LP Vulnus Laceratum
LP Vulnus Laceratum
“VULNUS LACERATUM”
INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KECAMATAN MANDAU
DISUSUN
Oleh:
Ns.PRALISKA ARISANTO,S.Kep
KHOIRURIZAL,AMK
TAHUN 2018
VULNUS LACERATUM
1. Pengertian
Mansjoer (2000) menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau
otot”. Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah
2. Etiologi
a. Mekanik
Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi tajam atau
runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk
Benda tumpul
Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non Mekanik
Bahan kimia
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
Trauma fisika
Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer, heat
exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan heat cramps.
Luka akibat suhu rendah
Derajat Luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin diantaranya
hyperemia, edema dan vesikel,
Luka akibat trauma listrik
Luka akibat petir
Luka akibat perubahan tekanan udara (Mansjoer, 2001)
c. Radiasi
3. Faktor risiko
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
1) Alat yang tumpul.
2) Jatuh ke benda tajam dan keras.
3) Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
4) Kecelakaan akibat kuku dan gigitan”
2) Jaringan Otot
Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut
silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat
menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung
unsur kontaktil.
3) Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:
a. Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.
b. Unsur putih serabut saraf.
c. Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang
menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan
prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus
dengan nukleus besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus)
timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada
dan dari sel saraf.
5. Patofisiologi
Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap
trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi
apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang
sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya
tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di
koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika
jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan
yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan
Etiologi vulnus
ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di
atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat
atau tidurMekanik : benda tajam,
terganggu dan terjadi ketertiban gerak. Non mekanik:
benda tumpul,
6. Pathway tembakan/ledakan, gigitan
binatang bahan kimia, suhu tinggi, radiasi
Kerusakan integritas
jaringan
Traumatic jaringan
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Terpapar lingkungan
Resiko syok :hipovolomik
Nyeri akut
ansietas
Resiko tinggi infeksi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada
lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
9. Komplikasi
Kerusakan arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang
disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit,
tindakan reduksi, dan pembedahan.
Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah
Infeksi
Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi
Kontraktur
Hipertropi jaringan parut
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
10. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:
Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
Halogen dan senyawanya
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci
karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
c) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
d) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam air,
tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk hidung.
Oksidansia
- Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.
- Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari
dalam luka dan membunuh kuman anaerob
Logam berat dan garamnya
- Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur.
- Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya
kerak (korts)
Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan genitalia
eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan
aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya
sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer,
2001).
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan
adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan
pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga
memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan
dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain
larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat
ini sering digunakan yaitu Normal Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl
0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g
dengan osmolaritas 308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154
mEq/l (ISO Indonesia,2000).
3. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang
jaringan nekrosis dan debris.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kerusakan jaringan
b. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri.
c. Gangguan eliminasi BAB b/d kelemahan fisik.
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.
e. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan.
f. Resiko tinggi infeksi b/d perawatan luka tidak efektif.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri
pain control,
psikologis), kerusakan jaringan secara komprehensif
comfort level
Setelah dilakukan termasuk lokasi,
DS:
- Laporan secara verbal tinfakan keperawatan karakteristik, durasi,
DO:
selama …. Pasien frekuensi, kualitas dan
- Posisi untuk menahan nyeri
- Tingkah laku berhati-hati tidak mengalami faktor presipitasi
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak Observasi reaksi nonverbal
nyeri, dengan kriteria
capek, sulit atau gerakan kacau, dari ketidaknyamanan
hasil:
Bantu pasien dan keluarga
menyeringai) Mampu mengontrol
- Terfokus pada diri sendiri untuk mencari dan
nyeri (tahu penyebab
- Fokus menyempit (penurunan
menemukan dukungan
nyeri, mampu Kontrol lingkungan yang
persepsi waktu, kerusakan proses
menggunakan tehnik dapat mempengaruhi nyeri
berpikir, penurunan interaksi dengan
nonfarmakologi
orang dan lingkungan) seperti suhu ruangan,
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- untuk mengurangi pencahayaan dan kebisingan
jalan, menemui orang lain dan/atau nyeri, mencari Kurangi faktor presipitasi
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) bantuan) nyeri
- Respon autonom (seperti diaphoresis, Melaporkan
bahwa Kaji tipe dan sumber nyeri
perubahan tekanan darah, perubahan nyeri berkurang untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
nafas, nadi dan dilatasi pupil) dengan
- Perubahan autonomic dalam tonus farmakologi: napas dala,
menggunakan
otot (mungkin dalam rentang dari relaksasi, distraksi, kompres
manajemen nyeri
lemah ke kaku) Mampu mengenali hangat/ dingin
- Tingkah laku ekspresif (contoh : Berikan analgetik untuk
nyeri (skala,
gelisah, merintih, menangis, mengurangi nyeri: ……...
intensitas, frekuensi Tingkatkan istirahat
waspada, iritabel, nafas
dan tanda nyeri) Berikan informasi tentang
panjang/berkeluh kesah) Menyatakan rasa nyeri seperti penyebab nyeri,
- Perubahan dalam nafsu makan dan
nyaman setelah nyeri berapa lama nyeri akan
minum
berkurang berkurang dan antisipasi
Tanda vital dalam
ketidaknyamanan dari
rentang normal
Tidak mengalami prosedur
Monitor vital sign sebelum
gangguan tidur
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan pola tidur berhubungan NOC: NIC :
Anxiety Control
dengan: Sleep Enhancement
Comfort Level
- Psikologis : usia tua, kecemasan, - Determinasi efek-
Pain Level
agen biokimia, suhu tubuh, pola Rest : Extent and Pattern efek medikasi
Sleep : Extent ang
aktivitas, depresi, kelelahan, takut, terhadap pola tidur
Pattern - Jelaskan pentingnya
kesendirian.
Setelah dilakukan tindakan
- Lingkungan : kelembaban, tidur yang adekuat
keperawatan selama …. - Fasilitasi untuk
kurangnya privacy/kontrol tidur,
gangguan pola tidur pasien mempertahankan
pencahayaan, medikasi (depresan,
teratasi dengan kriteria aktivitas sebelum
stimulan),kebisingan.
Fisiologis : Demam, mual, posisi, hasil: tidur (membaca)
Jumlah jam tidur dalam - Ciptakan
urgensi urin.
DS: batas normal lingkungan yang
- Bangun lebih awal/lebih lambat Pola tidur,kualitas dalam
nyaman
- Secara verbal menyatakan tidak
batas normal - Kolaburasi
fresh sesudah tidur Perasaan fresh sesudah
pemberian obat
DO :
tidur/istirahat
- Penurunan kemempuan fungsi tidur
Mampu mengidentifikasi
- Penurunan proporsi tidur REM
- Penurunan proporsi pada tahap 3 hal-hal yang
dan 4 tidur. meningkatkan tidur
- Peningkatan proporsi pada tahap 1
tidur
- Jumlah tidur kurang dari normal
sesuai usia
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :
o Fungsi:kelemahan otot abdominal, Bowl Elimination
Manajemen konstipasi
Hidration
Aktivitas fisik tidak mencukupi - Identifikasi faktor-
Setelah dilakukan tindakan
o Perilaku defekasi tidak teratur faktor yang
o Perubahan lingkungan keperawatan selama ….
o Toileting tidak adekuat: posisi menyebabkan
konstipasi pasien teratasi
defekasi, privasi konstipasi
dengan kriteria hasil:
o Psikologis: depresi, stress emosi, - Monitor tanda-tanda
Pola BAB dalam batas
gangguan mental ruptur
normal
o Farmakologi: antasid, Feses lunak bowel/peritonitis
Cairan dan serat adekuat - Jelaskan penyebab
antikolinergis, antikonvulsan,
Aktivitas adekuat
dan rasionalisasi
antidepresan, kalsium Hidrasi adekuat
karbonat,diuretik, besi, overdosis tindakan pada
pasien
laksatif, NSAID, opiat, sedatif.
- Konsultasikan
o Mekanis: ketidakseimbangan
dengan dokter
elektrolit, hemoroid, gangguan
tentang peningkatan
neurologis, obesitas, obstruksi pasca
dan penurunan
bedah, abses rektum, tumor
o Fisiologis: perubahan pola makan bising usus
- Kolaburasi jika ada
dan jenis makanan, penurunan
tanda dan gejala
motilitas gastrointestnal, dehidrasi,
konstipasi yang
intake serat dan cairan kurang,
menetap
perilaku makan yang buruk - Jelaskan pada
DS:
- Nyeri perut pasien manfaat diet
- Ketegangan perut (cairan dan serat)
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum terhadap eliminasi
- Nyeri kepala - Jelaskan pada klien
- Peningkatan tekanan abdominal konsekuensi
- Mual
- Defekasi dengan nyeri menggunakan
DO: laxative dalam
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB waktu yang lama
- Feses berwarna gelap - Kolaburasi dengan
- Penurunan frekuensi BAB ahli gizi diet tinggi
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen serat dan cairan
- Feses keras - Dorong peningkatan
- Bising usus hipo/hiperaktif aktivitas yang
- Teraba massa abdomen atau rektal
optimal
- Perkusi tumpul
- Sediakan privacy
- Sering flatus
- Muntah dan keamanan
selama BAB
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan)
Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika:
Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI:
Jakarta.