Anda di halaman 1dari 5

SKRINING HIV

A. TUJUAN PEMBELAJARAN KOMPETENSI


DASAR
Mahasiswa mampu melakukan prosedur keperawatan dewasa dengan benar.
INDIKATOR
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi skrining HIv
2. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi dilakukan skrining HIV
3. Mahasiswa mampu melakukan Skrining HIV
B. POKOK BAHASAN
C. MATERI
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya
kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sulit
sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik bahkan dapat menyebabkan kematian.
HIV dapat menyerang semua kalangan baik tua maupun muda. Transmisi HIV terjadi
melalui cairan tubuh yang terinfeksi seperti hubungan seksual, homoseksual, penggunaan
jarum yang terkontaminasi, transfusi darah atau produk darah, dan bayi yang lahir dari ibu
dengan HIV.
Guna memperluas jangkauan layanan HIV yang meliputi perawatan, dukungan dan
pengobatan pada waktu yang tepat dan juga meningkatkan kesempatan ODHA untuk
menjangkau informasi serta sarana mencegah penularan HIV lebih lanjut, maka perlu
meningkatkan lebih banyak orang yang mengetahui status HIV. Jangkauan yang luas
terhadap layanan konseling dan tes HIV sangat diperlukan dalam upaya untuk meningkatkan
akses pengobatan. Perawatan dan pengobatan ARV setelah pasien dinyatakan reaktif akan
menurunkan angka kesakitan karena infeksi oportunistik, menurunkan kemungkinan
penularan dan meningkatkan optimistic hidup dari pasien.
Skrining HIV merupakan upaya penapisan yang dilakukan secara mandiri ataupun oleh
petugas kesehatan pada pasien beresiko untuk menentukan diagnosis kerja. Sasaran Skrining
HIV antara lain Ibu hamil, pasien TBC, pasien terindikasi infeksi menular seksual, wanita
penjaja seks (WPS), LGBT, pengguna napza suntik, warga binaan pemasyarakatan.
TAHAPAN SKRINING HIV

A. Konseling Pretesting

1. Penerimaan klien :

a. Informasikan kepada klien tentang pelayanan tanpa nama, sehingga nama tidak
ditanyakan
b. Pastikan klien tepat waktu dan tidak menunggu.
c. Buat catatan rekam medis klien dan pastikan setiap klien mempunyai kodenya sendiri
d. Kartu periksa konseling dan testing dengan nomor kode dan ditulis oleh konselor.
Tanggung jawab klien dalam konselor: 1) Bersama konselor mendiskusikan hal-hal
terkait tentang HIV AIDS, perilaku beresiko, testing HIV dan pertimbangan yang terkait
dengan hasil negative atau positif 2) Sesudah melaksanakan konseling lanjutan
diharapkan dapat melindungi diri dan keluarganya dari penyebaran infeksi 3) Untuk klien
yang dengan HIV positif memberitahu pasangan atau keluarganya akan status dirinya dan
rencana kehidupan lebih lanjut
2. Konseling Pre testing
1) Periksa ulang nomor kode dalam formulir
2) Perkenalan dan arahan
3) Menciptakan kepercayaan klien pada konselor, sehingga terjalin hubungan baik dan
terbina saling memahami
4) Alasan kunjungan
5) Penilaian resiko agar klien mengetahui factor resiko dan menyiapkan diri untuk pre test
6) Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi
7) Konselor membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian resiko dan
merespon kebutuhan emosi klien
8) Konselor PDP membuat penilaian system dukungan
9) Klien memberikan persetujuan tertulis sebelum tes HIV dilakukan

B. Informed consent

Semua klien sebelum menjalani tes HIV harus memberikan persetujuan tertulis. Aspek penting
dalam persetujuan tertulis adalah:
1) Klien diberi penjelasan tentang resiko dan dampak sebagai akibat tindakan dan klien
menyetujuinya.
2) Klien mempunyai kemampuan mengerti/ memahami dan menyatakan persetujuannya
3) Klien tidak dalam terpaksa memberikan persetujuannya
4) Untuk klien yang tidak mampu mengambil keputusan karena keterbatasan dalam
memahami, maka konselor berlaku jujur dan obyektif dalam menyampaikan informasi.
C. Testing HIV dalam VCT

Prinsip testing HIV adalah terjaga kerahasiaannya. Testing dimaksudkan untuk menegakkan
diagnose. Penggunaan testing cepat (rapid testing) memungkinkan klien mendapatkan hasil
testing pada hari yang sama.
Tujuan testing adalah :
1) Untuk menegakkan diagnosis
2) Pengamanan darah donor (skrining)
3) Untuk surveilans
4) Untuk penelitian
5) Petugas harus menjaga mutu dan konfidensialitas, hindari terjadinya kesalahan baik
teknis (technical error), manusia (human error) dan administrative (administrative error).
Bagi pengambil sampel darah harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Sebelum testing dilakukan harus didahului dengan konseling dan informed consent
2) Hasil testing diverifikasi oleh dokter patologi klinis
3) Hasil diberikan dalam amplop tertutup
4) Dalam laporan pemeriksaan ditulis kode register
5) Jangan memberi tanda menyolok terhadap hasil positif atau negative
6) Meski sampel berasal dari sarana kesehatan yang berbeda tetap dipastikan telah
mendapat konseling dan menandatangani informed consent
D. Konseling pasca testing

Kunci utama dalam menyampaikan hasil testing :


1) Periksa ulang seluruh hasil klien dalam rekam medic. Lakukan sebelum bertemu klien
2) Sampaikan kepada klien secara tatap muka
3) Berhati-hati memanggil klien dari ruang tunggu
4) Seorang konselor tidak diperkenankan menyampaikan hasil tes dengan cara verbal
maupun non verbal di ruang tunggu.
5) Hasil test harus tertulis
Tahapan penatalaksanaan konseling pasca testing :
a. Penerimaan klien
1) Memanggil klien dengan kode register.
2) Pastikan klien hadir tepat waktu dan usahakan tidak menunggu.
3) Ingat akan semua kunci utama dalam penyampaian hasil testing
b. Pedoman penyampaian hasil negative
1) Periksa kemungkinan terpapar dalam periode jendela.
2) Gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk seks yang aman.
3) Kembali periksa reaksi emosi yang ada.
4) Buat rencana tindak lanjut
c. Pedoman penyampaian hasil positif
1) Perhatikan komunikasi non verbal saat klien memasuki ruang konseling.
2) Pastikan klien siap menerima hasil.
3) Tekankan kerahasiaan.
4) Lakukan penyampaian secara jelas dan langsung.
5) Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tentang hasil.
6) Periksa apa yang diketahui klien tentang hasil
7) Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan
8) Ventilasikan emosi klien
d. Konfidensialitas
Penjelasan secara rinci pada saat konseling pretes dan persetujuan dituliskan dan
dicantumkan dalam catatan medic. Berbagi konfidensialitas adalah rahasia diperluas
kepada orang lain, terlebih dahulu dibicarakan kepada klien. Orang lain yang dimaksud
adalah anggota keluarga, orang yang dicintai, orang yang merawat, teman yang dipercaya
atau rujukan pelayanan lainnya ke pelayanan medic dan keselamatan klien. Selain itu
juga disampaikan jika dibutuhkan untuk kepentingan hukum.
e. VCT dan etik pemberitahuan kepada pasangan.
Dalam konteks HIV AIDS, WHO mendorong pengungkapan status HIV AIDS.
Pengungkapan bersifat sukarela, menghargai otonomi dan martabat individu yang
terinfeksi, pertahankan kerahasiaan sejauh mungkin menuju kepada hasil yang lebih
menguntungkan individu, pasangan seksual dan keluarga, membawa keterbukaan lebih
besar kepada masyarakat tentang HIV AIDS dan memenuhi etik sehingga
memaksimalkan hubungan baik antara mereka yang terinfeksi dan tidak.

INSTRUMEN SKRINING HIV

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien 10
3. Melakukan konseling pra testing 10
4. Melakukan informed consent 10
5. Melakukan pemeriksaan VCT 10
6. Melakukan konseling pasca testing 10
7. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 5
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 5
3. Menjaga keamanan pasien 5
4. Menjaga keamanan perawat 5
TOTAL 100

Anda mungkin juga menyukai