Anda di halaman 1dari 5

Kata Pengantar

BAB I
PEMBAHASAN

‫لضرريزال‬
“Kemudharatan (bahaya) itu wajib dihilangkan.”

A. PENGERTIAN KAIDAH
Mudharat secara etimologi berasal dari kata “adh-Dharar" yang
berarti sesuatu yang turun tanpa ada yang dapat menahannya. Adh-dharar
adalah membahayakan orang lain secara mutlak, sedangkan adh-dhirar
adalah membahayakan orang lain dengan cara yang tidak disyariatkan.'
Adh-Dharar (bahaya) adalah lawan dari an-Nafu (manfaat). Juga bisa
diartikan bahwa adh-Dharar adalah segala bentuk kondisi buruk,
kekurangan, kesulitan, dan kemalangan. Sedangkan secara terminologi,
maknanya tidak jauh dari pengertiannya secara bahasa, yaitu kekurangan
atau kerusakan yang menimpa sesuatu. Segala bentuk kemudharatan
hukumnya haram di dalam Syariat Islam yang agung ini. Seseorang
tidaklah dibenarkan menimbulkan kerusakan atau menyebabkan mara
bahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain, baik terhadap jiwa, harta
maupun kehormatannya. Dan wajib hukumnya, ntuk mencegah
timbulnya segala kemudharatan yang akan terjadi preventif), sebagaimana
sariat ini juga mengharuskan untuk menghilangkan kemudharatan setelah
terjadi (represif).
Kaidah fikih yang satu ini begitu penting karena sejalan dengan
sifat dasar Syariat Islam yang diturunkan Allah SWT lewat Nabi
Muhammad SAW yaitu meniadakan kesulitan berdasarkan firman Allah
SWT.

“Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama."


Juga karena luasnya cakupan hukum yang perada di bawah kaidah
fikih ini. Sebagian ulama mengatakan bahwa kaidah al-Dhararu Yuzal
adalah setengah dari ilmu fikih. Sebab, secara garis besar semua hukum
fikih hanya terbagi menjadi dua nilai utama, yaitu untuk;

"mendatangkan kebermanfaatan atau menolak kemudharatan.


Imam al-Suyuthi menggambarkan betapa tinggi kedudukan dan
pentingnya kaidah fikih yang satu ini. Beliau mengatakan “Ketahuilah,
bahwa ada banyak sekali hukum fikih yang terlahir berdasarkan kaidah al-
Dhararu Yuzal”

B. SUMBER PENGAMBILAN KAIDAH


Berikut merupakan dalil-dalil atau nash-nash Syar’i yang
berkaitan dengan kaidah Adh-Dhararu Yuzalu, di antaranya ialah:
1. Dalil yang berasal dari Al-Quran
a. Surat Al Baqarah ayat 173

‫ِه ِب ِل ِرْي ّٰل‬ ‫ِخْل ِز ِر‬ ‫ِا‬


‫َمَّنا َح َّرَم َعَلْيُك ُم اْلَم ْيَتَة َوالَّد َم َو ْحَلَم ا ْن ْي َوَم ٓا ُا َّل ه َغ ال ِۚه َفَم ِن اْض ُطَّر َغْيَر‬
‫۝‬١٧٣ ‫َباٍغ َّواَل َعاٍد َفٓاَل ِاَمْث َعَلْيِۗه ِاَّن الّٰل َه َغُفْوٌر َّرِح ْيٌم‬
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan
atasmu bangkai, darah, dan daging babi dan semua yang
disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa diantara kamu
yang berada dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia
tidak menginginkan dan tidak melampaui batas maka ia tidak akan
mendapat dosa darinya.
b. Surat Al Baqarah ayat 195
‫َوَاْنِف ُق ْوا ْيِف َس ِبْيِل الّٰلِه َواَل ُتْلُق ْوا ِبَاْيِد ْيُك ْم ِاىَل الَّتْه ُلَك ِۛة َوَاْح ِس ُنْوۛا ِاَّن الّٰل َه ِحُيُّب‬

‫۝‬١٩٥ ‫اْلُم ْح ِس ِنَنْي‬


Artinya : Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan
janganlah engkau jatuhkan dirimu di dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik.

Anda mungkin juga menyukai