Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN

KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

PENGEMBANGAN PROBIOTIK SERBUK DARI Lactobacillus plantarum

TSD-10 UNTUK PAKAN ADITIF TERNAK SAPI PERAH

Disusun Oleh

Anggraini Putri Utami

M0414008

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

I
LEMBAR PENGESAHAN

PROBIOTIK SERBUK DARI Lactobacillus plantarum TSD-10 UNTUK PAKAN

ADITIF TERNAK SAPI PERAH

LAPORAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

Disusun oleh :

Anggraini Putri Utami

M0414008

Dinyatakan Sah dan Lengkap


04 Juli 2017
Pada Tanggal Mei 2017

Pembimbing Lapangan Pembimbing KMM/Magang

Rohmatussolihat, S.Si, M.Si Siti Lusi Arum Sari S.Si.,


NIP. 197507042006042037 M.Biotech
NIP. 197608122005012001

Kepala Laboraturium Mikrobiologi Ketua Program Studi Biologi


Terapan Pusat Penelitian
Bioteknologi, LIPI

Dr. Yantyati Widyastuti Dr. Ratna Setyaningsih, M.Si


NIP. 195801121983112001 NIP. 196607141999032001

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Ridho-

Nya penulis bisa menyelesaikan kegiatan mata kuliah Kegiatan Magang Mahasiswa

(KMM) dan penulisan laporan yang berjudul “Probiotik Serbuk Dari Lactobacillus

plantarum TSD-10 Untuk Pakan Ternak Sapi dapat diselesaikan dengan baik.

Laporan ini dibuat berdasarkan hasil Kegiatan Magang Mahasiswa yang telah

dilakukan di Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Penelitian Ilmu Pengetahuan

(LIPI) Cibinong Laboratorium Mikrobiologi Terapan yang dilaksanakan pada

tanggal 10 Januari – 10 Februari 2017.

Surakarta, Juli 2017

Penulis

III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... I

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... II

KATA PENGANTAR .................................................................................. III

DAFTAR ISI ................................................................................................. IV

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1

B. PERUMUSAN MASALAH ................................................................ 3

C. TUJUAN ............................................................................................. 3

D. MANFAAT .......................................................................................... 3

BAB II PROFIL INSTITUSI MITRA ........................................................ 4

A. SEJARAH PUSLIT BIOTEKNOLOGI LIPI ....................................... 4

B. TUGAS DAN FUNGSI ........................................................................ 4

C. VISI DAN MISI .................................................................................... 5

D. SARANA DAN PRASARANA ........................................................... 6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8

A. SAPI PERAH ....................................................................................... 8

B. PROBIOTIK ....................................................................................... 9

C. BAKTERI ASAM LAKTAT ............................................................... 11

D. Lactobacillus plantarum ...................................................................... 12

E. Response Surface Methodology (RSM) ............................................... 13

BAB IV PROGRAM KERJA .................................................................. 16

A. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN .............................................. 16

IV
B. ALAT DAN BAHAN .......................................................................... 16

C. CARA KERJA ..................................................................................... 23

D. ANALISIS DATA ............................................................................... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 29

A. FORMULASI DESIGN PROBIOTIK L. plantarum TSD-10 ............. 29

B. INOKULASI DAN TOTAL PLATE COUNT l. plantarum TSD-10

PADA MEDIA OPTIMASI DAN SAMPLE .................................... 34

C. NILAI PERSENTASE KETAHANAN SAMPLE .............................. 38

D. METODE CCD RSM .......................................................................... 41

BAB VI PENUTUP .................................................................................. 46

A. KESIMPULAN ................................................................................... 46

B. SARAN ............................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 47

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... 52

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Formulasi Design Probiotik Serbuk 5ml inokulum ............ 21

Tabel 2. Tabel sel dari Inokulum L. plantarum TSD-10 pada media optimasi

........................................................................................................... 35

Tabel 3. Jumlah Sel L. plantarum TSD-10 hasil TPC pada Sample Probiotik

Serbuk ........................................................................................... 36

Tabel 4. Jumlah Sel L. plantarum pada Sample dan Nilai Persentase

V
Ketahanan ..................................................................................... 39

Tabel 5. Anova untuk Respon Surface Quadratic ....................................... 41

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Sapi perah .............................................................................. 8

GAMBAR 2. Lactobacillus plantarum ........................................................ 12

GAMBAR 3.CaCO3 .................................................................................... 30

GAMBAR 4. Zeolite .................................................................................... 31

GAMBAR 5. Amilum Teknis ...................................................................... 32

GAMBAR 6. SBM (Soy Bean Meal) ........................................................... 33

GAMBAR 7. Plot permukaan ketahanan pada CaCO3 dan Amilum ......... 43

GAMBAR 8. Plot permukaan respon ketahanan pada Zeolit dan Amilum . 43

GAMBAR 9. Plot permukaan respon ketahanan pada SBM dan Amilum .. 43

GAMBAR 10. Plot permukaan respon ketahanan pada SBM dan CaCO3 . 44

GAMBAR 11. Plot permukaan respon ketahanan pada Zeolit dan CaCO3 44

GAMBAR 12. Plot permukaan respon ketahanan pada Zeolit dan SBM .... 44

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN FOTO ........................................................................................ 53

LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN BIOTEK LIPI ......... 53

VI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalah dalam peningkatan produktifitas ternak adalah faktor

pakan khususnya kualitas pakan. Perbaikan kualitas pakan dipandang makin

mendesak untuk dicarikan jalan keluarnya. Pada saat ini penyediaan pakan secara

kontinyu baik kuantitatip maupun kualitatip masih merupakan masalah serius yang

dihadapi oleh peternak sapi perah. Hal ini antara lain disebabkan penyediaan

hijauan pakan ternak yang berkualitas baik sulit didapatkan (khususnya musim

kemarau). Selain itu peningkatan produksi hijauan juga masih dibatasi oleh

kecenderungan semakin sempitnya lahan akibat jumlah penduduk yang selalu

bertambah dan perluasan lahan untuk tanaman pangan. Untuk memperoleh ransum

yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan gizinya, tambahan pakan konsentrat

yang merupakan pakan relatif berkualitas tinggi sudah umum dipraktekkan oleh

peternak sapi perah. Disamping itu pemberian feed additive seperti hormon dan

antibiotik juga sudah sering diterapkan namun hasilnya kurang memuaskan baik

terhadap peningkatan produktifitas ternak maupun effisiensi pakan, bahkan

khususnya antibiotik memilki efek bisa membahayakan konsumen karena residu

yang menempel di produk ternak (Muktiani dkk., 2004). Salah satu feed additive

yang sekarang sedang populer dalam peningkatan produksi dan kesehatan ternak

adalah probiotik, yang dapat menggantikan peran antibiotik.

Probiotik telah banyak diteliti sebagai feed additive menggantikan fungsi

antibiotik sebagai growth-promotor. Mikroba yang telah diamati dan sebagian

sudah dikomersialisasikan antara lain Lactobacillus, Saccharomyces cerevisiae,

1
Streptococcus faecium. Lactobacillus merupakan salah satu genus bakteri asam

laktat yang paling banyak dijumpai pada saluran gastro intestinal baik pada

manusia maupun hewan (Primacitra et al , 2014).

Probiotik merupakan pakan aditif berupa mikroba hidup yang dapat

meningkatkan keseimbangan dan fungsi pencernaan hewan inang, memanipulasi

mikroflora saluran pencernaan untuk tujuan peningkatan kondisi kesehatan serta

meningkatkan produktivitas ternak. Probiotik di Indonesia telah banyak ditemukan,

salah satunya adalah probiotik TSD-10. Probiotik TSD-10 merupakan probiotik

dengan bentuk cair yang di produksi oleh Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI,

dengan bakteri asam laktat yang digunakan yaitu Lactobacillus plantarum TSD-10

koleksi Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI yang diperoleh dari isolasi feses sapi

dermaga. Probiotik cair TSD-10 mempunyai beberapa kelemahan yaitu

mikroorganisme yang ada dalam probiotik tidak mampu bertahan dalam jangka

waktu lama, proses distribusi produk ke luar pulau mengalami kesulitan dan mudah

terkontaminasi setelah kemasan dibuka. Sehingga perlu diciptakan suatu produk

probiotik dengan bentuk serbuk atau powder dengan harapan mikroorganisme

dalam produk mampu bertahan dalam jangka panjang dan pendistribusian produk

probiotik keluar pulau menjadi lebih mudah.

Lactobacillus dapat digunakan sebagai probiotik pada ternak yang berfungsi

meningkatkan produktivitas ternak. Banyak ilmuwan yang berusaha untuk

memperoleh isolat Lactobacillus dalam saluran cerna unggas yang nantinya

akan digunakan sebagai probiotik. Dari suatu penelitian diketahui penggunaan

probiotik dalam pakan dapat meningkatkan produktivitas sapi pedaging dan sapi

2
perah (Primacitraet.al. 2014). Penelitian ini memiliki tujuan untuk menciptakan

probiotik (Lactobacillus plantarum) serbuk sebagai pakan ternak sapi.

Metode yang digunakan untuk optimasi media kali ini yaitu response

surface methodology (RSM) atau metode respon permukaan. Response surface

methodology (RSM) adalah suatu metode pengembangan dan optimasi proses

dalam respon yang dipengaruhi oleh beberapa variabel dengan menggunakan teknik

statistika dan matematika (Bas dan Boyaci 2007).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, perrumusan masalah dalam Kegiatan

Magang Mahasiswa ini adalah bagaimana pembuatan probiotik serbuk dari L.

plantarum TSD-10 sebagai pakan aditif ternak sapi.

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan magang mahasasiswa ini adalah

untuk menciptakan suatu produk probiotik dari L.plantarum TSD-10 sebagai pakan

aditif ternak sapi perah.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan magang mahasiswa antara lain

dapat terciptanya suatu produk probiotik serbuk dari L.plantarum TSD-10 sebagai

pakan aditif ternak sapi perah yang diharapkan mampu memperbaiki kualitas dan

kuantitas susu sapi yang dihasilkan.

3
BAB II PROFIL INSTITUSI MITRA

A. Sejarah Puslit Bioteknologi LIPI

Pusat penelitian (Puslit) Bioteknologi LIPI, awalnya bernama Pusat

Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bioteknologi LIPI. Puslit ini didirikan

pada tanggal 13 Januari 1986 berdasarkan Kepres RI No.1 tahun 1986 dan berada

di bawah Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Hayati. Puslit Bioteknologi didirikan

dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan Bioteknologi di Indonesia.

Pada bulan April 1993, Puslit Bioteknologi LIPI masih berada dalam satu

bangunan dengan Puslitbang Biologi LIPI Bogor, yaitu di Gedung Kusnoto yang

terletak pada di Jalan Ir. H. Djuanda No. 18 Bogor.Kemudian sejak tanggal 1

Oktober 1993, karena beberapa pertimbangan, semua kegiatan Puslit dipindahkan

ke Jalan Raya Bogor Km 46 Cibinong.Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah

ditetapkan menjadi salah satu pusat unggulan Bioteknologi pertanian II berdasarkan

SK Menteri Riset dan Teknologi. Pada tahun 2001 sesuai SK Kepala LIPI No.

1151/Kep/2001 Puslitbang Bioteknologi LIPI berubah nama menjadi Pusat

Penelitian Bioteknologi LIPI.

B. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Kepala LIPI No. 1 Tahun 2014 pasal 143, Pusat

Penelitian Bioteknologi-LIPI mempunyai tugas melaksanakan penelitian di bidang

bioteknologi. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

pasal 143 tersebut, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI menyelenggarakan fungsi :

4
1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian di bidang

bioteknologi

2. Penelitian di bidang bioteknologi

3. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penelitian di bidang bioteknologi

4. Pelaksanaan urusan tata usaha

C. Visi dan Misi

Pusat penelitian bioteknologi LIPI memiliki visi dan misi sebagai berikut :

Visi :

Untuk mewujudkan LIPI menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas

dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, makmur, cerdas,

kreatif, integratif, dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan

teknologi yang humanis, maka LIPI menetapkan visi tahun 2015-2019 sebagai

berikut:

“Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia dalam penelitian pengembangan

dan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan daya saing bangsa”

Misi :

Dengan mengacu pada RPJMN 2015-2019 serta sembilan Agenda Prioritas

Presiden (Nawa Cita)), LIPI menetapkan empat misi yaitu :

1. Menciptakan invensi ilmu pengetahuan yang dapat mendorong inovasi dalam

rangka meningkatkan daya saing ekonomi bangsa

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk konservasi dan

pemanfaatan sumber daya berkelanjutan

3. Meningkatkan pengakuan internasional dalam bidang ilmu pengetahuan

5
4. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui aktivitas ilmiah.

D. Sarana dan Prasarana

Sarana prasarana di pusat penelitian bioteknologi LIPI teridiri dari peralatan

utama laboratorium serta kebun plasma nutfah dan hewan. Peralatan utama

laboratorium puslit bioteknologi LIPI antara lain adalah Peralatan Analisis

Proksimat, Gas Chromatography (GC) dan GC-MS, High Performance Liquid

Chromatography, Spektrofotometer UV-Vis, Liquid Chromatography Mass

Spectrometry (LC-MS/MS), Sekuenser DNA, Droplet Digital PCR, Fluorometer,

PC-based UV Gel Documentation System, Sistem Purifikasi Protein, Integrated

Milk Testing (BactoScan™), Milk Analysis System (MilkoScan™), Somatic Cell

Analyzer, Fermentor, Mikroskop Mutakhir, dan Sentrifus dengan Berbagai

Kapasitas.

Kebun Plasma Nutfah dikelola oleh Sub Bidang Plasma Nutfah. Koleksi

tanaman buah-buahan yang ada di kebun plasma nutfah antara lain adalah Jambu

bol, Rambutan, Sawo, Matoa, Menteng, Belimbing, Durian,dan Manggis. Selain

tanaman buah-buahan ada juga koleksi tanaman bukan tanaman buah, antara lain

ada Talas, Melinjo, Jati, Pisang, dan Garut.Koleksi hewannya ada Sapi dan Kerbau

belang.

Ada 17 laboratorium yang ada di puslit bioteknologi LIPI, yaitu

laboratorium Genomik & Perbaikan Mutu Tanaman, Genetika Molekuler &

Modifikasi Jalur Biosintesis Tanaman, Agronomi Untuk Evaluasi Bioteknologi,

Terapeutik Protein & Vaksin, Biologi Molekuler Kesehatan dan Diagnostik, Biak

Sel & Jaringan Tanaman, Reproduksi, Pemuliaan dan Kultur Sel Hewan, Genetika

Molekuler Hewan, Mikrobiologi Terapan, Rekayasa Genetika Terapan & Disain

6
Protein, Kimia Bahan Alam, Rekayasa Protein dan Pengembangan Sistem

Penyampaian Obat, Biofarmasetika, Mikroba Simbiotik Tanaman, Mikroalga Air

Tawar, Bioenergi & Bioproses, serta Biokatalis & Fermentasi.

7
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Perah

Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk

menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey,

Jersey dan Friesian Holstein (FH) (Blakely dan Bade, 1995). Sapi-sapi perah di

Indonesia dewasa ini pada umumnya adalah sapi perah bangsa FH import dan

turunannya. Kemampuan berproduksi susu dari sapi FH bisa mencapai 5984 kg tiap

laktasi dengan kadar lemak susu rata-rata 3,7%, standar bobot badan pada sapi

betina dewasa 650 kg, sedangkan pada sapi jantan dewasa 700-900 kg (Syarief dan

Sumoprastowo, 1985). Sapi Friesian Holstein (FH) yang mempunyai ciri-ciri

anatara lain warnanya hitam berbelang putih, kepala berbentuk panjang, lebar dan

lurus, tanduk relatif pendek dan melengkung ke depan, temperamen tenang dan

jinak (Siregar, 1993).

Gambar 1. Sapi Perah

Usaha peternakan sapi perah mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya

usaha yang tetap karena fluktuasi harga sedikit, produksi dan konsumsi tidak begitu

berfluktuasi, sapi perah termasuk hewan yang efisien dalam mengubah pakan

8
menjadi susu, jaminan pendapatan yang tetap, tenaga kerja yang tetap dan tidak

musiman, kotorannya dapat dimanfaatkan untuk pupuk, pedet jantan dijual untuk

sapi potong dan pedet betina bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu

(Sudono et al., 2003).

Menurut Sudono (1999) faktor yang terpenting untuk mendapatkan sukses

dalam usaha peternakan sapi perah adalah peternak harus dapat menggabungkan

kemampuan tata laksana yang baik dengan menentukan lokasi peternakan yang

baik, besarnya peternakan, sapi-sapi yang berproduksi tinggi, pemakaian peralatan

yang tepat, tanah yang subur untuk tanaman hijauan makanan ternak, dan

pemasaran yang baik.

B. Probiotik

Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Perker pada tahun 1974,

merupakan suplemen yang berisi mikroba hidup dan member pengaruh

menguntungkan (kesehatan) untuk saluran pencernaan (Brady et al., 2000).

Probiotik merupakan suatu produk yang mengandung satu atau berbagai macam

mikroorganisme yang berfungsi sebagai pecerna serat dalam pakan dan dapat

berinteraksi positif dengan mikroba rumen ternak target (Ngadiyono et al., 2001).

Pada kondisi in vivo, derajat keasaman cairan rumen ditentukan oleh kualitas

pakan dan proses fermentasi mikorbial melalui pembentukan asam laktat

(Hayanto et al., 1998).

Probiotik merupakan organisme hidup yang mampu memberikan efek yang

menguntungkan kesehatan hostnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup

dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk dalam

saluran pencernaan (Shitandi et al., 2007; Dommels et al., 2009; Weichselbaum,

9
2009). Probiotik umumnya dari golongan bakteri asam laktat (BAL), khususnya

genus Lactobacillus dan Bifidobacterium yang merupakan bagian dari flora

normal pada saluran pencernaan (Sujaya et al., 2008b).

Probiotik sebagai mikroba hidup atau sporanya yang dapat hidup atau

berkembang dalam usus dan dapat menguntungkan inangnya baik secara langsung

maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya (Kompiang, 2009). Pemberian

probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem

pencernaan ternak, berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga

kesehatan ternak. Manfaat probiotik sebagai pakan aditif ditunjukkan dengan

meningkatnya ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, disamping itu probiotik

juga dapat meningkatkan kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan

kanker (colon cancer). Bakteri-bakteri probiotik berada pada mukosa pencernaan

berakibat perubahan komposisi dari bakteri yang terdapat dalam saluran

pencernaan (Samadi, 2007)

Probotik merangsang kekebalan tubuh dengan cara merangsang aktivitas

makrofag terhadap beberapa spesies bakteri yang berbeda. Hal ini dapat

disebabkan oleh absorbs antigen atau translokasi bakteri probiotik melalui dinding

usus ke peredaran darah untuk merangsang aktivitas makrofag (Djunaedi 2007)

Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa manfaat probiotik dalam tubuh:

1. Mencegah terjadinya kanker yaitu dengan menghilangkan bahan prokarsinogen

(bahan penyebab kanker) dari tubuh dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.

2. Dapat menghasilkan bahan aktif anti tumor.

3. Memproduksi berbagai vitamin [thiamin (B1), riboflavin (B2), piridoksin (B6),

asam folat, sianokobalamin (B12)] yang mudah diserap ke dalam tubuh.

10
4. Kemampuannya memproduksi asam laktat dan asam asetat di usus dapat

menekan pertumbuhan bakteri E. coli dan Clostridium perfringens penyebab

radang usus dan menekan bakteri patogen lainnya, serta mengurangi penyerapan

amonia dan amina.

5. Berperan dalam penurunan kadar kolesterol, dimana bifidobakteria

menghasilkan niasin yang memberi kontribusi terhadap penurunan kolesterol

tersebut.

C. Bakteri Asam Laktat

Bakteri Asam Laktat adalah Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok

bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan

cara memfermentasi karbohidrat, selnya berbentuk kokus, tersusun berpasangan

atau berbentuk rantai, tidak bergerak, tidak berspora, anaerob fakultatif, bersifat

non motil dan mesofil (Ray, 2004).

Bakteri Asam Laktat yang menghasilkan dua molekul asam laktat dari

fermentasi glukosa termasuk didalam kelompok bakteri asam laktat bersifat

homofermentatif, sedangkan BAL yang menghasilkan satu molekul asam laktat

dan satu molekul etanol serta satu molekul karbon dioksida dikenal dalam

kelompok Bakteri asam laktat bersifat heterofermentatif (Reddy et al., 2008).

Bakteri asam laktat yang termasuk dalam kelompok homofermentatif yaitu

Lactococcus, Enterococcus, Streptococcus, Pediococcus, and grup I Lactobacilli.

Leuconostoc, Oenococci, Weissela dan beberapa Lactobacilli termasuk kelompok

bakteri heterofermentatif (Axelsson 2004).

11
D. Lactobacillus plantarum

Lactobacillus plantarum merupakan bakteri Gram positif berbentuk

batang yang tampak biru atau ungu setelah mengalami pewarnaan Gram seperti

terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lactobacillus plantarum

L. plantarum adalah salah satu spesies bakteri dalam genus Lactobacillus,

yang terdiri dari sekitar 90 macam spesies dan subspesies. Lactobacillus

plantarum merupakan salah satu jenis BAL homofermentatif dengan temperatur

optimal lebih rendah dari 37°C (Frazier dan Westhoff, 1988). Lactobacillus

plantarum berbentuk batang (0,5-1,5 s/d 1,0-10 µm) dan tidak bergerak (non

motil). Bakteri tersebut memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif

anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi

nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Dalam

media agar, L. plantarum membentuk koloni berukuran 2-3 mm, berwarna

putih opaque, conveks, dan dikenal sebagai bakteri pembentuk asam laktat

(Kuswanto dan Sudarmadji, 1988).

Lactobacillus plantarum adalah Bakteri Asam Laktat (BAL) yang bersifat

fakultatif heterofermentatif, memiliki metabolik sangat fleksibel dan serbaguna,

12
dapat ditemukan dalam banyak lingkungan, dan aplikasi yang luas, misalnya

sebagai starter konvensional di sayur dan daging dalam proses fermentasi; sebagai

probiotik untuk manusia dan hewan dan akhir-akhir ini sebagai pengiriman

kendaraan untuk terapi senyawa (Pramono et al. 2003).

Lactobacillus plantarum mampu merombak senyawa kompleks menjadi

senyawa yang lebih sederhana dengan hasil akhirnya yaitu asam laktat. Menurut

Buckle et al. (1985), asam laktat dapat menghasilkan pH yang rendah pada

substrat sehingga menimbulkan suasana asam. Dalam keadaan asam, L.

plantarum memiliki kemampuan untuk menghambat bakteri pathogen dan

bakteri pembusuk (Delgado et al., 2001).

Lactobacillus plantarum dapat menghambat kontaminasi dari

mikrooganisme patogen karena kemampuannya untuk menghasilkan asam laktat

dan menurunkan pH substrat (Suriawiria, 1986). Lactobacillus plantarum

juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bakteriosin yang berfungsi

sebagai zat antibiotik (Pramono et al. 2003). Lactobacillus plantarum TSD-10

adalah strain dari Lacobacillus plantarum yang merupakan BAL (Bakteri Asam

Laktat) diisolasi dari isolat feses sapi dermaga.

E. Response Surface Methodology (RSM)

Metode permukaan respon (response surface methodology) merupakan

sekumpulan teknik matematika dan statistika yang berguna untuk menganalisis

permasalahan dimana beberapa variabel independen mempengaruhi variabel respon

dan tujuan akhirnya adalah untuk mengoptimalkan respon. Ide dasar metode ini

adalah memanfaatkan desain eksperimen berbantuan statistika untuk mencari

nilai optimal dari suatu respon. Metode ini pertama kali diajukan sejak tahun

13
1951 dan sampai saat ini telah banyak dimanfaatkan baik dalam dunia penelitian

maupun aplikasi industri. Misalnya, dengan menyusun suatu model matematika,

peneliti dapat mengetahui nilai variabel-variabel independen yang menyebabkan

nilai variabel respon menjadi optimal (Hendrawan dkk, 2016).

Metode ini memerlukan data yang tidak terlalu banyak, sehingga kondisi

optimum respon dapat diperoleh dengan waktu yang tidak terlalu lama dan biaya

yang minimum (Nuryati dan Salimy, 2008). Metode RSM dapat dipergunakan

untuk mencari suatu fungsi pendekatan yang cocok untuk meramalkan respon

yang akan datang, serta menentukan nilai-nilai dari variabel bebas yang

mengoptimumkan respon yang dipelajari. Metode RSM memiliki variabel-

variabel bebas sebagai X1, X2,….Xk yang akan dipelajari. Variabel-variabel

bebas tersebut diasumsikan sebagai variabel kontinu dan dapat dikendalikan

oleh peneliti tanpa kesalahan, sedangkan respon yang didefinisikan sebagai

variabel tak bebas Y diasumsikan merupakan variabel acak (random variable)

(Kurniati, 2015).

Kelebihan dari metode RSM yaitu proses penapisan yang cepat, dan dapat

menggambarkan peran setiap komponen. Response surface method

membantumemahami interaksi antara parameter pada berbagai tingkat dan

perhitungantingkat optimal dari setiap parameter. Aplikasi dari teknik desain

eksperimental secara statistik dapat meningkatkan hasil produk, mengurangi

proses variabilitas, serta mengurangi waktu dan biaya. Response surface method

secara luas digunakan untuk mempelajari pengaruh dari beberapa variabel untuk

mencari kondisi optimal (Rohmatussolihat, 2013). Response surface method telah

berhasil diaplikasikan dalam mengoptimasi medium kultur untuk produksi asam

14
fenillaktik dari Lactobacillus sp. SK007 (Mu, 2008), optimasi formula media

pertumbuhan isolat bakteri SGC 1223 (Risyahadi, 2009). Response surface

method juga telah berhasil diterapkan dalam pengembangan media kultur biaya

rendah untuk produksi sakacin A dari L. sakei (Trinetta, 2008).

15
BAB IV. PROGRAM KERJA

A. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN

Program Kerja KMM dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Terapan,

Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

padatanggal 10 Januari sampai dengan 10 Februari 2017

B. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Pembuatan Media MRS Broth

 Erlenmayer 300 ml

 Neraca Analitik

 Spatula

 Kertas Timbang

 Magnetic stirrer

 Autoklaf

 Kertas

 Karet gelang

 Spidol

b. Pembuatan Media Optimasi

 Erlenmayer 300ml

 Neraca Analitik

 Spatula

 Kertas Timbang

16
 Magnetic stirrer

 Cutton Plug

 Autoklaf

 Kertas

 Karet gelang

 Spidol

c. Pembuatan Media MRS Agar

 Erlenmayer 300ml

 Neraca Analitik

 Spatula

 Magnetic stirrer

 Autoklaf

 Kertas

 Karet gelang

 Spidol

d. Inokulasi L. plantarum (TSD-10)

 Erlenmayer

 Blue tips P100-100µl

 Micropipet P1-100µl

 Laminar Air Flow (LAF)

 Bunchen Burner

 Spryer alcohol

 Corning 30 ml

 Inkubator bakteri

17
 Cawan petri besar

 Cawan petri kecil

 Pipet steril 10 ml

 Spatula

 Botol jam

 Oven vakum

 Serbet

 Nampan

 Spidol

e. Probiotik Serbuk

 Neraca analitik

 Kamar UV

 Spatula

 Botol jam

 Kertas timbang

 Plastik seal

 Kertas timbang

 Spidol

 Cawan petri kecil

 Kulkas

f. Total Plate Count (TPC)

 Botol corning 15 ml

 Dispenser

 Wadah corning

18
 Cawan petri disposable

 Blue tips P100-1000µl

 Mikropipet P100-1000µl

 Vortex

 Spidol

 Laminar Air Flow (LAF)

 Inkubator bakteri

 Seal

 Bunchen burner

 Alat tulis

2. Bahan

a. Pembuatan Media MRS Broth (150 ml)

 MRS broth : 7,83 gram

 Aquades : 150 ml

 Cutton Plug : secukupnya

b. Pembuatan Media Optimasi (150 ml)

 Dextrose 1,48% : 2,22 gram

 Molase 3,72% : 5,58 ml

 Mineral mix 0,34% : 0,51 gram

 Protein mix 7,69% : 1,54 ml

 Air (H2O) : 142 ml

 Catton Plug : secukupnya

c. Pembuatan MRS agar (250 ml)

 Alumunium foil : secukupnya

19
 Kertas timbang : secukupnya

 MRS broth 50% : 6,525 gram

 Agar teknis 2% : 5 gram

 CaCO30,1% : 0,25 gram

 Aquades : 250 ml

d. Inokulasi L. plantarum (TSD-10)

1. Inokulasi TSD-10 dalam media MRS Broth (15 ml)

 Inokulum stok TSD-10 10% : 1,5 m

 MRS brothdalam corning : 15 ml

2. Inokulasi TSD-10 dalam media optimasi (150 ml)

 Inokulum TSD-10 dalam media MRS broth corning : 15 ml

 Media optimasi : 150

ml

 Alkohol 70%

 Cutton Plug

3. Inokulasi TSD-10 dari media optimasi ke dalam formulasi design

 Amilum Teknis : (gram Terlampir)

 CaCO3 : (gram Terlampir)

 Soy Bean Meal (SBM) : (gram Terlampir)

 Zeolite : (gram Terlampir)

20
Tabel 1. Desain Formulasi Probiotik Serbuk

Amilum CaCO3 SBM Zeolit


No
teknis (%) (%) (%) (%)

1 10 15 10 20

2 30 15 10 20

3 10 45 10 20

4 30 45 10 20

5 10 15 30 20

6 30 15 30 20

7 10 45 30 20

8 30 45 30 20

9 10 15 10 60

10 30 15 10 60

11 10 45 10 60

12 30 45 10 60

13 10 15 30 60

14 30 15 30 60

15 10 45 30 60

16 30 45 30 60

17 0 30 20 40

18 40 30 20 40

19 20 0 20 40

20 20 60 20 40

21
21 20 30 0 40

22 20 30 40 40

23 20 30 20 0

24 20 30 20 80

25 20 30 20 40

26 20 30 20 40

27 20 30 20 40

28 20 30 20 40

29 20 30 20 40

30 20 30 20 40

e. Probiotik serbuk

 Sample probiotik

 Alkohol 70%

 Kertas timbang

 Air

 Tissue

f. Total Plate Count (TPC)

 Sample probioik hasil panen

 Air pengencer

 Alkohol 70%

 Media MRS agar

 Seal

22
C. CARA KERJA

A. Persiapan Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini terlebih dahulu di sterilkan

dengan menggunakan autoklaf (Raypa) dengan suhu 121◦C dengan tekanan 1

atm selama 15 menit. Adapun alat-alat yang perlu disterilkan menggunakan

autoklaf Raypa adalah :

 Blue tips

 Tabung corning 15 ml dan 30 ml

Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan pada penelitian ini beserta cara

pembuatannya adalah :

 MRS broth (150 ml)

Bubuk MRS Broth ditimbang sebanyak 7,83 gram, selanjunya dilarutkan

dengan akuades 150 ml. Kemudian media dituang ke dalam tabung

corning 15 ml sebanyak 10 buah dan disterilisasi dengan autoklaf.

 Media Optimasi (150 ml)

Komposisi media optimasi dibuat dengan cara mencampurkan : dextrose

1,48% sebanyak 2,22 gram, molase 3,72% sebanyak 5,58 ml,

mineral mix 0,34% sebanyak 0,51 gram, protein mix 7,69%

sebanyak 1,54 ml dengan 142 ml air. Selanjutnya erlenmeyer ditutup

dengan cutton plug dan disterilisasi.

 MRS agar

Komposisi media MRS agar (250 ml) dibuat dengan cara

mencampurkan : MRS Broth sebanyak 6,52 gram, agar teknis 5

23
gram dan CaCO3 sebanyak 0,25 gram dengan 250 ml akuades.

Selanjutnya erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan

disterilisasi.

 Penimbangan bahan-bahan sample: Zeolite, Soy Bean Meal (SBM),

Amilum teknis dan CaCO3 sesuai dengan formulasi (terlampir).

Bahan zeolite yang telah ditimbang dimasukkan dalam cawan

petri yang berukuran besar sesuai dengan nomor formulasi dan nomor

petri. Sedangkan bahan Soy Bean Meal (SBM), Amilum teknis, dan

CaCO3 yang telah ditimbang dimasukkan dalam cawan petri

berukuran kecil sesuai dengan nomor formulasi dan nomor petri,

selanjutnya disterilisasi dengan autoklaf. Komposisi bahan ini dibuat

dengan 30 macam design dengan formulasi yang berbeda pada 30

cawan petri.

 Pembuatan air steril sebagai air pengencer.

Air steril yang digunakan sebagai air pengencer dibuat dengan

menggunakan akuades yang dimasukkan dalam wadah corning

sebanyak 9 ml untuk setiap korning dan ditutup. Selanjutnya air steril

di sterilisasi dengan autoklaf.

B. Prosedur Pembuatan

1. Inokulasi L. plantarum (TSD-10)

a. Inokulasi L plantarum (TSD-10)dalam media MRS Broth (15

ml)

Lactobacillus plantarum (TSD-10) yang telah dikultur

dalam media MRS Broth diremajakan ke media MRS Broth 15

24
ml sebanyak dua corning dengan cara, kultur L. plantarum (TSD-

10) diambil sebanyak 10% (1,5 ml) dengan menggunakan

mikropipet kemudian dihomogenkan. Inokulasi L. plantarum

(TSD-10) dilakukan di dalam Laminar Air Flow (LAF). Hasil

inokulasi disimpan dalam inkubator bakteri selama 24 jam.

b. Inokulasi L. plantarum (TSD-10) dalam media optimasi (150

ml)

Lactobacillus plantarum (TSD-10) yang telah diinokulasi

dalam media MRS Broth 15 ml dipindahkan ke media optimasi

150 ml sebanyak dua buah erlenmeyer dengan cara yaitu kultur L.

plantarum (TSD-10) dalam MRS Broth 15 ml dituangkan

kemasing-masing erlenmeyer yang berisi media optimasi 150 ml.

Inokulasi L. plantarum (TSD-10) dilakukan di dalam Laminar

Air Flow (LAF). Hasil inokulasi disimpan dalam inkubator

bakteri selama 24 jam.

c. Inokulasi L. plantarum (TSD-10) ke dalam media optimasi

serbuk

Lactobacillus plantarum (TSD-10) yang telah diinokulasi

dalam media optimasi serbuk 150 ml diambil sebanyak 5 ml

dengan menggunakan pipet volum steril ke dalam masing-masing

30 cawan petri yang berisi bahan formulasi design. Kemudian

semua bahan formulasi diaduk dengan menggunakan sendok

steril. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam LAF. Selanjutnya

semua petri yang berisi bahan formulasi yang telah homogen di

25
masukkan ke dalam ovenvacum dengan suhu 40° C selama 24

jam dengan masa vacum selama 2 jam.

d. TPC inokulum L. plantarum pada media optimasi

Cara mengetahui jumlah total koloni L. plantarum (TSD-

10) yang terdapat dalam media optimasi, maka dilakukan Total

Plate Count dengan cara: media optimasi diambil sebanyak 1 ml

kemudian dilakukan pengenceran serie hingga 10-8. Setelah

homogen, hasil pengenceran 10-8, 10-7, 10-7, 10-6 dan 10-5

diambil sebanyak 200 µl dan dimasukkan dalam petri disposible

yang telah diberi tanda untuk masing-masing pengenceran.

Pada media MRS Agar yang telah disiapkan dituang ke

masing-masing petri disposible dengan ketebalan 0,5 cm.

Kemudian dihomogenkan dengan cara membentuk angka 8 dan

ditunggu hingga agar memadat untuk dapat di seal. Semua

kegiatan tersebut dikerjakan dalam LAF. Selanjutnya petri

dimasukkan dalam inkubator bakteri dengan suhu 37°C selama

48 jam. Kemudian dihitung jumlah total CFU L. plantarum

(TSD-10) pada media optimasi dan dicatat dalam tabel.

2. Probiotik Serbuk

Probiotik yang telah kering dikeluarkan dari oven vacum,

kemudian dihaluskan dengan menggunakan sendok steril. Probiotik yang

telah halus ditimbang sebanyak 1 gram dengan menggunakan neraca

analitik yang dikerjakan dalam almari UV. Selanjutnya serbuk probiotik

26
yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam air pengencer yang telah

disiapkan. Sisa probiotik dimasukkan dalam plastik klip dan diberi tanda.

3. Total Plate Count (TPC)

Probiotik serbuk yang telah dimasukkan dalam air pengencer

dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Selanjutnya dilakukan

pengenceran serie dengan volume 1 ml menggunakan mikropipet hingga

10-8 . Kemudian hasil pengenceran 10-8, 10-7, 10-7, 10-6 dan 10-5 diambil

sebanyak 200 µl dan dimasukkan dalam petri disposible yang telah diberi

tanda untuk masing-masing pengenceran. Selanjutnya media MRS Agar

yang telah disiapkan dituang ke masing-masing petri disposible dengan

ketebalan 0,5 cm. Kemudian dihomogenkan dengan cara membentuk

angka 8 dan ditunggu hingga agar memadat untuk dapat di seal semua

kegiatan tersebut dikerjakan dalam LAF. Selanjutnya petri dimasukkan

dalam inkubator bakteri dengan suhu 37 °C selama 48 jam.

Setelah 48 jam inkubasi jumlah koloni yang tumbuh dihitung

dengan metode manual, yaitu koloni yang tumbuh dihitung dengan cara

ditandai menggunakan spidol. Cawan yang mengandung jumlah 30

koloni – 300 koloni dan bebas sprider. Apabila jumlah koloni yang

terhitng melebihi 300 koloni maka dinyatakan TBUD atau tidak bisa

untuk dihitung. Kemudian catat pengenceran yang digunakan dan hitung

jumlah total koloni. Perhitungan angka lempeng total adalah sebagai

berikut :

[( ) ( )] ( )

27
Keterangan :

N = Jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml

atau koloni per gram;

= Jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung;

= Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang

dihitung;

= Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung;

Pengenceran pertama yang dihitung

D. ANALISIS HASIL

Data hasil perhitungan sel L. plantarum pada inokulum dan sample

dihitung dengan menggunakan rumus TPC, kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode Respons Surface MethodologyI (RSM) dengan cental

composite design (CCD) . Software statistik yang digunakan untuk menganalisa

desain protein adalah Design-ExpertR 7 (Stat-Ease, Inc., USA, 2009) .

28
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. FORMULASI DESIGN PROBIOTIK L. plantarum TSD-10

Pada Kegiatan Magang Mahsiswa ini dilakukan kegiatan pembuatan design

formulasi untuk produk probiotik serbuk dari L. plantarum TSD-10 yang dibuat

dengan komposisi bahan berupa Amilum teknis, Soy Bean Meal (SBM), Zeolite

dan CaCO3. Komposisi bahan ini dibuat dengan 30 macam design dengan

formulasi yang berbeda pada 30 cawan petri. Tujuan dari kegiatan adalah untuk

menumukan design dengan formulasi bahan yang tepat guna terciptanya probiotik

serbuk. Setiap bahan yang digunakan memiiliki manfaat yang berbeda pada tubuh

sapi perah.

a. CaCO3 atau Tepung batu kapur

CaCO3 atau Tepung batu kapur merupakan hasil dari proses

penggilingan batu kapur. Berwarna putih kapur, tidak berbau dan

teksturnya berbentuk tepung. Tepung batu mengandung Ca sekitar 55%

yang terikat dalam bentuk karbonat (CaCO3) (UPK dan UPL Kab.

Agam, 2003). CaCO3 berperan sebagai sumber mineral yaitu kalsium dan

termasuk bahan baku untuk pembuatan pakan ternak. Karna CaCO3

sebagai sumber kalsium maka fungsinya sangat penting untuk

pertumbuhan tulang hewan. CaCO3 atau Tepung Batu Kapur yang

sering ditambahkan pada pakan sebagai sumber kalsium memiliki

kandungan kalsium sebanyak 38% (Wahju, 1997)

29
Gambar 3. CaCO3 atau Tepung Batu Kapur

b. Zeolite

Zeolit merupakan senyawa alumino-silikathidrat terhidrasi dengan

unsur utama yang terdiridari kation alkali dan alkali tanah terutama Ca,

K dan Na, dengan rumus umum (La Alb Sic O2.nH2O) dimana L adalah

logam. Sifat umum dari zeolit adalah kristal yang agak lunak dengan

warna putih coklat atau kebiru-biruan (Oben et al., 2011). Pemanfaatan

zeolit dalam bidang peternakan memanfaatkan kemampuan zeolit

sebagai pengabsorpsi dan daya tukar kationnya yang tinggi. Penggunaan

zeolit dalam bidang pertenakan di Indonesia baru berkembang pada dua

dekade terakhir ini, baik sebagai campuran ransum atau pakan ternak,

perbaikan lingkungan peternakan maupun sebagai media pertumbuhan

tanaman atau hijauan makanan ternak (Pollung, 2005). Secara umum

manfaat zeolit dalam bidang peternakan adalah :

1. Meningkatkan nilai efisiensi pemanfaatan protein pakan oleh hewan

ternak, sehingga pertumbuhan dan produksi ternak meningkat

2. Menurunkan kandungan lemak pada proses penggemukan kambing,

sapi, dan lain-lain

30
3. Mereduksi penyakit pada hewan ruminensia yang disebabkan oleh

adanya bahan-bahan beracun pada pakan ternak dan penyakit

pencernaan

4. Mengontrol kelembaban dan kandungan amonia pada kotoran hewan,

sehingga dapat mengurangi bau serta menjaga kesehatan lingkungan

kandang

5. Kemampuan zeolit sebagai penukar kation dapat mempercepat

pematangan kotoran pada proses pembuatan pupuk organik

6. Zeolit dapat menyerap kation/anion pada kotoran sapi, sehingga

kation/anion itu tidak mudah terlepas, sehingga lebih efektif ketika

digunakan sebagai pupuk

Gambar 4. Zeolite

Pada peternakan sapi, zeolit dapat digunakan sebagai campuran

makanan dan juga pengolahan limbah atau kotoran sapi. Karna produk

probiotik serbuk nantinya akan dicampurkan dengan pakan ternak sapi,

maka fungsi zeolit ini diharapkan mampu bertindak sebagai buffer atau

penyangga dengan berdasarkan kemampuan zeolit untuk melakukan

pertukaran ion dengan ion hidrogen. Karna bertindak sebagai buffer atau

penyangga, zeolit diharapkan mampu menjaga atau mempertahankan pH

dalam rumen sapi.

31
c. Amilum Teknis

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam

air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Dalam jumlah

besar,pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud

penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan

dalam bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji,

jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati

merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering

umbi kentang (Claus, et al., 1970).

Gambar 5. Amilum Teknis

Amilum teknis digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan

probiotik serbuk karena amilum mampu mendonorkan kandungan energi

yang banyak untuk metabolisme dalam pencernaan hewan ternak.

Amilum juga mempunyai kandungan glukosa sehingga dijadikan

sumber energi bagi pertumbuhan mikroba dalam probiotik serbuk

nantinya. Dengan adanya serbuk amilum dalam komposisi bahan

probiotik diharapkan mampu menjadikan kualitas probiotik serbuk

menjadi baik dalam hal mutu untuk meningkatkan jumlah susu yang

dihasilkan sapi.

32
d. Soy Bean Meal (SBM)

Gambar 6. SBM (Soy Bean Meal)

Soy bean Meal (SBM) adalah sumber protein nomor satu

digunakan di tubuh unggas. Semua SBM yang dijual di Amerika Serikat,

> 50% digunakan dalam diet diberi makan kepada unggas, dan 26%

digunakan dalam diet diberi makan kepada babi, ruminansia, anjing,

kucing, dan lain-lain. SBM memiliki kandungan protein yang tinggi

sehingga baik digunakan sebagai bahan probiotik. Salah satu peran

protein adalah pembangun sel-sel tubuh dan memperbaiki sel-sel tubuh

yang telah rusak. Dengan adanya SBM dalam probiotik diharapkan

mampu memberikan banyak manfaat bagi sapi diantaranya yaitu:

1. Kandungan asam amino yang unggul dan daya cerna

asam amino

2. Peningkatan energi metabolisme

3. Kandungan serat yang lebih rendah dan tingginya

kandungan fosfor

33
Bahan- bahan yang digunakan pada formulasi probiotik serbuk ini berguna

sebagai matrix pengikat sel bakteri atau sebagai media agar L. plantarum

mempunyai subtrat atau media sebagai temapat tinggal dan berkembang.

B. INOKULASI DAN TOTAL PLATE COUNT l. plantarum TSD-10 PADA

MEDIA OPTIMASI DAN SAMPLE

Bakteri L. plantarum TSD-10 yang digunakan sebagai mikroba dalam

pembuatan probiotik serbuk diinokulasikan pada media optimasi. Media optimasi

merupakan suatu media yang dibuat dengan menggunakan bahan-bahan sederhana

yang berfungsi sebagai media pertumbuhan bakteri asam laktat. Bahan-bahan

dalam pembuatan media optimasi berupa dextrose, molase, mineral mix, protein

mix dan air.

Bahan- bahan pada media optimasi, berperan penting dalam pembuatan

probiotik, dikarenakan mampu menjadi sumber nutrisi bagi pertumbuhan BAL.

Alasan pemilihan bahan-bahan tersebut dikarenakan bahan sederhana yang mudah

untuk didapatkan, sehingga ketika produk probiotik akan dipasarkan dapat

diterima oleh masyarakat luas khususnya para peternak sapi perah. Semua bahan

tersebut dicampur hingga homogen dan disterilisasi kemudian disimpan pada

inkubator bakteri selama 24 jam. Tujuan disterilisasi adalah untuk membunuh

kontaminan berupa mikroba lain yang tidak diinginkan. Sedangkan tujuan

penyimpanan media optimasi dalam inkubator bakteri selama 24 jam agar bakteri

L. plantarum dapat tumbuh secara optimal pada media.

Dalam tahapan Total Plate Count (TPC) dilakukan pengenceran seri

terlebih dahulu. Pengenceran seri merupakan pengenceran yang bertingkat

ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspense bakteri atau

34
mikrobia. Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan

populasi bakteri atau mikrobia. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran

yang lebih rendah sample yang diduga lebih banyak meunjukkan hasil uji positif

(adanya pertumbuhan mikrobia) dan pada pengenceran lebih tinggi sample yang

diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan

mikrobia) . Air pengencer yang digunakan pada kegiatan ini adalah 9 ml dalam

corning setiap air pengencer yang sudah diberi sample, dihomogenkan dan

diambil masing-masing 1 ml, pengenceran pada kegiatan ini merupakan

pengenceran 9x. Berikut data jumlah sel dari inokulsum L. plantarum TSD-10

pada media optimasi :

Tabel 2. Jumlah sel dari Inokulum L. plantarum TSD-10 pada media optimasi

Jumlah sel dari Inokulum L.plantarum TSD-10 pada

media optimasi

-5 -6 -7 -8

1456 159 34 25

1264 178 27 24

Jumlah total CFU inokulum = 12,25 X 109

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sel dari inokulum L. plantarum

pada media optimasi didapatkan total CFU inokulum 12,25 x 109. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa jumlah sel L. plantarum TSD-10 per 1 ml mengandung

12,25 x 109 sel.

35
Tabel 3. Jumlah Sel L. plantarum TSD-10 hasil TPC pada Sample

Probiotik Serbuk

Pengenceran
No.
-4 -5 -6 -7 -7 -8

1 TBUD TBUD 384 96 102 69

2 460 212 72 20 21 9

3 TBUD TBUD 238 38 39 5

4 TBUD TBUD 724 148 154 46

5 TBUD TBUD 540 83 99 17

6 TBUD 307 39 12 8 8

7 TBUD TBUD 287 71 65 26

8 TBUD TBUD 261 40 37 9

9 TBUD 203 87 36 42 31

10 TBUD 675 169 30 39 12

11 TBUD 270 40 8 7 2

12 286 69 30 11 1 4

13 TBUD TBUD 444 75 90 38

14 TBUD TBUD 227 33 28 18

15 TBUD 589 124 22 73 5

16 TBUD TBUD 321 107 88 56

36
17 TBUD TBUD 242 72 86 31

18 560 268 37 21 30 7

19 67 11 1 1 1 21

20 TBUD 367 80 13 13 0

21 TBUD TBUD 155 47 41 13

22 TBUD TBUD 324 102 98 28

23 TBUD TBUD 610 15 2 62

24 267 429 200 88 125 79

25 TBUD 657 139 27 31 3

26 TBUD 167 95 53 36 27

27 TBUD 174 39 20 28 11

28 TBUD 540 70 26 23 13

29 TBUD 423 156 50 58 36

30 TBUD 253 74 30 35 67

Keterangan:

TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung

Cara menghitung koloni yang tumbuh menggunakan metode Total Plate

Count (TPC) yaitu dengan menghitung bakteri yang membentuk zona bening

pada MRS agar. Zona bening yang terbentuk terlihat pada cawan petri. MRS

agar merupakan media spesifik bagi pertumbuhan bakteri asam laktat (BAL).

Adanya zona bening disekitar koloni bakteri menunjukkan bakteri tersebut

menghasilkan asam, sehingga CaCO3 yang bersifat basa didegradasi oleh

37
bakteri asam laktat yang menyebabkan pH media menjadi netral. Terbentuknya

zona bening menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan metabolit

sekunder (asam laktat) yang berlebih (Melliawati et al., 2015)

Pada Tabel 3 jumlah sel L. plantarum TSD-10 hasil TPC pada sample

probiotik serbuk, dapat dilihat jumlah sel bakteri yang tumbuh berbeda pada

masing-masing sample. Jumlah sel bakteri yang paling banyak tumbuh pada

sample nomor 24, yaitu sebesar 12,788 X 109 CFU/mL. Jumlah tersebut

menunjukkan bahwa total L. plantarum TSD-10 per 1 gram mengandung 12,788

X 109 sel.

C. NILAI PERSENTASE KETAHANAN SAMPLE

Sample yang telah diketahui jumlah selnya, kemudian dihitung

persentase ketahanannya. Persentase ketahanan adalah jumlah sel dalam sample

yang dibagi dengan jumlah sel inokulum. Artinya nilai tersebut merupakan

gambaran ketahanan bakteri asam laktat terhadap perlakuan sample. Contohnya

pada sample nomor 1 dengan formulasi bahan 0,5 gram amilum teknis, 0,75

CaCO3, 0,5 SBM dan 1 gram zeolit dengan nilai CFU 3,94 CFU/ml, memiliki

ketahanan 32,163%. Ketahanan yang paling tinggi persenan pada design ini

adalah pada sample nomor 4 dengan formulasi bahan 1,5 gram amilum teknis,

2,25 gram CacO3, 0,5 gram SBM dan 1 gram Zeolit yaitu 44,055 % . Sedangkan

ketahanan yang paling rendah persenan pada design nomor 11 dengan formulasi

bahan 0,5 gram amilum teknis, 2,25 gram CaCO3, 0,5 gram SBM dan 3 gram

Zeolit yaitu 78,547 % .

38
Tabel 4. Jumlah Sel L. plantarum pada Sample dan Nilai Persentase Ketahanan

Amilum
CaCO3 CGM Zeolit x 109 Ketahanan
Std teknis Ketahanan
(gram) (gram) (gram) (CFU/ml) (%)
(gram)

0,5 0,75 0,5 1 3,80 0,413 41,260


1

1,5 0,75 0,5 1 3,83 0,416 41,603


2

0,5 2,25 0,5 1 3,99 0,433 43,268


3

1,5 2,25 0,5 1 4,06 0,441 44,055


4

0,5 0,75 1,5 1 3,48 0,378 37,821


5

1,5 0,75 1,5 1 4,44 0,482 48,154


6

0,5 2,25 1,5 1 3,85 0,417 41,748


7

1,5 2,25 1,5 1 4,52 0,491 49,095


8

0,5 0,75 0,5 3 6,57 0,713 71,336


9

1,5 0,75 0,5 3 6,55 0,711 71,129


10

0,5 2,25 0,5 3 7,23 0,785 78,547


11

1,5 2,25 0,5 3 6,47 0,702 70,214


12

0,5 0,75 1,5 3 6,85 0,744 74,376


13

1,5 0,75 1,5 3 7,93 0,861 86,113


14

0,5 2,25 1,5 3 8,62 0,936 93,572


15

39
1,5 2,25 1,5 3 9,08 0,985 98,534
16

0 1,5 1 2 3,82 0,414 41,450


17

2 1,5 1 2 5,96 0,647 64,694


18

1 0 1 2 3,83 0,416 41,564


19

1 3 1 2 7,50 0,814 81,433


20

1 1,5 0 2 6,38 0,693 69,273


21

1 1,5 2 2 6,90 0,749 74,919


22

1 1,5 1 0 5,88 0,638 63,844


23

1 1,5 1 4 5,00 0,543 54,289


24

1 1,5 1 2 5,01 0,544 54,425


25

1 1,5 1 2 5,25 0,570 57,003


26

1 1,5 1 2 5,20 0,565 56,460


27

1 1,5 1 2 5,55 0,603 60,261


28

1 1,5 1 2 5,65 0,613 61,346


29

1 1,5 1 2 5,41 0,587 58,697


30

Keterangan :

CFU/ml : Jumlah sel sample

Ketahanan : jumlah sel sample dibagi dengan jumlah sel inokulum

40
D. METODE CCD RSM

Produksi L. plantarum TSD-10 dievaluasi dengan 30 percobaan yang

dilakukan. Hasilnya dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA)

dikomputasi dengan Softwar statistic Design-ExpertR 7 (Stat-Ease, Inc., USA,

2009). Analisis pemilihan model dilakukan berdasarkan jumlah kuadrat dari

urutan model (Sequential Model Sum of Squares), pengujian ketidaktepatan model

(Lack of Fit) dan ringkasan model secara statistika (Model Summary Statistics).

Model yang terpilih untuk menjelaskan respon (jumlah sel bakteri CFU/mL)

berdasarkan hasil analisis ialah model kuadratik.

Tabel 5. Anova untuk Respon Surface Quadratic

Sum of P-value
Source df Mean Square F Value Keterangan
Squares Prob > F

Tidak
Model
10399,61877 14 742,8299 1,273449 0.3234 signifikan

A-Amilum 324,5151114 1 324,5151 0,556323 0.4673

B-CaCO3 465,047164 1 465,0472 0,79724 0.3860

C-SBM 1534,802954 1 1534,803 2,631144 0.1256

D-Zeolit 2035,542831 1 2035,543 3,489573 0.0814

AB 990,8576317 1 990,8576 1,698648 0.2121

AC 167,1919368 1 167,1919 0,286621 0.6002

AD 29,56178271 1 29,56178 0,050678 0.8249

BC 4,283773543 1 4,283774 0,007344 0.9328

BD 1730,871307 1 1730,871 2,967268 0.1055

41
CD 1053,929847 1 1053,93 1,806774 0.1989

A^2 109,5277761 1 109,5278 0,187766 0.6709

B^2 1065,169518 1 1065,17 1,826042 0.1966

C^2 18,43073323 1 18,43073 0,031596 0.8613

D^2 625,2994784 1 625,2995 1,071964 0.3169

Residual 8749,822392 15 583,3215

Tidak
Lack of Fit
5754,477242 10 575,4477 0,96057 0.5548 Signifikan

Pure Error 2995,345149 5 599,069

Cor Total 19149,44116 29

Hasil analisis ragam Tabel 5 diperoleh bahwa model yang digunakan

dengan probability (prob>F) tidak signifikan terhadap respon (jumlah sel bakteri),

artinya model tidak dapat diterima untuk melihat perkiraan pengaruh setiap

peubah dan interaksi faktor independen dengan respon. Hasil yang diperoleh pada

Tabel 5 menunjukkan data lack of fit yang tidak signifikan dengan nilai p

(prob>F) lebih dari taraf nyata α 0.05, artinya model yang diperoleh memiliki

ketidak cocokkan dengan rancangan kuadratik, sehingga tidak bisa mendapatkan

persamaan model untuk kondisi optimumnya.

42
Design-Ex pert® Sof tware

Ketahanan
104.388

5.30612

X1 = A: Amilum 76
X2 = B: CaCO3

Actual Factors 58.25


C: SBM = 20.00
D: Zeolit = 40.00
Ketahanan

40.5

22.75

45.00 30.00

37.50 25.00

30.00 20.00

22.50 15.00
B: CaCO3 A : A milum
15.00 10.00

Gambar 7. Plot permukaan ketahanan pada CaCO3 dan Amilum

Design-Expert® Sof tware

Ketahanan
104.388

5.30612

X1 = A: Amilum 105
X2 = D: Zeolit

Actual Factors 81.25


B: CaCO3 = 30.00
C: SBM = 20.00
Ketahanan

57.5

33.75

10

60.00 30.00

50.00 25.00

40.00 20.00

30.00 15.00
D: Zeolit A: Amilum
20.00 10.00

Gambar 8. Plot permukaan respon ketahanan pada Zeolit dan Amilum

Design-Ex pert® Sof tware

Ketahanan
104.388

5.30612

X1 = A: Amilum 76
X2 = C: SBM

Actual Factors 60
B: CaCO3 = 30.00
D: Zeolit = 40.00
Ketahanan

44

28

12

30.00 30.00

25.00 25.00

20.00 20.00

15.00 15.00
C: SBM A : A milum
10.00 10.00

Gambar 9. Plot permukaan respon ketahanan pada SBM dan Amilum

43
Design-Expert® Sof tware

Ketahanan
104.388

5.30612

X1 = B: CaCO3 76
X2 = C: SBM

Actual Factors 58.25


A: Amilum = 20.00
D: Zeolit = 40.00
Ketahanan
40.5

22.75

30.00 45.00

25.00 37.50

20.00 30.00

15.00 22.50
C: SBM B: CaCO3
10.00 15.00

Gambar 10. Plot permukaan respon ketahanan pada SBM dan CaCO3

Design-Expert® Sof tware

Ketahanan
104.388

5.30612

X1 = B: CaCO3 110
X2 = D: Zeolit

Actual Factors 82.5


A: Amilum = 20.00
C: SBM = 20.00
Ketahanan

55

27.5

60.00 45.00

50.00 37.50

40.00 30.00

30.00 22.50
D: Zeolit B: CaCO3
20.00 15.00

Gambar 11. Plot permukaan respon ketahanan pada Zeolit dan CaCO3

Design-Expert® Sof tware

Ketahanan
104.388

5.30612

X1 = C: SBM 105
X2 = D: Zeolit

Actual Factors 81.25


A: Amilum = 20.00
B: CaCO3 = 30.00
Ketahanan

57.5

33.75

10

60.00 30.00

50.00 25.00

40.00 20.00

30.00 15.00
D: Zeolit C: SBM
20.00 10.00

Gambar 12. Plot permukaan respon ketahanan pada Zeolit dan SBM

44
Hasil grafik dari percobaan divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi

dari response surface yang menunjukkan hubungan antara dua faktor yang

saling berinteraksi terhadap jumlah sel L. plantarum. Konsentrasi Amilum

Teknis, CaCO3, SBM, dan Zeolite, serta interaksinya berpengaruh signifikan

terhadap jumlah sel L. plantarum yang dihasilkan. Warna pada Response

surface plots tiga dimensi dan contour menggambarkan jumlah sel L. plantarum

yang dihasilkan pada percobaan. Warna biru menggambarkan jumlah sel bakteri

yang sangat rendah. Sedangkan warna hijau mewakili jumlah bakteri menengah-

rendah.

Setelah melihat plot permukaan respon dari design yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil Anova dengan selang kepercayaan 95% dan nilai alfa 5%

model atau design ini tidak signifikan, sehingga perlu dilakukan pengulangan

dengan menggunakan beberapa level yang berbeda.

45
BAB VI. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kegiatan Magang Mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi Terapan

LIPI diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Bakteri L. plantarum TSD-10 merupakan strain dari bakteri asam laktat yang

merupakan koleksi Pusat Bioteknologi, LIPI yang diisolasi dari feses sapi

dermaga

2. Metode Total Plate Count (TPC) digunakan pada kegiatan magang

mahasiswa dengan menghitung bakteri yang membentuk zona bening yang

terlihat pada cawan petri. Terbentuknya zona bening menunjukkan bahwa

bakteri tersebut menghasilkan asam laktat yang berlebih sehingga kelebihan

asam laktat diperlihatkan dengan adanya zona bening disekitar koloni bakteri

3. Percobaan menggunakan CCD-RSM tidak berhasil memperoleh persamaan

model regresi dikarenakan model tidak signifikan.

B. SARAN

Perlu dilakukan desaign atau formulasi probiotik yang lain dikarenakan

desaign formulasi yang digunakan pada kegiatan magang mahasiswa ini tidak

tepat atau tidak signifikan. Amilum teknis digunakan pada komposisi ini mebuat

desaign probiotik tidak cepat kering dikarenakan amilum teknis menggumpal saat

di autoklaf.

46
DAFTAR PUSTAKA

Axelsson L. 2004. Lactic acid bacteria: classification and physiology. Di dalam

Salminen S, Wright SV, Ouwehand A, editor. Lactic Acid Bacteria.

Microbiological and Functional Aspect. Third edition, Revised and

Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc. 19-68.

Bas D, Boyoci IH. 2007. Modeling and optimatization I: usability of respon surface

methodology. J Food Eng. 78:836-845.

Blakely, J. dan Bade, D.H. 1995. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan Oleh B. Srigandono).

Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.

Terjemahan H. Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta.

Claus, E. P., Tyler, V. E., and Brady, L. R., 1970, Pharmacognosy. 6th edition. Lea-

Febiger, USA.

Delgado, A., D. Brito, P. Fevereiro, C. Peres, and J.F. Marques. 2001. Antimicrobial

activity of L. plantarum, isolated from a traditional lactic acid fermentation

of table olives. INRA, EDP Science 81 (1): 203-215

Dommels, Y. E . M., R. A. Kemperman, Y. E .M .P . Zebregs, and R. B. Draaisma.

2009. Survival of Lactobacillus reuteri DSM 17938 and Lactobacilus

rhamnosus GG in the Human gastrointestinal Tract with Daily Consumption

of a Low-Fat Probiotic Spread. Appl. Environ. Microbiol. 75 (19) : 6198-

204.

FAO/WHO. 2001. Joint FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and

Nutritional Properties of Probiotics in Food Including Powder Milk with

47
Live Lactic Acid Bacteria. Amerian Córdoba Park Hotel, Córdoba,

Argentina.

FAO/WHO. 2002. Joint FAO/WHO Working Group Report on Drafting Guidelines for

the Evaluation of Probiotics in Food. London

Haryanto, et al. 1998. Pemanfaatan Probiotik Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi

Fermentasi Pakan di Dalam Rumen. Prosiding Seminar Nasional Peternakan

dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Hendrawan, Y., B. Susilo, A. W. Putranto, D. F. Al-Riza, D. M. Maharani dan M. N.

Amri. 2016. Optimasi Dengan Algoritma RSM-CCD Pada Evaporator

Vakum Waterjet Dengan Pengendali Suhu Fuzzy Pada Pembuatan Permen

Susu. Agritech. 36 (2)

Kompiang, I .P. 2002. Pengaruh Ragi Saccharomyces cerevisiae dan Ragi Laut Sebagai

Pakan Imbuhan Probiotik Terhadap Kinerja Unggas. J. Ilmu Ternak dan

Veteriner 7 (1): 18-21.

Kuswanto, K. R., Slamet Sudarmadji. 1988. Proses-proses Mikrobiologi Pangan. PAU

Pangann dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Mu W, Chao C, Xingfeng L, Tao Z, Bo J. 2009. Optimization of culture medium for the

production of phenyllactic acid by Lactobacillus sp. SK007. Bioresource

Technology. 100: 1366-1370.

Muktiani, A., Fajar Wahyono dan Sutrisno. 2004. Sintesis Probiotik Bermineral Untuk

Memacu Pertumbuhan dan Meningkatkan Produksi serta Kesehatan Sapi

Perah. Laporan Penelitian Hibah Pekerti Tahun II. Fakultas Peternakan

UNDIP. Semarang.

48
Ngadiyono, N., H. Hartadi, Winugroho, M. D. D. Siswansyah, S. Nurdinahmad. 2001.

The Effect of Bioplus Supplementation on Performance of Madura Cattle in

Central Kalimantan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 6(2): 69-75.

Nuryati dan Salimy D. 2008. Metode permukaan respon dan aplikasinya pada

optimal eksperimen kimia. risalah lokakarya komputasi dalam sains dan

teknologi nuklir; 2008 Agustus 6-7; Serpong, Indonesia. Serpong (ID): Pusat

Pengembangan Energi Nuklir BATAN. 373-391.

Pollung H. Siagian. 2005. Penggunaan Zeolit dalam Bidang Peternakan. Jurnal Zeolit

Indonesia Vol 4 (2), hal. 70 -77

Prabowo, H.S. 2006. Susu Berkualitas Untuk Produk Berkualitas. Makalah disajikan

pada Seminar Healthy Milk for Body and Money diselenggarakan Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya, tanggal 20

September.

Pramono, Y. B., E. Harmayani, T. Utami. 2003. Kinetika pertumbuhan Lactobacillus

plantarum dan Lactobacillus sp pada media MRS cair. Jurnal Teknologi dan

Industri Pangan. 14(1) : 46-50.

Primacitra, D. Y., O. Sjofjan, M. H, Natsir. 2014. Pengaruh Penambahan Probiotik

(Lactobacillus sp.) Dalam Pakan terhadap Energi Metabolis, Kecernaan

Protein dan Aktivitas enzim Burung Puyuh. Jurnal Ternak Tropika. 15 (1) :

74-79.

Ray B. 2004. Fundamental Food Microbiology. Third Edition. New York: CRC Press.

49
Reddy G, Altaf MD, Naveena BJ, Venkateshwar M, and Kumar EV. 2008. Amylolytic

bacterial lactic acid fermentation, a review. Biotechnology Advances 26: 22–

34.

Risyahadi ST. 2009. Optimasi formula media pertumbuhan isolat bakteri SCG 1223

penghasil bakteriosin berbasis ekstrak tauge [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Rohmatussolihat. 2013. Seleksi bakteri asam laktat penghasil senyawa antikapang dan

optimasi produksinya dengan Response Surface Methodology (RSM) [tesis].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Samadi, 2007. Probiotik Pengganti Antibiotik dalam Pakan Ternak.

Shitandi, A., M. Alfred, and M. Symon. 2007. Probiotic characteristic of lactococcus

strain from local fermented Amaranthus hybrydus and Solanum nigrum.

African Crop Science Confrence Proceedings 8 : 1809-1812.

Siregar, S.B. 1993. Sapi Perah, Jenis, Teknik Pemeliharaan dan Analisis Usaha.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudono, A., R.R. Fina dan B. Setyawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif.

Pustaka, Jakarta.

Sujaya, I N., N. M. U. Dwipayanti, N. L. P. Suariani, N. P. Widarini, K. A. Nocianitri

dan N. W. Nursini. 2008. Potensi Lactobacillus spp. Isolat Susu Kuda

Sumbawa sebagai Probiotik. J. Vet. 9 (1) : 33 – 40.

50
Suriawiria, Unus. 1986. Mikrobiologi Masa Depan Penuh Kecerahan Di Dalam

Pembangunan. Kumpulan Beberapa Tulisan dari Unus Suriawiria. Jurusan

Biologi. ITB. Bandung. Hlm. 67-68.

Syarief, M. Z dan C.D.A. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta.

Trinetta V, Rollini M, Manzoni M. 2008. Development of a low cost culture medim for

sakacin A production by L. sakei. J Process Biochemistry. 43: 1275-1280.

Unit Kesehatan dan Pemantauan (UPK dan UPL) Kabupaten Agam. 2003. Upaya

pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan bahan galian

golongan C: Usaha pertambangan batu kapur (lime stone) CV. Bukit Raya

di Kec. Kamang Magek, Kab. Agam.

Wahju, Juju. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University PresYogyakarta.

Weichselbaum, E. 2009. Probiotics and health: a review of the evidence. Nutrition

Bulletin. 34 : 340–373

51
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Bapak, dan Adik yang

telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis mempunyai

semangat untuk melaksanakan KMM ini, Ibu Siti Lusi Arum Dosen Pembimbing

KMM Jurusan Biologi UNS, Ibu Rohmatussolihat Pembimbing Lapangan KMM

di Laboraturium Mikrobiologi Terapan, Keluarga besar Laboraturium

Mikrobiologi Terapan Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Bogor atas kesempatan

dan kesediaan yang telah diberikan kepada saya untuk melaksanakan Kegiatan

Magang Mahasiswa. Teman- teman seperjuangan yang melaksanakan KMM

diLIPI antra lain : Prista, Ivon, Virnanda, Almy, Ajeng, Rhisma,Widha, Hasna,

Ayu, Lucky, Abi, Ibrahim, Stefanus, Okky, Irmay, Deel, Aini, Kavita. Teman-

teman seperjuangan yang melaksanakan KMM di Mikrobiologi Terapan

Rahmatika, Firza, Nahda.

52
LAMPIRAN FOTO

LAMPIRAN 1. DOKUMENTASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN BIOTEK

LIPI

Media MRS Agar Air Pengencer Design Formulasi


probiotik

Design Formulasi Design Formulasi probiotik Laminar Air Flow


probiotik sebelum di autoklaf (LAF)

53
Inokulasi bakteri L. Inokulasi bakteri ke media Inokulasi
plantarum ke MRS Optimasi L.plantarum ke
Broth petri design

Probiotik sebelum Probiotik setelah dioven Probiotik ditimbang


dioven kering sebanyak 1 gram

TPC Cawan petri di seal


Proses Pengenceran dan TPC

54
Disimpan diinkubator 2 x 24
jam Setelah 2 x 24 jam

55

Anda mungkin juga menyukai