Kelompok 11 Hadis Tentang Talak
Kelompok 11 Hadis Tentang Talak
TALAK BID’I
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Ahkam
Dosen Pengampu:
Abdul Aziz, M.Hi.
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam
semesta yang menjadikan bumi dan isinya begitu sempurna. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hadis
Tentang Talak, Talak Sunni, dan Talak Bid’i” dengan tepat waktu. Semoga shalawat
serta salam senantiasa tersampaikan kepadabaginda Nabi Muhammad ﷺ., keluarga
beliau dan para sahabat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hadits Ahkam
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang pemahaman daripada
hadits tersebut bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Abdul Aziz, M.HI, selaku dosen pengampu mata kuliah
Hadits Ahkam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun di harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Drs. Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, cet III. (Jakarta: PT Bulan Bintang,
1993), h. 160.
2
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah vol II, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), cet 1V, h. 206.
3
Drs. Zulkarnain Lubis, Paradigma Makna Perceraian, diakses pada 6 Mei 2023, https://syr.us/wvv
4
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet I, 1995), hlm. 268
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), hlm. 9.
4
ketika istri dalam kondisi menstruasi. 6
B. Rumusan Masalah
1. Apa isi dan terjemahan hadits-hadits tersebut?
2. Bagaimana asbabul wurud atau gambaran sosio historis masyarakatnya?
3. Bagaimana takhrij dan kualitas hadis-hadis tersebut?
4. Apa saja hadist-hadist yang mendukung ataupun yang menentang hadist-
hadist tersebut?
5. Bagaimana makna mufrodat dan analisis kebahasaan dalam perspektif
nahwu dan ushul fiqh?
6. Bagaimana kandungan hukum dan metode istinbatnya dalam perspektif
fuqoha?
7. Bagaimana hikmah dari adanya hadits-hadits tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui isi dan terjemah hadis-hadis tersebut.
2. Untuk mengetahui asbabul wurud atau gambaran sosio historis masyarakat.
6
M. Saeful Amri, ‘Mitsaqan Ghalidza Di Era Disrupsi (Studi Perceraian Sebab Media Sosial)’, Ulul
Albab: Jurnal Studi Dan Penelitian Hukum Islam 3, no. 1 (2019): 89–106,
https://doi.org/10.30659/jua.v3i1.7496
5
BAB II
PEMBAHASAN
Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami Katsir bin 'Ubaid, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Khalid dari Mu'arrif bin Washil dari Muharib bin
Ditsar dari Ibnu umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Perkara halal yang paling Allah benci adalah perceraian." (HR. Ibnu Majjah
Nomor 2008)7
b) Hadits Kedua
،َشة
َ ِعائ َ ،ٍع ِن ْالقَاس ِِم ب ِْن ُم َح َّمد
َ ع ْن َ ،ع َم َر
ُ هللا ب ِْن ُ ع ْن
ِ ع َب ْي ِد َ ،ي ْب ُن ُم ْس ِه ٍر
ُّ ع ِل َ َحدَّثَنَا أَبُو َب ْك ِر ْب ُن أ َ ِبي
َ َحدَّثَنَا،َش ْي َبة
، فَأ َ َرادَ زَ ْو ُج َها ْاْل َ َّو ُل أَ ْن َيتَزَ َّو َج َها،طلَّقَ َها قَ ْب َل أ َ ْن َيدْ ُخ َل ِب َها
َ ث ُ َّم،ٌ فَت َزَ َّو َج َها َر ُجل،طلَّقَ َر ُج ٌل ا ْم َرأَتَهُ ث َ ََلثًا
َ :ت
ْ َقَال
س ْيلَتِ َها َما ذَاقَ ْاْل َ َّو ُل
َ ع َ سلَّ َم
ُ َحتَّى يَذُوقَ ْاْلخِ ُر مِ ْن، ََل:َ فَقَال، َع ْن ذَلِك َ ُصلَّى هللا
َ علَ ْي ِه َو َ ِسو ُل هللا ُ َ»»ف
ُ سئِ َل َر
Terjemahan: Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: ‘Ali
bin Mushir menceritakan kepada kami, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Al-
Qasim bin Muhammad, dari ‘Aisyah, beliau mengatakan: Seorang lelaki
menceraikan istrinya sampai talak tiga. Lalu seorang lelaki lain menikahi wanita
tersebut, kemudian ia menceraikannya sebelum menggaulinya. (Mantan) suami
yang pertama hendak menikahi wanita itu kembali. Lalu hal itu ditanyakan
kepada Rasulullah SAW. Beliau bersabda: “Tidak boleh, hingga suami yang
terakhir mencicipi sedikit madu istrinya seperti halnya yang dicicipi oleh
(mantan) suami pertama.” (HR. Musim Nomor 2590)8
c) Hadits Ketiga
ع ْن َ ع ْن
َ سال ٍِم ْ الرحْ َم ِن َم ْولَى آ ِل
َ َطلَ َحة َ َس ْفيَان
َ ع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن
َّ ع ْب ِد ُ ع ْن َ عثْ َما ُن ْب ُن أَبِي
َ ش ْيبَةَ َحدَّثَنَا َوكِي ٌع ُ َحدَّثَنَا
َّ صلَّى
َُّللا ِ َّ سو ُل
َ َّللا ُ سلَّ َم فَقَا َل َر
َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللاَّ صلَّى َ ِ ع َم ُر لِلنَّبِي ُ َِض فَذَك ََر ذَلِك َ طلَّقَ ا ْم َرأَتَهُ َوه
ٌ ِي َحائ َ ُع َم َر أَنَّه
ُ اب ِْن
َ ت أَ ْو َوه
ِي َحامِ ٌل ْ ط ُه َر ِ سلَّ َم ُم ْرهُ فَ ْلي َُر
َ ُاج ْع َها ث ُ َّم ِلي
َ ط ِل ْق َها إِذَا َ علَ ْي ِه َو
َ
7
https://kitabhadis.com/sunan-ibnu-majah/2008
8
https://kitabhadis.com/sahih-muslim/2590
6
Terjemahan: Telah menceritakan kepada kami (Utsman bin Abu Syaibah), telah
menceritakan kepada kami (Waki') dari (Sufyan) dari (Muhammad bin
Abdurrahman) mantan budak keluarga Thalhah, dari (Salim) dari (Ibnu Umar),
bahwa ia telah menceraikan isterinya yang sedang haid. Kemudian Umar
menceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Lalu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perintah dia agar kembali
kepadanya, kemudian menceraikannya apabila ia telah suci atau dalam keadaan
hamil." (HR. Abu Daud Nomor 1865). 9
Menurut riwayat yang paling valid, diketahui bahwa hadis ini memiliki
keterkaitan dengan peristiwa dimana Abdullah bin Umar menikahi seorang
perempuan yang ia cintai. Namun, ayahnya yaitu Umar bin Khattab tidak
menyukai anaknya itu menikah dengan seorang perempuan yang ia cintai
tersebut. Kemudian Abdullah pun mengadukan hal tersebut kepada Nabi
Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW lantas mendoakan Abdullah,
kemudian nabi bersabda, “Ya, Abdullah, ceraikan istrimu itu!” Akhirnya,
Abdullah pun menceraikan perempuan yang ia cintai tersebut sebagai istrinya
atas sabda Nabi tersebut. Dalam kitab as-Sunan al-Kubra milik Imam Baihaqi,
mengeluarkan riwayat dari Muharrib ibn Ditsar, dia berkata di zaman Nabi, ada
seorang laki-laki yang menikah dengan seorang perempuan kemudian ia
menceraikanya. Nabi berkata kepadanya. Apakah kamu sudah menikah? Sudah,
Jawabanya. Lalu apa yang terjadi? Tanya nabi, aku telah menceraikanya apakah
ada sesuatu yang mencurigakan dari istrimu? Tidak. Setelah itu laki-laki tersebut
menikah dengan perempuan lain dan menceraikanya lagi. Dan begitu dia
melakukanya hingga dua tiga kali, sementara nabi selalu mengomentarinya
dengan hal yang sama dengan hal yang sama. Oleh karena itu nabi kemudian
bersabda "Sesungguhnya perkara halal yang dibenci Allah adalah Ta'ala.
9
https://kitabhadis.com/sunan-abu-daud/1865
7
b) Hadits Riwayat Muslim No. 2590
Tidak ditemukan asbabul wurud tentang hadits ini. Namun secara umum
hadits ini menggambarkan tentang Abdullah bin Umar RA. Yang menceraikan
istrinya Ketika sedang haid. Lalu ayahnya menjelaskan kejadian tersebut pada
Rasulullah SAW. Ternyata beliau sangat marah. Kemudian beliau
memerintahkan Abdullah supaya merujuk istrinya dan mempertahankannya
sampai selesai dari haid, kemudian haid lagi, kemudian suci. Setelah itu, jika ia
masih ingin menceraikannya dan tidak lagi berkeinginan mempertahankannya
silahkan ia menceraikannya sebelum menggaulinya. Itulah masa iddah yang
Allah perintahkan agar talak dijatuhkan dalam masa tersebut bagi orang yang
ingin menceraikan.
8
2. Bagan Sanad
3. Biografi Perawi
9
Almaafi bin Imran hadits yang tidak
Al- Dzahri Al- diragukan lagi
Himshi. keilmuannya
- Waqi’ bin Al- -Ibnu Hajar al
Jarah. ‘Aswalani
mengatakan Tsiqah
-Maslamah bin
Qasim mengatakan
Tsiqah
-Abu daud dalam
tahdzibul kamal
Abdul Aziz bin berkata “Shodiq”
‘Amr bin Abdul (orang yang jujur).
Azi. -Abu Ubaid al-Ajri
-Ubaid al-Madzhaji.
- Abdul Malik bin berkata bahwasanya
Wafat -Muhammad bin
Muhammad Jurij. beliau adalah
sebelu Shodaqoh al-
bin Khalid bin - Ubaidillah bin ulama/orang yang
m 290 Jablani.
Muhammad Walid alWafaiyi. besar.
H -Yahya bin Sholih
- al-Fadl bin -Ibnu Habban juga
al-Wihadzi.
Dalham. menyebut beliau
- Muariff bin merupakan orang
Washil Tsiqoh
-Ad-Daruqithni
mengatakan Tsiqoh.
-Muhammad bin
- Muharib bin -Abdullah bin Ahmad
Khalid al-Wahbi.
Ditsar, bin Hambal
-Muhammad bin
Mu’ariff bin - Hafsah bin Talq. mengatakan Tsiqah
- Yusuf al Firyabi
Washil - ‘Amr bin Ditsar, -Ali bin al-Madini
-Waqi’ bin Jarrah
- Abdullah bin mengatakan Huwa
-Abdullah bin
Buraidah Atsbatu Minal Ailah.
Mahdi
10
-al-Nasa’I menilai
Maharib bin Ditsar
Tsiqoh
-Abu Zur’ah menilai
beliau sebagai orang
Al aswad bin Yazid
yang dapat dipercaya.
Wafat al-Nakh’I -Muariff bin Washil.
Muharib bin -Abu Hatim menilai
116 H - Sulaiman bin -Muhammad bin
Ditsar beliau sebagai orang
Buridah Qa’is al asadi.
yang jujur.
- Shilah bin Zafar.
-Ibnu Hibban
disebutkan dalam ‘ats
tsiqaat
Ya’qub bin sufyan
mengatakan Tsiqoh
- Ibnu Umar sangat
termasyhur ini
ditandai dengan
banyaknya hadis
Dilahir
- Nabi Muhammad yang
kan di
SAW diriwayatkannya.
Makka
- Bilal Mu’adin Hadis yang
h pada
Abdullah bin Rasulullah SAW -Muharib bin Ditsar, diriwayatkan
tahun
Umar bin al - Zaid bin Tsabit. -Abdullah bin Umar -Ibnu umar berasal
10 H
khattab bin - Zaid bin al- -Basir bin Sa’id al- dari Rasulullah SAW
dan
Nufail Khattab Madani. dan juga dari
wafat
- Abdullah bin periwayatan para
pada
Mas’ud sahabat Rasulullah
tahun
- Utsman bin Talhat SAW.
618 H
-Ibnu hajar al
atsqalani : sahabat
-Adz dzahabi:
sahabat
11
4. Kesimpulan kualitas hadits
2. Bagan sanad
12
3. Biografi Perawi
13
Nasa'i : 664 -Hisyam bin Urwah :
IbnuMajah aku tidak melihat
:386 seorang yang lebih
Darimi : 195 alim tentang fiqih
Ahmad : 2395 daripada Aisyah
Malik : 128
14
(Tabi'in mengatakan tsiqah
kalangan - Abu hatim
biasa) mengatakan tsiqah
- Abu zur’ah
Riwayat mengatakan tsiqah
hadits: - An- nasa’I
Bukhari : 163 mengatakan tsiqah
Muslim : 180 tsabat
Tirmidzi : 64
Abu Daud : 79
Nasa'i : 99
Ibnu Majah :98
Darimi : 50
Ahmad : 357
Malik : 0
15
Abu Bakr Wafat Syarik bin - Abul-Ahwash - Para ulama sepakat
bin Abu 235 H Abdillah Al-Qadli Sallam bin Sulaim bahwa Abu Bakar bin
Syaibah - AbdusSalam bin Abi Syaibah seorang
Harb. yang kuat hapalannya
-Abdullah bin
Mubarak. - Ibnu Hibban
- Jarir bin Abdil berkata, “Ibn Abi
Hamid. Syaibah adalah
- Abul-Khalid Al- seorang yang hafidh
Ahmar. yang sangat
- Sufyan bin kuat hapalannya, dia
‘Uyainah salah seorang dari
ulama yang menulis
hadits, engumpulkan
danmeyusun kitab,
bermudzakarah.
Berdasarkan takhrij yang telah dilakukan, hadist ini termasuk dalam hadist
shahih. Sebab hadist diatas sanad nya bersambung dan sampai kepada Nabi
sehingga disebut dengan hadis marfu’ dan juga memenuhi syarat-syarat
hadits shahih. Hadist ini diriwayatkan oleh perawi Abu Bakar bin Abi syaibah
yang kuat hafalannya, Ali bin Mushir orang yang tsiqah, Ubaidillah bin Umar
orang yang tsiqah tsabat, Qasim bin Muhammad orang yang tsiqah. Hadist
diatas sanad nya bersambung dan sampai kepada Nabi sehingga disebut
dengan hadis marfu’ dan juga memenuhi syarat-syarat hadits shahih. Hadist
ini diriwayatkan oleh perawi Abu Bakar bin Abi syaibah yang kuat
hafalannya, Ali bin Mushir orang yang tsiqah, Ubaidillah bin Umar orang
yang tsiqah tsabat, Qasim bin Muhammad orang yang tsiqah. Sehingga hadist
ini termasuk dalam hadist shahih.
16
c) Hadits Riwayat Abu Dawud No. 1865
1. Imam lain yang meriwayatkan hadist serupa, diantaranya:
2. Bagan sanad
17
3. Biografi perawi
19
Ibnu Umar
sangat
termahsyur
ditandai dengan
banyaknya hadits
Nabi
yang
Muhammad
diriwayatkannya.
SAW
Hadits yang
Lahir di Bilal Mu’adin Muharib bin
diriwayatkan
Abdullah bin Makkah Rasulullah SAW Ditsar
Ibnu Umar
Umar bin Al- 10 H Zaid bin Tsabit Abdullah bin
berasal dari
Khattab bin Zaid bin Al- Umar
Rasulullah SAW
Nufail Wafat Khattab Basir bin Sa’id
dan juga dari
618 H Abdullah bin Al-Madani
para periwayatan
Mas’ud
para sahabat
Utsman bin
Rasulullah SAW
Talhat
Ibnu Hajar Al-
Atsqalani :
sahabat
Adz-Dzahabi :
sahabat
20
D. Hadits-Hadits Pendukung Atau Yang Bertentangan Minimal Dua Hadits
a) Hadits Riwayat Ibnu Majah No. 2008
ش ْيئًا َّ سلَّ َم َما أَ َح َّل
َ َُّللا َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ ب قَا َل قَا َل َر
ِ َّ سو ُل
َ َّللا ِ ع ْن ُم َح
ٍ ار َ ف َ َُحدَّثَنَا أَحْ َمدُ ْب ُن يُون
ٌ س َحدَّثَنَا ُم َع ِر
َّ َض إِلَ ْي ِه مِ ْن ال
ِ ط ََل
ق َ أَ ْبغ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Umar] dan [Ishaq
bin Manshur] berkata; Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin
'Uyainah] dari [Az Zuhri] dari ['Urwah] dari [Aisyah] berkata; "Istri
Rifa'ah Al Quradli menemui Rasulullah ﷺ. Dia berkata; 'Saya istri
Rifa'ah, dia telah menceraikanku dengan talak ba'in. Kemudian saya
menikah dengan Abdurrahman bin Zubair. Ternyata dia bagaikan ujung
kain (lemah syahwat) '. Beliau bertanya: 'Apakah kamu hendak kembali
kepada Rifa'ah? Janganlah kamu melakukannya sampai kamu merasakan
madunya dan dia merasakan madumu (melakukan jima') '." (Abu Isa At
Tirmidzi) berkata; "Hadits semakna diriwayatkan dari Umar, Anas,
Rumaisha` atau Ghumaisha`dan Abu Hurairah." Abu Isa berkata; "Hadits
Aisyah merupakan hadits hasan sahih. Kebanyakan ulama dari kalangan
sahabat Nabi SAW dan yang lainnya berpendapat bahwa jika seorang laki-
laki mencerai isterinya tiga kali (talak tiga). Lalu dia menikah dengan pria
10
https://kitabhadis.com/sunan-abu-daud/1862
21
yang lain. Lantas dia (suami tersebut) mentalaknya sebelum
menggaulinya, maka tidak halal bagi suami pertama, jika memang dia
(wanita tersebut) belum digauli oleh suami yang keduanya." (HR. At-
Tirmidzi No. 1037) 11
• سو ُل
ُ س ِئ َل َر ْ َشةَ قَال
ُ ت َ ع ْن ْاْلَس َْو ِد
َ ع ْن
َ عا ِئ َ ع ْن ِإب َْراه
َ ِيم َ َسدَّدٌ َحدَّثَنَا أَبُو ُم َعا ِو َية
َ ع ْن ْاْل َ ْع َم ِش َ َحدَّثَنَا ُم
طلَّقَ َها
َ غي َْرهُ فَدَ َخ َل بِ َها ث ُ َّم ْ طلَّقَ ْام َرأَتَهُ يَ ْعنِي ثَ ََلثًا فَت َزَ َّو َج
َ ت زَ ْو ًجا َ سلَّ َم
َ ع ْن َر ُج ٍل َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ِ َّ
َ َّللا
َسلَّ َم ََل تَحِ ُّل ل ِْْل َ َّو ِل َحتَّى تَذُوق
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ْ َقَ ْب َل أ َ ْن ي َُواقِعَ َها أَتَحِ ُّل لِزَ ْو ِج َها ْاْل َ َّو ِل قَال
ُّ ِت قَا َل النَّب
َ ي
س ْيلَت َ َها ُ َس ْيلَةَ ْاْلخ َِر َويَذُوق
َ ع َ ع
ُ
11
https://kitabhadis.com/sunan-tirmizi/1037
12
https://kitabhadis.com/sunan-abu-daud/1965
22
menceraikan isterinya dalam keadaan haid, maka Umar bin Al Khaththab
pun menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW
bersabda: "Perintahkanlah agar ia segera meruju'nya, lalu menahannya
hingga ia suci dan haid kembali kemudian suci. Maka pada saat itu, bila
ia mau, ia boleh menahannya, dan bila ingin, ia juga boleh
menceraikannya. Itulah Al Iddah yang diperintahkan oleh Allah untuk
mentalak isteri." (HR. Bukhari Nomor 4850)13
o َ ُع ْن يُون
س َ ع ْبدُ ْاْل َ ْعلَى قَا َل َحدَّثَنَا ِهشَا ٌم
َ ع ْن ُم َح َّم ٍد َ ي َحدَّثَنَا َ علِي ٍ ْال َج ْه
ُّ ِضم َ ُص ُر بْن ْ ََحدَّثَنَا ن
ُ ِض فَقَا َل تَ ْع ِر
ف ٌ ِي َحائ َ طلَّقَ ا ْم َرأَتَهُ َوه
َ ع ْن َر ُج ٍل َ ع َم َرُ َسأ َ ْلتُ ابْن
َ ب َقا َل ٍ ب ِْن ُجبَي ٍْر أَبِي غ َََّل
ُسلَّ َم فَأ َ َم َره
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ي ُ ِض فَأَت َى
َّ ع َم ُر النَّ ِب ٌ ِي َحائ َ طلَّقَ ا ْم َرأَتَهُ َوه
َ ع َم َر ِ َّ َع ْبد
ُ ََّللا بْن َ
َع َجزَ َوا ْستَ ْح َمق َ اج َع َها قُ ْلتُ أَيُ ْعتَدُّ ِبت ِْلكَ قَا َل أ َ َرأَيْتَ ِإ ْن
ِ أ َ ْن ي َُر
13
https://kitabhadis.com/sahih-bukhari?s=talak
14
https://kitabhadis.com/sunan-ibnu-majah?s=talak
23
berkesesuaian dalam makna dan berdekatan dalam kalimatnya. Secara
redaksional hadis ini tidak bertentangan dengansejarah, akal, dalil yang telah
pasti, dan tidak bertentangan dengan hadis ahad yang berkualitas ke-shahihan-
nya lebih kuat karena maksud dari pada hadis tersebut adalah sesuatu hal yang
sanggat dibenci Allah akan tetapi allah tidak melarang untuk dilakukannya.
24
عسيلتهاterdapat juga Isyaratul Nash yang mana makna asal dari kata ini adalah
merasakan madunya, akan tetapi disini makna yang diharapkan atau yang tersirat
atau yang dikehendaki oleh isyaratul nash adalah bukan si suami yang kedua tadi
merasakan madu akan tetapi merasakan kenikmatnya bersetubuh sebagai mana
yang telah dirasakan oleh suami yang pertama.dalam kalimat حتى يذوق اْلخرdisini
mengandung mafhum mukholafah yang berarti apabila si suami kedua belum
merasakannya kemudian ia mentalaknya maka suami pertama tidak boleh
menikahinya Kembali.
Perceraian merupakan perkara yang halal yang paling tidak disukai oleh
Allah SWT. Dalam islam tidak mengharamkan perceraian namun menjadi hal
yang paling tidak disukai Allah SWT. Disetiap rumah tangga pasti ada konflik
tetapi jika konflik bisa diselesaikan dengan baik-baik maka sebaiknya tidak
melakukan perceraian. Tetapi jika konflik dalam rumah tangga tidak dapat
diselesaikan dan justru akan menimbulkan kesengsaraan tentu dalam situasi ini
maka syari’ah membolehkan adanya perceraian. Dalam surah al-Baqarah ayat
227 dijelaskan :
علِي ٌم
َ سمِ ي ٌع
َ َّللا َّ عزَ ُموا
َ َّ الط ََلقَ فَإِ َّن ْ َو
َ إن
25
“Dan jika kalian bertekad kuat untuk thalaq, maka sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
1. Wajib
2. Haram
3. Mubah
4. Sunnah
5. Makruh
Jadi dapat disimpulkan bahwa perceraian adalah hal yang paling dibenci
oleh Allah maka dari itu penguacapan thalak jangan dibuat mainan atau hanya
sekedar gurauan.
Dan apabila si suami setelah menjatuhkan thalak untuk yang ketiga, maka
apabila si suami mempunyai keinginan untuk merujuk istrinya kembali, maka ia
harus menunggu sampai mantan istrinya telah menikah dengan orang lain lebih
dahulu dan telah di ceraikannya kembali baru kemudian ia di bolehkan untuk
menikahi mantan istrinya Kembali. Metode istinbath yang dipakai adalah dalil-
dalil syara’.
27
c) Hadits Riwayat Abu Dawud No. 1865
G. Hikmah
a) Hadits Riwayat Ibnu Majah No. 2008
Hikmah dari hadis sesuatu halal yang paling dibenci Allah SWT adalah
talak. kebencian yang tidak sampai pada kedudukan haram. Ia hanya sebagai
rambu-rambu bagi suami istri untuk tidak main-main dengan ikatan pernikahan,
yang mana di dalamnya penuh dengan kemaslahatan dan kebaikan. Sehingga
tidak selayaknya untu dipermainkan atau disepelekan. Dan adapun kebencian ini
tidak pada talak sendiri, melainkan pada penyebab- penyebab yang mendorong
15
Unknown, Makalah Tafsir tentang Hadits-Hadits Mengenai thalaq Bid’I dan Sunni, diakses pada 6 Mei
2023, http://msfoundation.blogspot.com/2012/12/makalah-tafsir-tentang-hadits-hadits_3855.html
28
kearah terjadinya talak dan ketergesa-gesaan seorang dalam melakukan talak.
Selain itu kebencian ini tidak berdampak pada ketentuan hukum, akan tetapi ia
masuk dalam perbuatan yang tercela. Hukum dari hadits ini adalah talak itu
merupakan perkara yang mubah dan boleh dilakukan. Akan tetapi Allah SWT
sangat membenci akan pergaulan dalam rumah tangga yang jelek dan penuh
kekerasan yang mengakibatkan pada permusuhan. Sehingga talak ini boleh
dilakukan sebagai jalan keluar yang terakhir dan didasari dengan alasan-alasan
yang kuat. Karena mengingat tujuan perkawinan adalah membina rumah tangga
yang sakinah, mawadah, wa rahmah.
Dalam hadits ini manusia di tuntut untuk dapat berfikir dalam melakukan
atau memutuskan setiap kehendak yang akan di lakukan dan juga dapat
memikirkan akibatakibat apa yang dapat timbul dari perbuatannya, dalam hal ini
terkhusus dalam bab thalak,didalam al-quran Allah telah memberikan atau
mengatur thalak apa saja yang halal dan boleh dilakukan dan juga tahapan–
tahapannya dalam menjatuhkan thalaknya.
Yang pertama adalah thalak satu,atau thalak roj’I,yaitu thalak yang apabila
dijatuhkan si suami masih dapat merujuk istrinya dalam masa iddah dan tanpa
ada akad baru, hanya ucapan lisan dari pihak suami pada istri. Yang kedua adalah
thalak ba’in sughro atau thalak dua, yaitu thalak yang apabila dijatuhkan si suami
harus menggunakan akad baru untuk merujuk istrinya sebagaimana
pernikahan yang pertama kali dilakukan.
Hikmah yang dapat kita peroleh dari hadits tersebut yaitu ketika
mejatuhkan talak pada istri yang sedang haid hukumnya haram atau bid'ah.
Artinya, thalaq tersebut tidak boleh dilaksanakan. Dalilnya, hadits Rasulullah
yang melarang seorang lelaki menjatuhkan talak sedang istrinya dalam keadaan
haid. Jika terjadi mereka harus ruju' kemudian masuk masa suci dan jika ingin
menceraikan ceraikan saat suci itu dan tentu dengan baik-baik. Tetapi Imam
Hambali memiliki sudut pandang yang berbeda, ia berkata bahwa thalak yang
seperti itu adalah sah dan berlaku. Thalak seperti itu walaupun dianggap haram
karena tidak mengikuti tuntunan syariat, namun ia tetap termasuk dalam
pengertian “thalak” secara umum. Pengakuan Abdullah bin Umar r.a.. Ketika
menceraikan istrinya ketika dalam keadaan haid lalu Rasulullah Saw
memerintahkan agar ia merujuknya kembali,berarti itu dianggap sah dan di
hitung satu kali thalak.
16
“Makalah-Tafsir-Tentang-Hadits-Hadits_3855 @ Msfoundation.Blogspot.Com.”
30
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Thalaq adalah perkara halal yang paling dibenci oleh Allah SWT. Dalam islam telah
diterangkan tentang macam-macam thalak yang terdapat dalam kitab-kitab fiqh,dan Allah
pun sudah memberikan pilihan-pilihan tentang thalak sendiri dan sudah jelas di terangkan
dalam al-qur’an tentang thalak mana saja yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh
dilakukan.disini thalak yang diperbolehkan adalah disebut dengan thalak Sunni karena
proses penjatuhan thalaknya sesuai dengan ajaran dan tuntunan islam meskipun hal itu
dibenci oleh Allah, dan yang kedua adalah thalak yang dilarang oleh agama islam yang
disebut dengan thalak Bid’I yang mana thalak ini diharamkan oleh islam dan harus di rujuk
kembali lalu boleh mentalaknya ketika ia dalam keadaan suci, karena tidak sesuai dengan
apa yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Nabi Muhammad.
Maka thalak sunni dan thalak bid’I mempunyai perbedaan yaitu Thalak sunni yaitu
thalak yang didasarkan pada sunnah Nabi SAW, yaitu seorang suami yang menceraikan
istrinya dalam keadaan suci yang belum pernah dicampurinya dengan sekali thalak, pada
saat istrinya sedang suci dari darah haid. Sedangkan, thalak bid’I adalah thalak yang
bertentangan dengan ketentuan syari’at. Thalak bid’I yaitu ketika seorang suami menthalak
istrinya dalam keadaan haid, atau pada saat suci namun ia telah dicampuri oleh suaminya.
Thalak bid’I merupakan thalak yang dilarang namun thalak nya tetap jatuh. Akan
tetapi jika kemafsadahnya yang diperoleh lebih banyak seperti memperlama masa iddah
yang mana thalak seperti ini akan menyulitkan istri serta talak yang dijatuhkan kepada istri
dalam keadaan suci yang sudah digauli, barangkali akan menimbulkan penyesalan dari pihak
suami kalau sudah jelas kehamilannya maka lebih baik jika thalak tersebut tidak dilakukan
oleh suami.
Meskipun disini banyak ulama’ yang berbeda pendapat tentang ke sah an dari thalak
bid’I ini ,akan tetapi mayoritas menganggap sah, akan tetapi jatuhnya ini masuk dalam thalak
satu ataukah masuk langsung thalak tiga para ulama’ masih berbeda pendapat, ada yang
mengatakan termasuk, ada yang mengatakan tidak, keduanya bisa dianggap sama-sama
benar karena kedua pendapat diatas mempunyai dasar atau landasan berbeda-beda dalam
menetapkannya, dan kedua pendapat tersebut sama-sama kuat karena berasal dari sumber
yang utama yaitu bersumber dari al-qur’an dan juga al-hadits, yang mana kedua sumber ini
31
menjadi dasar rujukan pertama dalam menyalesaikan setiap permasalahan yang ada dalam
kehidupan manusia.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, cet I, 1995)
al-Asqalani, Ibnu Hajar. Bulughul Maram. Alih Bahasa A. Hassan. Loc. Cit.
Amri, M. Saeful ‘Mitsaqan Ghalidza Di Era Disrupsi Studi Perceraian Sebab
Media Sosial, Ulul Albab: Jurnal Studi Dan Penelitian Hukum Islam 3, no.
1 2019, https://doi.org/10.30659/jua.v3i1.7496
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafi’i Jilid 2. Ahli bahasa: Muhammad Afifi dan
Abdul Hafiz. Jakarta: Almahira, 2010.
az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Imam Syafi’i Jilid 7. Ahli bahasa: Muhammad Afifi dan
Abdul Hafiz. Jakarta: Almahira, 2010.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2001.
Drs. Zulkarnain Lubis, Paradigma Makna Perceraian, diakses pada 6 Mei 2023,
https://syr.us/wvv
Fath al-Bari dan ‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud
Hadis - 9 Kitab
Lestari, Reka Meilda dkk., “Problema Kehidupan Berkeluarga Pasangan Suami Istri
Kawin Muda,” Jurnal Sosiologi Nusantara, no. 2(2016): 83
https://doi.org/10.33369/jsn.2.2.82-93
Makalah-Tafsir-Tentang-Hadits-Hadits_3855@Msfoundation.Blogspot.Com” n.d.
http://msfoundation.blogspot.com/2012/12/makalah-tafsir-tentang-
haditshadits_3855.html?m=1
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al Mughitah bin Bardzibah, Sholih alBukhori, Kairo:
Daar el-Hadis, 2010
Mukhtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan Bintang,
1993
Racheedus, Ulasan Hadis tentang Perceraian, racheedus.com, 20 September 2008, diakses
pada 6 Mei 2023, https://www.racheedus.com/ulasan-hadis-tentang-perceraian/
Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Vol III, Beirut: Dar kitab, 1983
Satih Saidiyah, Very Julianto, “Problem Pernikahan dan Strategi Penyelesaiannya,”
Jurnal Psikologi Undip, no. 2(2016): 125
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 4, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009)
Tihami, H. M. A. dan Sohari Sahrani. Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap.
Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Unknown, Makalah Tafsir tentang Hadits-Hadits Mengenai thalaq Bid’I dan Sunni, diakses
pada 6 Mei 2023, http://msfoundation.blogspot.com/2012/12/makalah-tafsir-
tentang-hadits-hadits_3855.html
33
المسند الصحيح المختصر بنقل العدل عن العدل إلى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ,مسلم بن احلجاج أبو احلسن
القشريي النيسابوري
34