Anda di halaman 1dari 3

kompas.

com

Perang China-Jepang II: Latar Belakang,


Kronologi, dan Dampak Halaman all -
Kompas.com
Widya Lestari Ningsih
5-7 minutes

KOMPAS.com - Perang China-Jepang II (Second Sino-Japanese War) berlangsung dari 7


Juli 1937 sampai 9 September 1945.

Peperangan ini merupakan kelanjutan dari Perang China-Jepang I (1894-1895), dengan skala
lebih besar.

Meski Jepang telah meraih kemenangan pada Perang China-Jepang I, ternyata perseteruan
dua negara ini masih berlanjut.

Salah satu sebabnya adalah, Jepang menganut paham Hakko Ichiu, sehingga ingin
mendominasi negara-negara di Asia Timur Raya, termasuk China, secara politis dan militer.

Perang China-Jepang II berakhir pada 1945, tidak berselang lama setelah menyerahnya
Jepang terhadap Sekutu dalam Perang Dunia II.

Baca juga: Hakko Ichiu, Semboyan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

Latar belakang Perang China-Jepang II


Perang China-Jepang II berawal dari Insiden Jembatan Marco Polo. Saat itu, tentara
Kwantung Jepang sedang berlatih di dekat Kota Wanping, China.

Menurut orang Jepang, setelah latihan, ada satu orang tentara yang tidak ikut pulang. Pihak
Jepang menyatakan bahwa tentaranya itu diculik oleh pasukan China.

Kejadian tersebut membuat Jepang menuntut pasukan China, yang akhirnya dirundingkan
oleh Dewan Politik di Hebei.

Namun, pada saat itu, tentara Jepang justru melakukan penembakan di Jembatan Marco Polo.

Hal inilah yang melatarbelakangi meletusnya Perang China-Jepang II.

Baca juga: Perang China-Jepang I: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Dampak

Jalannya Perang China-Jepang II


Pada Perang China-Jepang II, Jepang tidak hanya menghadapi orang yang memegang kendali
pemerintahan di China saja.

Tetapi juga menghadapi negara-negara Barat, yang sudah lama menanamkan pengaruhnya di
Timur, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, dan Belanda.

Tak hanya itu, berbeda dengan Perang China-Jepang I yang terjadi di Korea, dalam
pertempuran yang meletus pada 1937 ini, pasukan Jepang berhadapan langsung dengan
seluruh rakyat China.

Meski begitu, dengan waktu relatif singkat, Jepang berhasil menguasai seluruh pantai timur
China, termasuk ibu kotanya di Nanjing.

Hal itu memaksa China, yang militernya cukup lemah, memindahkan pusat pemerintahannya
ke Hankou. Di sisi lain, semangat nasionalisme dari semua lapisan rakyat China mulai
berkobar.

Partai Komunis China pun segera mengulurkan tangan untuk bekerja sama dengan
pemerintah, yang berasal dari Partai Kuomintang.

Baca juga: Partai Komunis China: Sejarah dan Perkembangannya

Padahal sebelumnya, dua partai ini tidak mempunyai hubungan baik. Pasukan komunis
kemudian melakukan perlawanan dengan cara gerilya, dan mendapatkan bantuan dari Rusia.

Sementara itu, Partai Kuomintang mendapatkan bantuan dari AS dan Inggris, melalui jalur
Birma Road, yang menghubungkan Myanmar (Lashio) dan China (Kunming).

Namun, pada 27 Juli 1940, jalur ini ditutup Jepang, setelah mengetahui bantuan dari Inggris.
Kendati demikian, pada 16 November 1940, jalur ini dibuka kembali.

Pada akhirnya, Jepang tidak mampu merampas lebih jauh lagi, setelah menyerbu daerah utara
dan timur, serta menduduki daerah pantai.

China, dengan daerahnya yang luas dan penduduknya yang banyak, sulit dikalahkan Jepang,
yang merupakan negara kecil.

Kendati demikian, Jepang sempat membentuk pemerintahan boneka di daerah yang berhasil
didudukinya.

Baca juga: Hisaichi Terauchi, Panglima Jepang Penakluk Asia Tenggara

Beberapa pemerintahan boneka yang dibentuk Jepang yaitu:

 Mongolia, pada Oktober 1937 di bawah pimpinan Pangeran Yun


 Peiping, pada pertengahan Desember di bawah pimpinan Wang Ke Mitt
 Nanjing, pada Maret 1940 di bawah pimpinan Wang Ching Wei

Akhir Perang China-Jepang II


Meski sempat unggul, pada akhirnya Jepang tetap tidak mempunyai militer yang cukup
banyak untuk menguasai seluruh wilayah China.

Ditambah lagi, saat itu tentaranya juga dikerahkan di Pasifik untuk berperang melawan
Sekutu dalam Perang Dunia II.

Seperti diketahui, keinginannya untuk membentuk Negara Asia Timur Raya, membuat
Jepang tidak hanya menghadapi China, tetapi juga bangsa Barat yang sudah lama bercokol di
Asia Tenggara.

Pada 14 Agustus 1945, Jepang resmi menyerah tanpa syarat pada pihak Sekutu, setelah dua
kotanya dibom atom oleh Amerika Serikat.

Beberapa minggu setelahnya, Perang China-Jepang II juga berakhir, karena Jepang tidak
memiliki kekuatan lagi untuk melawan China.

Baca juga: Latar Belakang Jepang Terlibat dalam Perang Dunia II

Dampak Perang China-Jepang II


Dalam Perang Dunia II, China masuk dalam salah satu dari "The Big Five", bersama
Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Perancis.

Perang China-Jepang II merupakan perang di Asia terbesar pada abad ke-20. Tidak heran,
jika pertempuran ini menimbulkan banyak dampak.

Akibat perang ini, China menderita kerugian ekonomi secara langsung sebesar lebih dari 100
miliar dollar AS dan kerugian tidak langsung senilai 500 miliar dollar AS.

Selain itu, lebih dari 35 juta tentara dan rakyat sipil China meninggal dunia dalam Perang
China-Jepang II, yang berlangsung selama delapan tahun.

Jumlah tersebut diperkirakan setara hampir 8 persen dari total populasi China pada 1928.

Sedangkan pihak Jepang diduga kehlangan 1,5 juta tentaranya untuk Perang China-Jepang II.

Referensi:

 Agung, Leo. (2012). Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari
bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link
https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih
dulu di ponsel.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/03/29/080000579/perang-china-jepang-ii--latar-
belakang-kronologi-dan-dampak?page=all

Anda mungkin juga menyukai