TESIS
Disusun Oleh :
NURUL FITRIANI
21010114410019
TESIS
Disusun Oleh:
NURUL FITRIANI
21010114410019
Tesis ini telah diterima dan sudah diuji pada tanggal 16 Mei 2018
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hery Suliantoro, ST, MT Bagus Hario Setiadji, ST, MT, PhD
NIP 19690429 200212 1 001 NIP 19720510 200112 1 001
Semarang, ………………
Universitas Diponegoro
Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil
Ketua,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
NURUL FITRIANI
21010114410019
Tim Penguji
Semarang,
Universitas Diponegoro
Fakultas Teknik, Departemen Teknik Sipil
Magister Teknik Sipil
Ketua,
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TESIS UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal : ......................................
Yang menyatakan
( Nurul Fitriani )
iv
2 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya, Nurul Fitriani, menyatakan bahwa Karya Ilmiah / Tesis ini adalah
asli karya saya dan Karya Ilmiah / Tesis ini belum pernah dan tidak sedang diajukan sebagai
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Strata Dua (S2) atau gelar
Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilimiah / Tesis ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan
mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya Ilmiah / Tesis ini
Semarang, 2018
Yang Menyatakan,
MATERAI
6.000
Nurul Fitriani
NIM. 21010114410019
v
3 ABSTRACT
Risk is a consequence of the uncertain conditions. Risks will always exist on every
construction project, since construction projects are essentially unique, dynamic and risky
activities. The aim of this research is to analyze the risks of bridge construction projects.
While the purpose of this research is to identify the risks, to assess and to manage each risk
ifluencing in the bridge construction project. In this research there are two data, that is
secondary data and primary data. Secondary data is taken by the method of observation
through collecting the risks from research that have been implemented previously. While the
primary data taken by the method of communication through interviews and questionnaires.
The data obtained then analyzed using the Risk Breakdown Structure (RBS) method and
continued by calculating the value of risk importance lavel. Based on these values then
determined the categories and conducted ranking of each risk. At the last stage carried out the
analysis of the causes, impact and treatment of each risk. The conclusions of this research is
the finding 36 risks that affect on bridge construction project which is divided into 6 (six) risk
groups: material and equipment risk group, design and planning risk group, HR risk group,
financial risk group, risk management group, as well as nature condition and environmental
risk group. Based on the assessment and categorization of risk, 1 (one) risk found in the
"high" category is bad weather risks, 3 (three) entry risk in the "low" category is risk of error
on form, function and specification; inflation; and error risk in the understanding of contract
documents, and 33 other risks in the "moderate" category. The risk of bad weather is the
occurrence of rain and strong winds that cause work cannot be maximal even stopped for a
while and causes transportation to be hampered as an access to project sites becomes muddy
and slippery. A possible mitigation measure for this risk is by adding a worker shift,
installing tarpaulins for ongoing casting work, use of non-conventional formwork (knock
down and fiberglass) and use of additives to accelerate the process of concrete maturation to
pursue work delay and considering weather forecasting reports from BMKG to manage work
schedule. Regardless of an assessment of the importance level of risk that states the risk of
bad weather is the greatest risk, it cannot be denied that bad weather tends to be a seasonal
risk, as it only occurs during the rainy season.
vi
ABSTRAK
Risiko merupakan sebuah konsekuensi dari adanya ketidakpastian kondisi. Risiko akan selalu
ada pada setiap proyek konstruksi, karena pada dasarnya proyek konstruksi merupakan
kegiatan yang unik, dinamis dan berisiko. Maksud dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis risiko pada proyek konstruksi jembatan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi risiko, melakukan penilaian serta melakukan pengelolaan
terhadap risiko yang berpengaruh pada proyek konstruksi jembatan. Dalam penelitian ini
terdapat dua data yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diambil dengan metode
observasi dengan menghimpun risiko-risiko dari penelitian yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Data primer didapatkan dengan metode komunikasi yaitu melalui wawancara
dan kuisioner. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis menggunakan metode Risk
Breakdown Structure (RBS) dan dilanjutkan dengan menghitung nilai tingkat kepentingan
risiko. Berdasarkan nilai tersebut kemudian ditentukan kategori dan perangkingan terhadap
masing-masing risiko. Pada tahap terakhir dilakukan analisis penyebab, dampak dan
penanganan terhadap setiap risiko. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu didapatkan 36 risiko
yang berpengaruh terhadap proyek konstruksi jembatan yang terbagi dalam 6 (enam)
kelompok risiko yaitu: kelompok risiko material dan peralatan, desain dan perencanaan,
SDM, keuangan, manajemen, serta keadaan alam dan lingkungan. Berdasarkan analisis risiko
didapatkan 1 (satu) risiko ada pada kategori “tinggi” yaitu risiko cuaca buruk, 3 (tiga) risiko
masuk pada kategori “rendah” yaitu risiko kesalahan material pada bentuk, fungsi dan
spesifikasi, risiko terjadi inflasi dan risiko kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak,
serta 33 risiko masuk pada kategori “moderat”. Risiko cuaca buruk yang dimaksud adalah
terjadinya hujan dan angin kencang yang menyebabkan pekerjaan menjadi tidak maksimal
bahkan dihentikan untuk sementara waktu serta menyebabkan transportasi terhambat karena
akses menuju lokasi proyek menjadi berlumpur dan licin. Upaya penanganan yang dapat
dilakukan untuk risiko ini adalah dengan melakukan penambahan shift pekerja, mendirikan
tenda untuk pekerjaan yang masih memungkinkan dilanjutkan, penggunaan bekisting non-
konvensional (knock down dan fiberglass) serta penggunaan zat aditif untuk mempercepat
proses pematangan beton guna mengejar keterlambatan pekerjaan serta mempertimbangkan
laporan peramalan cuaca dari BMKG untuk mengatur jadwal pelaksanaan pekerjaan.
Terlepas dari penilaian tingkat kepentingan risiko yang menyatakan risiko cuaca buruk
adalah risiko terbesar, tidak dapat dipungkiri bahwa cuaca buruk cenderung menjadi risiko
musiman, karena hanya terjadi saat musim penghujan tiba.
vii
4 KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Tesis yang berjudul Analisis Faktor Risiko Proyek Konstruksi
Jembatan (Studi Kasus Proyek Jembatan di Ruas Proyek Jalan Tol Pejagan-Pemalang,
Pemalang-Batang & Salatiga-Kertasura) dapat terselesaikan. Penulisan Tesis ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Magister Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini tidak terwujud apabila tidak mendapat dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Suharyanto MSc, selaku Ketua Prodi Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.
2. Dr. Hery Suliantoro, ST, MT, dan Bapak Bagus Hario Setiadji, ST, MT, PhD sebagai
dosen pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta
masukan selama proses penyusunan tesis.
3. Dr. Ir. Ismiyati, MS dan Dr. Ir. Bambang Purwanggono, M. Eng selaku dosen penguji atas
koreksi, saran serta masukan terhadap tesis ini.
4. Bapak, Ibu, Kakak dan Teman-teman yang senantiasa memberikan doa dan motivasi
dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Tiada manusia yang sempurna, begitu juga apa yang dihasilkannya. Penyusunan tesis
ini pun masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, waktu dan biaya. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun demi
perbaikan di masa mendatang sangat diperlukan. Semoga tesis ini nantinya dapat bermanfaat
bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis,
Nurul Fitriani
viii
5 DAFTAR ISI
x
6 DAFTAR TABEL
xi
7 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahapan Proyek Konstruksi .............................................................................. 9
Gambar 2.2 Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 ................................................... 13
Gambar 2.3 Contoh diagram radar...................................................................................... 21
Gambar 3.1 Lokasi Obyek Penelitian ................................................................................. 34
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian .................................................................................. 35
Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan Responden ...................................................................... 46
Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan Responden ...................................................................... 48
Gambar 5.1 Diagram Radar Kelompok Risiko Material dan Peralatan .............................. 69
Gambar 5.2 Diagram Radar Kelompok Risiko SDM ......................................................... 73
Gambar 5.3 Diagram Radar Kelompok Risiko Keuangan.................................................. 75
Gambar 5.4 Diagram Radar Kelompok Risiko Manajemen ............................................... 77
Gambar 5.5 Diagram Radar Kelompok Risiko Keadaan Alam dan Lingkungan ............... 80
xii
1 BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sering dilakukan untuk pembangunan jalan yang harus menembus bukit, sedangkan
pembangunan jembatan dilakukan untuk menghubungkan jalan karena adanya rintangan
seperti sungai, jurang, jalan eksisting dan lainnya. Di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, menyebutkan bahwa jembatan
adalah jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah. Menurut
Sari (2016), sejarah jembatan beriringan dengan dimulainya hubungan komunikasi serta
transportasi antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam lingkungannya.
Jembatan merupakan salah satu komponen utama dari suatu ruas jalan, karena jembatan
merupakan acuan dari beban maksimum kendaraan yang melewati suatu ruas jalan. Seiring
dengan perkembangan teknologi, bentuk dan material dalam konstruksi jembatan juga
turut berkembang, mulai dari konstruksi jembatan yang sederhana sampai pada konstruksi
yang mutakhir. Secara umum, komponen konstruksi jembatan terdiri dari 3 (tiga) bagian,
yaitu: konstruksi bagian atas, konstruksi bagian bawah serta pondasi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa proyek konstruksi jembatan
merupakan salah satu proyek yang cukup vital dalam proyek pembangunan jalan tol, maka
kelangsungan dari proyek ini harus benar-benar terlaksana dengan baik. Akan tetapi pada
pelaksanaannya ditemukan banyak kegagalan konstruksi yang terjadi pada proyek ini.
Seperti beberapa kasus kegagalan pemasangan balok girder. Selama bulan Oktober –
Desember tahun 2017 terdapat 4 (empat) kasus kegagalan pemasangan balok girder di
lokasi yang berbeda, yaitu di Jembatan Caring Sta. 6+735 ruas Jalan Tol BOCIM Jawa
Barat, Jembatan Overpass Sta. 4+556 ruas Jalan Tol PASPRO Jawa Timur, Jembatan
Ciputrapinggan Km. BDG. 206+950 ruas Banjar Pangandaran Jawa Barat serta Jembatan
Rawabelong ruas Jalan Tol Pemalang-Batang Jawa Tengah. Diantara penyebab kegagalan
pemasang balok girder yaitu desain dan perencanaan yang tidak baik, pelaksanaan
pekerjaan yang tidak mengikuti SOP dan lain sebagainya. Menanggapi hal tersebut, maka
diperlukan sebuah upaya untuk mendeteksi risiko-risiko yang mungkin terjadi, sehingga
risiko-risiko tersebut dapat diminimalisir. Risiko merupakan sebuah konsekuensi dari
adanya ketidakpastian kondisi. Risiko akan selalu ada pada setiap proyek konstruksi,
karena pada dasarnya proyek konstruksi merupakan kegiatan yang unik, dinamis dan
berisiko. Namun, pengaruh dari risiko yang ada akan menjadi berbeda tergantung pada
usaha/ tanggapan yang diambil sebagai upaya meminimalkan risiko tersebut (Wiguna et
al., 2006). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Taufik (2010), didapatkan
adanya korelasi antara risiko dan kualitas pelaksanaan proyek konstruksi. Dari 3 (tiga)
3
risiko dominan yang ditemukan yaitu ketidakjelasan informasi lingkup pekerjaan pada saat
penjelasan pekerjaan, perencanaan yang salah/ tidak lengkap serta tidak efektifnya
manajemen kualitas, diketahui bahwa semakin rendah tingkat pengaruh risiko maka tingkat
kualitas pelaksanaan proyek akan menjadi semakin tinggi.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan adanya sebuah upaya pengelolaan
risiko berupa manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan sebuah proses sistematis
dengan tujuan utama untuk meningkatkan peluang dan dampak dari peristiwa positif serta
mengurangi peluang dan dampak dari sebuah peristiwa yang merugikan proyek.
Manajemen risiko dianggap sebagai upaya dalam menganalisis efek samping yang dapat
memperkaya proses pengambilan keputusan dan memberikan argumen tambahan untuk
membantu memilih varian optimal dalam proyek konstruksi menggunakan beberapa
pendekatan (Dziadosz et al., 2015). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Choudhry et al., (2011) pada proyek konstruksi jembatan, ditemukan bahwa terdapat
beberapa kelompok risiko yang berpengaruh terhadap kelangsungan proyek konstruksi
jembatan yaitu risiko finansial, risiko eksternal, risiko desain, risiko managemen, risiko
konstruksi, risiko kontraktual, serta risiko kesehatan dan keselamatan. Penelitian tersebut
membuktikan bahwa beberapa risiko berpengaruh terhadap proyek konstruksi jembatan
dan kegiatan manajemen risiko dilakukan sebagai upaya untuk menangani risiko tersebut
karena dinilai mampu untuk meminimalkan dampak dari risiko-risiko yang timbul.
Meskipun demikian, kebijakan manajemen risiko harus diimplementasikan dan dievaluasi
secara teratur untuk meminimalkan kemungkinan kegagalan (Pawar et al.,2015).
Dalam pelaksanaan manajemen risiko sendiri terdapat 4 (empat) komponen utama,
yaitu; (i) identifikasi risiko (risk identification), tahap ini dapat dilakukan dengan berbagai
teknik seperti brainstorming, wawancara, analisis SWOT dan lain sebagainya. (ii) analisis
risiko (risk analysis), (iii) respon risiko (risk response), strategi untuk menangani resiko
diformulasikan berdasarkan sumber dampak yang ditimbulkannya dan (iv) pemantauan
risiko (risk monitoring), tahap terakhir ini biasanya dilakukan oleh manajer proyek beserta
tim yang bertanggung jawab.
desain dan perencanaan, SDM, keuangan, manajemen, kondisi alam dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan proyek konstruksi jembatan sangat diperlukan adanya
kegiatan manajemen risiko, sehingga risiko-risiko yang mungkin terjadi dapat
diminimalisir.
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, maksud dan
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB V : PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan terhadap permasalahan berdasarkan hasil analisis data
yang telah dilakukan.
6
7
8
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi
sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek, tergantung kondisi di lapangan.
c. Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
Sama halnya dengan proyek lainnya, proyek konstruksi juga memiliki beberapa tahapan
di dalamnya, diantaranya adalah:
1. Tahap studi kelayakan
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah proyek
yang akan dikerjakan dapat berhasil. Jika dari kacamata pihak swasta, berhasil sering
diartikan dari segi ekonomi, apakah proyek akan memberikan provit seperti yang
diharapkan atau malah merugikan. Namun jika proyek yang akan dikerjakan adalah
milik pemerintah, maka penilaian berhasil akan dilihat dari seberapa besar proyek akan
memberikan manfaat atau dampak yang lebih baik bagi masyarakat. Jika memang
proyek dianggap akan menguntungkan maka proyek akan dilanjutkan, namun jika
proyek dianggap tidak menguntungkan maka rencana dari sebuah proyek tidak akan
dilanjutkan kembali.
2. Tahap penjelasan (breifing)
Pada tahap awal pertemuan antara pemilik proyek dengan konsultan perencana ini,
pemilik proyek akan menjelaskan maksud dan tujuan dari proyek yang akan dilakukan
kepada konsultan perencana. Pemilik proyek akan mengutarakan semua hal dasar yang
nantinya akan ditindaklanjuti oleh konsultan perencana seperti anggaran yang
disediakan oleh pemilik proyek. Dari kegiatan ini pihak konsultan perencana akan
menafsirkan hal-hal yang diinginkan oleh pemilik proyek.
3. Tahap perancangan (design)
Tahap desain merupakan jawaban dari tahapan penjelasan yang telah dilakukan
sebelumnya. Jika pada tahap penjelasan, pemilik proyek mengutarakan dan
menjelaskan berbagai hal, maka pada tahap desain inilah konsultan perencana
menjawab penjelasan tersebut, mulai dari menentukan tata letak, rancangan, metode
konstruksi, dan taksiran biaya untuk selanjutnya dikembalikan kepad pemilik proyek
dan mendapat persetujuan. Selain itu, tahapan ini juga dimaksudkan untuk
mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan termasuk gambar rencana dan
spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.
4. Tahap pengadaan/ pelelangan (procurement/ tender)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana atau
sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan melaksanakan konstruksi di
9
lapangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini, diantaranya adalah
pada saat prakualifikasi. Pada tahap ini harus dilihat beberapa aspek yaitu harus dilihat
bagaimana sumber daya keuangan, manajerial kontraktor, pengalaman kontraktor, dan
integritas dari perusahaaan.
5. Tahap pelaksanaan (construction)
Tahapan utama dari sebuah proyek adalah tahapan konstruksi. Setelah dilakukan
persiapan dari mulai tahap studi kelayakan sampai pada tahap pengadaan maka
kegiatan fisik untuk mewujudkan bangunan dilaksanakan oleh kontraktor yang terpilih.
Kegiatan ini harus disertai dengan koordinasi dan pengendalian yang baik, mulai dari
pengendalian waktu, biaya, organisasi lapangan, tenaga kerja serta materian dan
peralatan.
6. Tahapan pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance and start up)
Tahapan ini merupakan kontrol agar bangunan yang telah selesai sesuai dengan
dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya.
Dalam pelaksanaan proyek pembangunan jembatan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya adalah (Sari, 2016):
1. Pemilihan lokasi jembatan
Penempatan jembatan sebisa mungkin tegak lurus terhadap sumbu rintangan yang
dilalui, sependek, sepraktis dan sebaik mungkin untuk dibangun di atas jalur rintangan.
Lokasi jembatan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak menghasilkan
kebutuhan lahan yang besar.
2. Bahan konstruksi jembatan
3. Pemilihan konstruksi atas jembatan
Pemilihan konstruksi atas jembatan ditetapkan dengan mempertimbangkan konstruksi
yang kuat, aman dan ekonomis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis
konstruksi atas antara lain:
a. Mudah dalam pelaksanaannya
b. Biaya pelaksanaan yang murah
c. Pengadaan barang relatif mudah
d. Biaya peralatan relatif rendah
e. Cukup kuat dengan biaya yang relatif murah
f. Bentang rintangan
4. Pemilihan konstruksi bawah jembatan
Pemilihan konstruksi bawah jembatan harus memperhatikan kondisi tanah setempat dan
pola aliran sungai. Konstruksi ditetapkan berdasarkan pertimbangan kekuatan, biaya
serta kemudahan dalam pelaksanaan. Untuk tahapan perencanaan pondasi jembatan
harus diawali dengan peninjauan beberapa hal, yaitu:
a. Pemeriksaan rencana tanah lateral ultimit geser maupun tahanan tekanan pasif pada
pondasi.
b. Stabilitas terhadap geser dan guling.
c. Kapasitas daya dukung ultimit.
d. Penurunan pada pondasi.
kontraktor pelaksana proyek. Hal tersebut senada dengan Ervianto (2009), yang menyebutkan
bahwa para pihak yang berperan di dalam sebuah proyek konstruksi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Pemilik proyek (owner)
Pemilik proyek merupakan badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan
atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar
biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa atau pemilik proyek dapat berupa
perseorangan, badan/ lembaga/ instansi pemerintah ataupun swasta.
2. Konsultan
Konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan perencana dan konsultan
pengawas.
a. Konsultan perencana
Konsultan perencana merupakan orang/ badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik di bidang arsitektur, sipil ataupun bidang lainnya
yang membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana dapat berupa
perseorangan/ perseorangan berbadan hukum/ badan hukum yang bergerak dalam
bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
b. Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/ badan yang ditunjuk oleh pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal
sampai berakhirnya pekerjaan tersebut.
3. Kontraktor
Kontraktor adalah orang/ badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana
dan peraturan serta syarat-syarat yang ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan
perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam
bidang pelaksanaan pekerjaan.
3. Analisis Risiko
Proses analisis yaitu proses menentukan berapa besar dampak dan kemungkinan risiko
akan terjadi. Setelah itu kemudian ditentukan level dari setiap risiko yang ada
berdasarkan nilai dampak dan frekuensi.
4. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko dilakukan dengan membandingkan perkiraan tingkat risiko terhadap
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan pertimbangan keseimbangan antara
manfaat potensial dan hasil yang buruk.
5. Penanganan Risiko
Penanganan risiko merupakan tahapan pengembangan dan penerapan strategi serta
rencana aksi pemilihan respon terbaik.
beberapa orang di dalam sebuah ruangan kemudian saling berbagi ide tentang
risiko dalam sebuah proyek.
b. Delphi technique
Delphi technique adalah cara untuk mendapatkan konsensus opini yang relevan
dari para ahli. Teknik ini dilakukan dengan cara menginfokan topik kepada para
ahli dengan suatu kuisioner, kemudian jawaban para ahli seputar topik yang sudah
diberikan dirangkum. Setelah itu dilakukan pemeriksaan terhadap jawaban, jika
ada perbedaan, maka proses permintaan pandangan diulangi, sehingga dapat
mengurangi bias.
c. Wawancara
Metode ini dapat dilakukan untuk mengidentifikasi risiko dengan cara
mewawancarai peserta proyek yang berpengalaman, pemangku kepentingan, dan
para pakar. Wawancara merupakan salah satu sumber utama pengumpulan data
dalam identifikasi risiko.
d. Root cause identification
Root cause identification dilakukan untuk mempertajam definisi risiko dan
memungkinkan pengelompokan risiko karena suatu sebab. Respons risiko yang
efektif dapat dikembangkan jika akar penyebab risiko ditangani.
e. Strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT) analysis.
Teknik ini memastikan pemeriksaan proyek dari masing-masing perspektif SWOT
yang meliputi penilaian akan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman guna
meningkatkan pemahaman risiko yang lebih luas
3. Check Lists
Identifikasi risiko dapat dikembangkan berdasarkan informasi historis dan pengetahuan
yang telah diakumulasikan dari proyek serupa sebelumnya dan dari sumber informasi
lainnya. Check list dapat berupa RBS (Risk Breakdown Structure). RBS merupakan
hirarki kategori sumber risiko yang berpotensi menyebabkan terjadinya risiko.
Penyusunan hirarki berdasarkan pengalaman masa lalu.
4. Assumptions Analysis
Setiap proyek disusun dan dikembangkan berdasarkan serangkaian hipotesis, skenario,
atau asumsi. Analisis asumsi merupakan metode atau teknik yang mengeksplorasi
ketepatan asumsi. Metode ini mengidentifikasi risiko proyek dari ketidakakuratan,
inkonsiten atau ketidaklengkapan asumsi.
16
5. Diagramming techniques.
Diagramming techniques meliputi:
a. Cause-and-effect diagrams
Diagram ini dikenal juga sebagai fishbone, dan berguna untuk mengidentifikasi
penyebab risiko.
b. System or process flow charts
Diagram ini menunjukkan bagaimana berbagai elemen sistem saling terkait.
c. Influence diagrams
Merupakan representasi grafis dari situasi yang menunjukkan pengaruh kausal,
waktu pemesanan kejadian, dan hubungan lain antar variabel dan hasil.
Dimana:
Probabilitas/ frekuensi yaitu seringnya risiko tersebut terjadi
Dampak adalah seberapa besar pengaruh suatu risiko terhadap proyek
Sumber : Iacob (2014)
Kemudian dari nilai tingkat kepentingan risiko yang telah didapatkan dilanjutkan
dengan mengurutkan risiko berdasarkan nilai tersebut.
Selain mengetahui rangking dari masing-masing risiko, berdasarkan nilai frekuensi dan
dampak yang telah didapatkan juga dapat dilakukan kategorisasi risiko dengan melihat pada
tabel 2.1.
paling radikal adalah menutup proyek sepenuhnya. Beberapa risiko yang muncul di
awal proyek dapat dihindari dengan memperjelas persyaratan, mendapatkan informasi,
meningkatkan komunikasi, atau memperoleh keahlian.
2. Transfer (Memindahkan Risiko)
Transferensi risiko adalah strategi respons risiko di mana tim proyek mengalihkan
dampak ancaman kepada pihak ketiga. Mentransfer tidak berarti tidak mengakui risiko.
Transfer risiko hampir selalu melibatkan pembayaran premi risiko kepada pihak yang
mengambil risiko, seperti asuransi. Kontrak dapat digunakan untuk mengalihkan
tanggung jawab atas risiko tertentu kepada pihak lain.
3. Mitigate (Mengurangi)
Mitigasi risiko adalah strategi respons risiko di mana tim proyek bertindak untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya atau dampak suatu risiko. Mitigasi risiko
menyiratkan pengurangan probabilitas dan/atau dampak dari kejadian risiko buruk
terhadap ambang yang dapat diterima. Mengambil tindakan dini untuk mengurangi
kemungkinan dan/atau dampak risiko yang terjadi pada proyek seringkali lebih efektif
daripada mencoba memperbaiki kerusakan setelah risiko terjadi. Mengadopsi proses
yang kompleks, melakukan lebih banyak tes, atau memilih pemasok yang lebih stabil
adalah contoh tindakan mitigasi.
4. Accept (Menerima)
Menerima risiko adalah strategi respon risiko dimana tim proyek memutuskan untuk
mengakui risiko dan tidak mengambil tindakan apapun kecuali jika risiko tersebut
terjadi. Strategi ini menunjukkan bahwa tim proyek telah memutuskan untuk tidak
mengubah rencana manajemen proyek untuk menghadapi risiko, dengan kata lain tidak
dapat mengidentifikasi strategi respon risiko lainnya yang sesuai.
Menurut Sonhadji (2011), tanggapan terhadap risiko dapat didasarkan pada tingkat
risiko yang ada seperti pada tabel 2.3.
R7 Jadwal pelaksanaan
R8 Tipe kontrak
Program yang Berisiko
R9 Nilai kontrak
R10 Kelengkapan dokumen
penawaran
I Operasional R11 Maintenance
R12 Konsistensi proyek
II Kondisi R13 Cuaca buruk
Alam R14 Banjir
R15 Gempa Bumi
R16 Tanah Longsor
III Kondisi R17 Kebijakan hukum dan
Politik regulasi
R18 Pergantian pemerintah
R19 Sistem administrasi pada
kantor pemerintah
IV Sosial R20 Kondisi pasar
R21 Pola kebiasaan
masyarakat
1. Level 0 yaitu menyatakan program yang berisiko
2. Level 1 yaitu pengelompokan secara global seperti risiko proyek konstruksi jalan tol.
3. Level 2 merupakan pemecahan dari level 1 yang berupa pengelompokan dari beberapa
risiko seperti kelompok risiko perencanaan, kelompok risiko kontrak kerja, kelompok
risiko operasional dan lain sebagainya.
21
4. Level 3 merupakan penjabaran risiko secara lebih spesifik sesuai padakelompok risiko
di level 2.
Integrity
5
4
speed 3 accuracy
2
1
0
quality price
innovation consistency
4. Risiko manajemen
5. Risiko desain
6. Risiko eksternal
7. Risiko manajemen waktu
Dari 50 faktor yang ada terdapat beberapa faktor risiko kritis yaitu: delay selama proses
konstruksi, kurang koordinasi, kurangnya peralatan keselamatan untuk pekerja, banyak
perubahan desain, tidak tersedianya lahan untuk akses ke proyek, ketidakpuasan saat harga
tender, estimasi biaya dan jadwal yang tidak realistis, keterlambatan pembayaran serta
rendahnya tingkat kemampuan kontraktor.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zou et al. (2006) tentang risiko yang terjadi pada
proyek konstruksi berdasarkan prespektif stakeholder dan siklus proyek, ditemukan beberapa
risiko yang berpengaruh terhadap kelangsungan proyek. Diantara risiko tersebut, terdapat 20
risiko utama yang mempengaruhi tujuan proyek yaitu:
1. Jadwal proyek yang ketat
2. Variasi desain
3. Prosedur persetujuan pemerintahan yang berlebihan
4. Ekspektasi kinerja/kualitas tinggi
5. Penjadwalan program yang tidak tepat
6. Perencanaan program konstruksi yang tidak sesuai
7. Variasi program konstruksi
8. Rendahnya kompetensi manajemen subkontraktor
9. Variasi oleh klien
10. Dokumen tidak lengkap
11. Perkiraan biaya tidak lengkap atau tidak akurat
12. Kurangnya koordinasi antar peserta proyek
13. Tidak tersedianya tenaga profesional dan manajer
14. Kurangnya tenaga kerja
15. Birokrasi pemerintahan
16. Terjadi kecelakaan kerja
17. Informasi proyek yang tidak memadai (uji tanah dan laporan survei)
18. Terjadinya perselisihan
19. Inflasi harga bahan bangunan
20. Polusi suara
23
Berdasarkan uraian sebelumnya, diketahui bahwa risiko-risiko yang ada pada setiap
proyek konstruksi dapat dilihat dari beberapa aspek. Di dalam aspek-aspek yang ditentukan
memuat unsur sumber daya (man, material, method, money and manchine) yang diperlukan
serta faktor eksternal yang menyertainya. Diantara aspek dalam pengelompokan faktor risiko
adalah sebagai berikut.
yang dominan mempengaruhi kinerja mutu yaitu: ketidakjelasan informasi lingkup pekerjaan
pada saat penjelasan pekerjaan, perencanaan yang salah/tidak lengkap serta tidak efektifnya
atau tidak adanya prosedur manajemen kualitas. Persamaan regresi dari 3 faktor risiko yang
dominan tersebut adalah sebagai berikut:
dengan nilai adjusted R² = 0,641.
Persamaan :
- Sama-sama bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko pada proyek konstruksi
Perbedaan :
- Obyek dari penelitian ini adalah bangunan beserta fasilitas penunjang infrastruktur
penyediaan air bersih.
Bab ini membahas metodologi yang digunakan dalam penelitian, serta memaparkan
mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.
Metodologi penelitian ini berisikan tentang objek penelitian, alur penelitian, desain
penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, responden dan metode analisis
data.
Tabel 3.1 Daftar Jembatan di Ruas Proyek Jalan Tol Pejagan-Pemalang, Pemalang-
Batang, serta Salatiga-Kertasura.
33
34
Tabel 3.1 Daftar Jembatan di Ruas Proyek Jalan Tol Pejagan-Pemalang, Pemalang-
Batang, serta Salatiga-Kertasura (Lanjutan)
Proyek Jembatan Proyek Jembatan Proyek Jembatan
No di Ruas Proyek Jalan Tol di Ruas Proyek Jalan Tol di Ruas Proyek Jalan Tol
Pejagan-Pemalang Pemalang-Batang Salatiga-Kertasura
19 Jembatan Gresek
20 Jembatan Sragi Baru
21 Jembatan SS Pekalongan
22 Jembatan KAI Ambokembang
23 Jembatan Kupang
24 Jembatan SS Batang
25 Jembatan Kali Pejambon
26 Jembatan Rowobelang
27 Jembatan Kali Baros
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pembahasan
3.6 Responden
Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel purposive yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010),
sehingga tidak ada batasan terkait jumlah sampel. Responden dalam penelitian ini yaitu
stakeholders yang meliputi pihak kontraktor serta konsultan pengawas. Responden kuisioner
I merupakan tenaga ahli/ pakar yang mempunyai pengalaman minimal 5 tahun bekerja pada
proyek konstruksi. Sedangkan Responden kuisioner II merupakan staff teknik dari kontraktor
dan konsultan pengawas.
yang digunakan. Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-
pertanyaan dalam kuisioner yang tidak valid sehingga harus dibuang. Sedangkan uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen dalam penelitian dapat
menghasilkan data yang konsisten. Teknik pengujian untuk uji validitas menggunakan
software SPSS yaitu dengan melihat nilai dari corrected item-total correlation. Teknik
pengujian untuk uji reliabilitas juga menggunakan software SPSS dengan melihat nilai
koefisien alpha cronbach.
Bab ini membahas tentang pengumpulan dan pengolahan data. Pengumpulan data
dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu melalui kuisioner I dan kuisioner II. Kuisioner I
merupakan tahapan validasi variabel oleh pakar, sedangkan kuisioner II adalah hasil dari
kuisioner I yang telah diperbaiki dan disebarkan kepada sejumlah responden. Pengolahan
data meliputi pengolahan data tahap I yaitu untuk mengolah data kuisioner I dan
pengolahan data tahap II untuk mengolah data kuisioner II. Pengolahan data tahap II terdiri
dari uji nonparametrik, uji validitas, uji reliabilitas serta analisis risiko menggunakan
metode Risk Breakdown Strukture (RBS).
41
42
variabel awal berubah menjadi 37 variabel. Perubahan jumlah variabel terdiri dari 12
variabel yang dihapus dan 2 (dua) variabel baru ditambahkan. Selain itu juga terdapat 3
(tiga) variabel yang diubah baik dalam istilah ataupun susunan katanya. Adapun variabel
yang dihapus didasarkan pada modus hasil kuisioner serta usulan dari responden.
Responden
Variabel Faktor Risiko Modus
1 2 3 4 5
X1 Kekurangan material Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Perubahan material pada bentuk,
X2 Ya Ya Ya Ya Tidak Ya
fungsi dan spesifikasi
X3 Keterlambatan pengiriman material Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Kerusakan material di tempat
X4 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
penyimpanan
X5 Kelangkaan material Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Ketidaktepatan waktu pemesanan
X6 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
bahan
X7 Keterlambatan peralatan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X8 Kerusakan peralatan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X9 Kekurangan peralatan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X10 Produktivitas peralatan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X11 Perubahan desain Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya
X12 Variasi desain Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak
X13 Kesalahan desain oleh perencana Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Perencanaan (gambar/spesifikasi)
X14 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
salah/tidak lengkap
Ketidakjelasan informasi lingkup
X15 pekerjaan pada saat penjelasan Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak
pekerjaan
X16 Kurangnya tenaga profesional Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X17 Kurangnya tenaga kerja Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X18 Kemampuan tenaga kerja Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X19 Produktivitas tenaga kerja Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X20 Terjadi inflasi Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya
X21 Kegagalan keuangan kontraktor Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Kurang mempertimbangkan biaya tak
X22 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
terduga
X23 Perkiraan biaya yang tidak lengkap Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
X24 Estimasi biaya tidak realistis Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
X25 Keterlambatan pembayaran Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Kesalahan dalam pemahaman
X26 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
dokumen kontrak
44
Responden
Variabel Faktor Risiko Modus
1 2 3 4 5
X27 Dokumen tidak lengkap Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X28 Kurang koordinasi Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X29 Terjadi perselisihan Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Informasi proyek yang tidak memadai
X30 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
(uji tanah dan laporan survei)
Penyusunan urutan kegiatan yang
X31 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
kurang tepat
X32 Jadwal proyek yang ketat Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
Penjadwalan program yang kurang
X33 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
tepat
X34 Delay selama proses konstruksi Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Banyak kesalahan pekerjaan yang
X35 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
mengharuskan rework
Tidak adanya prosedur operasi setiap
X36 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
pekerjaan
X37 Manajemen k3 yang buruk Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Pengawasan dan pengelolaan lokasi
X38 Ya Ya Ya Ya Ya Ya
yang buruk
X39 Kegagalan subkontraktor Ya Ya Ya Ya Ya Ya
X40 Gempa bumi Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
X41 Tanah longsor Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya
X42 Cuaca buruk Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
X43 Keterlambatan perizinan Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
Pengaruh keamanan lingkungan
X44 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
terhadap pembagunan proyek
Pertentangan kepentingan dengan
X45 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya
warga
X46 Kebijakan pemerintah yang tidak stabil Ya Tidak Ya Ya Tidak Ya
Prosedur persetujuan pemerintahan
X47 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
yang berlebihan
Berdasarkan rekapitulasi data kuisioner I pada tabel 4.3, variabel yang dihapus
adalah X12, X15, X24, X31, X32, X40 dan X47. Selain 7 (tujuh) variabel risiko tersebut, 5
(lima) variabel yang dihapus atas usulan dari responden dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Variabel Risiko yang Dihapus Berdasarkan Masukan dari Responden
Tabel 4.4 Variabel Risiko yang Dihapus Berdasarkan Masukan dari Responden (Lanjutan)
Adapun variabel yang diubah yaitu variabel risiko X2, X36 dan X44, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Selain beberapa variabel yang dihapus dan diubah, terdapat 4 (empat) variabel
tambahan, namun hanya 2 (dua) variabel risiko yang dianggap belum tercakup dalam
variabel lain. Adapun variabel risiko tambahan dapat dilihat pada tabel 4.6.
S1 & S2
STM, DII & DIII
23%
77%
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak H0 adalah sebagai berikut:
H0 diterima jika nilai p-value pada kolom Asymp.sig.(2-tailed) > level of
significant sebesar 0,05
H0 ditolak jika nilai p-value pada kolom Asymp.sig.(2-tailed) < level of
significant sebesar 0,05
Tabel 4.7 Hasil Uji Mann Whitney U Test Kategori Pendidikan
Nilai
Mann-Whitney U 183,000
Wilcoxon W 249,000
Z -,503
Asymp. Sig. (2-tailed) ,615
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapakan hasil dari uji Mann
Whitney U Test seperti pada tabel 4.7 yaitu H0 diterima karena nilai p-value pada
kolom Asymp.sig.(2-tailed) adalah 0,615 yang berarti tidak ada perbedaan persepsi
antara 2 (dua) kelompok pendidikan responden yang ada.
2. Pengujian Dua Sampel Bebas (uji Mann Whitney U Test) Berdasarkan Pengalaman
Kerja
Uji ini dilakukan untuk menguji perbedaan jawaban dari responden berdasarkan latar
belakang pengalaman kerja. Pengalaman kerja responden dikategorikan kedalam 2
kelompok, yaitu:
a. Kelompok Pengalaman Kerja 1 s/d 15 tahun
b. Kelompok Pengalaman Kerja > 15 tahun
Pengelompokan pendidikan responden dapat dilihat pada gambar grafik 4.2.
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa responden kelompok pengalaman kerja 1
s/d 15 tahun sebanyak 85%, sedangkan responden kelompok pengalaman kerja > 15
tahun sebanyak 15%.
48
15%
85%
Nilai
Mann-Whitney U 96,000
Wilcoxon W 957,000
Z -1,389
Asymp. Sig. (2-tailed) ,165
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,174
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka didapakan hasil dari uji Mann
Whitney U Test seperti pada tabel 4.8 yaitu H0 diterima karena nilai p-value
pada kolom Asymp.sig.(2-tailed) adalah 0,165 yang berarti tidak ada perbedaan
persepsi antara 2 (dua) kelompok pengalaman kerja responden yang ada.
49
Uji reliabilitas dilakukan terhadap frekuensi dan dampak risiko dengan teknik alpha
cronbach. Sebuah instrumen dinyatakan reliabel dalam mengambil data jika nilai koefisien
alpha cronbach lebih besar dari 0,6. Berdasarkan uji reliabilitas yang dilakukan dengan
program SPSS, diketahui nilai koefisien alpha cronbach untuk frekuensi adalah 0,751 dan
nilai koefisien alpha cronbach untuk dampak adalah 0,758. Sehingga instrumen yang
digunakan dalam mengambil data tersebut dianggap cukup reliabel. Untuk mengetahui
hasil uji reliabilitas frekuensi secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.11 dan hasil uji
reliabilitas dampak dapat dilihat pada tabel 4.12.
52
Cronbach's N of Items
Alpha
,751 38
Cronbach's N of Items
Alpha
,758 38
Keterlambatan pengiriman
X3 material
Program yang Berisiko
Sedangkan nilai rata-rata frekuensi terendah ada pada variabel X15 (terjadi inflasi) dengan
nilai 0,225. Selain melakukan analisis secara keseluruhan, analisis penilaian frekuensi juga
dilakukan terhadap masing-masing proyek dengan hasil sebagai berikut:
1. Nilai frekuensi tertinggi pada Proyek jembatan di ruas proyek jalan tol Pejagan–
Pemalang adalah X33 (cuaca buruk) dengan nilai 0,524, sedangkan nilai frekuensi
terendah adalah X16 (kegagalan keuangan kontraktor) dengan nilai 0,218.
2. Nilai frekuensi tertinggi pada Proyek jembatan di ruas proyek jalan tol Pemalang–
Batang adalah X33 (cuaca buruk) dengan nilai 0,571, sedangkan nilai frekuensi
terendah adalah X16 (kegagalan keuangan kontraktor) dengan nilai 0,186.
3. Nilai frekuensi tertinggi pada Proyek jembatan di ruas proyek jalan tol Salatiga–
Kertasura adalah X33 (cuaca buruk) dengan nilai 0,747, sedangkan nilai frekuensi
terendah adalah X20 (kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak) dengan nilai
0,229
Untuk mengetahui hasil analisis nilai frekuensi di masing-masing proyek secara
keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 5.
Sama dengan analisis tingkat frekuensi, analisis tingkat dampak juga dilakukan
dengan cara mengkonversikan skala penilaian dampak pada tabel 3.4 dengan nilai yang
ada pada tabel 2.1 yaitu nilai 0,8 untuk resiko dengan dampak sangat tinggi, 0,4 untuk
resiko dengan dampak tinggi, 0,2 untuk resiko dengan dampak sedang, 0,1 untuk resiko
dengan dampak kecil, serta 0,05 untuk resiko dengan dampak sangat kecil. Adapun hasil
penilaian tingkat dampak dari setiap risiko dapat dilihat pada tabel 4.15.
2. Nilai dampak tertinggi pada Proyek jembatan di ruas proyek jalan tol Pemalang–
Batang adalah X33 (cuaca buruk) dengan nilai 0,464, sedangkan nilai dampak
terendah adalah X9 (kekurangan peralatan) dengan nilai 0,207.
3. Nilai dampak tertinggi pada Proyek jembatan di ruas proyek jalan tol Salatiga–
Kertasura adalah X33 (cuaca buruk) dengan nilai 0,329, sedangkan nilai dampak
terendah adalah X20 (kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak) dengan nilai
0,094.
Untuk mengetahui hasil analisis nilai dampak di masing-masing proyek secara keseluruhan
dapat dilihat pada lampiran 6.
Berdasarkan tabel 4.17, diketahui bahwa 1 (satu) risiko masuk pada kategori tinggi
yaitu risiko cuaca buruk (X33), 3 (tiga) risiko masuk pada kategori rendah yaitu risiko
kesalahan material pada bentuk, fungsi dan spesifikasi (X2), risiko terjadi inflasi (X15)
serta risiko kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak (X20) dan 32 risiko lainnya
masuk pada kategori moderat.
Setelah diketahui rangking dan kategori risiko, maka dilanjutkan analisis terkait
penyebab, dampak serta penanganan terhadap setiap risiko yang dapat dilihat pada tabel
4.18. Analisis penyebab, dampak dan penanganan risiko didapatkan dengan melakukan
wawancara dengan 3 tenaga ahli.
62
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
Material dan
Peralatan
X1 Kekurangan Material Keterlambatan pengiriman Pekerjaan dapat terhenti Mitigasi Mengalihkan pekerjaan ke pekerjaan
material sementara waktu lain yang materialnya telah tersedia
X2 Kesalahan material Terjadi miskomunikasi dalam Pekerjaan tertunda Monitor Mengembalikan material yang tidak
pada bentuk, fungsi pemesanan material Mutu tidak sesuai spek sesuai
dan spesifikasi Material yang dikirim Membongkar pekerjaan dan
berbeda dari yang telah membangun kembali pekerjaan dengan
dilakukan pengetesan material yang sesuai
X3 Keterlambatan Jarak penyimpanan dari Pekerjaan tertunda Mitigasi Stokyard dipindahkan ke tempat yang
pengiriman material lokasi pekerjaan cukup jauh lebih dekat
dan akses sulit dijangkau Perbaikan akses kerja
Akses merupakan jalan
temporary yang bergantung
pada cuaca
X4 Kerusakan material di Cuaca buruk Harus mengganti material Mitigasi Memberikan tahanan atau
tempat penyimpanan Penyimpanan material tidak yang rusak perlindungan terhadap setiap material
sesuai metode Pekerjaan tertunda sampai sesuai dengan prosedur yang
material pengganti datang dibutuhkan
X5 Kelangkaan material Kebutuhan material yang Pekerjaan terhenti sampai Mitigasi Melakukan pemesanan material jauh-
cukup besar di setiap proyek material tersedia jauh hari
jembatan
X6 Ketidaktepatan waktu Ketidaktelitian dalam Material menumpuk di Mitigasi Melakukan kroscek waktu kebutuhan
pemesanan material pengelolaan material gudang material dengan jadwal pemesanan
Pekerjaan tertunda karena sehingga material tersedia tepat pada
material belum tersedia waktunya
ketika dibutuhkan
63
Tabel 4.18 Penyebab, Dampak Dan Penanganan Risiko (Lanjutan)
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
X7 Keterlambatan Tidak tersedianya peralatan di Pekerjaan akan dihentikan Mitigasi Menata ulang jadwal kebutuhan
peralatan lokasi proyek, karena sementara sampai alat pemakaian alat di masing-masing titik
banyaknya proyek jembatan tersedia di lokasi proyek proyek jembatan
dalam satu ruas tol, sehingga Memberikan jeda waktu yang cukup
terkadang alat harus bergilir dari pengiriman alat sampai dengan
Akses pengiriman ke lokasi penggunaan alat di lapangan
proyek kurang memadai
X8 Kerusakan peralatan Pekerjaan dilakukan tanpa Pekerjaan dihentikan sampai Mitigasi Mendatangkan alat dari subkontraktor
henti sehingga alat rusak alat yang baru datang lain
Umur alat melebihi batas Melakukan evaluasi terhadap
maksimum yang disyaratkan kelayakan alat sesuai dengan SOP
yang berlaku
Memberikan jeda dalam penggunaan
alat dan melakukan perawatan secara
berkala
X9 Kekurangan Peralatan Keterlambatan pengiriman Pekerjaan tidak maksimal Mitigasi Memaksimalkan peralatan yang ada
alat Mencari tambahan alat dari proyek /
Kesulitan mendapatkan subkon lain
peralatan mengingat semua
proyek tol ditargekan harus
siap digunakan untuk masa
mudik lebaran 2018, sehingga
semua proyek jembatan
berebut untuk mendapatkan
alat dengan segera
64
Tabel 4.18 Penyebab, Dampak Dan Penanganan Risiko (Lanjutan)
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
Desain dan
Perencanaan
X10 Kesalahan desain oleh Perencana kurang teliti dalam Keterlambatan pelaksanaan Mitigasi Melakukan review design dengan
perencana melihat kondisi lapangan pekerjaan mencari expert design independent.
Kegagalan konstruksi yang Setelah dilakukan review design,
menyebabkan adanya kemudian pihak kontraktor
penambahan material serta mengajukannya kepada pihak
harus adanya rework konsultan perencana untuk
mendapatkan persetujuan.
SDM
X12 Kurang tenaga Susahnya mencari tenaga Pelaksanaan pekerjaan Mitigasi Terus melakukan perekrutran tenaga
profesional profesional yang memenuhi kurang maksimal profesional
kualifikasi Memberian salary yang sesuai dengan
Salary yang ditawarkan tingkat pekerjaan
perusahaan terlalu rendah
X13 Kurang tenaga kerja Banyaknya proyek konstruksi Pekerjaan tidak bisa selesai Mitigasi Mendatangkan pekerja dari beberapa
yang sedang berlangsung, tepat waktu kota lain
menyebabkan sulitnya
mendapatkan tenaga kerja
X14 Kemampuan tenaga Pekerja baru dan belum Produktivitas pekerjaan Mitigasi Memberikan bimbingan dan pelatihan
kerja rendah menguasai jenis pekerjaan rendah dan pekerjaan tidak terhadap pekerja
yang dikerjakan bisa selesai tepat waktu
SDM yang tersedia kurang
terlatih
Keuangan
X15 Terjadi inflasi Adanya kebutuhan yang Harga material naik dan Monitor Menyiapkan keuangan khusus sebagai
meningkat melebihi biaya yang telah biaya tak terduga
Situasi ekonomi dan politik dianggarkan Melakukan adendum kontrak terkait
yang tidak stabil perubahan harga, yang sebelumnya
Dll sudah disepakati dengan supplier
65
Tabel 4.18 Penyebab, Dampak Dan Penanganan Risiko (Lanjutan)
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
X16 Kegagalan keuangan Tagihan ke ownwr terlambat Pekerjaan terhenti Mitigasi Mengupayakan termin bisa cair tepat
kontraktor Sumber dana terbatas waktu, sehingga cashflow tetap aman
X17 Kurang Banyak item tambahan diluar Kekurangan anggaran Mitigasi Melakukan pengajuan anggaran
mempertimbangkan perencanaan tambahan
biaya tak terduga Memangkas kebutuhan yang tidak
penting
X18 Perkiraan biaya yang Kurang teliti dalam Kekurangan anggaran Mitigasi Lebih teliti dalam penyusunan RAB
tidak lengkap penyusunan RAB
X19 Keterlambatan Permasalahan administrasi Pekerja cenderung Mitigasi Menyelesaikan permasalahan
pembayaran Tagihan ke Owner terlambat memperlambat pekerjaan dan administrasi dengan segera
menjadi kurang bersemangat Menjaga cashflow dengan percepatan
dalam bekerja pencairan termin
Manajemen
X20 Kesalahan dalam Kurang teliti dalam membaca Terjadi perselisihan Monitor Musyawarah untuk membahas tentang
pemahaman dokumen setiap poin yang ada di dalam isi dokumen kontrak kembali
kontrak dokumen kontrak
Perbedaan persepsi tentang
poin yang ada di dalam
dokumen kontrak
X21 Dokumen tidak Pengelolaan dokumen yang Proses administrasi Mitigasi Mengevaluasi kelengkapan setiap
lengkap tidak baik dan kurang teliti terhambat dokumen dengan teliti
Melakukan pengelompokan dokumen
dengan rapi
X22 Kurang koordinasi Tidak ada pengaturan alur Koordinasi dan informasi Mitigasi Mensosialisasikan alur koordinasi
komunikasi yang baik simpangsiur yang benar
Alur koordinasi rumit Timbul kendala pelaksanaan Mengadakan pertemuan secara rutin
Sosialisasi terhadap alur pekerjaan dan terjadwal
koordinasi kurang Hasil pekerjaan yang kurang
sesuai dengan rencana
66
Tabel 4.18 Penyebab, Dampak Dan Penanganan Risiko (Lanjutan)
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
X23 Terjadi perselisihan Komunikasi yang buruk Timbul hubungan yang tidak Mitigasi Mengadakan kegiatan musyawarah
Perbedaan pendapat baik dan menyebabkan Mendatangkan pihak ke 3 untuk
proses pelaksanaan pekerjaan menengahi perselisihan
terhambat
X24 Informasi proyek Keterlambatan dalam Pekerjaan tidak sesuai Mitigasi Mengupayakan untuk segera
yang tidak memadai menguji/ mengeluarkan hasil dengan spesifikasi yang ada mengeluarkan hasil uji yang ada
(uji tanah dan laporan uji yang dibutuhkan Tertundanya pekerjaan untuk Mengatur dan mengeluarkan jadwal uji
survei) dilaksanakan agar pelaksana dapat mengatur jadwal
pekerjaan agar tetap sesuai target
X25 Kesalahan dalam Kurang memperhatikan Keterlambatan pelaksanaan Mitigasi Segera mengganti metode pelaksanaan
memilih metode keadaan lapangan dalam pekerjaan yang sesuai keadaan lapangan dan
pelaksanaan membangun metode Kegagalan konstruksi segera mensosialisasikan kepada
pelaksanaan Rework pekerja
Teori dan aktual dilapangan
berbeda sehingga metode
menjadi kurang tepat
X26 Kurang tepat dalam Pekerja baru sehingga belum Mutu kurang sesuai Mitigasi Melakukan monitoring dan evaluasi
melaksanakan metode memahami metode spesifikasi secara berkala terkait pelaksanaan
pelaksanaan pelaksanaan yang harus metode pekerjaan, serta memberi
dikerjakan arahan kepada pekerja secara intens
Pekerja kurang mampu Mengecek pekerjaan yang telah
memahami arahan yang telah selesai, jika ditemukan pekerjaan yang
diberikan tidak sesuai spek maka akan dilakukan
pekerjaan ulang
X27 Penjadwalan program Kesalahan dalam melakukan Pelaksanaan pekerjaan yang Mitigasi Mengevaluasi kembali penjadwalan
yang kurang tepat penjadwalan tidak sesuai urutan kegiatan
X28 Banyak kesalahan Pekerja yang kurang Pekerjaan tidak selesai tepat Mitigasi Melakukan sosialisasi dan
pekerjaan yang berkompeten waktu memberikan pembinaan terhadap
mengharuskan rework Kesalahan desain Harus mendatangkan pekerja tarkait lingkup pekerjaan yang
Kesalahan dalam memilih material baru akan dikerjakan
metode pelaksanaan Mengevaluasi desain dan metode
67
Tabel 4.18 Penyebab, Dampak Dan Penanganan Risiko (Lanjutan)
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
X29 Pelaksanaan pekerjaan Terburu-buru dalam Mutu pekerjaan tidak sesuai Mitigasi Mengevaluasi SOP yang berlaku
tidak mengikuti SOP melakukan sebuah pekerjaan spek Melakukan pengawasan terhadap
Kesulitan dalam mengikuti Terjadi kecelakaan yang pelaksanaan pekerjaan dan
SOP yang berlaku dapat menyebabkan memastikan pekerjaan harus sesuai
kegagalan konstruksi atau SOP yang berlaku
cidera terhadap manusia Sosialisasai akan pentingnya SOP
secara berkala
X30 Manajemen k3 yang Kurangnya SDM k3 yang Sering terjadi kecelakaan Mitigasi Membentuk tim k3 yang baik dan
buruk berkompeten kerja berkompeten dibidangnya
Kesadaran pekerja yang Melakukan pengawasan dan
rendah terkait pentingnya k3 pembinaan tentang pentingnya k3
X31 Kegagalan Proses seleksi Subkontraktor Keterlambatan pekerjaan, Mitigasi Memberhentikan Subkontraktor yang
subkontraktor yang kurang teliti karena harus mencari dan dianggap gagal, kemudian dilakukan
SDM yang kurang menyeleksi Subkontraktor pemilihan Subkontraktor yang baru
berkompeten yang baru dengan lebih teliti
Kurangnya pengawasan
terhadap Subkontraktor
Adanya perubahan pada SOP
Keadaan Alam dan
Lingkungan
X32 Tanah longsor Tidak mendapatkan Pekerjaan terhambat serta Mitigasi Segera melakukan pembersihan area
kelandaian yang memenuhi memerlukan pekerjaan longsoran
persyaratan, karena tambahan untuk menangani Pemasangan sheet pile atau bronjong
keterbatasan aset yang ada longsoran
X33 Cuaca buruk (hujan Faktor alam Pekerjaan kurang maksimal Hindari Menghentikan pekerjaan untuk
deras dan angin Untuk pekerjaan di sementara waktu untuk jenis pekerjaan
kencang) ketinggian harus dihentikan yang berbahaya
Transportasi sulit untuk Memasang tenda jika memungkinkan
masuk ke lokasi proyek Dilakukan penambahan shift/ jumlah
karena jalan menjadi licin pekerja untuk mengejar progres
pekerjaan
68
Tabel 4.18 Penyebab, Dampak Dan Penanganan Risiko (Lanjutan)
Jenis Strategi
Variabel Risiko Penyebab Dampak Respon/ Penanganan
Respon Risiko
Pada bab ini dilakukan pembahasan terkait hasil analisis risiko pada proyek konstruksi
jembatan yang telah dipaparkan pada bab IV.
Di dalan penelitian ini terdapat 36 risiko yang dikategorikan dalam 6 (enam) kelompok
risiko, yaitu material dan peralatan, desain dan perencanaan, SDM, keuangan, manajemen
serta keadaan alam dan lingkungan.
X1
0,250
X9 0,200 X2
0,150
0,100
X8 0,050 X3
0,000
Tingkat Kepentingan Risiko
X7 X4
X6 X5
69
70
Berdasarkan tabel 5.1 maka 7 risiko di kelompok material dan peralatan ada pada
kategori risiko moderat yang penanganannya adalah dengan upaya mitigasi, dan 1 (satu)
risiko ada pada kategori rendah yang penanganannya adalah cukup dengan melakukan
monitor. Untuk frekuensi tersebar di seluruh skala mulai dari skala sangat jarang sampai pada
skala sangat sering, sedangkan untuk dampak ada pada skala kecil, sedang dan sangat besar.
Meskipun ada pada kategori moderat, namun beberapa risiko ada pada posisi-posisi yang
cukup mengkhawatirkan karena jika frekuensi atau dampak naik satu tingkatan, akan
membawa risiko pada tingkat kategori tinggi.
71
Risiko terbesar dalam keompok material dan perencanaan ini adalah keterlambatan
peralatan. Keterlambatan peralatan memiliki frekuensi kadang-kadang dan dampaknya
sedang sehingga ada pada kategori moderat. Untuk kombinasi nilai frekuensi dan dampak ini
dinilai cukup mengkhawatirkan karena jika posisi dampak naik satu tingkatan lagi, maka
risiko akan ada pada kategori tinggi. Risiko ini sering terjadi karena tidak tersedianya
peralatan di lokasi proyek, mengingat jumlah titik pembangunan jembatan di satu ruas proyek
tol cukup banyak, sehingga penggunaan beberapa peralatan terkadang harus bergiliran. Selain
itu, untuk melakukan perpindahan alat dari satu proyek ke proyek yang lain juga
membutuhkan waktu yang cukup lama. Akses pengiriman alat ke lokasi proyek yang kurang
memadai dan sering terkendala juga menjadi penyebab risiko ini. Sebagian besar akses jalan
menuju proyek konstruksi jembatan merupakan lingkungan pedesaan dengan jalan yang
cenderung sempit, bahkan banyak kondisi yang menyebabkan beberapa peralatan tidak dapat
masuk karena terhalang oleh bangunan dan lain sebagainya. Dampak dari keterlambatan
peralatan ini adalah pekerjaan akan dihentikan sementara waktu sampai peralatan tersedia di
lokasi proyek. Upaya penanganan terkait keterlambatan peralatan antara lain:
1. Strategi Jangka Pendek
Melakukan koordinasi dan mencari tahu penyebab keterlambatan peralatan, serta
mengalihkan tenaga kerja ke pekerjaan lain yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu.
Melakukan pembongkaran bangunan yang menghalangi akses peralatan menuju lokasi
proyek dengan memberikan penjelasan dan kompensasai terhadap pemilik bangunan.
2. Strategi Jangka Panjang
Menata ulang jadwal pemakaian alat dengan menyesuaikan jumlah peralatan yang
tersedia dan jenis peralatan yang dibutuhkan sebaik mungkin, sehingga kebutuhan dan
regulasi peralatan di beberapa titik proyek dapat terpenuhi dengan maksimal.
Kelompok risiko desain dan perencanaan terdiri dari 1 (satu) risiko yaitu kesalahan
desain oleh perencana (X10). Untuk mengetahui tingkat frekuensi dan dampak pada risiko ini
dapat dilihat pada tabel 5.2.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa risiko kesalahan desain oleh perencana
masuk kategori risiko moderat dengan tingkat frekuensi jarang dan tingkat dampak besar.
Meskipun tingkat frekuensi ada pada kategori jarang, namun tingkat dampak ada pada posisi
yang mengkhawatirkan karena mendekati posisi sangat besar dan dapat membawa risiko ini
pada kategori risiko tinggi. Jenis strategi respon untuk risiko ini adalah mitigasi.
72
Dampak
Frekuensi/
Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat
Probabilitas besar
(0,05) (0,10) (0,20) (0,40) (0,80)
Sangat Sering 0,05 0,09 0,18 0,36 0,72
(0,10)
Dalam beberapa kasus, risiko ini disebabkan karena perencana yang kurang teliti dalam
mempertimbangkan kondisi lapangan dan peraturan-peraturan yang berlaku. Dampak dari
risiko ini adalah adanya keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, kegagalan konstruksi yang
mengharuskan adanya penambahan material serta rework. Sebagai salah satu contoh adanya
kesalahan desain oleh perencana yaitu jatuhnya balok girder pada jembatan Rawabelong di
proyek Jalan Tol Pemalang–Batang. Hal ini terjadi akibat adanya kesalahan perencanaan
abutment yang mempunyai beda tinggi sebesar 2,5 m, sehingga posisi balok girder miring
sebesar 4,5 persen, padahal desain maksimal kemiringan balok girder hanya sebesar 4 persen.
Sehingga ketika erection girder dilakukan, dudukan tidak sempurna dan girder terguling.
Upaya penanganan dari kesalahan desain oleh konsultan perencana antara lain:
1. Strategi Jangka Pendek
Mencari expert design independent untuk melakukan evaluasi. Evaluasi yang telah
dilakukan oleh tim kontraktor kemudian didiskusikan kembali dengan tim konsultan
perencana sehingga didapatkan kesepakatan untuk melakukan penanganan.
73
Kelompok risiko SDM terdiri dari 3 (tiga) risiko seperti pada tabel 4.13. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan terhadap kelompok risiko SDM, didapatkan nilai tingkat
kepentingan risiko yang dapat dilihat pada tabel 4.16, jika divisualisasikan dapat dilihat pada
gambar 5.2.
X12
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
X14 X13
Berdasarkan diagram radar yang ada pada gambar 5.2 dapat dilihat bahwa urutan
tingkat risiko dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah pada kategori SDM adalah
sebagai berikut:
1. Kurang tenaga kerja (X13)
2. Kurang tenaga profesional (X12)
3. Kemampuan tenaga kerja rendah (X14)
Untuk mengetahui tingkat frekuensi dan dampak dari setiap risiko pada kategori risiko
SDM dapat dilihat pada tabel 5.3. Frekuensi kejadian kelompok risiko SDM ada pada tingkat
skala jarang dan sering, sedangkan dampaknya berada pada tingkatan skala kecil dan sedang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh risiko yang ada pada kategori ini masuk pada
kategori risiko moderat yang membutuhkan upaya penangan berupa mitigasi. Posisi frekuensi
74
dan dampak risiko kelompok ini cenderung aman karena masih jauh untuk ada pada kategori
tinggi.
Risiko terbesar dalam keompok SDM ini adalah kurang tenaga kerja. Kurang tenaga
kerja masuk pada kategori risiko moderat dengan frekuensi sering dan dampak kecil.
Kekurangan tenaga kerja sering dialami di proyek jembatan. Hal tersebut diakibatkan oleh
banyaknya proyek jembatan di jalan tol yang sedang berlangsung, terutama mendekati batas
waktu penyelesaian yaitu masa mudik lebaran tahun 2018. Kondisi ini tentunya akan
menyebabkan pekerjaan terhambat dan selesai tidak tepat waktu. Untuk menangani
permasalahan tersebut antara lain:
1. Strategi Jangka Pendek
Mencari tambahan pekerja dari lokasi terdekat, jika tidak memungkinkan dapat
didatangkan dari luar kota
2. Strategi Jangka Panjang
Melakukan evaluasi terkait kebutuhan jumlah tenaga kerja dan volume pekerjaan
sehingga didapatkan efektifitas tenaga kerja.
75
Kelompok risiko keuangan terdiri dari 5 (lima) risiko seperti pada tabel 4.13.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap kelompok risiko keuangan, didapatkan
nilai tingkat kepentingan risiko yang dapat dilihat pada tabel 4.16, jika divisualisasikan dapat
dilihat pada gambar 5.3.
Berdasarkan diagram radar pada gambar 5.3, dapat dilihat bahwa urutan tingkat risiko
dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah pada kategori keuangan adalah sebagai
berikut:
1) Keterlambatan pembayaran (X19)
2) Kurang mempertimbangkan biaya tak terduga (X17)
3) Kegagalan keuangan kontraktor (X16)
4) Perkiraan biaya yang tidak lengkap (X18)
5) Terjadi inflasi (X15)
X15
0,250
0,200
0,150
0,100
X19 X16
0,050
0,000
X18 X17
Untuk mengetahui tingkat frekuensi dan dampak dari setiap risiko pada kategori risiko
keuangan dapat dilihat pada tabel 5.4. Frekuensi kejadian kelompok risiko keuangan ada pada
rentang tingkat skala sangat jarang, jarang dan sangat sering, sedangkan dampaknya ada pada
rentang tingkat kecil, sedang dan besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa 4 (empat) risiko
yang ada pada kategori ini masuk pada kategori risiko moderat yang membutuhkan upaya
penangan berupa mitigasi dan 1 (satu) risiko masuk pada kategori rendah dengan strategi
respon risiko monitor.
76
Risiko terbesar dalam kelompok ini adalah keterlambatan pembayaran. Frekuensi risiko
ini ada pada skala sangat sering dengan skala dampak kecil. Meskipun tingkat dampak ada
pada kategori kecil, namun tingkat frekuensi ada pada posisi puncak. Oleh sebab itu upaya
penurunan frekuensi harus dilakukan, agar risiko ini tidak sampai pada kategori risiko tinggi.
Penyebab seringnya terjadi permasalahan keterlambatan pembayaran adalah dikarenakan
permasalahan administrasi yang belum terselesaikan di lingkup internal perusahaan. Faktor
penyebab lain yang memicu keterlambatan juga dikarenakan terlambatnya tagihan ke Owner.
Beberapa dampak yang mungkin ditimbulkan dari kejadian ini atara lain pekerja yang
cenderung memperlambat pekerjaan dan menjadi kurang bersemangat dalam bekerja. Upaya
yang dapat dilakukan untuk menangani permasalahan ini adalah:
1. Strategi Jangka Pendek
Mengevaluasi dan menyelesaikan permasalahan administrasi sebelum tanggal
pembayaran. Tenaga administrasi juga harus fokus hanya terkait pekerjaan
administrasi, tidak dibebani dengan pekerjaan lainnya.
77
Kelompok risiko manajemen terdiri dari 12 risiko seperti pada tabel 4.13. Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan terhadap kelompok risiko manajemen, didapatkan nilai tingkat
kepentingan risiko yang dapat dilihat pada tabel 4.16, jika divisualisasikan dapat dilihat pada
gambar 5.4.
X20
0,250
X31 X21
0,200
0,150
X30 X22
0,100
0,050
X28 X24
X27 X25
X26
Berdasarkan diagram radar pada gambar 5.4 dapat dilihat bahwa urutan tingkat risiko
dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah pada kategori manajemen adalah sebagai
berikut:
1. Pelaksanaan pekerjaan tidak mengikuti SOP (X29)
2. Kegagalan subkontraktor (X31)
3. Kurang tepat dalam melaksanakan metode pelaksanaan (X26)
4. Kesalahan dalam memilih metode pelaksanaan (X25)
5. Kurang koordinasi (X22)
6. Manajemen K3 yang buruk (X30
7. Banyak kesalahan pekerjaan yang mengharuskan rework (X28)
8. Penjadwalan program yang kurang tepat (X27)
78
9. Informasi proyek yang tidak memadai (uji tanah dan laporan survei) (X24)
10. Terjadi perselisihan (X23)
11. Dokumen tidak lengkap (X21)
12. Kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak (X20)
Untuk mengetahui tingkat frekuensi dan dampak dari setiap risiko pada kategori risiko
manajemen dapat dilihat pada tabel 5.5. Frekuensi kejadian kelompok risiko manajemen
tersebar pada semua tingkat skala, sedangkan dampaknya ada pada skala sangat kecil, kecil,
sedang dan sangat besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa 11 risiko yang ada pada kategori
ini masuk pada kategori risiko moderat yang membutuhkan upaya penangan berupa mitigasi
dan satu risiko masuk pada kategori rendah dimana strategi respon risikonya adalah dengan
monitor. Meskipun ada pada kategori moderat, namun beberapa risiko ada pada posisi-posisi
yang cukup mengkhawatirkan karena jika frekuensi atau dampak naik satu tingkatan, akan
membawa risiko pada kategori tinggi.
Risiko terbesar pada kelompok risiko manajemen adalah pelaksanaan pekerjaan tidak
mengikuti SOP. Risiko ini masuk pada kategori risiko moderat dengan frekuensi kadang-
kadang dan dampak masuk pada kategori sedang. Posisi ini merupakan salah satu tingkatan
moderat yang mengkhawatirkan karena dengan posisi frekuensi kadang-kadang jika dampak
naik satu tingkatan dari sedang ke besar maka risiko akan ada pada kategori tinggi. Penyebab
dari risiko ini antara lain sulitnya melaksanakan SOP yang berlaku secara sempurna, serta
terburu-buru dalam mengerjakan sebuah pekerjaan, sehingga kurang mengindahkan SOP
yang berlaku, seperti beberapa pekerja yang sering kali tidak menggunakan APD (alat
perlindungan diri). Dampaknya adalah mutu pekerjaan tidak sesuai dengan spek serta dapat
terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kegagalan konstruksi ataupun cidera bagi pekerja.
Penanganan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Strategi Jangka Pendek
Melakukan evaluasi terhadap SOP dan melakukan pergantian SOP jika diperlukan.
2. Strategi Jangka Panjang
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dan memastikan pekerjaan
harus sesuai SOP yang berlaku. Selain itu harus dilakukan sosialisasai akan pentingnya
SOP secara berkala terhadap para pekerja.
Dampak
Frekuensi/
Sangat Kecil Kecil Sedang Besar Sangat
Probabilitas besar
(0,05) (0,10) (0,20) (0,40) (0,80)
Sangat Sering 0,05 0,09 0,18 0,36 0,72
X31 X26 X25
(0,10)
X22
Kelompok risiko keadaan alam dan lingkungan terdiri dari 6 (enam) risiko seperti pada
tabel 4.13. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap kelompok risiko keadaan alam
dan lingkungan, didapatkan nilai tingkat kepentingan risiko yang dapat dilihat pada tabel
4.16, jika divisualisasikan dapat dilihat pada gambar 5.5.
80
X32
0,250
0,200
0,150
X37 X33
0,100
0,050
0,000
Tingkat Kepentingan Risiko
X36 X34
X35
Gambar 5.5 Diagram Radar Kelompok Risiko Keadaan Alam dan Lingkungan
Berdasarkan diagram radar pada gambar 5.5 diketahui bahwa urutan tingkat risiko dari
yang tertinggi sampai dengan yang terendah pada kategori keadaan alam dan lingkungan
adalah sebagai berikut:
1. Cuaca buruk (X33)
2. Pertentangan kepentingan dengan warga (X36)
3. Tanah longsor (X32)
4. Keterlambatan perizinan (X34)
5. Lingkungan pembangunan proyek yang kurang aman (X35)
6. Kebijakan pemerintah yang tidak stabil (X37)
Untuk mengetahui tingkat frekuensi dan dampak dari setiap risiko pada kategori risiko
keadaan alam dan lingkungan dapat dilihat pada tabel 5.6. Frekuensi kejadian kelompok
risiko keadaan alam dan lingkungan tersebar pada tingkat skala sangat jarang, jarang, kadang-
kadang dan sangat sering, sedangkan dampaknya tersebar pada tingkat skala kecil, sedang,
besar dan sangat besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa 5 (lima) risiko yang ada pada
kategori ini masuk pada kategori risiko moderat yang membutuhkan upaya penangan berupa
mitigasi dan satu risiko masuk pada kategori tinggi dimana strategi respon risikonya adalah
hindari. Untuk beberapa risiko yang ada pada kategori moderat dianggap cukup
mengkhawatirkan, dan harus ditangani dengan benar karena jika frekuensi atau dampak naik
satu tingkatan, akan membawa risiko pada kategori tinggi.
81
Cuaca buruk merupakam risiko dengan nilai tingkat kepentingan risiko terbesar dalam
kategori ini sekaligus dalam penelitian ini baik dalam pengolahan data di masing-masing
lokasi penelitian atau berdasarkan pengolahan secara global. Cuaca buruk dalam penelitian
ini diartikan sebagai kondisi hujan deras dan angin kencang. Frekuensi untuk risiko cuaca
buruk ada pada skala kadang-kadang dengan dampak ada pada skala besar sehingga
menempatkan risiko ini pada kategori tinggi. Keadaan ini tentu sangat sesuai, mengingat
intensitas hujan di Indonesia cukup tinggi, seperti salah satu contoh pada laporan pelaksanaan
kondisi cuaca selama bulan Februari pada proyek pembangunan jembatan di ruas Jalan Tol
Pejagan – Pemalang yang menunjukkan bahwa dari 364 jam kerja yang ada, 83 jam kerja
terjadi hujan dan menyebabkan pekerjaan harus dihentikan. Selain itu, dari 308 jam diluar
jam kerja 79 jam diantaranya juga terjadi hujan. Hujan di luar jam kerja juga menyebabkan
pengiriman material terhambat. Cuaca buruk merupakan sebuah risiko yang disebabkan oleh
faktor alam, sehingga keadaannya tidak dapat dihindari. Namun pada pelaksanaannya
dilapangan, tidak semua pekerjaan terdampak oleh risiko ini, dengan arti lain ada solusi untuk
82
risiko ini pada pekerjaan-pekerjaan tertentu, meskipun pada normalitas aturannya, risiko ini
masuk pada kategori risiko yang penanganannya adalah dengan cara dihindari.
Dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya keadaan cuaca buruk ini antara lain adalah
perkerjaan yang kurang maksimal dan yang lebih sering adalah pekerjaan harus dihentikan
untuk sementara waktu. Dampak lain yang juga terjadi adalah transportasi yang sulit masuk
ke lokasi proyek karena jalan menjadi berlumpur dan licin.
Terlepas dari dampak-dampak yang memang terjadi, ada beberapa upaya yang tetap
harus dilakukan sebagai solusi adanya risiko cuaca buruk ini. Upaya penanganan yang dapat
dilakukan adalah:
1. Strategi Jangka Pendek
Melakukan penambahan shift pekerja untuk mempercepat waktu pekerjaan yang
terbuang. Terkait pekerjaan-pekerjaan yang tidak terlalu berbahaya dan tidak berada di
ketinggian seperti pekerjaan pembesian, maka akan diatasi dengan pemasangan tenda
selama tidak terjadi angin kencang. Penambahan zat aditif untuk mempercepat proses
pematangan beton, ditunjang dengan penggunaan bekisting non-konvensional yang
pengerjaan bongkar pasangnya lebih cepat digunakan untuk mengejar keterlambatan
progres pekerjaan.
2. Strategi Jangka Panjang
Mengevaluasi dan menata ulang jadwal pekerjaan dengan mempertimbangkan laporan
hasil ramalan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG, sehingga untuk pekerjaan tertentu
seperti pekerjaan pengecoran, pemasangan balok girder dan lain sebagainya dapat
dijadwalkan pada hari dengan cuaca cerah.
Risiko cuaca buruk pada dasarnya menjadi risiko terbesar jika musim penghujan tiba
atau dapat dikatakan bahwa risiko ini merupakan risiko musiman. Oleh sebab itu peninjauan
terhadap risiko besar lainnya juga perlu dilakukan. Risiko lain yang cukup menyita perhatian
dalam kelompok risiko ini dan merupakan risiko terbesar ke-tiga dalam penelitian ini yaitu
pertentangan kepentingan dengan warga. Pertentangan kepentingan dengan warga masuk
pada kategori risiko moderat dengan frekuensi jarang dan dampak masuk pada skala besar.
Risiko ini sering terjadi karena kurang adanya sosialisai mengenai pembangunan proyek
terhadap warga. Selain itu juga disebabkan karena adanya kerusakan di beberapa ruas jalan
menuju proyek serta beberapa kerusakan di sekitar rumah warga akibat akses jalan untuk
beberapa jenis peralatan yang cukup besar.
Dampak yang terjadi dengan keadaan ini adalah seringnya warga berdemo di lokasi
proyek serta melakukan penutupan akses jalan menuju proyek. Pada dasarnya, terkait
83
beberapa hal yang dapat bersinggungan dengan warga, pihak Kontraktor telah melakukan
perjanjian dengan lembaga tertentu. Seperti terkait kerusakan akses jalan menuju proyek yang
disebabkan oleh pekerjaan proyek, maka pihak Kontraktor dan Kementerian Pekerjaan
Umum telah memiliki kesepakatan terkait upaya perbaikan yang harus dilakukan, namun
warga sering tidak mengetahuinya.
Penanganan yang dapat dilakukan terkait risiko ini adalah:
1. Strategi Jangka Pendek
Melakukan sosialisasi terhadap warga serta memberikan kompensasi sesuai dengan
kerusakan terhadap rumah-rumah warga yang terdampak akibat pekerjaan proyek yang
terjadi.
2. Strategi Jangka Panjang
Untuk akses jalan yang rusak akibat lalulintas kendaraan proyek, akan dilakukan
perbaikan sementara selama proyek masih berlangsung dan perbaikan secara sempurna
seperti keadaan jalan sebelum proyek dimulai setelah proyek selesai.
6 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan hasil identifikasi risiko yang telah dilakukan, didapatkan 36 risiko
yang berpengaruh terhadap proyek konstruksi jembatan yang terbagi dalam 6
(enam) kelompok risiko yaitu: kelompok risiko material dan peralatan yang terdiri
dari 9 (sembilan) risiko, kelompok risiko desain dan perencanaan terdiri dari 1
(satu) risiko, kelompok risiko SDM terdiri dari 3 (tiga) risiko, kelompok risiko
keuangan terdiri dari 5 (lima) risiko, kelompok risiko manajemen terdiri dari 12
risiko, serta kelompok risiko keadaan alam dan lingkungan yang terdiri dari 6
(enam) risiko.
2. Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap setiap risiko yang berpengaruh
terhadap proyek konstruksi jembatan menunjukkan bahwa 1 (satu) risiko ada pada
kategori “tinggi” yaitu risiko cuaca buruk, 3 (tiga) risiko masuk pada kategori
“rendah” yaitu risiko kesalahan material pada bentuk, risiko terjadi inflasi dan
risiko kesalahan dalam pemahaman dokumen kontrak, sedangkan 32 risiko lainnya
masuk pada kategori “moderat”.
3. Strategi penanganan risiko yang dilakukan adalah strategi “hindari” untuk kategori
risiko tinggi yaitu terhadap risiko cuaca buruk, strategi “monitor” untuk kategori
risiko rendah yaitu terhadap risiko kesalahan material pada bentuk, fungsi dan
spesifikasi, risiko terjadi inflasi dan risiko kesalahan dalam pemahaman dokumen
kontrak dan strategi “mitigasi” untuk kategori risiko moderat yaitu terhadap 32
risiko lainnya. Cuaca buruk merupakan risiko dengan nilai tingkat kepentingan
risiko tertinggi (rangking 1) disusul dengan risiko kesalahan desain oleh perencana
pada rangking 2. Risiko cuaca buruk disebabkan oleh kondisi alam yang tidak
dapat dihindari yang menyebabkan pekerjaan harus dihentikan untuk sementara
waktu. Upaya penangan jangka pendek yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan penambahan shift, pemasangan tenda selama tidak terjadi angin
kencang dan penambahan zat aditif untuk mempercepat proses pematangan beton,
ditunjang dengan penggunaan bekisting non-konvensional untuk mengejar
keterlambatan progres pekerjaan. Sedangkan Strategi jangka panjang yang dapat
dilakukan adalah dengan mengevaluasi dan menata ulang jadwal pekerjaan dengan
mempertimbangkan laporan hasil ramalan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
Meskipun menjadi risiko tertinggi, namun pada kenyataannya risiko ini merupakan
84
85
risiko musiman, karena hanya terjadi saat musim penghujan tiba. Sedangkan risiko
kesalahan desain oleh perencana dapat berdampak pada kegagalan konstruksi.
Upaya penanganan sebagai strategi jangka pendek untuk risiko ini adalah mencari
expert design independent untuk melakukan evaluasi. Evaluasi yang telah
dilakukan oleh tim kontraktor kemudian didiskusikan kembali dengan tim
konsultan perencana sehingga didapatkan kesepakatan dan segera dilakukan
penanganan. Sedangkan strategi jangka panjangnya adalah dengan melakukan
koordinasi secara berkala dan melakukan review ulang secara menyeluruh dengan
pihak konsultan perencana.
6.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Penelitian ini dilakukan pada proyek jembatan di sepanjang ruas proyek jalan tol
yang telah ditentukan dan tidak mengklasifikasikan pada jenis jembatan yang akan
diteliti. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penelitian terkait analisis risiko
dengan klasifikasi jembatan tertentu.
2. Analisis risiko yang dibatasi pada satu item perkerjaan pada konstruksi jembatan
juga akan bermanfaat, mengingat masing-masing item pekerjaan jembatan
mempunyai risiko yang kompleks.
7 DAFTAR PUSTAKA
Asmarantaka, N.S. (2014). “Analisis Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Proyek
pada Pembangunan Hotel Batiqa Palembang”. In : Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan,
Vol. 2, no. 3, pp. 483-491.
Choudhry, R.M., and Aslam, M.A. (2011). “Risk Analysis of Bridge Construction Projects in
Pakistan”. Proceedings of, International Council for Research and Innovation in
Building and Construction (CIB) Working Commission W99. Purdue University.
Dziadosz, A., and Rejment, M. (2015). “Risk Analysis in Construction Project – Chosen
Methods”. Procedia Engineering 122, pp: 258-265.
Ervianto, W.I. (2009). “Manajemen Proyek Konstruksi”. Andi. Yogyakarta.
Fandopa, Riza. (2012). “Pengelolaan Risiko pada Pelaksanaan Proyek Jalan Perkerasan
Lentur PT X dalam rangka Meningkatkan Kinerja Mutu Proyek”. Tesis Universitas
Indonesia, Indonesia.
Hatmoko, J.U.D., Djoko, T., Mujihartono, E., and Wisnu. Irawan. (2002). “Manajemen
Konstruksi 1”, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Indonesia.
Hillson, David. (2002). “Use a Risk Breakdown Structure (RBS) to Understand You Risks”.
Proceeding of, The Project Management Institute Annual Seminars & Symposium.
USA.
Iacob, V.S. (2014). “ Risk Management and Evaluation and Qualitative Method Within The
Projects”. Ecovorum, Vol.3, Issue 1, pp: 60-67.
International Standard. (2009). “ISO 13000: Risk Management-Principles and Guidelines.”
Geneva:ISO.
Marques, O.P.M., Salain, I.M.A.K., and Yansen, I.W. (2014). “Manajemen Risiko pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung Pemerintah di Kota Dili – Timor Leste”. In :
Jurnal Spektran, Vol. 2. No. 2.
Noferi, S. (2015). “Analisa Faktor Risiko Pembangunan Jembatan Batu Rusa II di Kota
Pangkalpinang”. Seminar Nasional Teknik Sipil V– UMS.
Nurdiana, A., Wibowo, M.A., and Hatmoko, J.U.D. (2015). “Sensitivity Analysis of Risk
From Stakeholders’s Perception Case Study: Semarang-Solo Highway Project Section I
(Tembalang-Gedawang)”. Procedia Engineering, The 5th International Conference of
Euro Asia Civil Engineering Forum (EACEF-5). Diponegoro University, Semarang,
Vol. 125.
Pawar, C.S., Jain, S.S., and Patil, J.R. (2015). “Risk Management in Infrastructure Projects in
India”. In : International Journal of Innovative Research in Advanced
Engineering, Vol. 2 Issue. 4, pp 172-176.
Pemerintah Indonesia. (2006). “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2006”. Tentang : Jalan.
Pemerintah Indonesia. (1999). “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999”,
Tentang : Jasa Konstruksi.
Project Management Institute. (2013). “A Guide to the Project Management Body of
Knowledge – Fifth Edition PMBOK”. Project Management Institute,
Inc. Pennsylvania.
Purbawijaya, I.B.N. (2011). “Manajemen Risiko Penanganan Banjir pada Sistem Jaringan
Drainase di Wilayah Kota Denpasar”. In : Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 15, no. 1, pp
: 72-82.
Sangari, F., and Tjakra, J. (2011). “Analisis Resiko pada Proyek Konstruksi Perumahan di
Kota Manado”. In : Jurnal Ilmiah Media Engineering, Vol. 1, no. 1, pp : 29–37.
Saputra, I.G.N.O. (2005). “Manajemen Risiko pada Pelaksanaan Pembangunan Denpasar
Sewerage Development Project (DSDP) di Denpasar”. Tesis Universitas Udayana,
Indonesia.
Sari, E. (2016). “Analisis Resiko Proyek pada Pekerjaan Jembatan Sidamukti – Kadu di
Majalengka dengan Metode FMEA dan Decision Tree”. In : Jurnal J-Ensitec, Vol. 03,
no. 01, pp. 38-46.
Sonhadji. (2011). “Manajemen Resiko Dalam Project Jalan Tol”. Tesis Universitas Islam
Sultan Agung, Semarang.
Sugiyono. (2010).” Statistika untuk Penelitian”. Alfabeta. Bandung.
Taufik, H.A.R.M. (2010). “Pengelolaan Risiko Kualitas pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi
di Lingkungan PT. X”. Tesis Universitas Indonesia, Indonesia.
Vidivelli, B., Vidhyasagar, E., and Jayasudha, K. (2017). “Risk Analysis in Bridge
Construction Projects”. In : International Journal of Innovative Research in Science,
Engineering and Technology, Vol. 6 no. 5, pp 8271-8284.
Wiguna, I.P.A., and Scott, S. (2006). “Relating Risk To Project Performance In Indonesian
Building Contracts”. In : Journal Construction Management and Economics, Vol. 24,
no. 11, pp. 1125–1135.
Winaktu, G., Mulyadi, L., and Hargono, E. (2014). “Penentuan Skala Prioritas Risiko pada
Pembangunan Jembatan Afiat Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Malang”. In : Jurnal Info Manajemen Proyek pp. 11-19.
Zou, P.X.W., Zhang, G., and Wang, J.Y. (2006). “Indentifying Key Risk in Construction
Projects: Life Cycle and Stakeholder Perspectives”. Proceedings of, The 12th Pacific
Rim Real Estate Society Conference. Auckland, New Zealand.