Anda di halaman 1dari 9

PERTARUNGANKU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TAK

SEHEBAT MENGHADAPI LAWANKU DI ARENA


TARUNG BEBAS

Juhari
SDN Tambaksari III

Ifan adalah seorang anak yang terlahir dari pasangan Suwandi dan Sulastri. Dia adalah anak
pertama dan satu-satunya. Sejak usia delapan tahun, sang Ayah bekerja sebagai satpam disebuah
perusahaan. Untuk menjadi satpam, melalui tahapan-tahapan latihan fisik, seperti halnya latihan pada
saat akan mengikuti ujian masuk kepolisian. Bahkan dibekali juga latihan bela diri. Sudah tentu sang
Ayah mempunyai kemampuan yang tidak diragukan sebagai penjaga keamanan di temapt kerjanya.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 1


Awal tahun 2020, Ayah Ifan dipanggil menghadap ke bagian personalia. “Selamat siang Pak!”
kata Ayah Ifan. “Selama siang!”, jawab Pak Wagito. Pak Wagito adalah kepala bagian personalia di
perusahaan itu.
“Pak Suwandi kami mohon maaf, berkenaan pemanggilan Pak Suwandi kesini”, ujar Pak
Wagito. “Mengingat masa pandemi yang menimpa negeri kita, maka produksi di perusahaan kita
mulai menurun. Dan dengan terpaksan kami akan mengurangi beberapak karyawan, termasuk Pak
Suwandi”, lanjut Pak Wagito.
“Baik Pak!, mau bagaimana lagi. Jika ini adalah keputusan dari perusahaan”, jawab Pak
Suwandi dengan nada berat. Setelah menyelesaikan kontrak kerja itu, Pak Suwandi pun pulang
kerumahnya. Dan menceritakan semua yang terjadi tadi siang ditempat kerjanya.
Beberapa minggu berlalu setelah berhenti dari pekerjaannya. Ayah Ifan mencoba mencari
pekerjaan yang lain. Alhasil, pekerjaan itu diperoleh meski hanya bekerja sebagai penjaga tooko buah
di pasar. Toko buah di pasar yang akan dijaga Ayah Ifan adalah milik Haji Naim orang terkaya di
desanya. Dimana, penjaga toko yang sebelumnya berhenti karena merantau ke Jakarta.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 2


Banyak orang yang tahu, bahwa Ayah Ifan dikenal sebagai mantan satpam. Sehingga Ayah
Ifan dijadikan sebagai kepala keamanan di pasar itu. Dengan begitu merupakan suatu keuntungan
bagi warga pasar agar terjaga dari orang-orang jahat termasuk para copet.
Saat itu Ifan duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar. Karena sang Ayah ingin anaknya juga
seperti dia. Maka Ayahnya membujuk Ifan untuk bergabung dengan sebuah perguruan silat ternama.
“Ifan!”, panggil sang Ayah.
“Iya Yah!” sahut Ifan.
“Kamu sekarang sudah besar Nak!. Ayah ingin kamu belajar bela diri. Dan Ayah akan
memasukkan mu keperguruan silat kenalan Ayah”, kata sang Ayah.
“Ayah, gimanan aku akan ikut silat sedangkan aku masih sekolah”, ucap Ifan.
“Tenang Nak, latihannya bukan setiap. Kamu boleh milih waktu yang sekiranya tidak
mengganggu waktu sekolah mu”. Jelas sang Ayah.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 3


Awalnya Ifan setuju dengan bujukan Ayahnya itu. Namun akhirnya dia mengikuti juga saran sang
Ayah.. Berhubung jarak rumah dan tempat latihan yang jauh. Maka, Ifan hanya memilih waktu latihan
sekali dalam satu minggu.
Tiga bulan kemudian, Ifan dihadapkan pada latihan tarung bebas yang dalam istilah persilatan disebut
dengan sawung bebas. Tujuan dilakukan tarung bebas ini adalah untuk menguji sejauh mana peserta
menguasai teknik dalam ilmu persilatan.
Meski latihan hanya sekali dalam seminggu. Nampak badan Ifan kelihatan lebih sehat dan
kekar, sepertinya jejak sang Ayah sebagai seorang jawara akan menurun padanya. Setiap pergi ke
sekolah, Ifan mengendarai sepeda motor sendiri karena jarak rumah ke sekolah lumayan jauh. Dengan
sepeda motor yang sudah dimodif itu, dia menaikinya bertiga dengan teman sekampungnya. Ada
beberapa anak yang juga satu tetangga dengannya. Namun mereka tidak bisa mengendarai sepeda
motor sendiri, sehingga harus diantar oleh orang tua mereka.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 4


Menghadapi tarung bebas atau sawung bebas kedua, tentu dia mempersiapkan diri dengan
sebaik mungkin. Karena sejauh mana kemampuan peserta akan diuji. Tentu juga lawannya lebih
tangguh dari yang sebelum.
Waktu pertarungan sudah tiba. Dengan harap Ifan menang atau paling tidak sang lawan tidak dapat
menjatuhkannya. Kali ini dia mendapatkan lawan yang tidak seimbang. Dia sempat dibuat
sempoyongan. Teknik yang dikuasai lawannya ternyata lebih lihai dan gesit dasi perkiraannya.
Tendangan dan pukulan berhasil ditangkisnya. Hingga pada akhirnya, craaakkk. Sebuah
tendangan menghantam tangannya dengan keras. Ifan terjatuh dan tidak bisa melanjutkan
pertarungannya. Pertarungan selesai, dan dia kembali pulang. Keesokan harinya, badannya terasa
remuk dan sakit semua. Kali ini dia benar-benar mendapat lawan yang tidak seimbang. Hari-hari
berlalu, sekolah pun terbengkalai. Sungguh dengan latihan demi latihan membuatkan merasa
terbebani. Bujuan sang Ayah tidak bisa dia tolak. Karena sejak awal, sang Ayah lah yang begitu
berkeinginan agar dia bergabung di perguruan
silat itu.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 5


Even tarung bebas yang ketiga sudah dekat. Sementara ujian kenaikan kelas pun juga sudah
dalam hitungan minggu. Mana yang harus dipersipakan dari dua kegiatan itu. Belajar yang tekun
untuk menghadapi ujian sekolah. Atau latihan yang keras untuk mngehadapi sabung ketiga.
Tibalah pada tarung bebas yang ketiga. Saat ini dia betul-betul mempersiapkan diri agar tidak
seperti pertarungan yang sebelumnya. Giliran berikutnya adalah Ifan. Seperti biasanya, Ifan selalu
mohon doa sang Ayah, karena setiap acara tarung bebas itu Ifan selalu didampingi oleh Ayahnya.
Syukurlah, kali ini dia mendapat lawan yang seimbang. Teknik pukulan dan kuncian sepertinya
mereka bedua tidak ada yang lebih unggul. Sampai waktu pertarungan selesai, mereka tidak ada yang
menjatuhkan dan dijatuhkan.
Disela-selalu kesibukannya menghadapi pertandingan itu. Ifan juga menghadapi ujian
kenaikan kelas. Sungguh, kali ini dia tanpa persiapan yang matang. Waktu belajarnya pun terbuang
hanya untuk latilan pribadinya. Latihan-latihan yang melelahkan membuat dia tidak fokus dalam
mengerjakan soal-soal ujian sekolahnya. Walau berupaya susah payah, jika tidak belajar tetap tidak
akan bisa menjawab soal-soal ujian itu. Kali ini, pertarungan dia menghadapi ujian, tidak sehebat

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 6


bertarung menghadapi lawannya pada saat sawung bebas. Dia benar-benar merasa jika hasil ujian
sekolahnya nanti tidak akan bagus.
Proses penilaian telah selesai. Tiba saatnya untuk penerimaan rapot kenaikan. Perasaannya
resah memikirkan apakah dia naik kelas atau tidak. Begitu buku rapot diterima, perlahan dia
membuka halaman paling akhir dari lembar rapotnya itu.
“Alhamdulillah, aku naik kelas”, uacpnya sambil melompat-lompat kegirangan. Meski dibaca
beberapa kali, dia hampir tidak percaya bahwa dia benar-benar naik kelas. Namun, meski dia naik
kelas. Nilai pelajaran yang diperoleh tetap kurang memuaskan. Mungkin ini akibat dia yang terlalu
mementingkan latihan silatnya, dari pada belajar untuk menghadapi ujian sekolahnya.
Sesampainya dirumah, dia bermaksud memperlihatkan nilai rapotnya kepada sang Ayah.
Namun sang Ayah masih belum pulang ke rumah. Karena waktu pulang bekerja sebagai penjual buah
sampai sore hari. Setelah sholat maghrib, Ifan datang menemui Ayahnya.
“Ayah, ini rapotku. Aku naik kelas Yah!”, kata dia sambil menyodorkan rapotnya.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 7


“Coba Ayah lihat!, nilainya kurang bagus Yah!. Coba aku kgak ikut tarung bebas waktu.
Mungkin nilaiku tak serendah ini”, ucapnya seolah dia menyalahkan Ayahnya.
“Oh, iya Nak!. Tapi kamu masih bisa memperbaiki semua ini nanti di kelas 6”, sahut sang
Ayah.
“Tapi Yah, jika aku tetap mengikuti latihan itu pasti pelajaranku akan terganggu. Lebih-lebih
jika waktu turnamen dan ujian bersamaan”, ucap Ifan selanjutnya. Ayahnya mengkerutkan keningnya
seolah dia memikirkan hal itu.
Libur kenaikan kelas telah berlalu. Pada tahun pelajaran ini, Ifan kembali masuk sekolah dan
sudah menempati kelas 6 di sekolahnya. Begitu juga di perguruan silatnya, ada pemberitahuan bahwa
akan ada ujian untuk kenaikan tingkat dan ujian mengambil sabuk. Ifan harus mengambil keputusan
dengan tepat. Dia tidak mau jika tahun ini gagal dan memperoleh nilai yang rendah lagi.
Disamping itu dia juga harus memikirkan tentang perguruan silatnya, yang sudah satu tahun dia
bergabung didalamnya.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 8


Setelah berpikir panjang, akhirnya Ifan memutuskan untuk meninggalkan perguruan
silatnya.“Ayah, tahun ini aku akan berhenti dari kegiatan silat. Tahun ini adalah tahun penentuan aku
lulus atau tidak nantinya. Satu tahun mengikuti latihan silat itu sudah cukup bagiku”, ujar Ifan.
Kegiatan tarung bebas pertama sudah lewat, sejak Ifan duduk dibangku kelas 6 tahun ini. Dia benar-
benar sudah mengakhiri semua itu.
Tekad bulat ifan kali ini adalah, bertatung menghadapi ujian sekolah. Untuk menebus
kegagalannya tahun kemarin. Dia akan menunjukkan bahwa nilai pada ijazahnya nanti mendapat nilai
yang baik dan dibanggakan. Hanya kenangan, dimana pada saat tarung bebas itu. Tangannya hampir
patah karena tendangan yang begitu keras. Dan kali ini, dengan hasil ujian sekolah yang bagus akan
menjadi kenangan baginya selama hidupnya.

PERTARUNGAN KU MENGHADAPI UJIAN SEKOLAH, TIDAK SEHEBAT MENGHADAPI LAWAN TARUNGKU | 9

Anda mungkin juga menyukai