Oleh:
M. Yaser Arafat
(Peneliti makam-makam tua, penulis buku “Nisan Hanyakrakusuman: Batu Keramat Dari
Pasarean Tua di Yogyakarta [2021)
PAMBUKA
Pasarean ini memiliki “koleksi”
kijing-nisan yang cukup sepuh,
antara 1500 akhir sampai 1600
awal. Dengan demikian, pasarean
ini merupakan bukti tinggalan
budaya material dari zaman
Pajang-Mataram Islam era Kyai
Ageng Pamanahan-Panembahan
Senopati hingga era Sultan Agung.
MAKAM PALING SEPUH
Makam paling sepuh berasal dari tahun 1500 akhir. Itu artinya tokoh yang
dimakamkan dengan ciri nisan-kijing itu meninggal pada tahun 1500-an. Dengan
demikian, makam tokoh dari tahun 1500-an ini menunjukkan bahwa ada sudah
ada peradaban setidaknya 100 tahun sebelum 1500-an atau sejak era hidup Kyai
Demakijo. Kyai Demakijo adalah pembabat alasnya atau pembuka kampung ini
sejak 1400 akhir atau tepat masa Demak. Apalagi, dalam cerita tutur yang saya
dapat di sana, Kyai Demakijo datang ke sini dari Demak.
Mengapa disebut ada peradaban 100 tahun sebelumnya. Diibaratkan
saja mereka rata-rata berusia 60-70 tahun sebagaimana umumnya
usia umat Nabi Muhammad saw. Lalu dilihat saja bahwa makam
tertua itu, sebagaimana telah dijelaskan di atas, adalah makam
dengan ciri dari tahun 1500-an. Bila diambil angka tahun 1550,
maka bisa dikurangi dengan usia rata-rata umat Nabi Muhammad
saw. Alhasil, 1550 dikurangi 60 berarti: 1490. Bila dikurangi 70
berarti: 1480.
Ini artinya apa? Kampung Demakijo dan sekitarnya kurang-lebih telah dibuka,
dibangun, dan disemarakkan sejak tahun 1400 akhir atau dibulatkan saja sejak
tahun 1500. Ini perkiraan paling gampang. Jika dihitung mundur mulai tahun
2022, berarti kampung Demakijo dan sekitarnya ini sudah berusia 522 tahun atau
digenapkan saja 500 tahun. Besar kemungkinan kampung ini telah dibuka
berbarengan dengan rombongan Sunan Bayat, Panembahan Bodho, Panembahan
Karanglo, Panembahan Jayaprana, Syekh Maulana Maghribi, dan para “patok”
lainnya yang ditugaskan oleh Sunan Kalijaga untuk bermukim di sini sebelum
peradaban baru, Mataram Islam, dibuka pada pasca pertengahan 1550.
Makam-makam tua di pasarean Demakijo ini semoga dapat
dijaga kelestariannya. Jika ada anak-cucu yang mau memugar
makam, hendaknya tidak menyingkirkan kijing dan nisan
aslinya. Biar kijing-nisan asli itu menjadi bukti sejarah bahwa
sejak lebih kurang 500 tahun lalu di kampung ini telah
dikumandangkan azan, puji-pujian pada Kanjeng Nabi
Muhammad saw, telah ditegakkan salat, tahlil, kenduri,
salawatan, dan ajaran Islam berlandaskan rumusan para wali
sejak Sunan Ampel dan dewan wali sebelumnya. Semoga
makam-makam ini bisa dirawat, diziarahi, dan dijaga terus
hingga akhir zaman. Amin.
Demikian ulasan dan tinjauan dari saya.
Atas segala kekurangan, saya memohon
maaf kepada warga sekitar pasarean. Saya
juga memohon maaf kepada para tokoh
pepunden ingkang sumare atas
ketidaktepatan dan kebodohan saya untuk
membaca jejak-jejak yang mereka tinggalkan
di pasarean ini. Lalu saya memohon ampun
kepada Allah SWT dan Kanjeng Nabi saw.
Semoga arwah para pepunden dan leluhur
di Demakijo ditempatkan Allah swt di surga,
dijembarkan kuburnya, dan dijauhkan dari
fitnah kubur. Amin.
Uluk syukur:
• Pak Dukuh, Pak RT/RW Kampung Demakijo