihan dan pembentukan saluran akar, desinfeksi atau sterilisasi dan obturasi
saluran akar dari sisa-sisa bahan organik serta membentuk saluran akar agar dapat
8
2. Irigasi Saluran Akar
instrumentasi yang memadai, irigasi dan obturasi saluran akar. Pada tahap irigasi
dilakukan suatu proses debridemen kemomekanikal dari sisa jaringan pulpa, debris
terutama pada gigi yang memiliki bentuk anatomi yang cukup rumit yang
2010).
Menurut Garg dan Garg (2008) irigasi merupakan tahap yang penting dalam
perawatan saluran akar. Suatu bahan irigasi yang ideal harus memiliki sifat antara
lain : (1) efek antimikroba yang luas; (2) efek debridemen pada saluran akar; (3)
mampu melarutkan jaringan nekrosis dan debris; (4) tingkat toksisitas rendah; (5)
smear. Haapasalo dkk. (2010) menambahkan suatu bahan irigasi yang ideal tidak
struktur gigi.
Fungsi dari irigasi adalah: (1) melarutkan jaringan nekrotik, potongan dentin,
jaringan pulpa atau debris dan mikroorganisme agar tidak menumpuk pada apeks
dari saluran akar. Pada daerah yang tidak terjangkau instrumen, bahan irigasi harus
saluran akar. Hal ini disebabkan karena instrumen tidak dapat bekerja dengan baik
pada saluran akar yang kering. Bahan irigasi juga akan mengurangi kemungkinan
9
terjadinya patah instrumen pada saluran akar yang basah; (3) sebagian besar bahan
irigasi memiliki sifat antibakteri;(4) bahan irigasi juga memiliki efek pemutih untuk
mencerahkan diskolorasi akibat trauma maupun restorasi perak; (5) sebagai bahan
endodontik akan terbentuk suatu lapisan pada dinding saluran akar yang dikenal
sebagai lapisan smear. Lapisan ini tidak berbentuk, tidak teratur dan tersusun atas
bahan organik dan anorganik yang berasal dari dentin, prosesus odontoblas,
jaringan pulpa dan bakteri (Sen, dkk., 2009). Adanya lapisan smear dapat
bahan irigasi dan medikamen saluran akar. Lapisan smear juga akan mengganggu
adaptasi dari bahan pengisi pada dinding saluran akar yang akan menyebabkan
Garg dan Garg (2008) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi aktifitas dari suatu bahan irigasi antara lain konsentrasi
larutan, bahan irigasi harus berkontak dengan jaringan organik, mikroba maupun
kelengkungan saluran akar, waktu aplikasi serta sifat dan konsentrasi larutan irigasi
saluran akar antara lain: (1) golongan halogen, yang termasuk di dalamnya yaitu
bahan irigasi
10
yang mengandung klorin dan iodida. Bahan irigasi yang mengandun klorin telah
detergen, merupakan bahan irigasi yang sangat efektif menghilangkan sisa jaringan
lemak hasil dari jaringan nekrosis. Bahan irigasi yang termasuk dalam golongan
detergen adalah quartenary ammonium, namun bahan ini lebih toksik dari bahan
irigasi dan dan memiliki sifat bakterisidal lemah. (3) bahan kelasi, merupakan
bahan yang sering digunakan untuk mendekalsifikasi saluran akar yang sempit.
EDTA merupakan larutan irigasi golongan bahan kelasi yang paling sering
dan tidak bewarna dan merupakan zat padat yang larut dalam air. EDTA pada
umumnya tersedia dalam bentuk bubuk garam sodium (natrium). EDTA merupakan
bahan kelasi yang akan berikatan dengan ion logam seperti kalsium dan
membentuk larutan kalsium kelat (Suvarna dkk., 2013). Mishra dkk. (2012)
menyatakan bahwa EDTA merupakan bahan irigasi yang paling banyak dipakai
dari golongan bahan kelasi. EDTA pertama kali diperkenalkan oleh Nygaard-Ostby
pada tahun 1957 sebagai bahan yang digunakan dalam bidang endodontik untuk
membantu dalam preparasi saluran akar yang sempit dan mengalami kalsifikasi
dengan melunakkan
11
dentin saluran akar. Formula larutan irigasi EDTA yang pertama kali digunakan
oleh Nygaard- Osyby adalah 17 gram bubuk garam sodium EDTA yang dilarutkan
dalam 100mL aquades. Anand dkk. (2013) menambahkan bahwa larutan irigasi
EDTA 17% dapat dibuat dengan menambahkan 17gr bubuk garam disodium EDTA
bahwa efek
demineralisasi jaringan keras dentin dengan larutan EDTA disebabkan karena unsur
mineral dari dentin sebagian besar terdiri atas kalsium dan fosfat, EDTA akan
membentuk ikatan yang stabil dengan komponen kalsium dari dentin yang akan
Menurut Haapsalo dkk. (2010) EDTA hanya memiliki sedikit atau bahkan
tidak memiliki efek terhadap jaringan organik. Apabila EDTA digunakan sebagai
bahan irigasi tunggal, bahan ini tidak memiliki sifat anti mikroba. Hinton dan
Ingram (2010) melaporkan bahwa EDTA memiliki efek antimikroba karena mampu
merusak membran sel bakteri dan mengikat komponen mineral yang dibutuhkan
manual maupun putar yang akan menghasilkan partikel- partikel kecil matriks
kolagen termineralisasi yang disebut lapisan smear. Lapisan ini tidak hanya
tersusun dari dentin namun juga sisa odontoblast, jaringan pulpa dan bakteri.
terdapat pada dentin anorganik. Lapisan smear tersusun atas dua bagian, yaitu di
12
bagian pemukaan dan
13
bagian yang terdapat di dalam tubuli dentinalis. Dilaporkan pada suatu penelitian,
penetrasi siler sampai dengan 40-60 µm, sedangkan pada kelompok dengan lapisan
smear tidak didapatkan penetrasi semen pada tubulus dentinalis yang akan
mempengaruhi kekuatan pelekatan bahan pengisi saluran akar. Lapisan smear tidak
dapat dihilangkan hanya dengan irigasi NaOCl, sehingga disimpulkan lapisan ini
Garg dan Garg (2008) menyatakan bahwa pengaruh EDTA terhadap dentin
tergantung pada konsentrasi dan lama EDTA berkontak dengan dentin. Kanodia
dkk. (2014) menambahkan bahwa konsentrasi yang umum digunakan adalah EDTA
15%- 17%. Menurut Haapsalo dkk. (2010) EDTA dengan konsentrasi 17% dan pH
EDTA dari 10% sampai dengan 17% dapat meningkatkan efek demineralisasi (Jaju
dan Jaju, 2011). Beberapa penelitian melaporkan bahwa dengan konsentrasi yang
lebih kecil EDTA memiliki kemampuan yang setara dalam menghilangkan lapisan
smear bila digunakan bersama dengan NaOCl (Haapasalo dkk., 2010). Teixeira
dkk. (2005) menyatakan bahwa EDTA 15% bersama dengan NaOCl efektif dalam
menghilangkan lapisan smear pada dinding saluran akar. Sen dkk. (2009)
lapisan smear tanpa menunjukkan adanya erosi maupun perubahan bentuk pada
14
waktu aplikasi dari larutan irigasi. Aktifitas kelasi EDTA untuk mengikat ion
kalsium dilaporkan akan meningkat dari menit pertama sampai dengan 15 menit,
dan setelah 15 menit tidak terjadi lagi aktifitas kelasi (Ingle, 2008). Saito dkk.
smear menurut beberapa penelitian berkisar antara 1 sampai dengan 10 menit. Pada
aplikasi EDTA 17% selama 1 menit cukup efektif untuk menghilangkan lapisan
kelarutan yang berlebih pada dentin peritubular dan intertubular. Kandil dkk.
oleh waktu aplikasi, yaitu pada aplikasi selama 5 menit dapat menurunkan
selama 1 menit. Menurut Mancini dan Cianconi (2013) aplikasi EDTA 17%
bersama NaOCl selama 1 menit tidak mampu untuk menghilangkan lapisan smear
pada bagian sepertiga apikal. Pendapat lain dikemukakan oleh Akhlaghi dkk.
(2009) yang menyatakan bahwa aplikasi EDTA 17% selama 1 menit dapat
menghilangkan lapisan smear dan debris di sepertiga apikal. Poudyal dkk. (2014)
lapisan smear secara tidak bermakna dan dibutuhkan waktu 3 sampai dengan 7
menit untuk menghilangkan lapisan smear dengan baik. Menurut Ashraf dkk.
(2014) aplikasi EDTA selama 3 menit sebagai irigasi akhir pada pemeriksaan
Mello dkk. (2008) menyatakan bahwa efektifitas irigasi saluran akar juga
14
volume EDTA yang digunakan berkisar antara 3-20mL untuk satu saluran akar.
Kandil dkk. (2014) menambahkan bahwa penggunaan volume bahan irigasi yang
terlalu besar dapat menyulitkan proses irigasi karena membutuhkan waktu yang
lama, biaya yang besar dan melelahkan bagi operator. Mello (2008) melaporkan
bahwa irigasi saluran akar dengan EDTA volume 5ml dapat menghilangkan lapisan
smear pada sepertiga koronal, tengah dan apikal saluran akar. Kandaswamy dan
saluran akar dan setelah aplikasi larutan irigasi NaOCl. Larutan irigasi tunggal
ini memiliki aktivitas antibakteri juga dapat melarutkan lapisan smear dan debris
Bahan irigasi yang paling umum digunakan adalah sodium hipoklorit (NaOCl)
dan antivirus, disamping itu juga mampu melarutkan jaringan nekrotik, memiliki
viskositas rendah dan dapat disimpan dalam waktu lama. Namun NaOCl memiliki
dalam lapisan smear (Naenni dkk, 2004). Penambahan bahan kelasi EDTA dalam
prosedur
15
irigasi saluran akar adalah untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki NaOCl.
Namun NaOCL dan EDTA tidak dapat dikombinasikan dalam satu larutan karena
akan mengurangi sifat antibakteri NaOCl dan pemakaian NaOCl setela aplikasi
2007). Larutan khloreksidin (CHX) 2% juga merupakan bahan irigasi yang sering
rendah. Namun ketika CHX berkontak dengan sisa larutan NaOCl akan membentuk
CHX dan EDTA juga mengasilkan endapan putih yang struktur kimianya
menyerupai garam. Endapan putih ini juga menutupi permukaan dentin dan
Larutan irigasi tunggal (Qmix) merupakan bahan irigasi yang diciptakan untuk
mengatasi masalah dalam hal bahan irigasi saluran akar tersebut. Diciptakan
sebagai larutan akhir, larutan irigasi tunggal (Qmix) dapat menggantikan fungsi
EDTA 17% dan digunakan selama 60 – 90 detik (Uzunoglu dkk, 2015). Penelitian
Eliot dkk (2014) menyatakan bahwa larutan irigasi tunggal (Qmix) lebih efektif
dari EDTA 17
dikarenakan terbukanya tubulus dentin secara lengkap. Selain itu, larutan irigasi
tunggal (QMix) mengeliminasi beberapa kelemahan bahan irigasi EDTA dan CHX,
yaitu tidak berinteraksi dengan residu NaOCl jika digunakan sebagai bahan irigasi
akhir. Kombinasi CHX dan EDTA yang terkandung di dalam larutan irigasi tunggal
permeabilitas dentin ( Gundogar dkk, 2018). Namun penelitian Elnaghy dkk (2014)
16
menyatakan bahwa larutan irigasi tunggal (QMix) sama efektifnya dengan EDTA
17% .
yaitu dalam waktu 60 detik dan 90 detik aplikasi menunjukkan efektivitas yang
lebih baik dibandingkan penggunaan EDTA 17% ( Eliot dkk, 2012). Begitu juga
irigasi tunggal (QMix) dalam menghilangkan smear layer dengan bahan irigasi
selama 2 menit, yaitu hasilnya bahan irigasi tunggal (QMix) sama baiknya dengan
MTAD dalam mengilangkan lapisan smear pada sepertiga apikal namun keduanya
lebih baik dari EDTA 17 %. Dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi 60 detik
untuk demineralisasi dan pelunakan dentin akar. Namun, memiliki pengaruh negatif
pada komposisi kimia dan struktur dentin, yaitu terjadinya erosi tubulus dentin.
Menurut Qian dkk (2011) erosi tubulus dentin dapat menyebabkan terjadinya
fraktur vertikal gigi. Penelitian Baldasso (2016) menyatakan bahan irigasi tunggal
(QMix) dan EDTA sama -sama menyebabkan penurunan kekuatan dentin mikro
namun bahan irigasi tunggal (QMix) tidak menyebabkan terjadinya erosi tubulus
dentin.
17
5. Pengisian Saluran Akar
Garg dan Garg (2008) menyatakan bahwa dalam suatu perawatan saluran akar
harus dilakukan suatu prosedur penutupan sistem saluran akar untuk mencegah
masuknya cairan jaringan maupun produk yang bersifat toksis dari jaringan
adalah pengisian secara tiga dimensi pada sistem saluran akar. Tujuan dari
pengisian saluran atau tahap obturasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi
ulang pada sistem saluran akar yang telah dibersihkan, dibentuk, dilakukan
Obturasi yang baik membutuhkan penggunaan teknik dan material yang mampu
menutup keseluruhan sistem saluran akar dan menghasilkan pentutupan yang baik
dari bagian apikal sampai batas permukaan kavitas. Evaluasi keberhasilan dari
Pada tahap obturasi dibutuhkan suatu bahan pengisi saluran akar yang secara
garis besar terbagi menjadi dua kelompok, yaitu bahan inti dan siler yang saat ini
1. Bahan inti
Orstavik (2005) menyebutkan terdapat 10 syarat ideal dari suatu bahan inti
menurut Grossman, antara lain: (1) mudah beradaptasi dengan saluran akar; (2)
menutup saluran akar ke arah lateral dan apikal; (3) memiliki dimensi yang stabil
setelah dimasukkan ke dalam saluran akar; (4) tahan terhadap kelembaban; (5)
bakteriostatik; (6) radiopak; (7) tidak mewarnai stuktur gigi; (8) tidak iritatif; (9)
18
steril atau mudah disterilisasi; (10) mudah dikeluarkan dari saluran akar bila
dibutuhkan. Terdapat tiga jenis bahan inti pengisi saluran akar yaitu guta perca,
poin perak dan bahan pengisi saluran akar berbahan dasar resin.
Menurut Garg dan Garg (2008) bahan inti yang paling umum digunakan pada
obturasi saluran akar adalah guta perca. Guta perca merupakan ekstrak yang
pertama kali digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar oleh Bowman pada
tahun 1967. Himel dan DiFiore (2009) menyebutkan bahwa komponen utama guta
perca pada kedokteran gigi adalah zinc oxide (50-79%), garam logam berat (1-
Guta perca memiliki keuntungan diantaranya yaitu: (1) memiliki adaptasi yang
baik dengan saluran akar; (2) bahan yang tidak bersifat reaktif; (3) dimensi stabil;
(4) tidak mengiritasi jarigan; (5) radiopak; (6) bersifat plastis bila dipanaskan; (7)
dapat dilarutkan dengan beberapa pelarut. Guta perca juga memiliki kelemahan
yaitu sering terjadi pembengkokan bila diberikan tekanan ke arah lateral, mudah
bergeser karena tekanan, memiliki kualitas adhesif yang kurang baik (Garg dan
Garg, 2008).
2. Siler
Prodan dkk. (2014) menyatakan bahwa dibutuhkan suatu siler pada tahap
obturasi dengan guta perca karena ketidakmampuan guta perca dalam berikatan
dengan dentin. Penggunaan siler dalam tahap obturasi sangat penting dalam
keberhasilan perawatan endodontik. Hal ini disebabkan karena fungsi siler yang
ketidakteraturan saluran akar serta celah kecil antara dinding saluran akar dan
19
akan membantu pelekatan guta perca pada dinding saluran akar. Siler juga dapat
meningkatkan kontrol mikroba. Garg dan Garg (2008) menambahkan fungsi siler
Menurut Henston dkk. (2012) siler diklasifikasikan berdasarkan bahan dasar yaitu :
(1) berbahan dasar zinc oxide-eugenol; (2)berbahan dasar kalsium hidroksida; (3)
berbahan dasar resin epoksi; (4) berbahan dasar glass ionomer; (5) berbahan dasar
Henston dkk. (2012) menyatakan bahwa siler berbahan dasar resin epoksi
memiliki karakter tersusun atas cincin epoxide yang reaktif dan berpolimerisasi
sinar akan membentuk ikatan kovalen dengan dentin saluran akar sehingga
monoblok lainnya. Menurut Amara dkk. (2012) tingkat pengkerutan yang sangat
rendah dan dimensi yang stabil pada kelompok siler berbahan dasar resin epoksi
juga meningkatkan kekuatan pelekatan atara semen dan dinding saluran akar. Pada
oleh semen. Partikel resin menutupi orifis tubuli dentinalis dan tidak tampak
lepasnya resin tag dari tubuli dentinalis setelah dilakukan uji push out. Vemisetty
dkk. (2014) menyebutkan bahwa semen resin epoksi menjadi salah satu pilihan
utama dalam perawatan endodontik karena penutupan apikal yang baik dan
ketidakteraturan mikro
20
dinding saluran akar karena memiliki waktu polimerisasi yang lama dan sifat yang
mengalir.
yang kecil, adhesi yang baik, antibakteri, kelarutan yang rendah namun dapat
menyebabkan pewarnaan pada gigi karena memiliki kandungan perak serta kurang
working time 4 jam dan setting time 8 jam serta memiliki kelarutan yang lebih
Prodan dkk. (2014) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan suatu perawatan saluran akar adalah penutupan yang rapat dalam
saluran akar sehingga dapat menutup jalan masuk bakteri dari lingkungan rongga
inti padat dan siler merupakan metode obturasi yang saat ini paling sering
digunakan. Kekuatan pelekatan yang baik dari siler merupakan faktor penting untuk
mempertahankan penutupan yang rapat pada pengisian saluran akar, karena itu siler
21
harus memiliki sifat adhesi yang baik dengan dentin saluran akar.
Menurut Henston dkk. (2012) adhesi siler adalah kemampuan siler untuk
berikatan dengan dinding dentin saluran akar untuk membantu pelekatan antara
dentin dan guta perca. Amara (2012) menyebutkan bahwa pelekatan bahan pengisi
saluran akar dengan dinding dentin sangat penting pada kondisi statis dan dinamis.
meresapnya cairan antara bahan pengisi dan dinding saluran akar. Pada kondisi
dinamis, adhesi dapat menahan terlepasnya bahan pengisi karena adanya tekanan
Pelekatan siler dengan saluran akar dapat dicapai melalui dua mekanisme, yaitu:
(1) Ikatan mikromekanis, pada mekanisme ini terjadi penetrasi siler berbahan dasar
resin pada tubuli dentinalis sehingga membentuk suatu resin tag. (2) reaksi kimia
antara siler dan dentin, mekanisme ini terjadi pada siler berbahan dasar Glass
Menurut Amara dkk. (2012) pelekatan suatu bahan pengisi saluran akar
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) sifat mengalir bahan siler yang
adekuat; (2) ketebalan aplikasi lapisan siler pada dentin untuk mengurangi
pengkerutan siler pada saat setting; (3) pembersihan lapisan smear. Beberapa
peneliti melaporkan bahwa kekuatan pelekatan yang baik tidak dapat dicapai tanpa
dentin saluran akar perlu diperhatikan dan harus terbebas dari debris dan sisa
menambahkan bahwa lapisan smear yang tersusun atas bahan organik dan
anorganik terletak di
22
antara permukaan dinding saluran akar dan bahan pengisi sehingga akan
dapat menyebabkan perubahan pada struktur dan komposisi kimiawi dentin yang
pengisi saluran akar pada permukaan dentin. Menurut Johnson dan Noblett (2009)
kombinasi bahan irigasi Na0Cl dan EDTA terbukti dapat menghilangkan lapisan
smear. Begitu juga bahan iriasi tunggal (QMix) memiliki efektivitas lebih baik
dan EDTA sebagai bahan irigasi dapat meningkatkan kekuatan pelekatan siler
berbahan dasar resin epoksi. Penelitian Uzunoglu dkk (2015) kekuatan pelekatan
siler berbahan dasar resin epoksi meningkat dengan penggunaan bahan irigasi
tunggal (QMix). Adanya sifat alami dari suatu bahan resin yaitu bersifat mengalir
dan memiliki waktu setting yang panjang memungkinkan siler berbahan dasar resin
epoksi untuk berpenetrasi lebih dalam pada ketidakteraturan mikro dentin juga pada
saluran akar lateral apabila lapisan smear dihilangkan. Kemampuan tersebut akan
dentin.
7. Kekuatan Pelekatan
maksimum yang dapat diterima suatu bahan sebelum terjadi suatu kegagalan
23
pelekatan. Anusavice (2003) menambahkan bahwa pengukuran suatu kekuatan
dievaluasi adalah kekuatan pelekatan antara dua permukaan material, seperti antar
permukaan suatu bahan dengan permukaan dentin gigi. Menurut McCabe dan
Walls (2008) kekuatan pelekatan pada dentin dipengaruhi oleh jenis gigi, usia
pasien, ketebalan dentin, dan lama penyimpanan gigi pasca ektraksi. Anusavice
(2003) menyatakan bahwa kekuatan pelekatan juga dipengaruhi oleh ada atau
bahan pengisi saluran akar dapat meningkat apabila terdapat kekuatan ikatan antar
permukaan dan adanya resistensi terhadap dislokasi bahan pengisi dan dentin
saluran akar.
Amara dkk. (2012) menyatakan bahwa beberapa uji yang dilakukan untuk
menentukan kekuatan pelekatan antara lain uji kekuatan tarik-mikro, uji kekuatan
geser dan uji kekuatan pelekatan push-out. Uji kekuatan pelekatan push-out
merupakan cara yang saat ini banyak digunakan untuk menentukan efektivitas
pelekatan antara bahan pengisi saluran akar dan struktur gigi. Vemisetty dkk.
(2014) menambahkan bahwa uji kekuatan pelekatan push out merupakan salah satu
cara yang digunakan untuk mengevaluasi efektifitas suatu bahan atau teknik
obturasi saluran akar. Menurut Amara dkk. (2012) uji push out memiliki kelebihan
di antara uji lainnya yaitu: (1) mengurangi variasi distribusi tekanan yang diberikan
pada spesimen; (2) model uji efektif dan mudah untuk dibuat; (3) memungkinkan
24
dalam Megapascal (MPa) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
P=F/A
Baldiserra dkk. (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kegagalan pelekatan
yaitu kegagalan adhesif apabila semua siler terlepas dari dentin (tidak terdapat siler
pada permukaann dentin), kegagalan kohesif apabila fraktur terjadi di dalam siler
(permukaan dentin tertutup oleh siler), dan kombinasi kegagalan adhesif dan
B. Landasan Teori
suatu lapisan pada dinding saluran akar yang dikenal sebagai lapisan smear.
Lapisan smear tersusun atas bahan organik dan anorganik seperti potongan dentin,
sisa jaringan pulpa dan odontoblas serta bakteri. Lapisan smear dapat mengganggu
adaptasi dari bahan pengisi pada dinding saluran akar yang akan mempengaruhi
kekuatan perlekatan suatu bahan pengisi saluran akar. Perlekatan siler berbahan
dasar resin epoksi juga dipengaruhi oleh keberadaan lapisan smear pada permukaan
dinding saluran akar. Dinding saluran akar yang terbebas dari lapisan smear
dilaporkan
25
memiliki kekuatan perlekatan bahan pengisi yang lebih baik dibandingkan pada
saluran akar. Bahan irigasi yang banyak digunakan untuk menghilangkan lapisan
5,25% sebagai bahan irigasi yang mampu melarutkan bahan organik dan EDTA
lapisan smear. Bahan irigasi tunggal (QMix) merupakan bahan irigasi baru yang
antibakteri. Aktivitas suatu bahan irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain konsentrasi larutan, kontak bahan irigasi dengan jaringan, volume dan lama
waktu aplikasi bahan irigasi. Konsentrasi EDTA yang umum digunakan adalah
konsentrasi 15-17% sebagai bahan irigasi yang efektif bersama NaOCl dapat
oleh EDTA. Aktifitas kelasi EDTA akan meningkat dimulai dari menit pertama
sampai dengan 15 menit. Waktu aplikasi EDTA yang banyak digunakan untuk
apikal yang merupakan bagian yang paling sulit untuk dilakukan debridemen
dimulai dari 1, 3 sampai dengan 5 menit. Aplikasi EDTA lebih dari 5 menit dapat
menurunkan tingkat kekerasan mikro dentin yang akan melemahkan struktur gigi.
26
Lama waktu apikasi bahan irigasi tunggal (QMix) yang dianjurkan adalah 60
menggunakan uji perlekatan push out. Metode ini dipilih karena cukup reliabel,
dengan nilai yang kecil. Dari hasil uji perlekatan push out juga akan didapatkan
hasil tipe kegagalan perlekatan yang terjadi apakah termasuk dalam tipe adhesif,
C. Rumusan Hipotesis
1. Terdapat perbedaan antara bahan irigasi EDTA 17% dan bahan irigasi tunggal
(QMix) terhadap kekuatan perlekatan push-out pengisian saluran akar dengan guta
perca dan siler berbahan dasar resin epoksi pada dinding saluran akar.
2. Terdapat perbedaan antara bahan irigasi EDTA 17% dan bahan irigasi tunggal
(QMix) dengan waktu aplikasi 60 detik dan 90 detik terhadap kekuatan perlekatan
push-out pengisian saluran akar dengan guta perca dan siler berbahan dasar resin
27